Anda di halaman 1dari 18

Hubungan Jenis Kelamin, Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Asupan Gizi

dengan Nilai VO2max pada Siswa SMAN 39 Jakarta Tahun 2013

Diana Permatasari dan Engkus Kusdinar Achmad


Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, status gizi (IMT/U
dan persen lemak tubuh), aktivitas fisik, asupan zat gizi makro (energi, karbohidrat, lemak,
protein), dan asupan zat gizi mikro (vitamin C, zat besi, seng, magnesium, kalsium) dengan
nilai VO2max. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain studi cross sectional yang
melibatkan 116 siswa kelas X di SMAN 39 Jakarta pada tahun 2013. Nilai VO2max diukur
dengan menggunakan metode 20 m shuttle run test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata nilai VO2max siswa belum mencapai standar VO2max yang baik, yaitu 41,15
ml/kg/menit pada siswa laki-laki dan 36,45 ml/kg/menit pada siswa perempuan. Variabel
yang memiliki hubungan bermakna dengan VO2max adalah jenis kelamin, status gizi (IMT/U
dan persen lemak tubuh), aktivitas fisik, asupan protein, zat besi, seng, dan kalsium. IMT/U
dan persen lemak tubuh memiliki korelasi negatif yang kuat dengan VO2max. Sementara
aktivitas fisik dan asupan zat besi memiliki korelasi positif yang sedang, sedangkan asupan
protein, seng, dan kalsium memiliki korelasi positif yang lemah dengan VO2max. Diperlukan
status gizi yang baik, asupan gizi yang seimbang serta aktivitas fisik yang dilakukan secara
teratur untuk meningkatkan nilai VO2max sehingga mencapai standar yang baik.

Kata kunci:
20 m shuttle run test; aktivitas fisik; asupan gizi; status gizi; VO2max

Abstract

The purpose of this study was to determine the relationship between sex, nutritional
status (BMI/Age and body fat percentage), physical activity, intake of macronutrients (energy,
carbohydrate, fat, protein), and intake of micronutrients (vitamin C, iron, zinc, magnesium,
calcium) with VO2max value. This study was conducted using a cross sectional design that
involved 116 students of class X at SMAN 39 Jakarta in 2013. VO2max value was measured
by 20 m shuttle run test. The results showed that the average values of VO2max of students
had not reached a good standard, 41,15 ml/kg/min on boys and 36,45 ml/kg/min on girls.
Variables that had significant relationships with VO2max were sex, nutritional status
(BMI/Age and body fat percentage), physical activity, intake of protein, iron, zinc, and
calcium. The results of correlation tests also showed that BMI/Age and body fat percentage
had strong negative correlations with VO2max. While physical activity and intake of iron had
moderate positive correlations, intake of protein, zinc, and calcium had weak positive
correlations with VO2max. A good nutritional status, balanced nutrition, and regular activity
are needed to improve VO2max values and achieve a good standard.

Key words:
20 m shuttle run; nutritional intake; nutritional status; physical activity; VO2max

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


Pendahuluan
Nilai VO2max yang rendah meningkatkan faktor risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular (Blair et al., 1989). Sebuah studi di Amsterdam, Belanda, menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara nilai VO2max dengan risiko penyakit kardiovaskular (Twisk et al.,
2000). Hal tersebut juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan pada anak-anak dan
remaja di Swedia, anak-anak dan remaja dengan nilai VO2max yang buruk berisiko lebih
tinggi menderita penyakit kardiovaskular di kemudian hari dibandingkan dengan anak-anak
dan remaja dengan nilai VO2max yang lebih baik (Ortega et al., 2008; Ruiz et al., 2009).
Penelitian mengenai VO2max telah dilakukan di beberapa negara dan hasilnya
menunjukkan bahwa nilai VO2max pada populasi yang diteliti masih rendah atau berada di
bawah standar (standar VO2max yang baik adalah ≥ 39 ml/kg/menit untuk perempuan dan
≥ 44 ml/kg/menit untuk laki-laki (Katch et al., 2011)). Penelitian pada remaja laki-laki dan
perempuan Spanyol berumur 13-18 tahun menunjukkan bahwa nilai rata-rata VO2max mereka
yaitu berturut-turut sebesar 42,5 ml/kg//menit dan 36,8 ml/kg/menit (Ortega et al., 2007).
Selain itu, penelitian pada remaja laki-laki Yunani menunjukkan bahwa nilai rata-rata
VO2max mereka yaitu sebesar 34,7 ml/kg/menit (Kautedakis dan Bouziotas, 2003).
Kemudian, penelitian serupa juga dilakukan pada remaja laki-laki dan perempuan di China
yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata VO2max mereka yaitu berturut-turut sebesar 39,4
ml/kg/menit dan 35,1 ml/kg/menit (Sun et al., 2011).
Penelitian mengenai kebugaran kardiorespiratori yang diukur dari nilai VO2max juga
telah dilakukan di Indonesia. Penelitian pada mahasiswa Program Studi Gizi FKM UI pada
tahun 2012 yang menunjukkan bahwa nilai VO2max baik pada mahasiswa laki-laki dan
perempuan masih di bawah standar yaitu berturut-turut sebesar 35,6 ml/kg/menit dan 28,8
ml/kg/menit (Sinamo, 2012). Survei pendahuluan yang dilakukan di SMAN 39 Jakarta
dengan menggunakan metode 20 m shuttle run test menunjukkan bahwa nilai rata-rata
VO2max siswa SMAN 39 Jakarta juga masih tergolong di bawah standar yaitu 40,07
ml/kg/menit pada laki-laki dan 34,22 ml/kg/menit pada perempuan (Permatasari, 2013).
Nilai VO2max diketahui berhubungan dengan beberapa faktor, salah satunya yaitu jenis
kelamin. Penelitian yang dilakukan pada remaja Italia dan Portugis menggunakan metode 20
m shuttle run test menemukan hubungan yang signifikan antara nilai VO2max dengan jenis
kelamin. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa nilai VO2max pada anak laki-laki lebih
baik dibandingkan dengan perempuan (Grassi et al., 2006; Guerra et al., 2002).
Faktor lain yang berhubungan dengan nilai VO2max pada seseorang adalah status gizi.
Penelitian yang dilakukan pada anak-anak dan remaja di Amerika mengungkapkan hubungan

