Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki

daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia

memiliki industri yang terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir, yakni dari produk

benang (pemintalan), pertenunan, rajutan, dan produk akhir. Indonesia memiliki

industri pemintalan yang besar di kawasan Asia dan Oceania. Demikian pula

dengan industri pertenunan yang produksinya kedua terbesar setelah China, serta

industri pakaian jadi yang dikenal di dunia internasional (Market Intelligence,

2009).

Saat ini industri TPT Indonesia masih memainkan peran yang cukup besar

terhadap perekonomian nasional. Pada 2011, industri ini memberikan kontribusi

sebesar 10,83% terhadap total ekspor nasional yaitu sebesar US$13,2juta

(Kemenperin, 2012).

Sementara daya serap tenaga kerja di industri ini juga cukup besar

mencapai 800 ribu tenaga kerja. Hingga tahun 2010, jumlah industri tekstil

Indonesia mencapai 3.950 perusahaan. Jumlah ini hanya mengalami sedikit

kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 3.905 perusahaan. Lokasi

industri TPT terkonsentrasi di Jawa Barat (57%), Jawa Tengah (14%), dan Jakarta

(17%). Sisanya (12%) tersebar di Jawa Timur, Bali, Sumatera dan Yogyakarta.

1
Industri tekstil memiliki struktur industri yang terintegrasi dari hulu

hingga ke hilir dan memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu industri

dengan industri lainnya. Di tingkat hulu Indonesia memiliki industri serat yang

terdiri dari industri serat alam, serat buatan dan benang filamen; dan industri

pemintalan serta pencelupan. Sedangkan di tingkat tingkat hilir terdapat industri

garmen yang kemudian akan turun ke penjual besar atau grosir dan eceran atau

ritel.

Dari sekian banyak segmen di industri TPT, segmen pemintalan

merupakan segmen yang masih berkinerja baik. Sub-sektor pemintalan benang

merupakan industri yang relatif padat kapital, kandungan teknologinya tinggi,

berskala besar dan menggunakan mesin-mesin otomatis dan nilai tambahnya

paling besar. Perusahaan-perusahaan yang bertahan di bidang pemintalan

merupakan pemain-pemain yang sudah berkecimpung lama di bidang ini dan

sudah sangat menguasai seluk beluk industri.

Meski industri pemintalan belum mencapai pertumbuhan optimal, dalam

dua tahun terakhir ini mengalami perkembangan. Hal ini terlihat dari nilai utilisasi

produksi yang mengalami kenaikan dari 73,59% pada tahun 2010 menjadi 74,99%

di tahun 2011.

2
Gambar 1.1 Utilisasi Produksi Industri Pemintalan Benang tahun 2007 - 2011

Utilisasi Produksi Pemintalan 2007 - 2011


3,500,000 85
3,000,000 80
2,500,000 75
2,000,000 70
1,500,000 65
1,000,000 60
500,000 55
0 50
2007 2008 2009 2010 2011
Kapasitas produksi (ton) 2,554,864 2,716,093 2,837,254 2,998,879 3,045,940
Realisasi produksi (ton) 2,129,000 2,199,000 2,123,176 2,207,014 2,284,140
Utilisasi (%) 83.33 80.96 74.83 73.59 74.99

Sumber: API 2012

Penurunan ekspor yang terjadi semenjak tahun 2008 dipengaruhi oleh

krisis global, yang menyebabkan sejumlah negara pengimpor terpaksa

mengurangi permintaan terhadap tekstil dan produk tekstil.

Gambar 1.2 Ekspor Pemintalan Benang (dalam US$)

Nilai Ekspor Pemintalan 2007 - 2011


800,000 2,000,000
700,000 1,800,000
1,600,000
600,000
1,400,000
500,000 1,200,000
400,000 1,000,000
300,000 800,000
600,000
200,000
400,000
100,000 200,000
0 0
2007 2008 2009 2010 2011
Net ekspor (volume) in ton 690,445 544,378 613,690 673,097 553,794
Net ekspor (value) in 000 US$ 1,656,109 1,271,915 1,266,063 1,780,442 1,848,221

Sumber: API 2012

3
Perlu diketahui bahwa industri pemintalan Indonesia yang bahan bakunya

adalah kapas masih sangat bergantung pada impor, yaitu hampir 98% impor dari

lebih dari 60 negara. Terlebih lagi saat ini beberapa negara produsen kapas

menerapkan pajak ekspor untuk kapas untuk melindungi pemenuhan dalam

negerinya. Hal ini mengakibatkan supply kapas dunia berkurang tetapi permintaan

meningkat sehingga harga kapas mahal.

