Anda di halaman 1dari 13

Simptom-simptom Penurunan Organ pada Perempuan Obesitas dan Bobot

Berlebihan sebelum dan setelah Penurunan Bobot

Debora L. dkk.

Abstrak

Tujuan –Untuk memperkirakan hubungan di antara BMI dan symptom penurunan

organ pinggul dan kesulitan di antara para perempuan obesitas dan bobot berlebih

penderita pertarakan uriner sebelum dan setelah penurunan bobot.

Metode –Perempuan (N = 338) diacak untuk mendapatkan penurunan bobot

intensif 6 bulan atau program pendidikan (control)l mereka dievaluasi untuk

mengetahui symptom-simptom penurunan organ pada garis dasar dan 6 bulan.

Penurunan organ tubuh simptomatik didefinisikan sebagai respons positif

terhadap paling tidak satu permasalahan subskala penurunan organ dari Urogenital

Distress Inventory. “Kesulitan” didefinisikan sebagai respons rendah, sedang dan

besar. Perempuan dengan symptom-simptom penurunan organ dianalisis sesuai

dengan kategori BMI garis dasar: bobot berlebih, obesitas, dan obesitas parah

pada garis dasar dan pada 6 bulan. Proportional odds regression dan uji chi square

untuk kecenderungan digunakan untuk analisis.

Hasil –Mean usia +/-SD adalah 53 ± 10 tahun, BMI adalah 36 ± 6 kg/m 2, dan

78% adalah perempuan kulit putih. Proporsi yang lebih tinggi dari para

perempuan obesitas ini melaorkan pembengkakan vagina dibandingkan dengan

perempuan bobot berlebih (13% vs. 0%, P = 0,01). Pada garis dasar, 37% (N =

124) melaporkan “tekanan abdominal bawah” yang menjadi kesulitan, 18% (N =

1
62) “perasaan berat pada area pinggul” yang terasa menjadi kesulitan, dan 14% (N

= 48) “ketidaknyamanan pinggul saat berdiri” dan terasa menjadi kesulitan.

Sembilan persen (N = 31) melaporkan “perasaan” sulit dan 2% (N = 6)

melaporkan “melihat bengka” pada vagina yang terasa menjadi kesulitan. Pada 6

bulan, tidak ada perbedaan signifikan pada symptom-simptom penurunan organ

tubuh yang dirasa menjadi kesulitan dan dilaporkan sendiri oleh para perempuan

pada kelompok penurunan bobot atau kontrol.

Kesimpulan –Di dalam penelitian tentang perempuan bobot berlebih dan

obesitas, peningkatan BMI hanya berhubungan dengan “perasaan” bengkak

vagina. Penurunan bobot tidak menyebabkan kemunculan simptom penurunan

organ tubuh yang menjadi kesulitan.

Kata kunci – obesias, penurunan organ tubuh, dan simptom.

Pendahuluan

Pelvic organ prolapse (POP), penurunan organ pinggul adalah kondisi yang secara

signifikan mempengaruhi kualitas hidup perempuan dan merupakan salah satu

dari indikasi-indikasi paling umum untuk pembedahan ginekologis (1). Ada

banyak variabel yang telah diketahui maupun belum diketahui yang

mempengaruhi keparahan POP dan simptom-simptomnya. Penelitian-penelitian

epidemiologis telah mengidentifikasi usia, ras, paritas, ukuran bayi dan body mass

index (BMI) sebagai faktor-faktor risiko independen untuk POP (2, 3, 4). Data

dari penelitian-penelitian cross-sectional dan prospektif menunjukkan bahwa

memiliki bobot berlebih dan obesitas berhubungan dengan prevalensi dan insiden

2
POP dan juga perkembangan POP (2, 3). Beberapa penelitian telah mengevaluasi

pengaruh penurunan bobot terhadap POP subjektif atau objektif atau keparahan

simptom.

Hubungan bobot atau BMI dengan POP dan simptom-simptomnya adalah

penting saat prevalensi obesitas mengalami pentingkatan di Amerika Serikat (5).

