Eusinofil
Ini merupakan 2-5% dari sel darah putih orang sehat tanpa alergi.
Berfungsi sebagai fagosit. Dan berperan pada imunitas parasit dan
memiliki berbagai reseptor yaitu igE. Fungsi utama eusinofil adalah
melawan infeksi parasit dan dapat juga memakan kompleks antigen
antibodi.
(Baratawidjaja, 2016)
3) Basofil dan sel mast :
Jumlah sel basofil yang di temukan di sirkulasi darah sangat sedikit
yaitu < 0,5% dari seluruh sel darah putih.basofil diduga dapat berfungsi
sebagai fagosit. Jika sel mast di temukan dalam jaringan yang
berhubungan dengan pembukuh darah dan basofil dalam darah. Basofil
dan sel mast di aktifkan juga melepas berbagai sitokin.
(Baratawidjaja, 2016)
4) Sel NK, sel Null, sel K
Limfosit terdiri dari sel B, sel T dan sel NK. Yang akhir adalah
golongan limfosit ketiga sesudah sel T dan sel B. Sel NK berkembang
dari sel progenitor yang sama dari sel B dan sel T. Sel NK dapat
membunuh berbagai sel tanpa bantuan tambahan untuk aktivasinya.di
semua bagian tubuh sel null hanya hidup 5-6 hari.
(Baratawidjaja, 2016)
5) Sel Dentritik
Sel ini berfungsi sebagai APC yang berperan awal pengenala
protein asing, mengawali respon imunitas selular dan humoral yang
mengaktifkan sel T naif, Th, CTL, dan sel B. Berfungsi dalam
pengenalan antigen, mengikat antigen, mengolah dan mempresentasikan
antigen ke sel T/ sel B.
(Baratawidjaja, 2016)
3
b. Leukosit
Leukosit (sel darah putih atau SDP) adalah unit yang dapat
bergerak pada sistem pertahanan imun tubuh. Imunitas adalah kemampuan
tubuh untukmenahan atau menyingkirkan benda asing atau sel abnormal
yang berpotensi merugikan. Leukosit dan turunan-turunannya, bersama
dengan berbagai protein plasma, membentuk sistem imun, suatu sistem
pertahanan internal yang mengenali dan menghancurkan atau menetralkan
benda-benda dalam tubuh yang asing bagi "individu normal". Secara
spesifik, sistem imun
(1) mempertahankan tubuh dari invasi mikroorganisme penyebab
penyakit (misalnya, bakteri dan virus);
4
(2) berfungsi membersihkan sel-sel tua (misalnya, sel darah merah yang
sudah tua) dan sisa jaringan (misalnya, jaringan yang rusak akibat trauma
atau penyakit), menyediakan jalan bagi penyembuhan luka dan perbaikan
jaringan; dan
3) mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang timbul di tubuh.
Untuk melaksanakan fungsinya, leukosit umumnya menggunakan strategi
"cari dan hancurkan"—yaitu, sel-sel ini pergi ke tempat invasi atau
kerusakan jaringan. Penyebab utama leukosit berada di dalam darah adalah
agar cepat diangkut dari tempat produksi atau penyimpanannya ke tempat
mereka dibutuhkan. Tidak
seperti eritrosit, leukosit mampu keluar dari darah dengan bergerak
menyerupai amuba, untuk menggeliat masuk ke pori kapiler yang sempit
dan merangkak ke area yang dituju. Akibatnya, sel efektor sistem imun
tersebar luas di seluruh tubuh dan dapat mempertahankan diri di lokasi
manapun. Karena itu, kami memperkenalkan leukosit-leukosit spesifik
dalam darah untuk menuntaskan pembahasan tentang darah, tetapi
menyisakan pembahasan lebih terperinci tentang fungsi fagositik dan
imunologik sel ini, yang terutama berlangsung di jaringan. Terdapat lima
jenis leukosit.
Leukosit tidak memiliki hemoglobin (berbeda dengan eritrosit)
sehingga tidak berwarna (yaitu, "putih") kecuali jika secara spesifik
diwarnai agar dapat dilihat dengan mikroskop. Tidak seperti eritrosit,
yang memiliki struktur seragam, fungsi identik, dan jumlah yang konstan,
leukosit bervariasi dalam struktur, fungsi, dan jumlah. Di dalam darah
terdapat lima jenis leukosit yang berbeda—neutrofil, eosinofil, basofil,
monosit, dan limfosit—masing-masing dengan struktur dan fungsi khas
tersendiri. Sel-sel ini agak lebih besardaripada eritrosit.(Sherwood, 2014)
c. Granulosit dan agranulosit,
Kelima jenis leukosit masuk ke dua kategori utama, bergantung
pada gambaran nukleus dan ada tidaknya granula di dalam sitoplasmanya
jika dilihat di bawah mikroskop. Neutrofil, eosinofil, dan
5
Gambar 3.2 Elemen sel darah normal dan hitung sel darah manusia.
(Sherwood, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Imunologi Dasar Abbas Fungsi dan Kelainan
Sistem Imun. Edisi ke-5. Singapore: Elsevier; 2016.
Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar. Edisi ke-11. Jakarta: FK UI;
2016.