Selain itu, tarif listrik yang kian melambung tinggi mengakibatkan biaya

produksi terus meningkat. Dalam proses produksi penggunaan listrik sebesar 70%

dari PT. PLN dan sisanya sebesar 30% memakai pembangkit sendiri dengan solar,

batubara, dan gas.

Krisis keuangan global semenjak 2008, mengakibatkan permintaan benang

di pasar dunia menurun terutama di pasar Amerika Serikat. Hal ini juga

berdampak pada industri pemintalan di dalam negeri, beberapa produsen TPT

terpaksa menghentikan produksinya, sedangkan sebagian lagi melakukan

pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya akibat kehilangan order

dari pembeli di Amerika yang selama ini rutin memesan. Akibat ordernya terhenti,

maka modal perusahaan ini terganggu dan akhirnya menghentikan produksi. Salah

satu produsen benang yang menghentikan produksinya yaitu PT Malaktex.

Sementara itu yang tergolong produsen besar diantaranya PT. Indorama

Synthetics Tbk, PT. Sritex Tbk, PT. Apac Inti Corpora, PT. Tifico, PT. Unitex

Tbk., PT. Kahatex dan lain-lain.

4
Gambar 1.3 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Industri Pemintalan (unit)

Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Industri


Pemintalan dari tahun 2007 - 2011
250,000 240
235
240,000 230
230,000 225
220
220,000 215
210
210,000 205
200,000 200
195
190,000 190
1 2 3 4 5
Tenaga kerja (orang) 210,044 220,556 228,768 238,745 243,357
Perusahaan (unit) 206 219 225 230 234

Sumber: API 2012

Berkaitan dengan prospek industri pemintalan, menarik untuk meneliti

persaingan di industri tersebut. Semakin ketatnya persaingan, perubahan

lingkungan yang tidak dapat diduga dan tuntutan konsumen terhadap kualitas,

teknologi, harga dan pelayanan produk membuat perusahaan yang bergerak di

industri ini berlomba-lomba untuk membuat strategi bersaing yang lebih unggul

dibanding kompetitornya.

1.2. Rumusan Masalah

PT Apac Inti Corpora (AIC) merupakan produsen benang dan tekstil yang

bergerak di bidang usaha industri Tekstil dan produk Tekstil (TPT) meliputi

industri pemintalan, pertenunan kain mentah, dan pertenunan kain denim. AIC

merupakan pabrik tekstil terbesar didunia yang berada dalam satu lokasi seluas

247 ha di Bawen, Semarang, Jawa Tengah. AIC mengoperasikan 14 unit

pabriknya dengan jumlah karyawan sekitar 14.000 orang. Fasilitas yang tersedia

5
merupakan infrastruktur terbesar, terintegrasi serta dilengkapi dengan mesin

pertenunan dan pemintalan dengan teknologi modern. Perusahaan ini memiliki

kapasitas produksi benang 480.000 bal (1Bal = 181,44 kg) per tahun. Selain itu,

AIC juga memproduksi kain mentah lembaran 80.000.000 meter, kain jadi

6.000.000 meter, kain denim 60.000.000 yard per tahun.

AIC memasarkan produknya dengan merk “APACINTI”, hasil

produksinya berupa benang, kain mentah lembaran, kain jadi, dan kain denim.

AIC telah mengekspor produknya ke 70 negara yaitu sekitar 70% ke pasar

Amerika Utara & Selatan, Eropa, Asia, Afrika dan Australia dan sisanya 30%

untuk pasar domestik. Nilai ekspor rata-rata US$238 juta per tahun.

