Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Pembentukan Koperasi


Pada Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1967, “Koperasi adalah organisasi
ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang atau
badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi
sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Sedangkan pada
Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 No. 1 UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, menegaskan bahwa yang dimksud dengan, “Koperasi adalah
badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan1
Prinsip Koperasi berdasarkan UU No. 17 Th. 2012, yaitu: modal
terdiri dari simpanan pokok dan Surat Modal Koperasi (SMK). Lebih
detail tentang ketentuan pengaturan Koperasi BMT diatur dengan
Keputusan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah No. 91 Tahun
2004 (Kepmen No. 91 /KEP /M.KUKM /IX /2004). Dalam ketentuan ini
koperasi BMT disebut sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).
Dengan ketentuan tersebut, maka BMT yang beroperasi secara sah di
wilayah Republik Indonesia adalah BMT yang berbadan hukum
koperasi yang izin operasionalnya dikeluarkan oleh Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Usaha Menengah atau departemen yang
sama di masing-masing wilayah kerjanya.
Selain harus sesuai dengan Kepmen No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 ini, koperasi BMT (KJKS) harus juga tunduk
dengan koperasi yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian.

1
Y. Harsoyo,dkk, Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan,Yogyakarta, Pustaka Widyatama, 2006,
hlm. 36-37
Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau


badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan.

2. Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan


Koperasi.

3. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan


beranggotakan orang-seorang.

4. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan


beranggotakan Koperasi.

5. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan


perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama
Koperasi.

Pasal 2

Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta


berdasar atas asas kekeluargaan.

Pasal 3

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan


masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan
makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.2

2
UU No 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
B. Syarat dan Tata Cara Pembentukan Koperasi
1. Rincian Persyaratan Pembentukan Koperasi
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian Bab
IV, pasal 6 sampa dengan 8, rincian syarat-syarat pembentukan
koperasi adalah sebagai berikut.
a. Persyaratan pembentukan kopersai didasarkan atas bentuk
koperasi yang akan dibentuk (koperasi primer atau koperasi
sekunder).
b. Pembentukan koperasi primer memerlukan minimal 20 orang
anggota. Sedangkan keanggotaan koperasi sekunder adalah
badan hukum koperasi, minimal 3 koperasi
c. Koperasi yang akan dibentuk harus berkedudukan d wilayah
negara Republik Indonesia.
d. Pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang
memuat anggaran dasar.
e. Anggaran dasar koperasi minimal harus memuat beberap hal
berikut ini.
1) Daftar nama pendiri
2) Nama dan tempat kedudukan
3) Maksud dan tujuan serta bidang usaha yang akan
dilakukan
4) Ketentuan mengenai keanggotaan
5) Ketentuan mengenai pengelolaan
6) Ketentuan mengenai permodalan
7) Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya
8) Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha
9) Ketentuan mengenai sanksi3
2. Syarat Pembentukan dan Tata Cara Pembentukan Koperasi

3
Drs. Arifin Sitio, M.Sc, Ir. Halomoan Tamba, M.B.A, Koperasi Teori dan Praktik, Jakarta, Erlangga,
2001, hlm.45-46
Pasal 6
(1) Koperasi Primer dibentuk sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
orang.
(2) Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga)
Koperasi.
Pasal 7
(1) Pembentukan Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dilakukan dengan akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar.
(2) Koperasi mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara
Republik Indonesia. 4

3. Anggaran Dasar
Pasal 8
Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) memuat
sekurang-kurangnya :
a. daftar nama pendiri;
b. nama dan tempat kedudukan;
c. maksud dan tujuan serta bidang usaha;
d. ketentuan mengenai keanggotaan;
e. ketentuan mengenai Rapat Anggota;
f. ketentuan mengenai pengelolaan;
g. ketentuan mengenai permodalan;
h. ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
i. ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha;
j. ketentuan mengenai sanksi

4. Status Badan Hukum


Pasal 9
Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya
disahkan oleh Pemerintah.

4
UU No 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
Pasal 10
(1) Untuk memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9, para pendiri mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian
Koperasi.
(2) Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan.
(3) Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Pasal 11
(1) Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan
penolakan diberitahukan kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.
(2) Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat
mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan
sejak diterimanya penolakan.
(3) Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan
permintaan ulang.
Pasal 12
(1) Perubahan Anggaran Dasar dilakukan oleh Rapat Anggota.
(2)Terhadap perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut
penggabungan, pembagian, dan perubahan bidang usaha Koperasi
dimintakan pengesahan kepada Pemerintah.
Pasal 13
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pengesahan atau
penolakan pengesahan akta pendirian, dan perubahan Anggaran Dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 14
(1) Untuk keperluan pengembangan dan/atau efisiensi usaha, satu
Koperasi atau lebih dapat :
a. menggabungkan diri menjadi satu dengan Koperasi lain, atau
b. bersama Koperasi lain meleburkan diri dengan membentuk Koperasi
baru.
(2) Penggabungan atau peleburan dilakukan dengan membentuk
Koperasi baru.