Di samping itu, saat penduduk menua, prevalensi POP cenderung meningkat dan

lebih banyak perempuan akan menjalani prosedur pembedahan untuk mengobati

penurunan organ tubuh ini. Kedua faktor ini –peningkatan obesitas dan penuaan

penduduk—akan paling mungkin mempertingi tingkat POP di luar apa yang telah

diprediksikan (6, 7). Penting untuk mendapatkan pemahaman yang bagus tentang

obeistas pada penurunan organ guna mengembangkan konseling pasien.

Perempuan bobot berlebih dan obesitas bisa memilih opsi-opsi non-pembedahan

seperti penurunan bobot dibandingkan dengan menjalani prosedur rekonstruksi

guna mendapatkan pelepasan dari simptom jika penurunan bobot berhubungan

dengan perkembangan tanda-tanda dan simptom-simptom POP. Tujuan utama

penelitian kami adalah memperkirakan hubungan di antara BMI dan simptom-

simptom penurunna organ pinggul dan kesulitan di antara perempuan bobot

berlebih dan obesitas dengan pertarakan uriner sebelum dan setelah penurunan

bobot.

Materi dan Metode

Ini adalah analisi sekunder dari penelitian Program to Reduce Incontinence by

Diet and Exercise (PRIDE), sebuah uji-coba terkontorl acak dengan beberapa

3
tempat perawatan kesehatan yang meneliti pengaruh penurunan bobot terhadap

pertarakan uriner pada para perempuan bobot berlebih dan obesitas. Di antara

bulan Juli 2004 dan April 2006, 338 perempuan yang mengalami bobot berlebih

(BMI 25-29,9 kg/m2) atau obesitas (BMI ≥ 30 kg/m 2) dan memiliki ≥ 10 episode

pertarakan uriner per minggu dilipatkan di dalam penelitian ini. Perempuan diacak

untuk program penurunan bobot sesuai dengan perilaku selama 6 bulan inensif

(intervensi; N = 226) atau untuk program pendidikan terstruktur (kontrol; N =

112). Detil desain penelitian ini, kriteria inklusi dan ekslusi, dan hasil-hasil telah

dilaporkan sebelumnya. (8) Penelitian ini disahkan oleh Institutional Review

Board pada setiap pusat perawatan kesehatan dan pernyataan tertulis diperoleh

dari semua partisipan sebelum keterlibatan.

Karakteristik kelompok garis dasar dan data demografi diperoleh dan

ukuran-ukruan tergantung waktu diulang pada 6 bulan setelah dimulainya

intervensi. Bobot diukur dengan partisipan mengenakan pakaian santai, tanpa

sepatu, menggunakan timbangan digital terkalibrasi (Tanita BWB 800, Tanita

Corporation of America, Inc., Arlington Heights, IL) dan dicatat mendekati 0,1

kg. Tinggi diukur pada garis dasar untuk sentimeter terdekat menggunakan

stadiometer yang menempel di tembol dan telah dikalibrasi dan juga blok

pengukur horisontal. Perempun menyelesaikan umi bloknot 24 jam,

mengosongkan buku diari 7 hari, dan kuesioner simptom-simptom subjektif

ketegangan khusus dan kuesioner pengaruh kehidupan mengugnakan Urinary

Distress Inventory (UDI) dan Incontinence Impact Quesionnaire (IIQ) (9).

Simptom-simptom organ pinggul diukur menggunakan respone yang dilaorkan

4
sendiri oleh pasien terhadapitem-item penurunan organ di dalam UDI (pertanyaan

L, O, P, Q dan R) termasuk: 1) tekanan abdominao, 2) perasaan berat pada bagian

pinggul, 3) perasaan bengkak vagina, 4) melihat bengkat atau 5) ketidaknyamanan

pinggul saat berdiri dengan komponen kesuitan dari tidak ada sama sekali, sedikit,

sedang dan berat. Simptom-simptom penurunan organ dipertimbangkan terjadi

jika ada respons afirmatif terhadap item-item penurunan organ tubuh. Perasaan

mengalami kesulitan didefinisikan sebagai sedikit, sedang dan berat. Seratus

sepuluh perempuan yang memilih diri sendiri untuk berpartisipasi di dalam

subkelompok pengujian urodinamika dan pemeriksaan Pelvic Organ Prolapse

Quantification (POPQ) sebelum dan setelah penurunan bobot (10). Pemeriksaan

POPQ, untuk mengukur secara objektif POP, dilakukan pada 110 perempuan.

