Anda di halaman 1dari 4

A review of the theories of corporate social responsibility : Its evolutionary

path and the road ahead


Min-Dong Paul Lee

Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri konsep evolusi teori CSR dan bagamiana cara
pengimplikasiannya pada perkembangan jaman. Kita ingat kembali bahwa konsep CSR ini
dianggap realistis atau masuk akal jika diterapkan di sebuah perusahaan dengan tujuan
menambah keuntungan perusahaan. Ada dua proses perubahan konsep dalam CSR, yang pertama
dalam hal tingkat analisis peneliti telah beralih dari diskusi tentang pengaruh sosial CSR
terhadap laba. Yang kedua dalam hal orientasi teoritis, peneliti telah beralih dari argumen yang
secara normatif yang berorientasi pada etika/moral menjadi suatu studi yang berorientasi pada
kinerja secara implisit. Berdasarkan retrospeksi, batasan dari penelitian ini hanya menekankan
pada kasus bisnis saja dan disarankan bahwa penelitian selanjutnya perlu fokus kembali pada
penelitian dasar untuk mengembangkan konsep dan mekanisme secara teoritis yang menjelaskan
tentang perubahan perilaku organisasi dari perspektif masyarakat yang lebih luas.

Sebagian besar akademisi dan pakar bisnis telah menelusuri bagaimana corporate social
responsibility (CSR) telah berubah dari ide yang tidak relevan dan sering tidak disukai menjadi
salah satu konsep yang biasa dan diterima secara luas di dunia bisnis sekitar dua puluh tahun
terakhir ini. Bahkan sampai akhir tahun 1970-an, CSR dicemooh dan dianggap sebagai lelucon,
dalam komunitas bisnis dan investasi (Lydenberg 2005).

Namun, pada akhir tahun 1990-an, teori CSR menjadi hampir secara universal disetujui
dan dipromosikan oleh semua komponen di masyarakat mulai dari pemerintah, perusahaan
hingga organisasi non-pemerintah dan konsumen. Sebagian besar organisasi internasional
seperti PBB, Bank Dunia, dan pengembangan Ekonomi serta Organisasi ketenagakerjaan
Internasional. Mereka tidak hanya mendukung CSR, tetapi juga telah menetapkan pedoman
secara permanen untuk meneliti dan mempromosikan CSR. Pada tahun 1977, kurang dari 50%
perusahaan Fortune 500 menyebut CSR dalam laporan tahunan mereka. Namun pada akhir 1990-
an, hampir 90% dari perusahaan Fortune 500 menganut CSR sebagai elemen penting dalam
tujuan organisasi mereka, dan secara aktif mempromosikan kegiatan CSR dalam laporan tahunan
(Boli dan Hartsuiker 2001). Perubahannya begitu besar sehingga CEO General Electric, Jeffrey
Immelt, menyatakan bahwa 'dunia telah berubah' (Gunther 2004), dan mantan CEO HP-
Compaq, Carly Fiorina, mengklaim bahwa 'bisnis baru yang nyata' telah muncul (Fiorina
2001).

PEEKEMBANGAN KONSEP CSR


Pada tahun 1917, ketika Henry Ford berdiri di ruang sidang, Henry Ford adalah salah satu
pengusaha paling terkenal sepanjang masa. Industrialis Amerika dan pendiri Ford Motor
Company. Michigan setuju dengan pendapat Henry Ford untuk menginvestasikan keuntungan
perusahaan Ford Motor pada penambahan jumlah pabrik sambil menurunkan harga kendaraan
Model T, ia menyatakan tujuan dari cara ini adalah untuk mereka yang layak mendapatkannya,
agar bisa digunakan untuk bekerja sehingga mendapatkan penghasilan. Karena Bisnis adalah
layanan bukan semata profit oriented (Lewis 1976). Gagasan Ford tentang bisnis sebagai
layanan kepada masyarakat tidak hanya diejek oleh para pemegang saham (shareholder), tetapi
juga oleh pengadilan yang memberikan deviden terbanyak kepada Dodge brothers (Mahkamah
Agung Michigan 1919). Pada tahun 1999, 80 tahun kemudian, cicit Henry Ford, yaitu William
Clay Ford Jr memegang kendali perusahaan dan mencoba lagi untuk meyakinkan para pemangku
kepentingan perusahaannya (stakeholders) tentang pentingnya bisnis sebagai layanan kepada
masyarakat, Kami ingin menemukan cara-cara baru yang cerdik. untuk memeuaskan konsumen,
memberikan pengembalian yang superior kepada pemegang saham dan menjadikan dunia tempat
yang lebih baik bagi kita semua '(Meredith 1999). Namun kali ini, cicit Ford menerima banyak
dukungan dari berbagai pemangku kepentingan perusahaan, termasuk pemegang saham.