C. Tingkatan Koperasi dan Daerah Kerja Koperasi


1. Tingkatan dan Daerah Kerjanya
Menurut tingkatan dan daerah kerjanya, koperasi dibedakan dalam dua jenis
yaitu.
1. Koperasi Primer
Koperasi primer ialah koperasi yang minimal memiliki anggota
sebanyak-banyaknya 20 orang dan orang terebut harus memenuhi
syarat keanggotaan sebagaimana ditentikan dalam Undan-Undang.
2. Koperasi Sekunder
Koperasi sekunder ialah koperasi yang terdiri atas gabungan
badan-badan koperasi dan memiliki cakupan daerah kerja yang luas
dibandingkan dengan koperasi primer. Koperasi sekunder dapat dibagi
menjadi tiga, yakni.
a. Pusat Koperasi
Pusat koperasi ialah loperasi yang memiliki anggota paling
sedikit lima koperasi primer. Daerah kerja koperasi ini di tngkat
kabupaten atau kota.
b. Gabungan Koperasi
Gabungan koperasi ialah koperasi yang anggotanya minimal tiga
koperasi pusat. Daerah kerja gabungan koperasi meliputi daerag
tingkat Provinsi.
c. Induk Koperasi
Induk koperasi ialah koperasi yang minimum anggotanya adalah
tiga gabungan koperasi. Daerah kerja induk koperasi di Ibu Kota
Negara.
2. Tingkatan Koperasi dan Daerah Kerja Koperasi5 Permen No 7
tahun 2011
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau Badan

Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas

kekeluargaan;

2. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan

orang seorang dengan jumlah anggota paling sedikit sebanyak 20 (dua puluh)

orang;

3. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan

badan hukum koperasi dengan jumlah anggota paling sedikit minimum 3

(tiga) koperasi;

4. Koperasi Skala Besar adalah koperasi berkualitas yang memenuhi kriteria

asset, omset, dan jumlah anggota terbesar diwilayah Provinsi;

5. Koperasi Berkualitas adalah koperasi sebagai badan usaha aktif yang

dicirikan oleh prinsip-prinsif kohesifitas dan partisipasi anggota yang kuat

dengan kinerja usaha yang semakin sehat dan berorientasi kepada usaha

anggota serta memiliki kepedulian sosial;

5
Permen No 7 tahun 2011
6. Aset Koperasi adalah kekayaan yang dimiliki koperasi meliputi aktiva lancar,

dan aktiva tetap;

7. Omset Koperasi adalah total nilai penjualan/pendapatan barang/jasa koperasi


pada tahun buku yang bersangkutan;

8. Modal Sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut modal

equity dan berasal dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Dana Cadangan

dan Hibah;

9. Modal pinjaman adalah modal yang diperoleh dari anggota, koperasi lainnya

dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan

obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lain yang sah, yang wajib

dikembalikan oleh koperasi;

10. Modal penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai

dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan

memperkuat struktrur permodalan koperasi dalam meningkatkan kegiatan

usahanya.

11. Dinas adalah Instansi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang

membidangi pembinaan dan pengembangan Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah;

12. Koperasi Simpan Pinjam selanjutnya dalam peraturan ini disebut ”KSP”

adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya hanya usaha simpan

pinjam;
13. Koperasi Produsen adalah adalah koperasi yang anggotanya memiliki rumah

tangga usaha atau perusahaan sendiri-sendiri tetapi tetap bekerjasama

dalam wadah koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau

jasa serta kegiatan utamanya menyediakan pengoperasian atau pengelola

sarana produksi bersama;

14. Koperasi Konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir

atau pemakai barang atau jasa dan kegiatan atau jasa utama adalah

melakukan pembelian bersama;

15. Koperasi Jasa adalah koperasi yang anggotanya para penghasil jasa untuk

memenuhi kebutuhan akhir dari para pemakai jasa yang dihasilkan, dan

kegiatan usaha koperasi ini untuk memenuhi kebutuhan para anggota dan

menghasilkan jasanya;

16. Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang anggotanya para produsen atau

pemilik barang atau penyedia jasa, dimana kegiatan utamanya adalah

melakukan pemasaran bersama atas produk dan jasa yang dihasilkannya;

17. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dangan usaha menengah

dan/atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh

usaha menengah dan/atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan;

18. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik


Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

19. Menteri adalah Menteri yang membidangi Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah;

20. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat Daerah Provinsi

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Provinsi;

21. Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkat

daerah Kabupaten/Kota sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah

Kabupaten/Kota;

22. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah

Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten atau Kota yang membidangi

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;