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


yang bermakna antara nilai VO2max dengan total jaringan lemak tubuh. Responden yang
memiliki massa lemak yang lebih rendah cenderung memiliki nilai VO2max yang lebih baik
(Lee dan Arslanian, 2007). Pada sebuah studi di Italia dibuktikan bahwa IMT (Indeks Massa
Tubuh) dan VO2max memiliki hubungan signifikan yang negatif. Pada kedua jenis kelamin,
remaja dengan IMT yang lebih rendah memiliki nilai VO2max yang lebih baik (Grassi et al.,
2006).
Selain jenis kelamin dan status gizi, faktor selanjutnya yang terbukti berhubungan dengan
nilai VO2max seseorang adalah aktivitas fisik. Penelitian yang dilakukan pada anak-anak dan
remaja umur 9 dan 15 tahun di Denmark memberikan hasil bahwa terdapat hubungan
signifikan antara kebugaran aerobik dengan aktivitas fisik (Kristensen et al., 2010). Selain itu,
penelitian di Australia pada responden berumur 8-15 tahun mengungkapkan bahwa penurunan
kapasitas aerobik pada anak-anak dan remaja Australia dipengaruhi oleh penurunan aktivitas
fisik (Tomkinson et al., 2003).
Di samping faktor-faktor yang telah dipaparkan sebelumya, asupan gizi makro dan mikro
juga terbukti berhubungan dengan nilai VO2max. Penelitian di Finlandia menunjukkan bahwa
asupan energi, protein dan lemak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat
kebugaran kardiorespiratori (König et al., 2003). Pemberian suplementasi Fe dan C juga
terbukti meningkatkan nilai VO2max (Vaz et al., 2010). Selain itu, penelitian di Jepang
menemukan hubungan yang bermakna antara asupan kalsium dengan nilai VO2max (Cao et
al., 2012). Kemudian Zn dan Mg juga diketahui berhubungan dengan kebugaran fisik
(Driskell dan Wolinsky, 2002).
Berdasarkan beberapa data yang telah dikemukakan sebelumnya, terlihat bahwa nilai
VO2max pada remaja di berbagai negara masih rendah atau berada di bawah standar VO2max
yang baik, termasuk remaja Indonesia. Dari hasil survei awal yang telah dilakukan ternyata
nilai rata-rata VO2max pada siswa SMAN 39 Jakarta yaitu sebesar 36,56 ml/kg/menit dengan
nilai rata-rata VO2max pada laki-laki sebesar 40,07 ml/kg/menit dan 34,22 ml/kg/menit pada
perempuan dan nilai ini masih tergolong di bawah standar. Selain itu, ternyata terdapat 60%
responden yang tidak memenuhi standar VO2max yang baik (Permatasari, 2013). Hal tersebut
mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai nilai VO2max pada siswa SMAN
39 Jakarta. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai VO2max dan
hubungannya dengan jenis kelamin, status gizi (IMT/U dan persen lemak tubuh), aktivitas
fisik, asupan gizi makro (energi, karbohidrat, lemak, protein) dan asupan gizi mikro (vitamin
C, Fe, Zn, Mg, dan Ca) pada siswa SMAN 39 Jakarta.

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


Tinjauan Teoritis
Kebugaran Kardiorespiratori dan VO2max
Salah satu komponen kebugaran fisik yang paling penting adalah kebugaran
kardiorespiratori yang sering disebut juga dengan daya tahan kardiorespiratori dan kapasitas
aerobik (Hoeger dan Hoeger, 2009; Corbin et al., 2000). Adapun indikator terbaik untuk
mengukur kebugaran kardiorespiratori adalah VO2max (Corbin et al., 2000). VO2max atau
disebut juga penyerapan oksigen maksimal merupakan tingkat tertinggi oksigen yang dapat
dikonsumsi tubuh selama melakukan proses latihan atau tingkat maksimal oksigen yang dapat
diserap, didistribusikan, dan digunakan oleh tubuh selama seseorang melakukan aktivitas fisik
(ACSM, 2010, dalam Nieman, 2011). Tingkat VO2max yang tinggi bergantung pada tiga
sistem tubuh yang penting yaitu (1) sistem pernafasan atau respiratori yang berfungsi dalam
mengambil oksigen dari udara ke paru-paru dan mentransportasikannya ke dalam darah; (2)
sistem kardiovaskular yang berfungsi memompa dan juga mendistribusikan oksigen darah ke
seluruh tubuh; (3) serta sistem muskuloketal yang berfungsi dalam menggunakan oksigen
untuk mengubah karbohidrat dan lemak yang tersimpan menjadi adenosine trifosfat (ATP)
untuk kontraksi otot dan produksi panas (Nieman, 2011).

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Nilai VO2max


Jenis Kelamin
Perbedaan nilai VO2max antara laki-laki dan perempuan ini berkaitan dengan kadar
hemoglobin yang lebih tinggi dan juga lemak tubuh yang lebih rendah pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan (Hoeger dan Hoeger, 2010). Sharkey dan Gaskill (2007)
menyatakan bahwa perempuan memiliki massa otot yang lebih sedikit dan massa lemak yang
lebih banyak daripada laki-laki. Hal tersebut membuat kebugaran aerobik perempuan akan
lebih rendah bila dibandingkan laki-laki. Kemudian tingkat hemoglobin yang lebih tinggi
pada laki-laki daripada perempuan menyebabkan perbedaan kapasitas pengangkutan darah
yang menyebabkan laki-laki mendapat oksigen yang jauh lebih banyak selama proses latihan
sehingga kapasitas aerobiknya lebih baik (Hoeger dan Hoeger, 2010).

