Anda di halaman 1dari 7

Hip atau daerah seputar pangkal paha merupakan bagian vital tungkaibawah.

Di sana terdapat
persendian dengan otot-otot besar kuat.Patahnya tulang hip bisa disebabkan oleh hanya
kecelakaan dan jugakontribusi patologis tulang terutama osteoporosis pada manula. Jikaterjadi
fraktur di daerah hip maka otot yang kuat tersebut dapatterstimulasi untuk berkontraksi yang
dapat berakibat perlukaan ataudeformitas. Pada kepala sendi pun terdapat pembuluh darah yang
cukupbesar dan sangat potensial menimbulkan masalah ancaman nekrosiskepala sendi jika
terjadi fraktur yang menyebabkan aliran darahterputus dan tidak mendapat penangan segera.
Dalam berbagai kasus,seseorang yang mengalami fraktur hip masih dapat berjalan tanpabeban
sehingga kemudian rasa nyeri yang menghebat mendorongnyauntuk mencari pertolongan medis.
Banyak pasien terutama manulamenolak untuk percaya bahwa tulangnya patah, mereka yakin
sakitnyasegera sembuh bila nyeri sudah diatasi.Penyuluhan bagi keluarga yang mempunyai
anggota keluarga yangpotensial mengalami cedera cukup penting untuk merubah
kondisilingkungan. Dengan situasi seperti diatas diharapkan perawat mampumengantisipasi
setiap kasus fraktur hip yang ditemui.

………………………………………………

Asuhan Keperawatan pada Pasien Fraktur Tulang Panggul ( Hip Fracture)

Fraktur merupakan diskontinuitas struktural pada tulang. Hip Adalah bagian dari tulang panggul
yang berartikulasi dengan pangkal tulang femur pada asetabulum

Fraktur Hip : Adalah suatu terminologi yang digunakan untuk menggambarkan fraktur tulang
femur pada daerah ujung/pangkal proksimal yang meliputi kepala sendi, leher, dan daerah
trochanter

Anatomi Fisiologi

Tulang femur terdiri dari :

a. Ujung atas yang meliputi :

· Kaput Femur adalah Massa yang membulat mengarah ke dalam dan keatas, tulang ini
halus dan dilapisi dengan kartilago kecuali pada fovea, lubang kecil tempat melekatnya ligamen
yang menghubungkan kaput ke area yang besar pada asetabulum dari tulang coxae. Di dalam
kaput tersebut terdapat percabangan dari arteri retinakular posterior dan

anterior, dan ligamentum teres serta arteri ligamentum teres

· Kolum(leher) femur adalah Korpus tulang mengarah ke bawah dan ke sebelah lateral
menghubungkan kaput dan korpus.
· Trochanter mayor pada sisi lateral dan trochanter minor pada sisi medial merupakan
tempat melekatnya otot-otot.

b. Korpus

c. Ujung bawah

Tulang femur bekerja sebagai alat ungkit dari tubuh sehingga memungkinkan untuk bergerak.
Tulang hip dibungkus oleh serabut yang berbentuk kapsul, ligamen, dan otot.

Bagian besar trochanter dalam pergerakannya dibantu oleh otot abduktor dan gerakan rotasinya
terbatas. Bagian terkecil dari trochanter dalam pergerakannya dibantu oleh otot ileopsoas.

Etiologi

Patah tulang pinggul paling sering terjadi karena jatuh atau pukulan langsung ke sisi pinggul.
Beberapa kondisi medis seperti osteoporosis, kanker, luka atau stres dapat melemahkan tulang
dan membuat pinggul lebih rentan terhadap patah.

Patah tulang panggul lebih sering pada wanita dari pada laki- laki, alasannya :

· Wanita memiliki tulang panggul lebih lebar yang cenderung mengalami coxa
vara(deformitas dari hip dimana sudut antara leher dan batang tulang mengecil).

· Wanita mengalami perubahan hormon post menopausal dan berhubungan dengan


meningkatnya insiden osteoporosis.

· Harapan hidup wanita lebih panjang dari pria.

