Melalui asumsi bahwa semua pendekatan dalam sistem manajemen strategik telah dilakukan,
tulisan ini lebih banyak menyoroti mengenai short-range plan, berupa anggaran. Agar sejalan
dengan paradigma baru, semua aktivitas lebih dititikberatkan pada customer value strategy
atau pelayanan pelanggan (internal dan eksternal), continuous improvement, dan
organizational system dengan aliran komunikasi yang bersifat bottom-up, continuous
improvement, process way of thinking, team work, dan employee as a family , maka anggaran
yang dianjurkan adalah activity-based budgeting.
Manajemen harus mempunyai alat yang tepat untuk membantunya dalam menghadapi
tuntutan perubahan-perubahan lingkungan yang dinamis. Alat tersebut harus tidak hanya
membantu untuk mengalokasi secara optimum sumber-sumber untuk mencapai visi, strategi,
dan tujuan organisasi pada saat ini, tetapi harus sebagai jalan mencapai tujuan akhir
organisasi.
Melalui integrasi aktivitas-aktivitas yang ada terhadap anggaran akan dapat merespon
kebutuhan-kebutuhan yang timbul secara dinamis. Anggaran yang dapat memenuhi syarat-
syarat dinamika perubahan adalah activity-based budgeting (lihat misalnya, Brimson dan
Fraser, 1991; Bunce dan Fraser, 1997; Antos, 1997; Anonymous, 1998; dan Brimson dan
Antos, 1999). Activity-based budgeting dikenal sebagai pendekatan baru yang menghasilkan
proses manajemen yang berkelanjutan secara efektif. Pendekatan ini dikembangkan oleh
konsultan Coopers and Lybrand Deloitte yang mengkombinasikan praktek-praktek
manajemen terkenal, diturunkan dari priority base budgeting dan total quality, bersama-sama
dengan activity-based cost management concept (Brimson dan Fraser, 1991).
Activity-based budgeting dapat diaplikasikan pada semua organisasi dan fungsi, termasuk
untuk perusahaan jasa, dan fungsi-fungsi overhead, sebaik pada perusahaan manufaktur
dimana konsep ini mula-mula diterapkan (lihat misalnya, Newberry dan Bacon, 1994; dan
Brinson dan Antos, 1998). Adanya tantangan baru mendorong semua organisasi komersial
ataupun non komersial memusatkan perhatiannya pada overall cost.
Activity-based budgeting didisain sebagai proses manajemen, operasi pada level aktivitas
untuk continuous improvement pada kinerja dan biaya (Brimson dan Fraser, 1991). Activity-
based budgeting membangun manajemen yang efektif secara berkesinambungan dan
mempererat hubungan antara planning dan budgeting dan sebagai dasar untuk more effective
control. Mengenai activity -based budgeting perlu dibandingkan lebih dahulu mindset
activity-based budgeting dengan mindset traditional budgeting (dikenal sebagai functional-
based budgeting) agar dapat diperoleh gambaran yang jelas (disarikan dari Brimson dan
Antos, 1999).
Mindset yang melandasi traditional budgeting (functional budgeting)
Traditional budget hanya cocok jika lingkungan organisasi yang dihadapi bersifat stabil dan
terkendali. Jika asumsi lingkungan tersebut tidak terpenuhi maka peranan traditional budget
justru menjadi penghambat laju perusahaan. Proses penyusunan traditional budget memiliki
beberapa macam kekurangan, yang meliputi: (1) berfokus pada tujuan fungsional, (2) tidak
memotivasi manajer untuk melakukan improvement berkelanjutan, (3) lebih dilandasi oleh
problem-solving mindset daripada opportunity mindset, dan (4) lebih terfokus ke aspek
keuangan daripada ke rencana aktivitas (Brimson dan Antos, 1999: 16).
Fokus pada tujuan fungsional menyebabkan pemikiran yang sempit. Fungsi didasarkan hanya
atas spesialisasi keahlian personel dalam mengelola bagiannya sehingga diperlukan berbagai
personel dari berbagai keahlian dan disiplin untuk memecahkan masalah dan peluang bisnis
yang kompleks. Manajer tidak termotivasi untuk melakukan improvement. Improvement
hanya dapat dilaksanakan jika manajer bertanggung jawab terhadap proses secara penuh
sehingga mendorong adanya continuous improvement. Opportunity mindset tidak dapat
dicapai dalam traditional budgeting karena manajer hanya melihat kegiatan dalam jangka
pendek. Ketiadaan informasi tentang aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi untuk setiap
aktivitas menyebabkan manajer memfokuskan ke tujuan-tujuan yang bersifat jangka pendek,
lebih bersifat penyelesaian masalah (problem solving atau result way of thinking) yang ada
daripada ke penggalian berbagai peluang yang mungkin dicapai oleh
organisasi.
Sistem penyusunan anggaran di dalam manajemen tradisional lebih didominasi oleh aspek
perencanaan keuangan, bukan aspek perencanaan aktivitas. Anggaran berbasis fungsi hanya
ditujukan untuk mengestimasi berapa target biaya yang harus dikeluarkan oleh fungsi tertentu
selama tahun anggaran untuk mencapai target yang direncanakan dalam periode tersebut.
Manajer fungsi tidak memiliki gambaran menyeluruh tentang keseluruhan aktivitas yang
digunakan oleh organisasi untuk mewujudkan target organisasi.. Perhatian manajer tersebut
lalu hanya tertuju ke aspek keuangan yang terjadi di fungsinya, bukan ke rencana aktivitas
yang digunakan untuk menghasilkan output bagi pelanggan, baik intern maupun ekstern.