23. Tim Plan Coordinate Do Check Act (PCDCA) adalah Tim yang bertugas

mengkoordinasikan pelaksanaan program Pengembangan Koperasi Skala Besar;

24. Tim Monitoring dan Evaluasi adalah Tim yang bertugas memantau dan

mengevaluasi kinerja Tim Pelaksana program Pengembangan Koperasi Skala

Besar;

25. Tim Penanggung Jawab Wilayah Kerja adalah Tim yang bertugas
mengarahkan,

mengkoordinasikan, dan memantau kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim

Pembina dan Tim Pembantu Pembina serta menjalin kemitraan dengan


pihak-pihak terkait dengan program Pengembangan Koperasi Skala Besar di

provinsi yang menjadi tanggung jawabnya;

26. Tim Pembina adalah Tim yang bertugas mengarahkan, mengkoordinasikan

serta memandu Tim Pembantu Pembina untuk mewujudkan koperasi skala

besar di provinsi yang menjadi tanggung jawabnya;

27. Tim Pembantu Pembina adalah Tim yang bertugas melakukan perencanaan ,

pelaksanaan dan pelaporan program Pengembangan Koperasi Skala Besar

yang menjadi tanggung jawabnya;

28. Tim Pengembangan Koperasi Skala Besar tingkat Provinsi adalah Tim yang

bertugas mengarahkan, mengkoordinasikan serta memandu Tim

Pengembangan Koperasi Skala Besar tingkat Kabupaten/Kota untuk

mewujudkan koperasi skala besar diwilayah provinsi;

29. Tim Pengembangan Koperasi Skala Besar tingkat Kabupaten/Kota adalah Tim

yang bertugas melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan program

Pengembangan Koperasi Skala Besar yang menjadi tanggung jawabnya.

D. Struktur Intern dan Ekstern Organisasi Koperasi


1. Pengertian Organisasi
Menurut Hanel bentuk organisasi koperasi adalah suatu system social
ekonomi atau social teKnik yang terbuka dan berorientasi pada
tujuan.Bentuk dari organisasinya terdiri dari sub system koperasi yang
terdiri dari :

a. Individu (pemilik dan konsumen akhir)


b. Pengusaha perorangan / kelompok (pemasok/supplier)
c. Badan usaha yang melayani anggota dan masyarakat.
Pengertian Organisasi (2)
Menurut Ropke bentuk organisasi memiliki identifikasi ciri khusus, yaitu:
a. Kumpulan sejumlah individu dengan tujuan yang sama (kelompok
koperasi)
b. Kelompok usaha untuk perbaikan kondisi social ekonomi (swadaya
kelompok koperasi)
c. Pemanfaatan koperasi secara bersama oleh anggota (perusahaan
koperasi)
d. Koperasi bertugas untuk menunjang kebutuhan para anggotanya
(penyediaan barang dan jasa)
Pengertian Organisasi (3)
Sub sistemnya terdiri dari :
1. Anggota Koperasi
2. Badan usaha Koperasi
3. Organisasi Koperasi

2. Bentuk Organisasi di Indonesia6


Struktur organisasi di Indonesia berupa
1) Rapat Anggota,
Rapat Anggota biasanya membahas :
a. Penetapan anggaran dasar
b. Kebijaksanaan umum (manajemen, organisasi & usaha koperasi)
c. Pemilihan, pengangkatan & pemberhentian pengurus juga pengawas
d. Rencana kerja, rencana budget dan pendapatan serta pengesahan
laporan keuangan
e. Pengesahan pertanggungjawaban
f. Pembagian SHU
g. Penggabungan, pendirian, peleburan dan pembubaran
2) Pengawas,
Pengawas
Pengawas memiliki kegiatan sebagai berikut :
a. Bertugas untuk melakukan pengawasan kebijakan dan pengelolaan
koperasi
b. Berwenang untuk meneliti catatan yang ada & mendapatkan segala
keterangan yang diperlukan.
3) Pengurus,
Pengurus biasanya melakukan kegiatan :

6
Ervan Purnama Ramdan
a. Mengelola koperasi dan anggota
b. Mengajukan rancangan rencana kerja, anggaran pendapatan & belanja
koperasi
c. Menyelenggarakan rapat anggota
d. Mengajukan laporan keuangan & pertanggungjawaban
e. Menyelenggarakan pembukuan keuangan & inventaris secara tertib
f. Memelihara daftar anggota & pengurus
Pengurus (2)
Pengurus juga memiliki wewenang, yaitu :
a. Mewakili koperasi di luar dan di dalam pengadilan
b. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru dan
pemberhentian anggota
c. Memanfaatkan koperasi sedsuai dengan tanggungjawabnya
4) Pengelola.
Pengelola adalah karyawan atau pegawai yang diberikan kuasa &
wewenang oleh pengurus

Anda mungkin juga menyukai