Patofisiologi

Patah tulang pinggul (fraktur hip) mengacu pada fraktur femur di kepala(caput), leher (collum),
atau wilayah trochanterica. Caput femur adalah bagian yang mengisi daerah acetabulum. Collum
adalah daerah sempit di bawah caput. trochanterica adalah area di bawah collum.

Patah tulang panggul dapt diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : intracapsular atau extracapsular.
Intracapsularfractures adalah fraktur terjadi pada daerah yang masih berada dalam lingkup
kapsul sendi yang meliputi: fraktur sub kapital, fraktur transervikal, fraktur basal leher.
Extracapsular fraktur adalah fraktur terjadi di luar kapsul sendi panggul pada daerah sekitar 5
sentimeter di bawah trochanter minor. Fraktur ini juga disebut dengan fraktur
intertrochanteric.Caput dan collum femoralis terletak dalam kapsul sendi dan tidak termasuk
dalam periosteum; dengan demikian, caput dan collum tidak memiliki suplai darah yang cukup.
Patah di daerah ini biasanya jenis fragmen dan mungkin lebih menurunkan pasokan darah,
meningkatkan risiko nonunion (tidak menyatu) dan avascular nekrosis. Sedangkan Wilayah
trochanterica tertutup periosteum dan karena itu memiliki lebih banyak pasokan darah daripada
caput atau collum.

Patah tulang pinggul lebih sering terjadi pada orang tua sebagai akibat penurunan massa tulang
dan meningkatnya kecenderungan untuk jatuh.

Gejala klinis

a. Nyeri hebat pada daerah fraktur.

b. Tak mampu menggerakkan kaki.

c. Terjadi pemendekan karena kontraksi/spasmus otot-otot paha.

d. Eksternal rotasi pada tungkai tersebut.

e. Tanda-tanda lain sesuai dengan tanda fraktur pada umumnya, yaitu:

- Nyeri bertambah hebat jika ditekan/raba

- Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan dengan keadaan normal.

- Ada/tidak kulit yang terluka/terbuka di daerah fraktur.

- Teraba panas pada jaringan yang sakit karena peningkatan vaskularisasi di daerah tersebut.

- Pulsa/nadi pada daerah distal melemah/berkurang.

- Kehilangan sensasi pada daerah distal karena jepitan saraf oleh fragmen tulang.

- Krepitasi jika digerakkan (jangan melakukan pembuktian lebih lanjut jika pasti ada fraktur)

- Perdarahan.

- Hematoma, edema karena extravasasi darah dan cairan jaringan.

- Tanda-tanda shock akibat cedera berat, kehilangan darah, atau akibat nyeri hebat.

- Keterbatasan mobilisasi.

- Terbukti fraktur lewat foto rontgen

Komplikasi

Kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur hip adalah:

1. Shock dan perdarahan. Pada saat terjadinya cedera atau segera sesudah operasi
2. Komplikasi immobilitas. Terutama pada usia lanjut, antara lain:

a. Pneumonia

b. Thromboplebitis

c. Emboli pulmonal

3. Penyembuhan terlambat, non-union. Sering pada fraktur intrakapsular sembuh lebih lambat
bila dibanding dengan fraktur ekstra kapsular karena adanya gangguan suplai darah.

4. Aseptic necrosis kepala femur. Merupakan komplikasi fraktur femur proksimal an dislokasi
traumatik pada hip.

5. Deformitas, malposisi femur, arthritis sekunder. Displasemen fragmen tulang dapat


menyebabkan deformitas, sedangkan trauma menyebabkan arthritis.

6. Masalah post operatif dengan alat-alat fiksasi internal. Fiksasi internal bisa melemah, patah,
atau pindah tempat yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak. Untuk ini perlu pembedahan
ulang.