Mindset yang melandasi activity-based budgeting
One of the biggest differences between traditional budgeting and activity-based budgeting is
the amount of information needed to develop the budgets. Activity-based budgeting requires
much more information in two form, (1) the information about the relationship between
resource consumption , and (2) there is a need to understand the relation between secondary
output quantities and secondary resource consumption (Cooper dan Slagmulder-part 1, 2000:
26)
Planning
Dari gambar 2, proses penyusunan activity-based budget dilaksanakan melalui enam tahap
berikut:
1. menanamkan customer value mindset dan continuous improvement mindset ke dalam diri
budgetees;
2. menganalisis aktivitas;
3. menyusun rencana kegiatan dan rencana improvement terhadap sistem selama tahun
anggaran;
4. melakukan estimasi pendapatan dan atau biaya pelaksanaan kegiatan, baik yang rutin maupun
yang bersifat improvement;
5. mengajukan usul rancangan anggaran tim dan fungsi ke komite anggaran;
6. melaksanakan proses review dan pengesahan terhadap rancangan anggaran.
Berbeda dengan perusahaan komersial, perusahaan non komersial seperti rumah sakit,
perguruan tinggi, yayasan-yayasan sosial, dan public services, masih banyak yang
menggunakan mindset lama. Hal ini dikarenakan tuntutan akan perubahan belum terasa di
abad 20. Adanya era reformasi disegala bidang pada abad 21 ini, tuntutan perubahan terjadi
untuk semua organisasi dalam menghadapi perubahan lingkungan yang amat cepat.
ACTIVITY-BASED BUDGETING
October 11, 2014 | fenipangestu
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dengan adanya Lingkungan bisnis yang telah berubah memerlukan paradigma baru
untuk menghadapinya. Paradigma baru yang berkembang dalam manajemen untuk
menghadapi Lingkungan bisnis global adalah: Customer Value strategy, Continuous
improvement, organizational system.
Perubahan kendali bisnis ke tangan Customers juga semakin tajam dan bervariasinya
persaingan di pasar, menyebabkan banyak produsen mengubah secara radikal prinsip-
prinsip manajemen yang diterapkan dalam menjalankan organisasi perusahaan.
Struktur organisasi diubah menjadi fleksibel dengan membangun tim lintas
fungsional, untuk memungkinkan focus usaha seluruh personal tercurah ke kepuasan
customer dan untuk menjadikan organisasi responsive terhadap setiap perubahan yang
terjadi atau yang berpotensial akan terjadi di lingkungan bisnis.
2. Rumusan Masalah
1. Definisi Activity-Based Budgeting
2. Perbedaan Activity-Based Budgeting dengan Tradisional Budgeting
3. Prinsip-Prinsip Activity-Based Budgeting
4. Keunggulan Activity-Based Budgeting
5. Penyusunan Activity-Based Budgeting
ISI
Menurut Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini (2007:375), ada tiga prinsip
dasar Activity Based Budgeting (ABB) sebagai berikut:
Tahap Contoh
Mendefinisikan Pernyataan Misi Menjadi penyedia pinjaman terbesar di Propinsi X
Mendefinisikan Tujuan Organisasi Meningkatkan Cash Flow $ 5000
Menetapkan Faktor-Faktor Kritis Menumbuhkan market share melalui pengurangan
Kesuksesan unit biaya
Meningkatkan market share untuk kredit mobil
sebesar 50%
Menetapkan Target Produk
Meningkatkan pendapatan kredit modal sebesar 5%
Untuk mencapai visi, perusahaan perlu mengidentifikasi berbagai desain strategi yang
mengarah ke area kunci. Kesuksesan akan dapat dicapai jika strategi difokuskan pada
proses-proses ktitis. Melalui feature costing, activity-based
budgeting mengidentifikasi proses-proses yang berbeda akibat persyaratan dan
kondisi yang unik (feature) dari setiap produk/jasa. Dengan mengkombinasikan
activity-based budgeting dan feature costing, organisasi dapat menyusun rencana
pemacu nilai (a value-driven planning).
3. Peningkatan profit margin
Biaya yang dapat dikurangi meliputi biaya pokok produksi (seperti biaya
bahan mentah, tenaga kerja danoverhead pabrik).
Saat perputaran modal kerja naik maka pendapatan juga akan naik dan
mengurangi cost of capital dan biaya.
1. Menganalisa Strategi
Mandaroty (diperintahkan)
Discretionary (dengan kebebasan/pilihan)
Available if the customer is willing to pay for it (jika konsumen
bersedia membayar)
Analisis Aktivitas
Pada tahap ini, langkah yang dilakukan yaitu menetapkan target penjualan produk/
jasa (harga jual dan volume penjualan) untuk memproyeksikan beban kerja. Beban
kerja didefinisikan sebagai jumlah volume output dimana aktivitas atau proses
diperlukan untuk menghasilkannya. Banyak organisasi memilih cara praktis dengan
menghitung ramalan volume penjualan dibanding mengukur permintaan costumer.
Ramalan tersebut digunakan untuk menyusun anggaran pengahasilan.
Ada tiga tahap utama untuk menentukan beban kerja suatu aktivitas dan proses, yaitu:
Tahap kedua dalam peramalan beban kerja adalah menentukan beban kerja
untuk aktivitas pendukung yang merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan
oleh departemen pendukung (support) seperti sumber daya manusia, sistem
informasi manajemen, keamanan dan akuntansi. Beban kerja harus ditentukan
untuk setiap departemen, yang mungkin merupakan satu fungsi dari:
Produk/jasa
Costumer
Non product related (seperti jumlah dan tipe pernyataan finansial)
1. Forecast proyek spesial
Tahap ketiga dalam ramalan beban kerja adalah menentukan beban kerja untuk
berbagai proyek spesial terbaru yang akan datang.
1. Membuat rencana dan anggaran untuk seluruh proses bisnis dan setiap aktivitas
dalam proses bisnis dan aktivitas setiap departemen.
