9.4 Panduan Fmea (Lampiran)
9.4 Panduan Fmea (Lampiran)
PANDUAN
FMEA (FAILURE MODE CAUSE ANALYSIS)
RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN
BAB I
PENDAHULUAN
RCA dan FMEA saling berhubungan, bagian pendekatan satu yang dapat
digunakan pada setiap pendekatan lainnya. FMEA dapat digunakan untuk membantu
mengevaluasi perubahan strategi hasil analisa dengan RCA. Pendekatan FMEA dapat
melihat titik-titik potensi berbagai proses dan kemudian mengidentifikasi kegagalan-
kegagalan baru yang ditimbulkan dari penerapan proses baru. RCA dapat digunakan
untuk mengidentifikasi proses mana saja yang membuutuhkan FMEA dan kemudian
akar permasalahan secara spesifik.
BAB II
FMEA (Failure Mode and Cause Analysis)
B. Tahapan FMEA
Langkah 1 : Pilih Proses dan Bentuk Tim
Pilih proses yang beresiko tinggi yang akan dianalisa dan bentuk TIM. Proses
yang dipilih dapat berupa proses klinis dan berhubungan langsung dengan
perawataan kepada pasien atau yang tidak berorientasi klinis dan tidak berhubungan
langsung dengan perawatan pasien.
Pemilihan tim merupakan salah satu proses penting. Anggota tim idealnya
sekitar 4-8 oramg agar dapat bekerja secara efisien. Komposisi anggota tim yang baik
sebaiknya terdiri dari :
1. Individu yang mengenali atau menjalankan proses yang akan dinilai
2. Individu yang berperan dalam menerapkan perubahan yang akan terjadi
3. Pemimpin yang mempunyai pengetahuan luas, dihormati dan kredibel
4. Individu yang mempunyai otoritas untuk membuat keputusan
5. Beberapa individu / ahli dengan bidang ilmu yang berbeda-beda.
Pilih proses yang akan diananlisa. Tentukan salah satu proses / sub proses bila
prosesnya kompleks
Judul Proses :
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Bentuk TIM :
Ketua :
Anggota : 1. ............................... 4. ....................................
2. ................................ 5. .....................................
3. ................................ 6. .....................................
Jelaskan sub proses kegiatan yang dipilih dan kemungkinan kegagalan pada
setiap sub proses
kegagalan kegagalan kegagalan kegagalan kegagalan kegagalan
_______ _______ _______ _______ _______ _______
_______ _______ _______ _______ _______ _______
_______ _______ _______ _______ _______ _______
_______ _______ _______ _______ _______ _______
_______ _______ _______ _______ _______ _______
_______ _______ _______ _______ _______ _______
Identifikasi failure mode mengharuskan semua anggota tim untuk berpikir jauh
ke depan atau “outside the box”. Harus dipikirkan proses keseluruhan sisitem
dan hubungan subproses yang satu dengan yang lainnya.
Menentukan Probabilitas
Probabilitas suatu kejadian adalah kemungkinan bahwa sesuatu akan terjadi.
Pertanyaan kunci terhadap tahap ini adalah “berapa besar kemungkinan
bahwa failure mode atau dampak ini akan terjadi?”
Contoh Failure mode yang jarang terjadi misalnya pemberian obat dari
produsen obat yang isisnya berbeda dengan apa yang ditulis dilabelnya.
Sementara failure mode yang sering terjadi misalnya tulisan yang tidak terbaca
pada resep. Dibawah ini adalah tavel skala Probabilitas kejadian yang
digunakan di Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan.
LEVEL DESKRIPSI
5 Tidak mungkin terdeteksi
4 Kemungkinan kecil terdeteksi
3 Mungkin terdeteksi
2 Sangat mungkin terdeteksi
1 Selalu terdeteksi
Agar proses rancang ulang efektif untuk mengurangi resiko /bahaya, maka cara
untuk melakukan rancang ulang adalah dengan :
1. Mengurangi keragaman/variasi :
Meskipun RS tidak dapat mengurangi variasi pada penerimaan pelayanan
(pasien), namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu dengan
menetapkan calon pasien untuk prosedur pilihan. Dan dengan
mengembangkan persiapan sebelum perawatan untuk pasien dengan
perawatan resiko tinggi, mengelola komorbitas dan mencocokkan tingkat
perawatan dengan status resiko pasien (ICU vs perawatan biasa)
2. Standarisasi proses :
Misalnya denngan penerpan PPK, clinical pathway, standarisasi proses
komunikasi antar tenaga kesehatan, dll
3. Menyederhanakan proses :
Misalnya dengan mengurangi langkah-langkah atau peralatan yang ada.
4. Mengoptimalkan cadangan/back up :
Mengembangkan sistem back up akan mengurangi probabilitas kejadian.
Contoh back up mislanya, pengecekan ganda dalam pemberian obat, verifikasi
nama pasien dalam kantung darah sebelum transfuse yang dilakukan oleh dua
perawat, dll.
5. Menggunakan teknologi :
Misalnya peresepan elektronik untuk mengurangi tulisan tidak terbaca, dll.
6. Membangun mekanisme perlindungan kegagalan :
Proses terus menerus yang untuk mendeteksi kegagalan
7. Dokumentasi / pencatatan :
8. Pendidikan yang komprehensif :
Ditetapkan di Pamekasan
pada tanggal 06 November 2018
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM
MOHAMMAD NOER PAMEKASAN,
1. Failure Mode and Effects, Analysis in Health Care: proactive Risk reduction , JCI
3 rd ED, 2010
2. MMR UGM, 2009, bahan kuliah Blok II, Magister Manajemen RS, FK UGM, jogja
3. Herkuntanto, 2013, bahan presentasi Workshop PMKP-standart Akreditasi RS
4. Materi KKP-RS PERSI