Status Gizi
Status gizi berkaitan dengan nilai VO2max dibuktikan dengan hasil penelitian pada
remaja Italia yang menunjukkan bahwa status gizi yang dilihat dari indeks massa tubuh
memiliki hubungan yang signifikan negatif dengan nilai VO2max (Grassi et al., 2006). Selain
indeks massa tubuh, persentase lemak tubuh juga berpengaruh terhadap nilai VO2max.

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


Penelitian pada kaum Afrika-Amerika berumur 8-17 tahun menunjukkan hasil bahwa total
jaringan lemak tubuh memiliki hubungan dengan nilai VO2max, responden dengan nilai
VO2max yang sedang dan tinggi memiliki massa lemak yang lebih rendah dibandingkan
dengan responden yang memiliki nilai VO2max yang rendah (Lee dan Arslanian, 2007).
Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan nilai VO2max juga diperkuat oleh hasil
penelitian di Amerika dan Kanada yang menunjukkan bahwa kelompok dengan kebugaran
kardiorespiraoti yang sedang dan tinggi memiliki total lemak viseral dan abdominal yang
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok dengan kebugaran kardiorespiratori yang rendah
(Wong et al., 2004; Jansen et al., 2004)

Aktivitas Fisik
VO2max atau konsumsi oksigen maksimal meningkat sebesar 6% - 20% dengan
melakukan aktivitas fisik (Katch et al., 2011). Kebugaran kardiorespiratori dapat ditingkatkan
dalam 3 - 6 hari per minggu dengan melakukan latihan atau olahraga aerobik (Corbin et al.,
2000). Saltin (1986) mengemukakan bahwa 3 minggu tubuh menjalani keadaan istirahat total
dapat menyebabkan kebugaran menurun sebesar hampir 10% per minggu, tetapi penurunan
kebugaran tersebut dapat dengan mudah dikembalikan dengan melakukan aktivitas secara
teratur (Sharkey dan Gaskill, 2007). Jenis latihan aerobik yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kebugaran kardiorespiratori antara lain berjalan, jogging, berenang, bersepeda,
ski, olahraga aerobik di air, lompat tali, dan juga senam aerobik (Hoeger dan Hoeger, 2010).

Asupan Gizi
Nilai VO2max juga dipengaruhi oleh asupan gizi baik makro maupun mikro. Penelitian di
Finlandia membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara energi, protein, dan lemak
dengan kebugaran kardiorespiratori yang diukur dengan nilai VO2max (König et al., 2003).
Selain zat-zat gizi makro tersebut, karbohidrat juga dikaitkan dengan kebugaran karena
karbohidrat menjadi sumber energi utama pada saat melakukan latihan aerobik dengan
intensitas tinggi pada waktu lebih dari satu jam (Williams, 2002, dalam Fatmah dan Ruhayati,
2011). Byars et al. (2006) juga membuktikan adanya pengaruh karbohidrat pada nilai
VO2max.
Tidak hanya zat gizi makro, zat gizi mikro juga dapat memberikan pengaruh pada nilai
VO2max seseorang. Vitamin C dalam tubuh berfungsi sebagai antioksidan dan juga
meningkatkan penyerapan zat besi. Vitamin C memberikan keuntungan bagi performa fisik
secara tidak langsung dengan meningkatkan fungsi fisiologi tubuh. Defisiensi vitamin C

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


memberikan beragam efek, mulai dari kelelahan, lemah otot, hingga anemia (Lukaski, 2004).
Selain itu, zat besi juga merupakan komponen gizi yang penting dalam kebugaran karena
fungsinya dalam membawa oksigen dalam darah (hemoglobin) dan juga dalam otot
(mioglobin) (Benardot, 2006). Mineral lainnya yang penting terhadap status kebugaran adalah
zink. Fungsi alat-alat tubuh yang berperan terhadap kebugaran dapat terhambat apabila status
zink dalam tubuh rendah (Fatmah dan Ruhayati, 2011). Magnesium juga berperan penting
dalam kebugaran, magnesium berfungsi dalam berbagai proses fisiologis seperti kerja syaraf
otot, sistem kardiovaskular, dan fungsi hormon (Driskell dan Wolinsky, 2002). Pokan et al
(2006) juga membuktikan adanya pengaruh pemberian magnesium terhadap kenaikan nilai
VO2max. Selain magnesium, kalsium berperan penting dalam kebugaran. Asupan kalsium
terbukti memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai VO2max (Cao et al., 2012). Sumber
kalsium terdapat dalam bahan makanan dari produk olahan susu seperti keju, susu, roti putih,
biskuit (Bredbenner et al., 2007). Hubungan yang bermakna antara kebugaran
kardiorespiratori dengan tingginya konsumsi produk olahan susu dibuktikan pada sebuah
penelitian pada 1492 remaja di Eropa (Cuenca et al., 2012).

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross
sectional. Variabel dependen yang diteliti yaitu nilai VO2max. Sementara itu variabel
independen yang diteliti yaitu jenis kelamin, status gizi (IMT/U dan persen lemak tubuh),
aktivitas fisik, asupan zat gizi makro (energi, protein, karbohidrat, dan lemak), dan asupan zat
gizi mikro (vitamin C, Fe, Zn, Mg, Ca).

Subjek
Responden dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 39 Jakarta kelas X tahun ajaran
2012/2013 sebanyak 116 responden yang sehat dan tidak merokok serta belum mengikuti
survei pendahuluan dan uji validasi kuesioner. Seratus enambelas responden yang terdiri dari
45 responden laki-laki dan 71 responden perempuan ini dipilih berdasarkan systematic
random sampling.