KESIMPULAN
Manajemen harus mempunyai alat yang tepat untuk membantunya dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan tersebut. Alat tersebut harus tidak hanya membantu untuk
mengalokasi secara optimum sumber-sumber untuk mencapai visi, strategi, dan tujuan
organisasi pada saat ini, tetapi harus sebagai jalan mencapai tujuan akhir organisasi.
Melalui integrasi aktivitas-aktivitas yang ada, anggaran haruslah dapat merespon kebutuhan-
kebutuhan yang timbul secara dinamis. Anggaran yang paling cocok untuk memenuhi syarat-
syarat dinamika perubahan dan mengahadapi permasalahn-permasalahan adalah activity-
based budgeting (lihat misalnya, Brimson dan Fraser, 1991; Bunce dan Fraser, 1997; Antos,
1997; Anonymous, 1998; dan Brimson dan Antos, 1999). Activity-based budgeting dikenal
sebagai pendekatan baru yang menghasilkan proses manajemen yang berkelanjutan secara
efektif. Pendekatan ini dikembangkan oleh konsultan Coopers and Lybrand Deloitte yang
mengkombinasikan praktek-praktek manajemen terkenal, diturunkan dari priority base
budgeting dan total quality, bersama-sama denganactivity-based cost management
concept (Brimson dan Fraser, 1991).
Manajemen Berbasis Aktivitas
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem manajemen sangat dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang dihadapi oleh
perusahaan. jika lingkungan bisnis yang dihadapi perusahaan sangat stabil, maka manajemen
cenderung untuk mempertahankan status quo.
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen berbasis aktivitas mencakup analisis nilai proses (process value analysis)
dan penentuan biaya proses. Analisis nilai proses adalah evaluasi terhadap nilai yang dapat
dihasilkan oleh suatu proses. Suatu proses terdiri dari serangkaian aktivitas untuk
menghasilkan nilai bagi customer. Rangkaian aktivitas untuk menghasilkan nilai bagi
customer dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : aktivitas-penambah nilai dan aktivitas-
bukan-penambah nilai. Penentuan biaya proses adalah perhitungan nilai sumber daya yang
dikorbankan untuk menjalankan suatu proses penciptaan nilai bagi customer.
Dengan demikian manajemen aktivitas memiliki dua dimensi, yaitu : analisis terhdap
nilai yang dihasilkan oleh proses (process value analysis) dan biaya yang diperlukan untuk
menghasilkan nilai tersebut (activity-based costing).
Atribut yang melekat pada produk tidak secara otomatis menghasilkan value bagi
customer. Melalui proses pemakaian, atribut produk menghasilkan value bagi cuntomer, jika
atribut tersebut mampu memenuhi kebutuhan customer.
Proses pemakaian terdiri dari enam tahap yang disingkat dengan FATSUDS, yaitu :
1. Find. Costomer harus menemukan lokasi untuk mendapatkan produk atau jasa yang
dibutuhkan.
2. Acquire. Kegiatan membeli mencakup pemesanan, pembayaran, pembelanjaan,
pemindahan, dan pendaftaran hak milik atas produk yang dibeli.
3. Transport. Setelah dibeli, customer mungkin perlu mengangkut produk dari tempat
penjualan ke lokasi pemakaian.
4. Store. Customer kemungkinan perlu menyimpan produk yang dibeli, sebelum waktunya
dimanfaatkan.
5. Use. Pada tahap ini customer memanfaatkan produk atau jasa untuk memenuhi
kebutuhannya.
6. Dispose of. Setelah dipakai, ada kemungkinan customer harus membuang sisa produk
yang tidak digunakan atau produk yang sudah habis manfaatnya.
7. Stop. Dalam masa pemakaian, ada kemungkinan customer ingin menghentikan pemakaian
produk atau jasa tersebut.
Tujuan analisis ini adalah mencari cara untuk memaksimumkan kinerja system yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan customers.
Pemacu adalah penyebab timbulnya konsumsi sesuatu. Ada dua macam pemacu biaya
(cost driver), yaitu :
1. Resource driver, adalah factor yang menjadi penyebab konsumsi sumber daya oleh
aktivitas.
2. Activity driver, adalah factor yang menjadi penyebab timbulnya konsumsi aktivitas
oleh cost object.
Analisis pemacu adalah usaha untuk mencari factor penyebab timbulnya biaya suatu
aktivitas. jika penyebab timbulnya biaya telah diketahui, dapat dicari tindakan untuk
melakukan improvement terhadap aktivitas.
1. Pembuatan skedul
2. Pemindahan
3. Penantian
4. Inspeksi
5. Penyimpanan
1. Pemilihan aktivitas
2. Pembagian aktivitas
3. Pengurangan aktivitas
4. Penghilangan aktivitas
Pengukuran Kinerja
2. Kualitas, kualitas berkaitan dengan pelaksanaan dengan benar aktivitas pada kesempatan
pertama kali aktivitas tersebut dilaksanakan.
3. Waktu, waktu yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas juga merupakan faktor kritis.
Semakin lama suatu aktivitas memerlukan waktu, biasanya semakin banyak sumber daya
yang dikonsumsi untuk ativitas tersebut.
Ukuran kinerja keuangan harus dapat memberikan informasi khusus tentang dampak
moneter dari setiap dari usaha improvement terhadap aktivitas yang dilaksanakan oleh
personel. Oleh Karena itu, ukuran keuangan harus mampu menunjukkan pengurangan biaya
yang sesungguhnya dicapai maupun yang secara potensial dapat dicapai.
Jika pengelolaan aktivitas yang dilakukan oleh manajemen efektif, maka sebagai
hasilnya adalah menurunnya biaya aktivitas bukan-penambah nilai.
Benchmarking
Secara ideal, benchmarking menggunakan standar pesaing atau pihar luar lain. Jika
perusahaan dapat memperoleh praktik terbaik dari perusahaan lain, standar ini dapat dipakai
untuk memotivasi improvement terhadap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan nilai
bagi customer.