Mengapa pemegang saham Ford Motor Company merespon secara berbeda dalam dua
periode? Mungkin ada perubahan budaya yang mendukung tanggung jawab sosial selama 80
tahun silam, terutama selama 1960-an. Namun, alasan yang lebih kritis adalah karena makna dan
implikasi bisnis dari CSR pada tahun 1999 jauh lebih cocok bagi pemegang saham dari pada
yang dianjurkan pada tahun 1919. Pada tahun 1919, konsep tanggung jawab sosial suatu
perusahaan secara samar-samar hanya berorientasi pada moral dan sosial. sehingga pemegang
saham tidak dapat melihat bagaimana hal itu menguntungkan mereka terkait dengan kinerja dan
manajemen perushaan. Menurut Adam Smith (1976), Saudaranya Dodge tidak melihat manfaat
nyata dalam menjalankan bisnis untuk kemajuan perusahaan. tidak ada hubungan logis antara
CSR dan laba, karena pemegang saham berinvestasi bukan untuk membuat percekcokan di
masyarakat tetapi untuk mendapatkan pengembalian finansial yang cukup besar. keputusan
Dodge untuk menuntut Ford adalah perilaku yang logis.

Namun, selama tiga dekade berikutnya, konsep CSR mengalami kemajuan. CSR Ada dua
proses perubahan konsep dalam CSR, yang pertama dalam hal tingkat analisis peneliti telah
beralih dari diskusi tentang pengaruh sosial CSR ke analisis pengaruh CSR terhadap laba. Yang
kedua dalam hal orientasi teoritis, peneliti telah beralih dari argumen yang secara normatif yang
berorientasi pada etika/moral menjadi suatu studi yang berorientasi pada kinerja secara implisit.
Pada akhir 1990-an, CSR juga telah digabungkan dengan literatur strategi dan hubungannya
dengan hasil pasar telah dibuat lebih eksplisit (Hart 1997; Kotler dan Lee 2005; Orlitzky et al.
2003; Porter dan Kramer 2002, 2006). Meskipun bukti empiris untuk hasil pasar CSR masih
belum dapat disimpulkan dengan baik (Margolis dan Walsh 2003; Vogel 2005), terdapat hasil
nyata sehingga semakin banyak pemegang saham dan investor institusi mulai menerima gagasan
bahwa penerapan CSR dapat mengarah pada imbalan finansial dalam jangka panjang. Apa yang
membuat perbedaan dalam sikap pemegang saham mengenai CSR adalah perubahan dalam
persepsi yang nyata (Meyer dan Rowan 1977) tentang CSR dan hubungannya dengan kinerja
organisasi.