Gambar 1.4 Ekspor AIC terhadap Ekspor Nasional dari tahun 2007 - 2011

Ekspor AIC 2007 - 2011 (dalam 000 rupiah)


20,000,000,000 7,72%
18,000,000,000 7,06%
11,43 %
16,000,000,000
14,000,000,000 10,94% 8,56%
12,000,000,000
10,000,000,000
8,000,000,000
6,000,000,000
4,000,000,000
2,000,000,000
0
2007 2008 2009 2010 2011
Net ekspor Nasional 15,898,646,4 12,210,384,0 12,154,204,8 17,092,243,2 17,742,921,6
net ekspor AIC 1,816,500,00 1,335,600,00 1,040,900,00 1,206,100,00 1,369,900,00

Sumber: API dan AIC 2012 (diolah)

Harga bahan baku kapas yang semakin meningkat dan tarif listrik yang

terus melambung menjadi salah satu kekhawatiran bagi AIC. Biaya produksi yang

semakin meningkat membuat AIC mengalami kerugian dari tahun ke tahun.

6
Puncaknya pada tahun 2008 dimana terjadi krisis global, kerugian perusahaan

mencapai Rp233 milyar. Hingga tahun 2011, kerugian perusahaan masih berkisar

di angka Rp120 milyar.

Hal tersebut mengharuskan perusahaan mengambil langkah-langkah

strategis guna menyelamatkan perusahaan dari kerugian. Sejalan dengan strategi

bersaing dari AIC yaitu fokus terhadap peningkatan berkelanjutan (continuous

improvement) dalam penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, maka perusahaan

melakukan efisiensi di segala lini bisnis dengan tetap menjunjung tinggi faktor

kualitas produk tekstil. Selain itu, guna membuahkan hasil yang maksimal, AIC

juga melakukan restrukturisasi mesin-mesin produksi agar tercipta produk tekstil

yang berkualitas dunia sehingga menjadi mitra terpercaya bagi konsumen.

Sebagai salah satu wujud strategi peningkatan berkelanjutan, perusahaan

menggandeng PT Dayaindo Resources International Tbk pada tahun 2008 untuk

membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) guna memberikan solusi dan

alternatif bahan bakar, sehingga mampu menekan biaya listrik perusahaan. Dalam

merustrukturisasi mesin-mesin produksi, perusahaan menghabiskan dana sekitar

US$15juta. Pengeluaran besar tersebut mampu memberikan mesin-mesin baru,

serta mampu meningkatkan kecepatan produksi yang secara otomatis

meningkatkan jumlah produksi sehingga efisiensi tercapai. Dengan adanya mesin-

mesin baru pun dapat menekan biaya listrik perusahaan. Hasil penjualan produk

AIC pun meningkat dari Rp1,48 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp1,72 triliun di

tahun 2010 dan Rp1,95 triliun di 2011.

7
Kendati sudah terjadi peningkatan berkelanjutan (continuous

improvement), AIC masih mengalami kerugian dari tahun ke tahun semenjak

terjadi krisis ekonomi dunia. Dengan kondisi lingkungan bisnis yang selalu

berubah dan semakin ketatnya persaingan yang ada tidaklah mudah untuk

meningkatkan pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang

melihat seberapa mampukah strategi yang ada menghadapi tantangan perubahan

dengan melakukan penelitian lebih lanjut.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Hal-hal yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Seperti apa kondisi persaingan di industri dan prospeknya saat ini dan

beberapa tahun ke depan?

2. Apa saja potensi dan kelemahan-kelemahan dari perusahaan?

3. Masih efektifkah strategi perusahaan untuk menghadapi lingkungan

yang berubah?

4. Apakah strategi alternatif yang sebaiknya dilakukan di dalam

menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan

industri dan lingkungan internal perusahaan?

5. Apakah keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan sehingga

dapat bertahan di dalam industri?

8
1.4. Tujuan dan Manfaat Peneltian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah:

1. Menganalisis faktor eksternal untuk menjelaskan persaingan dalam

industri TPT subsektor pemintalan benang di Indonesia.

2. Menganalisis faktor internal untuk mengevaluasi potensi dan

kelemahan AIC dalam menghadapi persaingan pada industri TPT

subsektor pemintalan benang di Indonesia.

3. Menganalisis strategi perusahaan untuk menghadapi lingkungan yang

berubah.