Activity-Based Budgeting
Daur hidup produk (product life cycle) adalah jangka waktu sejenak produk
diciptakan sampai dengan saat dihentikan produksinya. Biaya daur hidup produk adalah biaya
yang berkaitan dengan produk dalam keseluruhan daur hidupnya, yang mencakup biaya
pengembangan (perencanaan, desain, dan pengujian), produksi (aktivitas pengubahan bahan
baku menjadi produk jadi), dan dukungan logistic (iklan, distribusi, jaminan, dsb).
Ukuran Produktivitas
Ukuran Kualitas
Kualitas menjadi andalan dalam persaingan, oleh karena itu, karyawan memerlukan
ukuran kualitas untuk mengukur kinerja mereka. Ukuran nonkeuangan yang digunakan untuk
mengukur kualitas adalah: jumlah produk cacat per unit produk jadi, persentase produk rusak
dari jumlah unit yang diproduksi, jumlah kesalahan persurat order pembelian,dsb.
Ukuran Waktu
Ada dua karakteristik penting yang berkaitan dengan waktu: keandalan dan kecepatan
respon. Keandalan berarti keluaran-suatu aktivitas diserahkan tepat waktu. Untuk produk
akhir, keandalan berarti ketepatan penyerahan produk kepada pemesan. Kecepatan respon
diukur dengan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi keluaran.
Sistem informasi biaya berperan besar dalam mengukur tindakan dan hasil, serta dapat
digunakan sebagai dasar untuk memberikan penghargaan kepada personel yang berprestasi.
Peran ini sering kali disebut dengan akuntansi pertanggungjawaban dan merupakan alat
utama bagi manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian. Akuntansi
pertanggungjawaban terdiri dari empat unsure utama :
3. Evaluasi kinerja.
4. Pemberian penghargaan.
1. Penetapan Tanggungjawab
System akuntansi pertanggungjawaban tradisional berfokus ke unit organisasi dan
manajer yang bertanggungjawab atas unit organisasi tersebut. Pertama kali
dibentuk pusat-pusat pertanggungjawaban, kemudian ditetapkan manajer yang
bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tersebut. Tanggungjawab setiap
manajer pusat pertanggungjawaban diukur dalam satuan uang (misalnya Biaya),
dipantau, dihargai berdasarkan system akuntansi pertanggungjawaban.
2. Keyakinan Dasar
Keyakinan dasar yang melandasi system akuntansi pertanggungjawaban tradisional
adalah: “sumber daya dihubungkan dengan wewenang manjer dengan keyakinan
bahwa dengan wewenangnya, manjer akan dapat mempengaruhi biaya yang berada
di bawah wewenangnya.” Berdasarkan keyakinan ini, suatu biaya yang berada di
bawah wewenang seorang manajer disebut dengan biaya (controllable cost). Di lain
pihak, suatu biaya yang tidak berada di bawah wewenang manajer yang
bersngkutan disebut biaya tidak terkendalikan.
Pengukuran Kinerja
Pemberian Penghargaan
Berbasiskineja yang dianggarkan
promosi
bonus
kenainakn gaji
3. Penentuan Ukuran KInerja
Untuk mengukur kinerja unit organisasi yang dibentuk, ditentukan ukuran
kinerja. Dalam akuntansi pertanggungjawaban tradisional, anggaran dan biaya
standar merupakan ukuran kinerja manajer unit organisasi yang dibentuk.
Standar yang ditetapkan cenderung tidak diubah sepanjang tahun. Disamping
itu, standar merupakan acuan yang harus dicapai sepanjang standar tersebut
diberlakukan. Dengan demikian, Selama standar tersebut diberlakukan, tidak
terdapat motivasi bagi personel untuk melakukan improvement terhadap
proses untuk membuat produk.
4. Penilaian Kinerja
Kinerja diukur dengan cara membandingkan biaya sesungguhnya dengan
biaya yang dianggarkan. Manajer yang bertanggungjawab untuk mengelola
unit organisasi hanya dimintai pertanggungjawaban atas biaya yang
terkendalikan melalui wewenang yang dimilikinya. Dalam system akuntansi
pertanggungjawaban tradisional, manajer unit organisasi terutama dimintai
pertanggungjawaban tentang biaya terkendalikan (controllable costs).
5. Pemberian Penghargaan
Dalam akuntansi pertanggungjawaban tradisional, system penghargaan didesin
untuk mendorong manajer melakukan pengelolaan terhadap biaya.
Sistem Akuntansi Biaya Berbasis Aktivitas didesai untuk menghadapi lingkungan bisnis yang
turbulen. Dalam lingkungan bisnis yang senantiasa berubah perusahaan harus melakukan
improvement secara berkelanjutan terhadap proses yang digunakan untuk menghasilkan
produk atau jasa. Sistem ini didesain untuk mendorong personel untuk melakukan
improvement secara berkelanjutan terhadap proses pembuatan produk dan penyerahan jasa.
1. Penetapan Tanggungjawab
Dalam menghadapi lingkungan yang turbulen, perusahaan harus senantiasa
melakukan improvement terhadap proses, sehinnga hanya proses lah yang
merupakan unit perubahan. Prose merupakan serangkaian aktivitas untuk
mewujudkan tujuan tertentu. Terdapat dua metode untuk mengubah cara
mengerjakan sesuatu yaitu :
Process Improvement adalah peningkatan sedikit demi sedikit secara
terus menerus terhadap efesiensi proses yang ada.
Process innovation adalah perubahan secara radikal cara untuk
mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan improvement secara
dramatis sebagai respon terhadap tuntutan waktu, kualitas,
danefesiensi.