Penurunan organ tubuh anatomis didefinisikan sebagai penurunan di bawah

selapur dara (>0) untuk yang mana pund ari poin-poin POP-Q.

Uji chi square dan ANOVA digunakan untuk menguji karakteristik

demografis dan klinis pada seluruh kelompok BMI. Perempuan dikategorikan

sebagai bobot berlebih (BMI 25 hingga 29,9), obesitas (BMI ≥ 40; obesitas WHO

Class III) (11). Perbedaan-perbedaan level perasaan sulit (rentang dari 1 hingga 2,

1 = sedikit, 2 = sedang, 3) parah) pada seluruh kategori BMI diperkirakan dari

pengujian ANOVA. Perkembangan simptom POP diidentifikasi sebagai tidak ada

(atau ‘sembuh’) dan/atau sebuah laporan perasaan sulit yang lebih rendah pada 6

bulan. Pengaruh penurunan bobot pada 6 bulan pada simptom-simptom penurunan

organ dan perasaan sulit dianalisis dengan kelompok penurunan obbot acak. Uji

chi square digunakan untuk membandingkan perbedaan-perbedaan proporsi

5
sembuh, berkembang atau baru bersifat simptomatik di antara kelompok-

kelompok penurunan bobot.

Hasil

Pada garis daar, usia ±SD 53 ± 10 tahun dan 78% adalah perempuan kulit putin

dan 19% perempuan Amerika Afrika (Tabel 1). Bobot rata-rata adalah 92 ± 18 kg,

dan BMI adalah 36 ± 6 kg/m2, dengan 16% bobot berlebih, 58% obesitas dan 26%

obesitas parah. Sembilah puluh sembilan dari 338 (29%) perempuan menjalani

histerektomi sebelumnya dan 13 dari 338 (4%) perempuan telah emngalami

pembedahan sebelumnya untuk penurunan organ pinggul. Dibandingkan dengan

perempuan kulit putih, lebih banyak perempuan Amerika Afrika mengalami

obesitas dan obesitas parah (p < 0,01). Ada dua perbedaan karakteristik

demografis atau klinis para pasien dengan kategori BMI. Skor UDI rata-rata

adalah 164 ± 53 (rentang 0-300) dan secara signifikan tidak berbeda di antara

kelomopk-kelompok BMI.

Lebih dari separuh partidipan (178/338) paling tidak melaporkan satu

simptom penurunan organ yang terjadi (termasuk tidak dirasakannya kesulitan dan

perasaan sulit) dan 24% melaporkan lebih dari satu timptom (Tabel 1). Sebuah

proprosi yang lebih tinggi dari para perempuan obesitas melaporkan perasaan

bengka vagina dibandingkan dengan perempuan bobot berlebih (13% vs. 0%, P =

0,01). Data anatomis POP terkait dengan selapor dara dari 110 perempuan

ditemukan pada kelompok bobot pada Tabel 1. Jumlah rata-rata simptom

penurunan organ tubuh tidak berbeda pada seluruh kategori BMI (bobot berlebih

6
0,7 (0,9), obesitas 0,9 (1,1), obesitas parah 0,8 (1,1), p = 0,47). Penurunan

anatomis di bawah selaput dara tidak secara signifikan berbeda di atnara

kelompok-kelompok BMI. Pelaporan diri simptom-simptom penurunan organ

khusus, perasaan sulit karena simtpom dan level perasaan sulit disajikan pada

Tabel 2. Sebagian besar perempuan (85-97%) yang melaporkan simptom juga

melaporkan perasaan mengalami kesulitan karena simptom itu. Simtom perasaan

sulit paling umum adalah tekanan abdominal (37%). Level perasaan sulit (0 “tidak

sama sekali” hingga 3 “sangat sulit”) untuk setiap simptom penurunan organ

tubuh adalahsama pada seluruh kategori simptom 1,3 ± 0,70, P = 0,94), data tidak

ditunjukkan) dan kategori-kategori BMI (Tabel 3).