Pengukuran Nilai VO2max


Nilai VO2max diukur melalui tes kebugaran 20 m shuttle run. Tes ini dipilih karena
efisien, fasilitas yang digunakan terjangkau, dan juga valid untuk mengukur nilai VO2max
pada remaja (Leger dan Lambert, 1982; Tomkinson et al., 2003; Matsuzaka et al., 2004).

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


Hasil tes kebugaran yang dilakukan kemudian digunakan untuk menghitung nilai VO2max
dengan menggunakan persamaan Matsuzaka et al. (2004) sebagai berikut.

VO2max = 61.1 – (2.20 x G) – (0.462 x A) – (0.862 x IMT) + (0.192 x TL)


 
Keterangan:
VO2max = asupan oksigen maksimum (ml/kg/menit)
A = umur (tahun)
G = jenis kelamin ( 0 untuk laki-laki; 1 untuk perempuan)
IMT = indeks massa tubuh (kg/m2)
TL = total lap yang diselesaikan responden

Pengukuran Status Gizi (IMT/U dan Persen Lemak Tubuh)


Data IMT/U diperoleh dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Pengukuran
berat badan dan tinggi badan dilakukan dua kali secara berulang agar didapat hasil yang lebih
konsisten (Gibney et al., 2008). Kemudian pengukuran persen lemak tubuh diukur
menggunakan BIA (Bioelectrical Impedance Analysis). Pengukuran dengan BIA dipilih
karena merupakan pengukuran persen lemak yang akurat karena faktor-faktor seperti berat
badan, tinggi badan, usia, serta jenis kelamin disertai pada pengukurannya (Gibson, 2005)

Pengukuran Aktivitas Fisik


Data aktivitas fisik diperoleh dengan pengisian kuesioner aktivitas fisik PAQ-A (Physical
Activity for Adolescent) yang merupakan kuesioner recall aktivitas fisik selama 7 hari yang
telah dimodifikasi sesuai dengan uji validasi dan reliabilitas. Kuesioner PAQ-A
dikembangkan untuk remaja 14-19 tahun sehingga sesuai dengan responden pada penelitian
ini. Kuesioner ini juga telah terbukti valid untuk menilai aktivitas fisik pada remaja (Kowalski
et al., 2004).

Pengukuran Asupan Gizi


Asupan gizi berupa zat gizi makro (energi, karbohidrat, lemak, protein) dan zat gizi
mikro (vitamin C, zat besi, seng, magnesium, kalsium) diperoleh melalui wawancara food
recall 2x24 jam. Metode ini dipilih karena lebih efisien dan mudah penggunaannya. Selain itu,
metode ini juga telah dapat menggambarkan asupan gizi individu dengan lebih optimal
(Supariasa et al., 2001).

Analisis Statistik

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


Dilakukan dua jenis analisis yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis
univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi tiap variabel yang diteliti.
Data disajikan dalam bentuk tabel statistik deskriptif yang terdiri dari nilai mean, maksimum,
minimum, dan simpangan baku untuk variabel dengan data numerik yaitu nilai VO2max,
status gizi (IMT/U dan persen lemak tubuh), aktivitas fisik, asupan gizi makro (energi, protein,
karbohidrat, lemak) dan asupan gizi mikro (vitamin C, Fe, Zn, Mg, Ca). Sedangkan untuk
data yang berjenis kategorik yaitu jenis kelamin disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
dengan ukuran persentase. Kemudian analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independen (jenis kelamin, status gizi, aktivitas fisik, dan asupan gizi) dengan
variabel dependen (nilai VO2max). Terdapat dua macam uji yang digunakan pada penelitian
ini yaitu uji korelasi dan uji t independen. Hubungan antara variabel independen yang
numerik dengan variabel dependen yang numerik dianalisis menggunakan uji korelasi yang
kemudian dilanjutkan dengan uji regresi linear sederhana untuk mendapatkan persamaan garis
yang dapat memprediksi besarnya variabel dependen berdasarkan variabel dependennya.
Sedangkan hubungan antara variabel independen yang kategorik dengan variabel dependen
yang numerik dianalisis menggunakan uji t independen.

Hasil Penelitian
Berikut merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan, baik hasil analisis univariat
maupun bivariat dari semua variabel yang diteliti dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Tabel 1 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin di SMAN 39 Jakarta Tahun 2013

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 45 39%

Perempuan 71 61%

Total 116 100%

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 71 orang (61%), sedangkan yang berjenis kelamin laki-
laki yaitu sebanyak 45 orang (39%). Kemudian sebaran responden menurut nilai VO2max,
status gizi (IMT dan PLT), aktivitas fisik, dan asupan gizi dapat dilihat pada tabel berikutnya.

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


Tabel 2 Sebaran Responden Menurut Nilai VO2max, Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Asupan
Gizi di SMAN 39 Jakarta Tahun 2013

No. Variabel Rata-Rata SD Min - Maks

1. VO2max (ml/kg/menit) 38,27 5,29 23,58 - 51,39

2. IMT/U (SD) 0,26 1,31 -3,70 - 3,540

3. Persen Lemak (%) 24,86 6,64 8,20 - 39,80

4. Aktivitas Fisik 2,04 0,42 1,11 - 3,100

5. Asupan Energi (kkal) 1767,60 470,79 542,55 - 3241,75

6. Asupan Karbohidrat (g) 217,00 61,05 72,60 - 405,70

7. Asupan Lemak (g) 71,58 22,72 18,15 - 149,50

8. Asupan Protein (g) 60,68 17,42 21,80 - 107,00

9. Asupan Vit. C (mg) 98,52 107,21 0,80 - 517,50

10. Asupan Fe (mg) 8,25 3,61 2,85 - 23,50

11. Asupan Zn (mg) 6,85 2,11 1,85 - 11,90

12. Asupan Mg (mg) 186,74 65,71 45,70 - 357,85

13. Asupan Ca (mg) 391,75 237,81 056,60 - 1202,35

Tabel 3 Analisis Perbedaan Nilai VO2max Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa di SMAN
39 Jakarta Tahun 2013