Optimal
proses/Tindakan Dinamis
Costomer value
Pengukuran Kinerja
Pemberian Penghargaan
Berbasiskineja yang dianggarkan
Berbasis
kelompok
2. Keyakinan Dasar
Keyakinan dasar yang melandasi system akuntansi pertanggungjawaban
berbasis aktivitas adalah :”Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya dapat
dikelola (cost is caused and the causes of cost can be managed).” Berdasarkan
keyakinan ini hanya dengan menghubungkan biaya ke wewenang tidaklah
cukup. Untuk dapat mengendalikan biaya, disamping wewenang, personel
harus memiliki fakta tentang penyebab timbulnya biaya yaitu aktifitas.
3. Penetuan Ukuran Kinerja
Dalam system informasi biaya berbasis aktivitas, standar dipakai sebagai
ukuran kinerja. Standar dalam system informasi biaya berbasi aktivitas
ditentukan untuk setiap proses, bukan standar untuk unit organisasi. Standar
berkaitan dengan efesiensi proses dan produktifitas keluaran proses.
4. Penilaian Kinerja
Dalam system akuntansi biaya brbasis aktivitas, kinerja diukur berdasarkan
waktu, kualitas, dn efesiensi. Manajer terutam bertanggungjawab untuk
mengurangi waktu yang diperlukan oleh suatu proses untuk menyerahkan
keluaran kepada customer. Oleh karena itu ukuran kinerja yang penting adalah
waktu siklus (cycle time) dan penyerahan tepat waktu (on time delivery). Oleh
karena itu ukuran kinerja yang penting adalah waktu siklus (cycle time) dan
penyerahan tepat waktu (on time delivery). Oleh karena itu ukuran kinerja
yang penting adalah waktu siklus (cycle time) dan penyerahan tepat waktu (on
time delivery). Ukuran kinerja lain yang penting adalah kualitas dan efesiensi.
Ukuran produktivitas daan biaya ditekankan untuk mengadakan perubahan
terhadap efesisnsi.
5. Pemberian perhargaan
Dalam sistem informasi biaya termasuk aktivitas, sistem penghargan didesain
lebih lebih komplek dibandingkan dengan yang diguanakan dalam sistem
akuntansi pertanggungjawaban taradisional. Individu yang diukur kinerjanya
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kinerja tim sekaligus kinerja
individu. Oleh karena penekanan diletakkan ke improvement tehadap proses,
dan improvement terhadap proses hamper seluruhnya dicapai melalui usaha
tim, maka penghargaan berbasis kelompok lebih cocok dibandingkan dengan
penghargaan yang bersifat individual. Bonus diberikan kepada tim jika kinerja
tim dapat mempertahankan semua ukuran kinerja tersebut (kos, waktu,
kualitas, perputaran persediaan, produk rusak, dan waktu siklus) dan berhasil
melakukan improvement pada salah satu ukuran tersebut.
Mindset adalah sikap mental yang dibentuk melalui pendidikan, pengalaman, dan prasangka.
Mindset memberikan peta mental yang dipakai sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak.
Manajemen berbasis aktivitas dilandasi oleh empat mindset berikut ini :
1. Cotomer value.
2. Continuous improvement.
3. Cross-functional mindset.
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Manajemen berbasis aktivitas adalah pendekatan pengelolaan terpadu dan bersistem
terhadap aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan cuntomer value dan laba yang
dicapai dari penyediaan value tersebut.
Manajemen berbasis aktivitas mencakup analisis nilai proses (process value analysis)
dan penentuan biaya proses.
Activity-based budgeting, activity-based management, dan activity-based cost system
merupakan system terpadu yang menjadikan activity-based management sebagai intinya.
Ketiga system tersebut digunakan untuk menghasilkan value terbaik bagi customer
melalui aktivitas yang cost effective.
sistem informasi biaya berbasis aktivitas menyediakan informasi biaya untuk
memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan aktivitas (activity management).
3.2 SARAN
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan mengetahui bagaimana
manajemen berbasis aktivitas dan sisitem akuntansi pertanggungjawaban berbasis
aktivitas agar efektif.
1 komentar:
1.
Balas
Beranda
Mengenai Saya
Cut Darmawati
I'm just an ordinary person that can't satisfy everybody with my little hand
Arsip Blog
▼ 2011 (1)
o ▼ Maret (1)
BAB I PENDAHULUAN Sistem manajemen s...
Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh rajareddychadive. Diberdayakan oleh Blogger.
Anggaran Aktivitas
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen harus mempunyai alat yang tepat untuk membantunya dalam menghadapi
tuntutan perubahan-perubahan lingkungan yang dinamis. Alat tersebut harus tidak hanya
membantu untuk mengalokasi secara optimum sumber-sumber untuk mencapai visi, strategi,
dan tujuan organisasi pada saat ini, tetapi harus sebagai jalan mencapai tujuan akhir
organisasi.
Melalui integrasi aktivitas-aktivitas yang ada terhadap anggaran akan dapat merespon
kebutuhan-kebutuhan yang timbul secara dinamis. Anggaran yang dapat memenuhi syarat-
syarat dinamika perubahan adalah activity-based Activity-based budgeting dikenal sebagai
pendekatan baru yang menghasilkan proses manajemen yang berkelanjutan secara efektif.
Pendekatan ini dikembangkan oleh konsultan Coopers and Lybrand Deloitte yang
mengkombinasikan praktek-praktek manajemen terkenal, diturunkan dari priority base
budgeting dan total quality, bersama-sama dengan activity-based cost management concept
(Brimson dan Fraser, 1991).
1.3. Tujuan
2. Untuk mengetahui analisis pernghargapokokan produk dan analisis nilai proses dalam
manajemen berbasis aktivitas.
4. Untuk mengetahui perbedaan manajemen berbasis aktivitas dengan anggaran berbasis
aktivitas.
PEMBAHASAN
Manajemen berbasis aktivitas (activity based management) adalah suatu disiplin yang
memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas atau agar dilakukan perbaikan yang
berkesinambungan,baik pada nilai yang diterima oleh pelanggan maupun laba yang diperoleh
dengan memberikan nilai tersebut (Nafarin,2013).