Tabel 4 menyajikan data pengaruh penurunan bobot terhadap simptom

penurunan organ tubuh yang terasa sulit oleh kelompok-kelompok penurunan

bobot (intensif/intervnesi vs. Program/kontrol endidikan terstruktur) seaui dengan

“sembuh” saja dan “sembuh” plus “perkembangan” simtom, di mana “sembuh”

didefinisikan sebagai tidak adanya simptom-simptom penurunan organ tubuh pada

6 bulan dan “perkembangan” didefinisikan sebagai pengurangan paling tidak 1

level perasaan mengalami kesulitan. Laporan tentang simptom-simptom perasaan

sulit baru pada 6 bulan juga disajikan. Pada 6 bulan, perempuan pada kelompok

intervensi mengalami penurunan bobot rata-rata 8,0% (7,8 kg), dibandingkan

dengan 1,6% (1,5 kg), pada kelompok kontrol (P < 0,001). Lebih dari 70% dari

para perempuan yang melaporkan simptom penurunan organ tubuh dengan

perasaan mengalami kesulitan pada garis dasar melaporkan perkembangan atau

kesembuhan pada 6 bulan, dengan tingkat yang sama seperti dilaporkan oleh

7
perempuan pada kelompok kontrol dan kelompok penurunan bobot (Tabel 4).

Tujuh belas persen perempuan melaporkan paling tidak satu simptom baru pada 6

bulan, tanpa perbedaan insiden di antara penurunan bobot dan kelompok-

kelompok kontrol. Tidak ditemukan juga perbedaan signifikan pada penurunan

organ anatomis di bawah selaput dara di antara kelompok intervensi penurunan

bobot dan kelompok kontrol.

Pembahasan

Di dalam penelitian ini populasi perempuan bobot berlebih dan obesitas penderita

pertarakan uriner, pelaporan diri simptom-simptom terkait dengan penurunan

organ tubuh menjadi umum: lebih dari separuh partisipan melaporkan paling tidak

satu simptom penurunan organ dan seperempat partisipan melaporkan lebih dari

satu simptom. Satu-satunya simptom yang berhubungan dengan peningkatan BMI

adalah pembengkakan vatinal yang dirasakan menimbulkan kesulitan. Jumlah

rata-rata simptom penurunan organ tidak berhubungan dengan BMI. Di samping

itu, penurunan organ anatomis di bawah selaput dara tidak secara signifikan

berbeda di antara kelompok-kelompok BMI pada subkelompk perempuan yang

menjalani pemerikaan.

Meskipun tidak ditemukan pada penelitian kami, penelitian lain telah

mengamati bahwa mengalami kelebihan bobot atau obesitas berhubungan dengan

prevalensi dan insiden POP dan juga perkembangan POP. Whitcomb dkk.

Melaporkan di dalam analisis sekunder survei berbasis populasi yang terdiri dari

1.155 perempuan obesitas menggunakan kuesioner tervalidasi untuk

8
mengidentifikasi simptom-simptom gangguan dasar pinggul, bawa prevalensi

penurunan organ simptomatis paling tiggi ada pada perempuan obesitas Class III

(13%) dan Class II (10%) dibandingkan dengan perempuan obesitas Class I (7%,

P = 0,04) (6). Dari Women’s Health Initiative (WHI) Hormone Therapy Clinical

Trial, Hendrix dkk. Melaprkanpenelitian cross-sectional terhadap 27.324

perempuan posca-menopausal. Risiko mengalami penurunan uterin yang diukur

secara objektif, rectocele, atau cystocele secara signifikan lebih tinggi (OR 30-