4. Menganalisis strategi alternatif yang sebaiknya dilakukan di dalam

menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan

industri dan lingkungan internal perusahaan.

5. Menganalisis keunggulan bersaing yang dimiliki perusahaan.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan

pertimbangan bagi perusahaan dalam membentuk strategi untuk bersaing dalam

industri TPT subsektor pemintalan benang di Indonesia.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Metode Pengumpulan Data

Untuk keperluan penelitian ini, bentuk penelitian yang dipilih merupakan

penelitian deskriptif (descriptive research), yaitu berusaha memperoleh gambaran

9
lengkap mengenai hal-hal yang berkaitan dengan strategi bersaing yang dimiliki

perusahaan serta potensial keunggulan bersaing yang dapat dikembangkan oleh

AIC.

Sumber data dibagi menjadi 2 yaitu :

a) Data Primer

Diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung ke objek

penelitian. Antara lain dengan cara:

1. Wawancara dengan pimpinan dan manajemen AIC

a. Direktur

Topik yang dibicarakan untuk memperoleh informasi mengenai

gambaran global strategi AIC yang ada saat ini dan rencananya ke

depannya untuk pengembangan.

b. Marketing Manager

Topik yang dibicarakan untuk memperoleh keterangan terkait strategi

marketing dan pengembangan produk yang ada di dalam AIC serta

kondisi kompetisi dengan kompetitor di dalam bisnis TPT.

c. Finance Manager

Topik yang dibicarakan untuk memperoleh informasi terkait performa

keuangan AIC.

d. HR Manager

Topik yang dibicarakan untuk memperoleh informasi terkait struktur

organisasi, dan kepegawaian terkait strategi AIC ke depannya.

10
2. Observasi, yaitu penyelidikan dan pengamatan langsung mengenai

kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,

yaitu dengan cara mengamati dan menganalisis proses bisnis internal

yang ada pada AIC.

b) Data Sekunder

Data Sekunder, yaitu berupa data jumlah produksi TPT dan pangsa

pasar TPT yang akan diperoleh melalui Kementerian Perindustrian

(Kemenperin), dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), baik yang

diperoleh secara langsung maupun melalui media cetak dan Internet.

1.5.2. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan merupakan segala sesuatu yang berkaitan

dengan bagaimana menjawab permasalahan yang diteliti dengan

mempertimbangkan kondisi lingkungan eksternal dan internal perusahaan, dengan

kerangka analisis yang jelas yang dapat merumuskan sebuah alternatif strategi

yang dapat disesuaikan dalam persaingan di industri TPT subsektor pemintalan

benang di Indonesia.

1.5.2.1. Analisis Eksternal

a. Analisis Karakteristik Industri

Analisis Karakteristik Industri dilakukan untuk mengetahui apakah

industri tersebut menawarkan peluang menarik untuk pertumbuhan. Pertumbuhan

merupakan indikator seberapa besar pelanggan menghargai barang atau jasa di

11
industri tersebut, dan apakah permintaan di industri tersebut cukup kuat untuk

mendukung keuntungan pertumbuhan penjualan. Hal yang akan dianalisis dalam

karakteristik industri adalah:

1. Ukuran pasar dan laju pertumbuhan industri

2. Jumlah Pesaing

3. Ruang Lingkup Persaingan

4. Demografi

5. Tingkat Diferensiasi Produk

6. Inovasi Produk

7. Kondisi Permintaan Penawaran

8. Integrasi Vertikal

9. Skala Ekonomi

10. Efek kurva pembelajaran

b. Analisis Porter’s Five Forces

Analisis Porter’s Five Forces digunakan untuk mengetahui kekuatan

persaingan yang terdapat dalam industri dan seberapa besar kekuatan tersebut. Hal

yang akan dianalisis adalah:

1. Tekanan persaingan dari ancaman pendatang baru (potential new

entrant): dilihat dari persyaratan modal, brand preferences and

customer loyalty, distribusi, kebijakan/peraturan pemerintah.