7. Ekstrim eksternal/internal rotasi dan adduksi.

Sedangkan komplikasi lain yang dapat terjadi karena immobilisasi dan post operasi adalah:

1. Atelektasis

2. Infeksi Luka

3. Stasis atau infeksi saluran kemih

4. Kejang pada otot

Perawatan Kolaboratif

Perawatan untuk klien fraktur hip tidak berbeda dengan perawatan pada klien dengan fraktur
lainnya. Intervensi prarumahsakit termasuk membelat lengan yang fraktur, pengkajian sirkulasi
dan sensasi, dan mengamati luka yang lainnya. Karena banyak kehilangan darah masuk ke dalam
hip dan pada klien dijumpai manifestasi hipotensi dan intravena mudah ditegakkan.Bagi klien
yang dirawat di ruangan gawat darurat, perawat dan dokter mengevaluasi kembali sirkulasi dan
sensasi dan mengamati komplikasi. Pengkajian juga meliputi penentuan penyebab fraktur , infark
miokard, serangan iskemik. Kerusakan cerebrovaskular, serangan tiba-tiba, atau saat hipoglikemi
adalah beberapa yang mungkinm menyebabkan jatuh. Hal ini sangat penting bagi klien yang
mengalami luka seperti gegar otak, atau trauma kepala. Klein ditanya baik pria dan wanita untuk
mengingat kejatuhannya dan bagian tubuh mana yang terbentur. Tahap kedua mengkaji rasa
nyeri pada klien pada beberapa area tubuhnya.
Pengkajian secara umum yang dijumpai berhubungan dengan fraktur hip adalah penyusutan yang
dipengaruhi oleh ektremitas yang lebih rendah dan rotasi eksternal. Dislokasi fraktur bagian
posterior jarang jika terjadi, ekstremitas mungkin dilakukan rotasi internal.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan darah lengkap. Dilakukan untuk persiapan pre operasi. Dapat menunjukkan
tingkat kehilangan darah hingga cedera (pemeriksaaan Hb dan Hct) Nilai leukosit meningkat
sesuai respon tubuh terhadap cedera

2. Golongan darah dan cross match. Dilakukan sebagai persiapan transfudi darah jika kehilangan
darah yang bermakna akibat cedera atau tindakan pembedahan.

3. Pemeriksaan kimia darah.Sebagai persiapan pre operatif untuk mengkaji ketidak seimbangan
akibat cedera yang dapat menimbulkan masalah pada saat intra operasi (misalnya, ketidak
seimbangan potassium dapat meningkatkan iritasi cardiac selama anestesi) BUN creatinin untuk
evaluasi fungsi ginjal.

4. Masa pembekuan dan perdarahan (clotting time, bleeding time) sebagai persiapan pre operasi,
biasanya normal jika tak ada gangguan perdarahan. Pada pasien lanjut usia dapat diberikan terapi
antikoagulan segera setelah post operasi untuk memperkecil terjadinya tromboemboli.

5. Pemeriksaan urine.Sebagai evaluasi awal fungsi ginjal.

6. Pemeriksaan X-ray dada.Sebagai evaluasi tingkat cedera, persiapan pre operasi, atau
mengetahui kondisi selama perawatan pembedahan, dll.(misalnya, kardiomegali atau gagal
jantung kongestif).

7. EKG sebagai persiapan operasi maupun untuk mengevaluasi apakah terdapat juga cedera pada
jantung (misalnya kontusio cardiac) disamping trauma/cedera pada hip.

Kasus

Stella Carbolito adalah seorang wanita berusia 64 tahun berkebangsaan Italia-Amerika memiliki
riwayat osteoporosis. Dia seorang janda dan tinggal sendiri di rumah peninggalan suaminya. Dia
mempunyai seorang putra yang berusia 40 tahun dan putri berusia 30 tahun yang tinggal di kota
yang sama dengan Nyonya Carbolito. Dia mempunyai 6 orang cucu, dia seringkali mengunjungi
anak-anaknya. Ny. Carbolito bergantung pada pendapatan dari dana pensiun.

Saat berjalan menuju sebuah pasar, Ny. Carbolito jatuh dan mengalami fraktur pada tungkai
kirinya. Dia dibawa oleh tim medis ke pusat trauma terdekat. Ketika sampai di unit gawat
darurat, dia ditangani oleh seorang perawat, bernama Maria Davis dan tim dokter.