Rata-Rata ± SD
Jenis Kelamin Jumlah (n) Nilai p
(VO2max)
Laki-Laki 45 41,15 ± 6,27
0,001
Perempuan 71 36,45 ± 3,53

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai VO2max responden laki-laki adalah 41,15
ml/kg/menit dengan sedangkan untuk responden perempuan rata-rata nilai VO2max-nya
adalah 36,45 ml/kg/menit. Hasil uji statistik hubungan antara jenis kelamin dengan nilai
VO2max menggunakan uji t independen menghasilkan nilai p sebesar 0,001 yang berarti

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


terlihat adanya perbedaan yang signifikan rata-rata nilai VO2max antara responden laki-laki
dengan responden perempuan.
Tabel 4 Analisis Hubungan Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Asupan Gizi dengan Nilai
VO2max pada Siswa SMAN 39 Jakarta Tahun 2013

Variabel Korelasi (r) Nilai p

IMT/U -0,752’ 0,001*

PLT -0,856’ 0,001*

Aktivitas Fisik 0,284 0,002*

Asupan Energi 0,180 0,053*

Asupan Karbohidrat 0,178 0,056*

Asupan Lemak 0,080 0,394*

Asupan Protein 0,236 0,011*

Asupan Vitamin C -0,110’ 0,242*

Asupan Zat Besi 0,282 0,002*

Asupan Seng 0,253 0,006*

Asupan Magnesium 0,119 0,205*

Asupan Kalsium 0,251 0,006*


*Korelasi berhubungan signifikan (p < 0,05)

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan nilai
VO2max adalah IMT/U, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, asupan protein, zat besi, seng,
dan kalsium. Sedangkan asupan energi, karbohidrat, lemak, vitamin C, dan magnesium tidak
berhubungan signifikan dengan VO2max. Hubungan antara IMT/U dengan nilai VO2max
memiliki nilai korelasi sebesar -0,752 yang artinya hubungan antara kedua variabel tersebut
kuat. Selanjutnya, hubungan antara persen lemak tubuh (PLT) dengan nilai VO2max memiliki
nilai korelasi sebesar -0,856 yang berarti bahwa persen lemak tubuh dengan nilai VO2max
memiliki hubungan yang sangat kuat. Hubungan IMT/U dan PLT dengan nilai VO2max
berpola negatif yang artinya semakin tinggi nilai IMT/U dan persen lemak tubuh, maka
semakin rendah nilai VO2max. Sedangkan nilai korelasi aktivitas fisik dengan VO2max
sebesar 0,284 menandakan bahwa antara aktivitas fisik dan nilai VO2max memiliki hubungan

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


yang sedang dan berpola positif yang artinya semakin tinggi aktivitas fisik, maka semakin
tinggi pula nilai VO2max. Sementara untuk asupan gizi, hubungan asupan protein dengan
nilai VO2max menghasilkan nilai korelasi sebesar 0,236 yang berarti bahwa hubungan kedua
variabel ini lemah. Kemudian, nilai korelasi zat besi dengan nilai VO2max sebesar 0,282
menandakan hubungan yang sedang. Selanjutnya hubungan asupan seng dan kalsium dengan
nilai VO2max memiliki nilai korelasi berturut-turut sebesar 0,253 dan 0,251 yang
menandakan hubungan yang lemah. Hubungan asupan zat-zat gizi tersebut memiliki nilai
korelasi positif yang menandakan bahwa semakin tinggi asupan zat-zat gizi tersebut maka
semakin tinggi pula nilai VO2max.

Tabel 5 Regresi Linear Sederhana Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Asupan Gizi dengan Nilai
VO2max pada Siswa SMAN 39 Jakarta Tahun 2013

Variabel R R2 Persamaan Garis Nilai p

IMT/U -0,752 0,565 VO2max = 39,072 - 3,033*IMT/U 0,001

PLT -0,856 0,733 VO2max = 55,220 - 0,682*PLT 0,001

Aktivitas Fisik 0,284 0,081 VO2max = 30,978 + 3,575*AKT 0,002

Protein 0,236 0,056 VO2max = 33,923 + 0,072*Protein 0,011

Zat Besi (Fe) 0,282 0,080 VO2max = 31,110 + 8,155*log Fe 0,002

Seng (Zn) 0,253 0,064 VO2max = 33,927 + 0,634*Zn 0,006

Kalsium (Ca) 0,251 0,063 VO2max = 26,555 + 4,671*log Ca 0,006

Persamaan garis regresi yang diperoleh berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai
IMT/U dapat menerangkan variasi nilai VO2max sebesar 56,5%, persen lemak tubuh dapat
menerangkan variasi VO2max sebesar 73,3%, kemudian variabel aktivitas fisik, protein, zat
besi, seng dan kalsium dapat menerangkan variasi VO2max berturut-turut sebesar 8,1%, 5,6%,
8%, 6,4%, dan 6,3%. Variabel asupan zat besi dan kalsium dianalisis menggunakan nilai dari
data yang ditranformasi ke dalam nilai log disebabkan distribusi data yang tidak normal.

Pembahasan
Nilai VO2max

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


Nilai rata-rata VO2max responden keseluruhan sebesar 38,27 ml/kg/menit, dengan nilai
VO2max pada responden laki-laki sebesar 41,15 ml/kg/menit dan pada responden perempuan
sebesar 36,45 ml/kg/menit. Bila dibandingkan dengan standar nilai VO2max yang baik
menurut Katch et al. (2011) yaitu ≥ 44 ml/kg/menit pada laki-laki dan ≥ 39 ml/kg/menit pada
perempuan, nilai rata-rata VO2max pada responden penelitian ini masih belum mencapai
standar VO2max, baik pada responden laki-laki maupun pada responden perempuan.