2. Tekanan persaingan dari kekuatan tawar-menawar pembeli

(bargaining power of buyers): dilihat dari permintaan pembelian,

12
biaya untuk berpindah ke penjual lain (switching cost), informasi yang

dimiliki pembeli mengenai produk dan harga jual,

3. Tekanan persaingan dari kekuatan tawar-menawar pemasok

(bargaining power of supplier): dilihat dari biaya peralihan (switching

cost) bagi pelanggan apabila membeli dari pemasok lainnya,

ketersediaan produk pemasok sangat langka sehingga memberikan

keleluasaan bagi pemasok dalam menetapkan harga, jumlah pemasok

utama untuk produk tersebut.

4. Tekanan persaingan dari ketersediaan produk pengganti (availibility of

substitutes) dilihat dari struktur harga dan biaya peralihan.

5. Tekanan persaingan dari intensitas persaingan industri (intensity of

industry rivalry) dilihat dari pertumbuhan pasar, jumlah pesaing,

ukuran, serta kapabilitas pesaing, switching cost di pihak pembeli.

c. Analisis Driving Forces

Analisis Driving Forces, yaitu analisis faktor-faktor penting yang

memiliki pengaruh besar dalam industri TPT subsektor pemintalan mampu

mengubah struktur industri tersebut secara keseluruhan. Faktor pendorong yang

akan dianalisis yang mempunyai pengaruh dalam industri ini adalah kemajuan

teknologi, peraturan pemerintah, perjanjian internasional, perubahan gaya hidup

dan tren fashion.

13
d. Analisis Key Success Factors

Faktor kunci keberhasilan adalah faktor kompetitif yang mempengaruhi

kemampuan pelaku bisnis di industri untuk bertahan dan tumbuh kembang di

pasar, yaitu elemen strategi, atribut produk dan layanan, pendekatan operasional,

sumber daya, dan kemampuan kompetitif lainnya yang mampu membedakan

antara menjadi kompetitor kuat dan kompetitor lemah, antara untung dan rugi.

Adapun yang dianalisis adalah sebagai berikut :

a. Standar kualitas barang dan jasa, termasuk didalamnya kecepatan dan

akurasi distribusi,

b. Teknologi yang dimiliki, dan

c. Pelayanan pelanggan (costumer service) dan hubungan dengan

pelanggan.

1.5.2.2. Analisis Internal

Mengidentifikasikan dan menentukan faktor internal perusahaan melalui

analisis lingkungan internal, bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan faktor-faktor internal, sumber daya dan kapabilitas perusahaan, yang

diperoleh berdasarkan data-data dan gambaran umum AIC, melalui analisis

kapabilitas fungsional yang meliputi fungsi-fungsi, antara lain:

1. Aspek pemasaran, dengan melakukan analisis terhadap:

a. Strategi pemasaran

b. Target pasar.

c. Riset dan Pengembangan

14
2. Aspek keuangan, dengan menganalisis antara lain:

a. Pendapatan

b. Rugi / Laba.

3. Aspek operasional, dengan melakukan analisis atas:

a. Teknologi dan infrastruktur

b. Produk.

4. Aspek sumber daya manusia, dengan melakukan analisis terhadap:

a. Jumlah karyawan menurut status pendidikan

b. Jumlah karyawan menurut masa kerja

c. Jumlah karyawan menurut kelompok usia

d. Jumlah karyawan menurut bagian/departemen.

15
Secara umum, metodologi analisis penelitian ini dapat dikemukakan

dengan menggunakan diagram berikut:

Gambar 1.5. Model Analisis Penelitian

Analisis Strategi PT Apac Inti Corpora di Industri TPT

Analisis Lingkungan Eksternal : Analisis Lingkungan Internal :

1. Analisis karakteristik industri 1. Analisis aspek pemasaran


2. Analisis Porter’s Five Forces 2. Analisis aspek keuangan
3. Analisis Driving Forces 3. Analisis aspek operasional
4. Analisis Key Success Factors 4. Analisis aspek sumber daya manusia

Peluang Kekuatan
Ancaman Kelemahan

Usulan rekomendasi dan perbaikan strategi berdasarkan analisis lingkungan


eksternal dan lingkungan internal

Strategi saat ini

kesimpulan

16
1.6. Batasan Penelitian

Penelitian dilakukan pada lingkungan industri TPT subsektor pemintalan

dengan perusahaan AIC dengan amatan sejak AIC mulai beroperasi.

17

Anda mungkin juga menyukai