Bertujuan untuk meningkatkan costumer value dan laba. Tujuan manajemen berbasis
aktivitas adalah untuk improvement secara berkelanjutan terhadap costumer value dan
penghilangan pemborosan. Dengan hilangnya pemborosan tersebut,biaya dapat berkurang
dan sebagai akibatnya laba akan meningkat. Pengurangan biaya merupakan akibat dari
dihilangkannya pemborosan. Pemborosan akibatnya oleh adanya aktivitas bukan penambah
nilai (non value added activity) dan aktivitas penambah nilai (value added activity) yang
tidak dilaksanakan secara efisien. Dengan demikian fokus manjemen berbasis aktivitas
adalah penyebab terjadi biaya itu sendiri.
Manajemen berbasis aktivitas mencakup analisis nilai proses (process value analysis)
dan penentuan biaya proses. Analisis nilai proses adalah evaluasi terhadap nilai yang dapat
dihasilkan nilai bagi costumer. Suatu proses terdiri dari serangkaian aktivitas untuk
menghasilkan nilai bagi customer. Rangkaian aktivitas untuk menghasilkan nilai bagi
customer dapat dibagi menjadi dua golongan,yaitu:Aktivitas-penambah nilai dan aktivitas-
bukan-penambah nilai. Penentuan biaya proses adalah perhitungan nilai sumber daya yang
dikorbankan untuk menjalankan suatu proses penciptaan nilai bagi customer.
Dengan demikian manajemen aktivitas memiliki dua dimensi, yaitu : analisis terhdap
nilai yang dihasilkan oleh proses (process value analysis) dan biaya yang diperlukan untuk
menghasilkan nilai tersebut (activity-based costing).
Atribut yang melekat pada produk tidak secara otomatis menghasilkan value bagi
customer. Melalui proses pemakaian, atribut produk menghasilkan value bagi customer, jika
atribut tersebut mampu memenuhi kebutuhan costumer.
1) Biaya berbasis non-unit merupakan persentase signifikan dari biaya overhead pabrik.
2) Berbagai produk menggunakan semua aktivitas dengan rasio konsumsi yang berbeda.
3) Perusahaan produknya heterogen (spesifikasi produk beda) atau diversifikasi produk tinggi.
Aktivitas (activity) adalah keseluruhan tindakan dalam organisasi yang mengonsumsi
sumber daya (tenaga kerja,peralatan,dan lain-lain) yang berguna bagi manajer untuk tujuan
perencanaan,pengendalian,dan pengambilan keputusan demi memenuhi kebutuhan
pelanggan.
Objek biaya (cost object) adalah tujuan dikeluarkannya suatu biaya yang diukur dan
dibebankan ke setiap pos,seperti proyek,produk,pelanggan,pelayanan unit organisasi
(misalnya bagian pabrik dan bagian penjualan) serta aktivitas lainnya.
2. Analisis aktivitas
3. Pengelolaan aktivitas
4. Pengukuran kinerja
Tujuan analisis ini adalah mencari cara untuk memaksimumkan kinerja system yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan customers.
Pemanfaatan Informasi tentang Pemacu (Driver)
Pemacu adalah penyebab timbulnya konsumsi sesuatu. Ada dua macam pemacu biaya (cost
driver), yaitu :
1. Resource driver, adalah factor yang menjadi penyebab konsumsi sumber daya oleh
aktivitas.
2. Activity driver, adalah factor yang menjadi penyebab timbulnya konsumsi aktivitas oleh
cost object.
Analisis pemacu adalah usaha untuk mencari factor penyebab timbulnya biaya suatu
aktivitas. jika penyebab timbulnya biaya telah diketahui, dapat dicari tindakan untuk
melakukan improvement terhadap aktivitas.
3. Waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas tersebut
b. Pemindahan
c. Penantian
d. Inspeksi
e. Penyimpanan
Ukuran kinerja keuangan harus dapat memberikan informasi khusus tentang dampak
moneter dari setiap dari usaha improvement terhadap aktivitas yang dilaksanakan oleh
personel. Oleh Karena itu, ukuran keuangan harus mampu menunjukkan pengurangan biaya
yang sesungguhnya dicapai maupun yang secara potensial dapat dicapai.
Benchmarking
Secara ideal, benchmarking menggunakan standar pesaing atau pihar luar lain. Jika
perusahaan dapat memperoleh praktik terbaik dari perusahaan lain, standar ini dapat dipakai
untuk memotivasi improvement terhadap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan nilai
bagi customer.
2.4. Pengertian Penganggaran Berbasis Aktivitas
Muatan kerja (workload) adalah jumlah unit dari suatu aktivitas yang dibutuhkan.
Sebagai contoh,muatan kerja pada bagian personalia untuk aktivitas merekrut karyawan
adalah merekrut 30 karyawan. Biaya untuk melakukan aktivitas merekrut karyawan adalah
gaji dan tunjangan dari perekrut,perjalanan,advertensi,biaya seleksi,biaya perlengkapan dan
tempat perekrutan,serta biaya perekrutan lainnya. Bila perekrutan batal maka usaha muatan
kerja untuk aktivitas dikatakan nihil.
Berdasarkan tingkat
non-unit (biaya
aktivitas
Berdasarkan tingkat gugus,tingkat
5 Pemacu biaya
unit biaya variabel produk,dan tingkat
fasilitas) dan tingkat
unit (biaya aktivitas
tingkat unit)
Bagaimana sumber
daya dikeluarkan?