50%) pada perempuan bobot berlebih dan obesitas (BMI > 25) dibandingkan

dengan perempuan bobot normal (BMI 20-24,9) (2). Di dalam analisis sekunder

terhadap 16.608 perempuan yang terlibat di dalam WHI yang ditelit selama 5

tahun, Kudish dkk. Melaporkan perempuan yang mendapatkan bobot (rata-rata

4,4 kg) mengalami peningkatan penurunan organ dengan prevalensi yang

didefinisikan secara objekti (3). Risiko perkembangan penurunan organ pada

perempuan bobot berlebih atau obesitas dibandingkan dengan perempuan bobot

normal mengalami peningkatan 32% dan 48% untuk cystocele, 37% dan 58%

untuk rectocele, dan 43% dan 69% untuk penurunan organ uterin, secara berturut-

turut. Namun demikian, setelah menyesuaikan penurunan organ garis dasar dan

BMI, 10% perubahan bobot berhubungan dengan perubahan minimal pada POP

secara keseluruhan. Sepuluh persen penurunan bobot dihubungkan dengan

pemburukan penurunan organ uterin (odd ratio [OR] 0,93; confidence interval

[CI] 0,88-0,97) dan regresi cystocele (OR 1,03; CI 95% 1,00-1,05) dan rectocele

(OR 1,04; CI 95% 1,01-1,07). Penurunan bobot tidak memperburuk penurunan

organ di antara perempuan dengan penurunan organ lebih parah (pada atau di

9
bawah selaput dara). Sementara penurunan bobot (10%) telah berakibat pada

pengurangan cystocele dan rectocele, tidak ada pengaruh terhadap tingkat

penurunan organ yang lebih parah. Demikian juga, penelitian kami tidak

menunjukkan perkembangan simptom penurunan organ dengan penurunan bobot

signifikan. Ini menunjukkan bahwa kerusakan pada dasar pinggul yang

berhubungan dengan peningkatan bobot bisa dibalik.

Dari penelitian-penelitian di dalam pembedahanumum dan literatur

bariatrik, obesitas telah ditunjkkan secara kronis meningkatakan intra-abdominal

pressure (IAP) (12, 13). Di antara 63 pasien obesitas morbid yang menjalani

pembedakan bariatrik, IAP yang diukur dengan cateter uriner tanam pada posisi

telentang di bawah pengaruh bius mengalami peningkatan pada para pasien

obesitas morbid (14). Peningkatan IAP bisa menjadi mekanisme potensial yang

memberikan sumbangan pada peningkatan risiko gangguan dasar pinggul.

Peningkatan IAP di antara para pasien obesitas juga telah dilaporkan di dalam

literatur uroginegologi (15, 16). Subanalisis terhadap 11- perempuan dari

penelitian PRIDE menemukan bahwa tekanan intra-abdominal pada kapasitas

kistometrik maksimum meningkatkan 0,4 cm H2O per unit BMI dan 0,4 H2O per 2

cm peningkatan pada lingkar abdominal, (p < 0,01) (17). Namun demikian, tidak

adanya perkembangan simptom penurunan organ ini meskipun terjadi penurunan

bobot yang ditemukan pada penelitian-penelitian ini dan juga pada penelitian-

penelitan lain (3) menunjukkan bahwa etiologi penurunan organ bersifat

multifaktorial; termasuk kekautan ikatan sendi tulang, kualitas kolagen, kekautan

otot dan inervasi syaraf.

10
Di dalam penelitian kami, simptom-simptom penurunan organ paling

umum adalah tekanan abdominal yang lebih rendah dan perasaan berat pada

pinggul. Pada populasi perempuan bobot berlebih/obesitas ini, tekanan dan

perasaan berat mungkin tidak spesifik untuk penurunan organ tubuh, karena hanya

11% melaporkan perasaan bengkak dan 2% melaorkan melihat bengka. Simptom-

simptom tekanan yang sering kali dihubungkan dengan penurunan organ bersifat

non-spesifik bahkan pada perempuan bobot normal. Beberapa penelitian

melaporkan variasi cukup besar pada simptom-simptom perempuan untuk

penurunan organ saat dibandingkan dengan temuan-temuan pemeriksaan fisik. Di

antara perempuan-perempuan yang memilih pembedahan penurunan organ,

perempuan dengan penurunan organ tahap dua memiliki simptom-simptom yang

lebih berat dariapda mereka yang mengalami penurunan organ tahap tiga atau

empat (18). Ellerkman dkk. Melihat penurunan organ pada setiap bilik (anterior,

apikal dan posterior) dan juga tidak menemukan korelasi pemeriksaan fisik dan

simptom-simptom yang diperkirakan (19). Di samping itu, bahkan ketiak

penurunan organ bersifat simptomatis, simptom-simptom bisa saja berbeda (20).