Perkembangan konsep CSR tidak terjadi secara instan. Tetapi melalui proses yang
bertahap dan sulit. kita diketahui bahwa para intelektual publik seperti Milton Friedman dengan
keras menentang gagasan CSR dengan alasan bahwa hal itu tidak adil dan perlu mengeluarkan
biaya mahal kepada para pemegang saham (Friedman 1962, 1972b). hingga akhir 1970-an
sebagian manager juga banyak yang tidak menerapkan CSR karena bagi mereka itu CSR
merugikan karena mengeluarkan biaya yang banyak namun hasil yang tidak pasti (Ackerman
1973; Klepper dan Mackler 1986). Salah satu alasan mengapa Friedman (1962) sangat
menentang CSR adalah karena dia takut dana pemegang saham disalahgunakan oleh eksekutif
oportunistik, Selain itu, ia tidak percaya bahwa manajer perusahaan memiliki keterampilan dan
keahlian yang tepat untuk menangani masalah sosial secara efektif
Namun, selama dua dekade terakhir, konsep CSR telah semakin nyata dan sangat
berpengaruh dengan tujuan organisasi yang lebih luas seperti reputasi dan manajemen pemangku
kepentingan. Selain itu, sebagian besar studi dan literatur tentang CSR berpendapat bahwa CSR
secara positif mempengaruhi kinerja perusahaan (review studi empiris, Margolis dan Walsh
2003; Orlitzky et al. 2003). Baru baru ini CSR mendapat dukungan lebih dari investor, CSR juga
telah berhasil memobilisasi empat lusin investor institusional AS dan Eropa terkemuka dengan
aset lebih dari $ 2,7 triliun untuk mengatasi masalah tata kelola lingkungan, sosial dan tata kelola
perusahaan secara kolektif. CSR telah dirasionalisasi dan dilembagakan secara memadai dalam
komunitas bisnis, tidak hanya digunakan oleh perusahaan Fortune 500 tetapi perusahaan lain
juga secara aktif mempromosikan CSR dalam laporan tahunan mereka (Boli dan Hartsuiker
2001).
Lihat pada Gambar 1, disitu dijelaskan bagaimana perkembangan CSR, pada tahun 1950
an dan 1960 an peneliti CSR berfokus pada lembaga social makro untuk mempromosikan CSR
(Bowen 1953). Bowen memahami visi misi CSR menjadi lebih luas mengenai masyarakat
Amerika dengan tujuan memperkuat bisnis ekonomi dan social.
Penentang CSR, berpendapat sebaliknya, mereka beranggapan bahwa tanggung jawab
manajer perusahaan yang pertama dan terpenting adalah untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang saham (Friedman 1972a; Levitt 1958). Friedman berpendapat bahwa manajer
perusahaan akan membuat agen tanggung jawab sosial yang tidak dapat diandalkan dan tidak
efisien. Asumsi tingkah laku manajer yang mementingkan diri sendiri tidak memungkinkannya
untuk melihat bahwa CSR dan kinerja keuangan perusahaan (CFP) dapat dilakukan secara
simultan dan efektif oleh manajer perusahaan. Karena perbedaan asumsi, kedua belah pihak akal
sehatnya tertutup selama hampir dua decade. Tujuan dari peneliti selama periode ini adalah
untuk membangun hubungan positif antara CSR dan CFP. Namun, sebagian besar peneliti di
tahun 1970-an dan 1980-an mencoba menemukan hubungan antara CSR dan CFP tanpa
menjelaskan hubungannya.
EVOLUSI TEORI CSR
Pada tahun 1900-an dan 1960-an Bowen ingin membuat teori CSR itu lebih jelas, dia
mengibaratkan CSR sebagai obat namun, meskipun CSR bukan seperti obat yang mujarab tatapi
dari CSR ini sangat berpengaruh untuk kemajuan perusahaan. Baginya pengembangan CSR
harus disambut baik yang perlu didorong dan didukung. Penyebab utama mereka tidak
menyetujui adalah karena asumsi negative pemegang saham kepada pemilik perusahaan, mereka
takut dananya disalahgunakan oleh manajer perusahaan.
Meskipun pengembangan teoritis telah membawa CSR dan CFP semakin dekat,
hubungan CSR dan CFP belum diverifikasi secara tegas melalui studi empiris. Seperti yang
diilustrasikan dalam tinjauan literatur terperinci di atas, dengan perubahan kepedulian teoretis,
arah studi empiris juga telah beralih dari penelitian dasar tentang apa itu CSR dan bagaimana dan
mengapa perusahaan menerapkannya (Ackerman 1973; Davis 1973; Murray 1976)
IMPLIKASI UNTUK PENELITIAN MASA DEPAN

Berdasarkan beberapa penelitian CSR, saya berpendapat bahwa sudah waktunya


untuk memperbarui penelitian dasar dalam CSR. Lebih menjelaskan apa itu CSR dan bagaimana
perubahan CSR itu terjadi, mengembangkan indicator yang lebih objekrif seperti 'Apa
sebenarnya tanggung jawab bisnis?' Dan 'Bagaimana masyarakat dapat menggunakan dan
mempromosikan CSR?' dan mencari bukti untuk timbal balik keuangan CSR. Ini juga berarti
menciptakan konsep dan alat untuk membangun teori yang dapat menjelaskan perubahan yang
telah terjadi di dunia perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai