Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, status gizi (IMT/U
dan persen lemak tubuh), aktivitas fisik, asupan zat gizi makro (energi, karbohidrat, lemak,
protein), dan asupan zat gizi mikro (vitamin C, zat besi, seng, magnesium, kalsium) dengan
nilai VO2max. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain studi cross sectional yang
melibatkan 116 siswa kelas X di SMAN 39 Jakarta pada tahun 2013. Nilai VO2max diukur
dengan menggunakan metode 20 m shuttle run test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata nilai VO2max siswa belum mencapai standar VO2max yang baik, yaitu 41,15
ml/kg/menit pada siswa laki-laki dan 36,45 ml/kg/menit pada siswa perempuan. Variabel
yang memiliki hubungan bermakna dengan VO2max adalah jenis kelamin, status gizi (IMT/U
dan persen lemak tubuh), aktivitas fisik, asupan protein, zat besi, seng, dan kalsium. IMT/U
dan persen lemak tubuh memiliki korelasi negatif yang kuat dengan VO2max. Sementara
aktivitas fisik dan asupan zat besi memiliki korelasi positif yang sedang, sedangkan asupan
protein, seng, dan kalsium memiliki korelasi positif yang lemah dengan VO2max. Diperlukan
status gizi yang baik, asupan gizi yang seimbang serta aktivitas fisik yang dilakukan secara
teratur untuk meningkatkan nilai VO2max sehingga mencapai standar yang baik.
Kata kunci:
20 m shuttle run test; aktivitas fisik; asupan gizi; status gizi; VO2max
Abstract
The purpose of this study was to determine the relationship between sex, nutritional
status (BMI/Age and body fat percentage), physical activity, intake of macronutrients (energy,
carbohydrate, fat, protein), and intake of micronutrients (vitamin C, iron, zinc, magnesium,
calcium) with VO2max value. This study was conducted using a cross sectional design that
involved 116 students of class X at SMAN 39 Jakarta in 2013. VO2max value was measured
by 20 m shuttle run test. The results showed that the average values of VO2max of students
had not reached a good standard, 41,15 ml/kg/min on boys and 36,45 ml/kg/min on girls.
Variables that had significant relationships with VO2max were sex, nutritional status
(BMI/Age and body fat percentage), physical activity, intake of protein, iron, zinc, and
calcium. The results of correlation tests also showed that BMI/Age and body fat percentage
had strong negative correlations with VO2max. While physical activity and intake of iron had
moderate positive correlations, intake of protein, zinc, and calcium had weak positive
correlations with VO2max. A good nutritional status, balanced nutrition, and regular activity
are needed to improve VO2max values and achieve a good standard.
Key words:
20 m shuttle run; nutritional intake; nutritional status; physical activity; VO2max
Status Gizi
Status gizi berkaitan dengan nilai VO2max dibuktikan dengan hasil penelitian pada
remaja Italia yang menunjukkan bahwa status gizi yang dilihat dari indeks massa tubuh
memiliki hubungan yang signifikan negatif dengan nilai VO2max (Grassi et al., 2006). Selain
indeks massa tubuh, persentase lemak tubuh juga berpengaruh terhadap nilai VO2max.
Aktivitas Fisik
VO2max atau konsumsi oksigen maksimal meningkat sebesar 6% - 20% dengan
melakukan aktivitas fisik (Katch et al., 2011). Kebugaran kardiorespiratori dapat ditingkatkan
dalam 3 - 6 hari per minggu dengan melakukan latihan atau olahraga aerobik (Corbin et al.,
2000). Saltin (1986) mengemukakan bahwa 3 minggu tubuh menjalani keadaan istirahat total
dapat menyebabkan kebugaran menurun sebesar hampir 10% per minggu, tetapi penurunan
kebugaran tersebut dapat dengan mudah dikembalikan dengan melakukan aktivitas secara
teratur (Sharkey dan Gaskill, 2007). Jenis latihan aerobik yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kebugaran kardiorespiratori antara lain berjalan, jogging, berenang, bersepeda,
ski, olahraga aerobik di air, lompat tali, dan juga senam aerobik (Hoeger dan Hoeger, 2010).
Asupan Gizi
Nilai VO2max juga dipengaruhi oleh asupan gizi baik makro maupun mikro. Penelitian di
Finlandia membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara energi, protein, dan lemak
dengan kebugaran kardiorespiratori yang diukur dengan nilai VO2max (König et al., 2003).
Selain zat-zat gizi makro tersebut, karbohidrat juga dikaitkan dengan kebugaran karena
karbohidrat menjadi sumber energi utama pada saat melakukan latihan aerobik dengan
intensitas tinggi pada waktu lebih dari satu jam (Williams, 2002, dalam Fatmah dan Ruhayati,
2011). Byars et al. (2006) juga membuktikan adanya pengaruh karbohidrat pada nilai
VO2max.
Tidak hanya zat gizi makro, zat gizi mikro juga dapat memberikan pengaruh pada nilai
VO2max seseorang. Vitamin C dalam tubuh berfungsi sebagai antioksidan dan juga
meningkatkan penyerapan zat besi. Vitamin C memberikan keuntungan bagi performa fisik
secara tidak langsung dengan meningkatkan fungsi fisiologi tubuh. Defisiensi vitamin C
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross
sectional. Variabel dependen yang diteliti yaitu nilai VO2max. Sementara itu variabel
independen yang diteliti yaitu jenis kelamin, status gizi (IMT/U dan persen lemak tubuh),
aktivitas fisik, asupan zat gizi makro (energi, protein, karbohidrat, dan lemak), dan asupan zat
gizi mikro (vitamin C, Fe, Zn, Mg, Ca).
Subjek
Responden dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 39 Jakarta kelas X tahun ajaran
2012/2013 sebanyak 116 responden yang sehat dan tidak merokok serta belum mengikuti
survei pendahuluan dan uji validasi kuesioner. Seratus enambelas responden yang terdiri dari
45 responden laki-laki dan 71 responden perempuan ini dipilih berdasarkan systematic
random sampling.
Analisis Statistik
Hasil Penelitian
Berikut merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan, baik hasil analisis univariat
maupun bivariat dari semua variabel yang diteliti dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 1 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin di SMAN 39 Jakarta Tahun 2013
Laki-Laki 45 39%
Perempuan 71 61%
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 71 orang (61%), sedangkan yang berjenis kelamin laki-
laki yaitu sebanyak 45 orang (39%). Kemudian sebaran responden menurut nilai VO2max,
status gizi (IMT dan PLT), aktivitas fisik, dan asupan gizi dapat dilihat pada tabel berikutnya.
Tabel 3 Analisis Perbedaan Nilai VO2max Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa di SMAN
39 Jakarta Tahun 2013
Rata-Rata ± SD
Jenis Kelamin Jumlah (n) Nilai p
(VO2max)
Laki-Laki 45 41,15 ± 6,27
0,001
Perempuan 71 36,45 ± 3,53
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai VO2max responden laki-laki adalah 41,15
ml/kg/menit dengan sedangkan untuk responden perempuan rata-rata nilai VO2max-nya
adalah 36,45 ml/kg/menit. Hasil uji statistik hubungan antara jenis kelamin dengan nilai
VO2max menggunakan uji t independen menghasilkan nilai p sebesar 0,001 yang berarti
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan nilai
VO2max adalah IMT/U, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, asupan protein, zat besi, seng,
dan kalsium. Sedangkan asupan energi, karbohidrat, lemak, vitamin C, dan magnesium tidak
berhubungan signifikan dengan VO2max. Hubungan antara IMT/U dengan nilai VO2max
memiliki nilai korelasi sebesar -0,752 yang artinya hubungan antara kedua variabel tersebut
kuat. Selanjutnya, hubungan antara persen lemak tubuh (PLT) dengan nilai VO2max memiliki
nilai korelasi sebesar -0,856 yang berarti bahwa persen lemak tubuh dengan nilai VO2max
memiliki hubungan yang sangat kuat. Hubungan IMT/U dan PLT dengan nilai VO2max
berpola negatif yang artinya semakin tinggi nilai IMT/U dan persen lemak tubuh, maka
semakin rendah nilai VO2max. Sedangkan nilai korelasi aktivitas fisik dengan VO2max
sebesar 0,284 menandakan bahwa antara aktivitas fisik dan nilai VO2max memiliki hubungan
Tabel 5 Regresi Linear Sederhana Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Asupan Gizi dengan Nilai
VO2max pada Siswa SMAN 39 Jakarta Tahun 2013
Persamaan garis regresi yang diperoleh berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai
IMT/U dapat menerangkan variasi nilai VO2max sebesar 56,5%, persen lemak tubuh dapat
menerangkan variasi VO2max sebesar 73,3%, kemudian variabel aktivitas fisik, protein, zat
besi, seng dan kalsium dapat menerangkan variasi VO2max berturut-turut sebesar 8,1%, 5,6%,
8%, 6,4%, dan 6,3%. Variabel asupan zat besi dan kalsium dianalisis menggunakan nilai dari
data yang ditranformasi ke dalam nilai log disebabkan distribusi data yang tidak normal.
Pembahasan
Nilai VO2max
Hubungan Status Gizi (IMT/U dan Persen Lemak Tubuh) dengan Nilai VO2max
Berdasarkan analisis hubungan IMT/U dengan nilai VO2max menggunakan uji korelasi
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut.
Hasil yang signifikan juga didapatkan dari hubungan antara persen lemak tubuh dengan nilai
VO2max. Hubungan tersebut juga berpola negatif yang menjelaskan bahwa hubungan antara
semakin tinggi nilai IMT/U dan persen lemak tubuh maka nilai VO2max akan cenderung
menurun. Hubungan dengan pola negatif tersebut serupa dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lee dan Arslanian (2007) yang juga membuktikan bahwa semakin tinggi
indeks massa tubuh maka nilai VO2max semakin menurun. Hubungan status gizi dengan
VO2max juga dibuktikan oleh Pate et al. (2006) pada kaum muda di Amerika Serikat yang
memberikan hasil seirama bahwa pada kelompok yang memiliki berat badan normal ternyata
memiliki nilai VO2max yang lebih baik bila dibandingkan dengan kelompok yang overweight.
Kesimpulan
Berdasarkan metode pengukuran tidak langsung yaitu 20 m shuttle run test, rata-rata nilai
VO2max siswa SMAN 39 Jakarta 38,27 ml/kg/menit (VO2max siswa laki-laki sebesar 41,15
ml/kg/menit dan siswa perempuan sebesar 36,45 ml/kg/menit) yang menandakan bahwa
status nilai VO2max yang masih kurang baik. Kemudian terdapat perbedaan signifikan nilai
rata-rata VO2max berdasarkan jenis kelamin. Selain jenis kelamin, IMT/U dan persen lemak
tubuh berhubungan secara signifikan dengan nilai VO2max dan hubungan tersebut memiliki
nilai korelasi negatif yang kuat. Aktivitas fisik juga berhubungan secara signifikan dengan
nilai VO2max dan hubungan tersebut memiliki nilai korelasi positif yang sedang.
Asupan zat gizi makro berupa asupan protein berhubungan secara signifikan dengan nilai
VO2max dan hubungan tersebut memiliki nilai korelasi positif yang lemah. Selanjutnya
asupan zat gizi mikro berupa asupan zat besi (Fe), seng (Zn), dan kalsium (Ca) berhubungan
secara signifikan dengan nilai VO2max, hubungan asupan zat besi dengan VO2max memiliki
Saran
Bagi Sekolah
Pihak sekolah dapat membuat program peningkatan VO2max melalui beberapa cara
seperti mengadakan pengukuran berat badan dan tinggi badan bagi para siswa secara rutin
setiap bulannya untuk mengetahui skor IMT/U sehingga dapat mengontrol status gizi siswa.
Kemudian pihak sekolah juga dapat membuat program berupa edukasi gizi untuk memberikan
pengetahuan mengenai gizi yang sehat dan berimbang seperti melalui penyuluhan gizi bagi
para siswa yang dapat diadakan tiga bulan sekali, pelaksanaan edukasi ini juga dapat
melibatkan orang tua siswa sehingga orang tua dapat memberikan gizi yang baik untuk anak-
anaknya. Selain dengan edukasi, pihak sekolah juga dapat mengadakan bazaar makanan sehat.
Selanjutnya untuk mengupayakan peningkatan aktivitas fisik, pada hari Sabtu dapat dilakukan
senam aerobik bersama di pagi hari dan setiap tiga bulan sekali yaitu pada pertengahan dan
akhir semester dapat dilakukan pertandingan olahraga antar kelas kemudian dapat
dikembangkan menjadi pertandingan olahraga antarsekolah.
Bagi Siswa
Para siswa hendaknya mengkuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang telah tersedia di
sekolah seperti futsal, basket, hoki, dan voli secara rutin sehingga dapat meningkatkan
aktivitas fisik.
Kepustakaan
American College of Sport Medicine. (2006). ACSM’s guidelines for exercise testing and
prescription (7th ed.). USA: Lipincott Williams and Wilkins.
Benardot, D. (2006). Advanced sport nutrition. USA: Human Kinetics.
Blair, S.N., et al. (1989). Physical fitness and all-cause mortality: A prospective study of
healthy men and women. JAMA, 262, 2395-2401.
Bredbenner, C.B., et al. (2007). Wardlaw’s perspective of nutrition (8th ed.). USA: McGraw-
Hill.
Byars, A., et al. (2006). The effectiveness of a pre-exercise performance drink (PRX) on
indices of maximal cardiorespiratory fitness. Journal of the International Society of
Sports Nutrition, 3, 56-59.
Cao, Z.B. (2012). Association between dietary intake of micronutrients and cardiorespiratory
fitness in Japanese men. Journal of Nutritional Science, 1, 1-6.
Corbin, C.B., Lindsey, R., & Welk, G. (2000). Concepts of fitness and wellness (3rd ed).
USA: McGraw-Hill.
Cuenca, G.M., et al. (2012). Cardiorespiratory fitness and dietary intake in european
adolescents: The healthy lifestyle in Europe by nutrition in adolescence study. The
British Journal of Nutrition, 107, 1850-1859.
Driskell, J.A., & Wolinsky, I. (2002). Nutritional assessment of athletes. USA: CRC Press.
Fatmah dan Y. Ruhayati. (2011). Gizi kebugaran dan olahraga. Bandung: Lubuk Agung.
Gibney, M.J, et al, ed. (2008). Gizi kesehatan masyarakat. (Andry Hartanto, Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Gibson, R.S. (2005). Principle of nutritional assessment. (2nd ed.). USA: Oxford University
Press.
Grassi, G.P., Turci, M., & Sforza, C. (2006). Aerobic fitness and somatic growth in
adolescents: A cross sectional investigation in a high school context. Journal of Sport
Medicine Physical Fitness, 46, 412-418.