Pengkajian
Tim medis melaporkan bahwa mereka menemukan Ny. Carbolitojatuh di pinggir jalan. Dia
mengatakan bahwa dia sudah jatuh 5 menit yang lalu sebelum mereka sampai. Nona Davis
segera memberitahukan bahwa kaki kiri lebih pendek dibandingkan kaki kanannya dan rotasi
eksternal. Denyut nadi teraba dan sama besar; kedua kakinya terasa hangat. Nyonya Carbolito
merasakan nyeri hebat seperti terpotong, tidak merasa kesemutan dan panas/terbakar. Dia dapat
menggerakkan jari kaki sebelah kirinya dan dapat menggerakkan kaki kanannya dengan baik.
Pemeriksaan tanda vital yang dijumpai yaitu: T, 98.0 F (36,6 C); P, 100; R, 18; BP, 120/58.
Diagnosa meliputi tes CBC, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan X-ray pada panggul kiri dan
tulang pelvis. Hasil CBC menunjukkan kadar hemoglobin 11,0g/dL dan jumlah sel darah putih
normal. Hasil pemeriksaan darah masih dalam batas normal. Hasil pemeriksaan X-ray
menunjukkan patah tulang di pangkal paha kiri. Ny. Carbolito dirujuk ke RS untuk pemasangan
traksi kaki seberat 10 pon (20 kg). Dan direncanakan menggunakan ORIF untuk hari selanjutnya.

Diagnosis Keperawatan

· Nyeri berhubungan dengan fraktur collum femoralis kiri, kejang otot, dan traksi.

· Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan istirahat total di tempat tidur dan fraktur leher
femoralis kiri.

· Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan ketidakstabilan tulang dan


pembengkakan sekunder ke fraktur leher femoralis kiri.

· Risiko perubahan persepsi sensorik: sentuhan yang berkaitan dengan risiko kerusakan saraf.

Kriteria Hasil

a. Mengungkapkan peningkatan kenyamanan dan penurunan nyeri

b. Mempertahankan traksi pada kaki kirinya

c. Mengungkapkan tujuan traksi

d. Mendemonstrasikan latihan

e. Mengatakan kepentingan laporan peningkatan nyeri, pucat, parasthesia, atau paralysis kepada
perawat

Perencanaan dan Implementasi

1. Menetapkan skala nyeri dari 0 sampai 10 sebelum dan sesudah dilakukan implementasi untuk
mengukur penurunan nyeri

2. Tangani cedera kaki dengan hati-hati

3. Memberikan obat narkotik sesuai perintah dokter


4. Pantau nyeri, denyut nadi,parasthesia, paralysis dan demam tiap 2 sampai 4 jam,
dokumentasikan temuan yang ada.

5. Terapkan traksi lurus kaki (straight traction) sesuai perintah dokter.

6. Anjurkan klien tarik nafas dalam dan tekhnik relaksasi

7. Memanfaatkan tekhnik distraksi

8. Terapkan kompresi pneomatic berdasarkan perintah dokter.

9. Memberikan heparin secara subkutan berdasarkan instruksi dokter.

10. Beritahu kepada nyonya Carbolito berbagai rencana pembedahan

11. Beritahu kepada nyonya Carbolito tujuan dari traksi.

Evaluasi

Tiga hari setelah pembedahan, Ny Carbolito, bisa turun dari tempat tidur dan duduk di kursi. Ia
mengatakan ada penurunan nyeri dan bisa mendemontrasikan isometrik dan melakukan gerakan
fleksi dan ekstensi. Dia mampu menyebutkan tujuan traksi dan pembedahan. Dia mengatakan
membutuhkan heparin untuk mencegah trombosis vena. Ny Carbolito besok direncanakan
pulang ke rumah dan yang akan merawat adalah keluarganya. Perawat komunitas akan
mengadakan kunjungan, dan telah menganjurkan agar di rumah Ny Carbolito ada tempat tidur,
satu set toilet duduk, alas duduk pada kursinya serta tongkat untuk alat bantu jalan.

Anda mungkin juga menyukai