Perbedaan Nilai VO2max Berdasarkan Jenis Kelamin


Analisis menggunakan uji t independen menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan nilai rata-rata VO2max berdasarkan jenis kelamin. Nilai rata-rata VO2max
pada responden laki-laki ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai rata-rata
VO2max pada responden perempuan. Hasil ini serupa dengan penelitian di Italia pada remaja
yang juga menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan nilai VO2max
berdasarkan jenis kelamin (Grassi et al., 2006). Hal tersebut berhubungan dengan kadar
hemoglobin yang lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Dengan kadar
hemoglobin yang lebih tinggi pada laki-laki menyebabkan laki-laki mendapatkan oksigen
yang lebih banyak sehingga kebugaran aerobiknya lebih baik (Hoeger dan Hoeger, 2010).
Selain itu, Sharkey dan Gaskill (2007) juga menyatakan bahwa perempuan memiliki massa
otot yang lebih sedikit dan massa lemak yang lebih banyak daripada laki-laki. Hal tersebut
membuat kebugaran aerobik perempuan akan lebih rendah bila dibandingkan laki-laki.

Hubungan Status Gizi (IMT/U dan Persen Lemak Tubuh) dengan Nilai VO2max
Berdasarkan analisis hubungan IMT/U dengan nilai VO2max menggunakan uji korelasi
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut.
Hasil yang signifikan juga didapatkan dari hubungan antara persen lemak tubuh dengan nilai
VO2max. Hubungan tersebut juga berpola negatif yang menjelaskan bahwa hubungan antara
semakin tinggi nilai IMT/U dan persen lemak tubuh maka nilai VO2max akan cenderung
menurun. Hubungan dengan pola negatif tersebut serupa dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lee dan Arslanian (2007) yang juga membuktikan bahwa semakin tinggi
indeks massa tubuh maka nilai VO2max semakin menurun. Hubungan status gizi dengan
VO2max juga dibuktikan oleh Pate et al. (2006) pada kaum muda di Amerika Serikat yang
memberikan hasil seirama bahwa pada kelompok yang memiliki berat badan normal ternyata
memiliki nilai VO2max yang lebih baik bila dibandingkan dengan kelompok yang overweight.

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


Hubungan Aktivitas Fisik dengan Nilai VO2max
Setelah dilakukan analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan nilai VO2max
menggunakan uji korelasi, diketahui hasil bahwa pada penelitian ini terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan nilai VO2max. Hasil serupa hubungan yang signifikan
antara aktivitas fisik dan nilai VO2max dapat terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh
Kristensen et al. (2010) pada remaja laki-laki dan perempuan Denmark dengan umur 9 dan 15
tahun. Pengaruh aktivitas fisik terhadap nilai VO2max dapat dikarenakan terjadinya
peningkatan jumlah oksigen yang masuk dalam tubuh saat seseorang sedang melakukan
aktivitas fisik, kemudian darah yang kaya oksigen tersebut akan dipompa oleh jantung ke
seluruh tubuh sehingga oksigen tersebut dapat diserap lebih banyak oleh otot (ACSM, 2006).
Selanjutnya menurut Sharkey dan Gaskill (2007), individu yang secara rutin menjalankan
aktivitas fisik akan mengurangi beban kerja jantung atau dapat dikatakan meningkatkan
efisiensi kerja jantung sehingga jantung mampu memompakan darah lebih banyak setiap
denyutnya.

Hubungan Asupan Gizi dengan Nilai VO2max


Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari asupan-asupan gizi yang diteliti dalam
penelitian ini ternyata asupan gizi yang memiliki hubungan signifikan dengan nilai VO2max
adalah asupan protein, zat besi, seng, dan kalsium. Hubungan asupan protein dengan VO2max
dijelaskan oleh teori yang menyatakan bahwa protein memiliki fungsi yang baik untuk
membangun dan menjaga jaringan tubuh salah satunya otot (Hoeger dan Hoeger, 2010). Hal
tersebut yang menjadi dasar hipotesis awal bahwa terdapat hubungan protein dengan VO2max
karena seperti yang telah diketahui bahwa otot berperan penting dalam kebugaran (Nieman,
2011).
Hubungan antara zat besi dan VO2max dijelaskan oleh beberapa teori menyebutkan
bahwa zat besi merupakan komponen gizi penting yang berfungsi dalam membawa oksigen
dalam darah dan juga otot (Bernadot, 2006). Selanjutnya Sharkey dan Gaskill (2007)
menyatakan bahwa zat besi digunakan oleh mioglobin otot untuk membawa dan menyimpan
oksigen untuk enzim oksidase yang bermanfaat pada proses aerobik
Selanjutnya hubungan antara asupan seng dengan VO2max dapat dijelaskan oleh teori
yang diungkapkan oleh Driskell dan Wolinsky (2002), mereka menyatakan bahwa rendahnya
konsentrasi serum seng dalam darah mengakibatkan adanya penurunan kekuatan otot dan
kapasitas latihan. Selain itu Fatmah dan Ruhayati (2011) menyatakan bahwa apabila status