Menurut kegiatan:
Berapa yang
Apa yang dikeluarkan? Memotong Rp
dikeluarkan? Menurut volume 30.000
8 laporan menurut rekening: kegiatan:biaya
Merakit Rp 45.000
biaya tenaga kerja variabel 1000 unit
Biaya kegiatan Rp
100.000
c. Penganggaran tradisional (fungsional) bertujuan menjalankan bagian dari sistem yang ada
dan menyediakan tolak ukur untuk pengendalian pelaksanaan pekerjaan fungsi.
Penganggaran berbasis aktivitas bertujuan melakukan perbaikan terhadap sistem
( bukan hanya bagian dari sistem ) dan meraih peluang bisnis, bukan sekadar penyelesaian
masalah bisnis yang dihadapi.
d. Penganggaran tradisional bertujuan melalui alokasi sumbr daya berdasarkan ramalan jualan
(sales forecast) untuk memenuhi keperluan fungsi. Penganggaran berbasis aktivitas berfokus
pada pengerahan dan pengarahan seluruh aktivitas ke penciptaan nilai untuk memuaskan
kebutuhan pelanggan.
Ukuran kinerja keuangan dalam manajemen berbasis aktivitas untuk efisiensi aktivitas
mencakup anggaran variabel aktivitas, nggaran daur hidup produk, dan nilai tambah ekonomi
(NTE). Berikut ini dijelaskan mengenai penganggaran variabel aktivitas dan penganggaran
daur hidup produk.
Contoh :
Suatu perusahaan manufaktur mempunyai data:
a. Biaya variabel per satua merupakan biaya aktivitas tingkat unit sebesar Rp 3.350 yang
terdiri atas: biaya bahan baku Rp 1.000,biaya tenaga kerja langsung Rp 1.100,biaya overhead
pabrik variabel Rp 1.380,biaya penjualan variabel Rp 30,biaya administrasi dan umum
variabel Rp 20.
b. Harga jual per satuan (unit) Rp 5.530.
c. Biaya tetap setahun Rp 2.350.000 yang merupakan biaya tidak berkaitan dengan
unit,terdiri atas
Pertanyaan:
1. Pada tingkat jualan berapakan titik impas (break even poin)
2. Pada tingkat jualan berapakah agar perusahaan memperoleh laba Rp 1.650.000 ?
Jawaban:
1. Q = a + b2 x2 + b3 x3 + p
c – b1
Rp 5.530 – Rp 3.530
Perusahaan berada dalam keadaan keadaan impas bila menjual 1.175 satuan dalam setahun.
Rp 5.530 – Rp 3.530
= 2.000 satuan
Contoh:
PT. Pabrik sepatu yang membuat dan memasarkan satu jenis sepatu. Produk sepatu tersebut
telah dikembangkan pada kuartal terakhir tahun 2011. Diperkirakan produk sepatu tersebut
akan memiliki daur hidup 2 tahun. Anggaran biaya dan harga per unit sebagai berikut: biaya
produk per pasang Rp 6,biaya daur hidup per pasang Rp 10,biaya keseluruhan hidup per
pasang Rp 12,harga jual targer per unit Rp 15,biaya pengembang tahun 2011 dianggarkan Rp
1.800. jumlah unit yang diproduksi tahun 2012 sebanyak 500 pasang,dan tahun 2013 400
pasang.
Dapatan penjualan:
2 = 50 pasa x R 1 = Rp 6.000
0 0 ng p 2
1
2
2 = 40 pasa x R 12 = Rp 4.800 -
0 0 ng p
1 +
3
90 pasa x R 12 = 10.800
0 ng p
2 = 50 pasa x R 6 = Rp 3.000
0 0 ng p
1
2
2 = 40 pasa x R 6 = Rp 2.400 -
0 0 ng p
1 +
3
90 pasa x R 6 = Rp 5.400
0 ng p
= Rp 1.800 +
Biaya = 7.200
pengembanga
n Rp
Biaya daur 900 pasang x Rp 10 = Rp 9.00
hidup 0-
Biaya Rp 1.800
dukungan
logistik
Biaya dianggarkan
Keterangan Jumlah
2011 2012 2013
Tahu
Dapatan Biaya Laba Tahunan Laba Komulatif
n
Anggaran tetap yang disusun ini adalah dalam bentuk anggaran induk. Anggaran
induk terdiri atas anggaran operasional dan anggaran keuangan. Anggaran operasional
merupakan anggaran yang terdiri atas unsur anggaran laba rugi. Anggaran keuangan
merupakan anggaran yang terdiri atas unsur anggaran neraca. Anggaran tetap yang disusun
dalam bentuk anggaran induk berupa anggaran tetap berbasis aktivitas,anggaran berbasis
fungsional,dan anggaran tetap berbasis sifat. Anggaran tetap berbasi fungsional dan anggaran
tetap berbasis sifat merupakan anggaran tradisional atan anggaran konvensional.
Sedangkan anggaran berbasis aktivitas ini disusun berupa anggaran induk yaitu
meliputi anggaran laba rugi (anggaran operasional) dan anggaran neraca (anggaran
keuangan).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen berbasis aktivitas mencakup analisis nilai proses (process value analysis)
dan penentuan biaya proses.
3.2. Saran
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan mengetahui bagaimana
manajemen anggaran berbasis aktivitas dan penyusunan anggaran berbasis aktivitas agar
efektif.
ALL
INTERNAL AUDIT
HUMAN RESOURCE
INFORMATION AND TECHNOLOGY
TAX
ACCOUNTING
AUDIT
PRODUCTIVITY AND QUALITY
MANAGEMENT SYSTEM
SECRETARY
2018
o Mei
o April
o Maret
o Februari
o Januari
2017
o Desember
o November
o Oktober
o September
o Agustus
o Juli
o Juni
o Mei
o April
o Maret
o Februari
o Januari
2016
o Desember
o November
o Oktober
o September
o Agustus
o Juli
o Juni
o Mei
o April
o Maret
o Februari
o Januari
2015
o Desember
o November
o Oktober
o September
o Agustus
o Juli
o Juni
o Mei
o April
o Maret
o Februari
2014
o Desember
o November
o Oktober
02 May 2015
Pada dasarnya dengan dilakukan pengganggaran dengan model ini, perusahaan dapat
meningkatkan nilai organisasi dengan 2 hal, yaitu: dengan menghilangkan pemborosan, dan
mengurangi beban kerja.
Oleh karena biaya timbul sebagai akibat adanya aktivitas, maka cara efektif untuk mengatasi
pemborosan adalah dengan mengelola penyebab timbulnya biaya tersebut, yakni aktivitas.
Anggaran menjadi langkah strategik untuk melaksanakan pengurangan biaya (cost
reduction). Para penyusun anggaran akan mendapat informasi mengenai activity driver dan
resource driver yang berkaitan dengan setiap aktivitas sehingga memperjelas sebab akibat
antara cost object, aktivitas dan biaya. Berdasarkan hal ini banyak perusahaan kemudian lebih
memilih untuk menyajikan tingkat tambahan nilai (value) yang diperoleh dibanding sekedar
membandingkan aktivitas yang menambah nilai (value-added activities) versus aktivitas
bukan penambah nilai (non value-added activities).
Cara meningkatkan nilai organisasi lainnya adalah dengan menentukan pengurangan biaya
tanpa harus mengurangi kualitas output. Kunci kesuksesan untuk mengurangi beban kerja
adalah dengan memperoleh pemahaman mendalam mengenai output yang diinginkan
customer. Tujuannya selain untuk mengetahui keinginan customer (eksternal dan internal),
juga untuk memahami kebutuhan atas output dan bagaiman hal tersebut dapat dimanfaatkan
perusahaan.
1. Menganalisa Strategi
Fokus utama dalam penyusunan strategi adalah merencanakan aktivitas untuk mendapatkan
value. Sehingga dibuatlah strategi yang diterjemahkan dalam proses bisnis, aktivitas, dan
kondisi yang sesuai. Proses ini diawali dengan analisis customer requirements dan
pengetahuan pasar. Semisal setelah perusahaan mengetahui berapa harga yang diterima oleh
customer kemudian perusahaan dapat menghitung berapa biaya yang sesuai untuk mencapai
profit margin yang diinginkan.
Untuk menerjemahkan sasaran dan tujuan strategic dalam proses anggaran diperlukan
panduan ini yang dibuat oleh manajemen puncak yang kemudian disampaikan ke masing-
masing manajer.
3. Menerjemahkan Strategi ke Aktivitas
Langkah berikutnya adalah penentuan target dari setiap aktivitas dan proses bisnisnya.
Manajemen me-review proses bisnis untuk dapat meringkas dan mengeliminasi kemungkinan
adanya aktiitas ganda. Analisis aktivitas dilakukan dengan melihat aktivitas yang dilakukan,
banyaknya orang yang terlibat, waktu dan sumber daya yang dibutuhkan, dan penaksiran
value dari aktivitas tersebut. Setelah dilakukan analisis, manajemen menyusun rencana
aktivitas yang bersifat perbaikan dengan pendekata target costing.
Di tahap ini, target penjualan produk/jasa ditetapkan untuk memproyeksikan beban kerja.
Beban kerja dalam hal ini adalah jumlah volume output dimana aktivitas / proses diperlukan
untuk menghasilkannya. Ada 3 tahap utama : peramalan produk, peramalan non produk
(departemen pendukung), dan peramalan proyek special (ISO, sistem computer, dll).
Setelah menyusun anggaran, mengestimasi pendapatan dan penghematan biaya, maka data
yang dihasilkan tersebut kemudian diserahkan kepada departemen anggaran untuk
dikompilasi menjadi rancangan anggaran final.
Skip to main content
Log In
Sign Up
ppt
45 Pages
Uploaded by
J. Hastomo Putra
connect to download
Activity Based Budgeting Bab 24
Download
Per*ujudan )edua mindset dalam "roses "enyusunan activity(#ased #udget adala "ada
"enggunaan "ende)atan target costing dalam "erencanaan a)tivitas yang a)an dila)sana)an
ole tim selama taun anggaran+ 6arget costing adala suatu metode "enentuan )os
"rodu) atau jasa yang didasar)an "ada arga yang di"er)ira)an customer #ersedia untu)
menerimanya+<arga $ual G )os "enu .:ull ost H La#a Memadai yang
@iara")anAlasan yang mendasari !ormula terse#ut adala #a*a "erusaaan arus
da"at mem"erole "enda"atan dalam jumla memadai untu) da"at menutu" )os "rodu) dan
mengasil)an la#a memadai
Analisis A)tivitas
Analisis a)tivitas #isa dijalan)an dalam ' lang)a,1+A)tivitas a"a yang di)erja)an;+era"a orang terli#at
dalam a)tivitas terse#ut3+Wa)tu dan sum#er daya yang di"erlu)an untu) mela)sana)an a)tivitas
terse#ut'+Pena)siran value a)tivitas terse#ut #agi organisasi termasu) re)omendasi untu) memili dan
mem"ertaan)an anya a)tivitas yang menam#a nilai+
A)tivitas "enam#a nilai adala a)tivitas untu) mem"ertaa)an "erusaaan atau #agiannya teta"
#ertaan dalam #isnisnya+ A)tivitas "enam#a nilai yang #eru"a a)tivitas )e#ija)an arus memenui
syarat #eri)ut ini,1+A)tivitas terse#ut menye#a#)an "eru#aan )eadaan ;+Peru#aan )eadaan tida) da"at
dica"ai dengan a)tivitas se#elumnya3+A)tivitas terse#ut memung)in)an a)tivitas lain da"at
dila)san)an
READ PAPER
About
Blog
People
Papers
Job Board
Advertise
We're Hiring!
Help Center
Terms
Privacy
Copyright
Academia ©2018