Jadi, tidak mengherankan bahwa keluhan-keluhan kami tentang tekanan dan

perasaan berat juga tidak bersifat spesifik.

Ketika pembengkakan vagina bisa terlihat atau bis diraba, perempuan

sering kali merasakan kesulitan. Swift dkk. Menemukan bahwa ada 75%

kesempatan untuk secara benar menggolongkan seorang perempuan penderita

penurunan organ saat melaporkan bengkak vagina yang memunculkan perasaan

sulit (21). Menggunakan temuan-temuan pemeriksaan dan laporan pasien tentng

11
penurunan organ simptomatis, -0,5 (atau 0) cm di atas selaput dara akah menajdi

tanda klinis paling bermnafaat untuk definisi penurunan organ pinggul. Ini sejalan

dengan temuantemuan bahwa hanya laporan pembengkakan varina yang

menimbulkan perasaan sulit mengalami peningkatan pada kelompok-kelompok

BMI. Ini juga mendukung pelaporan diri non-spesifik tetnang “perasaan berat dan

tekanan” untuk mengidentifikasi penurunan organ pada populasi ini. Para peneliti

lain telah menemukan tidak adanya korelasi penurunan organ dan BMI (6,22).

Meskipun lebih dari separuh partisipan dengan simptom POP melaporkan

perkembangan atau kesembuhan dari simptom-simptom ini, tidak ada perbedaan

di antara kelompok-kelompok intervensi. Barangkali ini adalah akibat dari

penurunan bobot pada kelompok intervensi dan persepsi tentang peningkatan

kualitashidup pada para perempuan pada kelompok pendidikan kesehatan umum.

Ini juga bisa mencerminkan fakta bahwa perempuan ini berpartisipasi di dalam

sebuah penelitian dan telah meningkatkan kualitas hidup secara umum

menguntungkan untuk partisipasi di dalam penelitian. Menarik, sekitar 1 dari 5

subjek juga melaporkan simptom-simptom penurunan organ tanpa memperhatikan

kelompok intervensi.

Keterbatasan penelitian ini adalah bahwa kami tidak bisa membandingkan

simptom-simptom penurunan organ di antara para perempuan bobot

berlebih/obesits dan perempuan bobot normal karena perempuan bobot normal

tidak layak ikut di dalam penelitian ini. Di samping itu, penelitian ini merupakan

analisis sekunder, dan dengan demikian tidak memiliki kekuatan a priori untuk

mendeteksi perubahan-perubahan anatomik POP atau simptom-simptom spsifik

12
penurunan organ (bengka) dengan penurunan bobot. Pengukuran objektif dengan

data uji POPQ hanya tersedia untuk subkelompok perempuan dengan jumlah

terlalu kecil untuk menarik kesimpulan yang bermakna. Namun demikian,

penelitian kami menyediakan informasi tambahan tentang simtom-simptom

penurunan organ di dalam sebuah kelompok perempuan bobot berlebih dan

obesitas yang dimotivasi untuk menurunkan berat tubuh. Saat perempuan menjadi

lebih sadar akan risiko kesehatan terkait obesitas termasuk kondisi jantung,

diabetes, kanker rahim, dan juga gangguan dasar pinggul, perempuan akan

memerlukan lebih banyak informasi tentang bobot dan kesehatan (23). Dengan

peningaktan yang diusulkan di dalam hal permitanan akan layanan pengobatan

gangguan dasar pinggul perempuan, pengaruh obesitas terhadap dasar pinggul

secara keseluruhan menjadi perhatian penting di bidang kesehatan dan merupaan

permasalahan yang harus terus diteliti.

Ucapan Terima Kasih

Daftar Pustaka

13

Anda mungkin juga menyukai