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


seng dalam tubuh rendah, maka fungsi alat-alat tubuh yang berperan terhadap kebugaran
dapat terhambat.
Hubungan yang signifikan antara asupan kalsium dengan VO2max dibuktikan pada
penelitian yang dilakukan oleh Cao et al. (2012). Selain itu, Fatmah dan Ruhayati (2011)
menyatakan bahwa kalsium merupakan salah satu elektrolit yang jumlahnya besar di dalam
tubuh, apabila terjadi kekurangan kalsium maka dapat menyebabkan kejang-kejang otot.
Padahal menurut Nieman (2011) otot berperan penting dalam menunjang kebugaran
kardiorespiratori. Berdasarkan teori tersebut maka dapat terlihat adanya hubungan asupan
kalsium dengan kebugaran kardiorespiratori yang dapat diukur dengan VO2max.
Asupan gizi yang tidak berhubungan signifikan dengan VO2max seperti energi,
karbohidrat, lemak, vitamin C, dan magnesium dapat disebabkan oleh penggunaan metode
pengukuran asupan gizi dan desain penelitian yang berbeda dari penelitian bermakna
sebelumnya seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Vaz et al. (2010), Byars et al. (2006),
dan Pokan et al. (2006). Kebanyakan dari penelitian yang bermakna antara asupan gizi
dengan VO2max adalah penelitian yang menggunakan desain studi eksperimental, desain
studi eksperimental membuat semua variabel terkontrol termasuk variabel-variabel lain di luar
variabel penelitian (Rajab, 2008), sedangkan penelitian ini menggunaan desain studi cross
sectional sehingga dapat terjadi perbedaan hasil yang didapatkan dari penelitian bermakna
sebelumnya.

Kesimpulan
Berdasarkan metode pengukuran tidak langsung yaitu 20 m shuttle run test, rata-rata nilai
VO2max siswa SMAN 39 Jakarta 38,27 ml/kg/menit (VO2max siswa laki-laki sebesar 41,15
ml/kg/menit dan siswa perempuan sebesar 36,45 ml/kg/menit) yang menandakan bahwa
status nilai VO2max yang masih kurang baik. Kemudian terdapat perbedaan signifikan nilai
rata-rata VO2max berdasarkan jenis kelamin. Selain jenis kelamin, IMT/U dan persen lemak
tubuh berhubungan secara signifikan dengan nilai VO2max dan hubungan tersebut memiliki
nilai korelasi negatif yang kuat. Aktivitas fisik juga berhubungan secara signifikan dengan
nilai VO2max dan hubungan tersebut memiliki nilai korelasi positif yang sedang.
Asupan zat gizi makro berupa asupan protein berhubungan secara signifikan dengan nilai
VO2max dan hubungan tersebut memiliki nilai korelasi positif yang lemah. Selanjutnya
asupan zat gizi mikro berupa asupan zat besi (Fe), seng (Zn), dan kalsium (Ca) berhubungan
secara signifikan dengan nilai VO2max, hubungan asupan zat besi dengan VO2max memiliki

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


nilai korelasi positif yang sedang, sementara hubungan asupan seng dan kalsium dengan
VO2max memiliki nilai korelasi positif yang lemah.

Saran
Bagi Sekolah
Pihak sekolah dapat membuat program peningkatan VO2max melalui beberapa cara
seperti mengadakan pengukuran berat badan dan tinggi badan bagi para siswa secara rutin
setiap bulannya untuk mengetahui skor IMT/U sehingga dapat mengontrol status gizi siswa.
Kemudian pihak sekolah juga dapat membuat program berupa edukasi gizi untuk memberikan
pengetahuan mengenai gizi yang sehat dan berimbang seperti melalui penyuluhan gizi bagi
para siswa yang dapat diadakan tiga bulan sekali, pelaksanaan edukasi ini juga dapat
melibatkan orang tua siswa sehingga orang tua dapat memberikan gizi yang baik untuk anak-
anaknya. Selain dengan edukasi, pihak sekolah juga dapat mengadakan bazaar makanan sehat.
Selanjutnya untuk mengupayakan peningkatan aktivitas fisik, pada hari Sabtu dapat dilakukan
senam aerobik bersama di pagi hari dan setiap tiga bulan sekali yaitu pada pertengahan dan
akhir semester dapat dilakukan pertandingan olahraga antar kelas kemudian dapat
dikembangkan menjadi pertandingan olahraga antarsekolah.

Bagi Siswa
Para siswa hendaknya mengkuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang telah tersedia di
sekolah seperti futsal, basket, hoki, dan voli secara rutin sehingga dapat meningkatkan
aktivitas fisik.

Bagi Peneliti Lain


Beberapa saran bagi peneliti lain agar penelitian mengenai kebugaran khususnya
VO2max memberikan hasil yang lebih baik yaitu dengan melakukan peengukuran VO2max
menggunakan metode langsung agar hasil yang didapatkan dapat lebih akurat. Kemudian
apabila pengukuran VO2max dilakukan dengan metode tidak langsung yang serupa dengan
penelitian ini hendaknya perlu mengantisipasi kendala seperti kurangnya motivasi responden
dalam melakukan tes kebugaran, seperti dengan melakukan tes di pagi hari agar responden
masih segar dan terhindar dari cuaca terik yang dapat menyebabkan responden enggan
melakukan tes kebugaran. Selain itu, disarankan pula untuk menggunakan instrumen

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


penelitian yang lebih canggih seperti dengan pemeriksaan biokimia untuk analisis zat gizi,
penggunaan pedometer untuk mengukur aktivitas fisik, serta melakukan penelitian dengan
desain studi eksperimental agar dapat diketahui kausalitas.

Kepustakaan

American College of Sport Medicine. (2006). ACSM’s guidelines for exercise testing and
prescription (7th ed.). USA: Lipincott Williams and Wilkins.
Benardot, D. (2006). Advanced sport nutrition. USA: Human Kinetics.
Blair, S.N., et al. (1989). Physical fitness and all-cause mortality: A prospective study of
healthy men and women. JAMA, 262, 2395-2401.
Bredbenner, C.B., et al. (2007). Wardlaw’s perspective of nutrition (8th ed.). USA: McGraw-
Hill.
Byars, A., et al. (2006). The effectiveness of a pre-exercise performance drink (PRX) on
indices of maximal cardiorespiratory fitness. Journal of the International Society of
Sports Nutrition, 3, 56-59.
Cao, Z.B. (2012). Association between dietary intake of micronutrients and cardiorespiratory
fitness in Japanese men. Journal of Nutritional Science, 1, 1-6.
Corbin, C.B., Lindsey, R., & Welk, G. (2000). Concepts of fitness and wellness (3rd ed).
USA: McGraw-Hill.
Cuenca, G.M., et al. (2012). Cardiorespiratory fitness and dietary intake in european
adolescents: The healthy lifestyle in Europe by nutrition in adolescence study. The
British Journal of Nutrition, 107, 1850-1859.
Driskell, J.A., & Wolinsky, I. (2002). Nutritional assessment of athletes. USA: CRC Press.
Fatmah dan Y. Ruhayati. (2011). Gizi kebugaran dan olahraga. Bandung: Lubuk Agung.
Gibney, M.J, et al, ed. (2008). Gizi kesehatan masyarakat. (Andry Hartanto, Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Gibson, R.S. (2005). Principle of nutritional assessment. (2nd ed.). USA: Oxford University
Press.
Grassi, G.P., Turci, M., & Sforza, C. (2006). Aerobic fitness and somatic growth in
adolescents: A cross sectional investigation in a high school context. Journal of Sport
Medicine Physical Fitness, 46, 412-418.

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


Guerra, S., et al. (2002). Relationship between cardiorespiratory fitness, body composition
and blood pressure in school children. Journal of Sport Medicine Physical Fitness, 42,
207-2013.
Hoeger, W.W.K., & Hoeger, S.A. (2009). Fitness and wellnes (8th ed.). Belmont, USA:
Wadsworth.
-----------------------------------------. (2010). Principles and labs for physical fitness (7th ed.).
USA: Wadsworth.
Kautedakis, Y., & Bouziotas C. (2003). National physical education curriculum: Motor and
cardiovascular health related fitness in Greek adolescents. British Journal of Sport
Medicine, 37, 311-314.
Katch, V.L., McArdle, W.D., & Katch, F.I. (2011). Essentials of exercise physiology (4th ed.).
USA: Lipincott Williams and Wilkins.
Kowalski, et al., (2004). Physical activity questionnaire for older children (PAQ-C) and
adolescents (PAQ-A) manual. Canada: College of Kinesiology.
König, D., et al. (2003). Cardiorespiratory fitness modifies the association between dietary fat
intake and plasma fatty acids. European Journal of Clinical Nutrition, 57, 810-815.
Kristensen, P.L., et al. (2010). The association between aerobic fitness and physical activity
in children and adolescents: the European Youth Heart Study. European Journal of
Applied Physiology, 110, 267-275.
Jansen, I., et al. (2004). Fitness alters the associations of BMI and waist circumference with
total and abdominal fat. Obesity Research 12, 525-537.
Lee, S.J., & Arslanian, S.A. (2007). Cardiorespiratory fitness and abdominal adiposity in
youth. European Journal of Clinical Nutrition, 61, 561-565.
Leger, L.A., & Lambert, J. (1982). A maximal multistage 20-m shuttle run test to predict
VO2max. European Journal Applied Physiology, 49, 1-12.
Lukaski H.C. (2004). Vitamin and mineral status: effects on physical performance. Journal of
Nutrition, 20, 632-644.
Matsuzaka, A, et al. (2004). Validity of the multistage 20-m shuttle run test for Japanese
children, adolescents, and adults. Pediatric Exercise Science, 16, 113-125.
Nieman, D.C. (2011). Exercise testing and precription (7th ed.). USA: The McGrawl-Hill.
Ortega, F.B., et al. (2008). Physical fitness in childhood and adolescence: A power marker of
health. International Journal of Obesity, 32, 1-11.
-----------------------. (2007). Cardiorespiratory fitness and sedentary activities are associated
with adiposity in adolescents. International Journal of Obesity, 15, 1589-1599.

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013


Pate, R.R., et al. (2006). Cardiorespiratory fitness levels among US youth 12 to 19 years of
age. Arch Pediatric Adolescent Med, 160, 1005-1012.
Permatasari, D. (2013). Survei awal penelitian nilai VO2max siswa SMAN 39 Jakarta.
Pokan, R., et al. (2006). Oral magnesium therapy, exercise heart rate, exercise tolerance, and
myocardial function in coronary artery disease patients. British Journal of Sport
Medicine, 40(9), 773-778.
Rajab, W. (2008). Buku ajar epidemiologi. Jakarta: EGC.
Ruiz, et al. (2009). Predictive validity of health related fitness in youth: A systematic review.
British Journal of Sport Medicine, 43, 909-923.
Sharkey, B.J., & Gaskill, S.E. (2007). Fitness and health (6th ed.). Champaign, Illinois, USA:
Human Kinetics
Sinamo, E.C. (2012). Hubungan antara status gizi, asupan gizi, dan aktivitas fisik dengan
VO2max pada mahasiswa program studi gizi FKM UI tahun 2012. Depok: Skripsi FKM
UI.
Sun, M.X., et al. (2011). One hour after school exercise ameliorates central adiposity and
lipids in overweight Chinese adolescents: A randomized controlled trial. Chinese
Medical Journal, 124(3), 323-329.
Supariasa, I.D.N., et al. (2001). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.
Tomkinson, G.R, Olds, T.S., & Gulbin, J. (2003). Secular trends in physical performance of
Australian children. Journal of Sport Medicine Physical Fitness, 43, 90-98.
Twisk, J.W.R., Kemper, H.C.G., & Mechelen, W.V. (2000). Tracking of activity and fitness
and the relationship with cardiovascular disease risk factors. Journal of the American
College of Sports Medicine, 1455-1461.
Wong, S.L. (2004). Cardiorespiratory fitness is associated with lower abdominal fat
independent of body mass index. Medicine and Science in Sports and Exercise, 286-291.
Vaz, Mario, et al. (2010). Micronutrient supplementation improves physical performance
measures in Asian Indian school age children. The Journal of Nutrition, 1-7.

Hubungan Jenis..., Diana Permatasari, FKM UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai