Anda di halaman 1dari 16

K3 PERTAMBANGAN

“Kesehatan kerja pertambangan dan identifikasi bahaya pekerja


pertambangan”
Dosen Pengampu : Putri Sahara Harahap SKM M.KKK

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1

MASAYU FENNY A (17132010 )


INTAN WIDYA S (17132010 )
MUAMMAR KHADAFI (16132010 )
RISKY DWI (17132010 )
RIKO ANDIKA (17132010 )
YEDI SAPUTRA (1713201042)
YULFI OKTA Z (1713201043)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang sampai pada hari ini karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang “Kesehatan kerja pertambangan dan
identifikasi bahaya pekerja pertambangan”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah K3 Pertambangan

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jambi, 11 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 4
2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja ............................................ 4
2.2 Kecelakaan Kerja Tambang ......................................................................... 5
2.2.1 Pengertian Kerja Tambang ............................................................. 5
2.2.2 Penggolongan Kecelakaan Tambang .............................................. 5
2.3 Sebab Terjadinya Kecelakaan ..................................................................... 6
2.4 Manajemen Risiko Pertambangan ................................................................ 7
2.5 Faktor Risiko Perusahaan Pertambangan ..................................................... 7
2.6 Manfaat Manajemen Risiko Perusahaan Pertambangan .............................. 8
2.7 Identifikasi Bahaya Pekerja Pertambangan………………………………………8
2.8 Metode Pengelolaan Risiko Pada Perusahaan Pertambangan ...................... 8
2.9 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Pertambangan……….8-10
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 11
3.2 Kritik dan Saran ........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional.
Pertambangan memberikan peran yang sangat signifikan dalam perekonomian nasional, baik
dalam sektor fiscal, moneter, maupun sektor riil. Peran pertambangan terlihat jelas dimana
pertambangan menjadi salah satu sumber penerimaan negara, berkontribusi dalam
pembangaunan daerah, baik dalam bentuk dana bagi hasil maupun program community
development atau coorporate social responsibility, memberikan nilai surplus dalam neraca
perdagangan, meningkatkan investasi, memberikan efek berantai yang positif terhadap
ketenagakerjaan, menjadi salah satu faktor dominan dalam menentukan Indeks Harga Saham
Gabungan, dan menjadi salah satu sumber energi dan bahan baku domestik.
Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi
dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran operasi,
menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka
diperlukan implementasi Kesehatan dan keselamatan kerja (kesehatan dan keselamatan kerja)
pada kegiatan pertambangan.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Kesehatan
dan keselamatan kerja di tempat kerja.Secara keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja,
didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum kesehatan dan keselamatan kerja merupakan
kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan kesehatan dan
keselamatan kerja.
Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan kesehatan dan
keselamatan kerja dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Bahkan ditingkat internasionalpun
telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang kesehatan dan
keselamatan kerja secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat
regional.

1
Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja, maka
tingkat kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun,
dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, kesehatan dan keselamatan kerja
yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat kerja/industri
maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki budaya kesehatan dan
keselamatan kerja untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga kesehatan dan
keselamatan kerja menjadi salah satu budaya industrial.
Dengan melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja akan terwujud perlindungan
terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi
pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan
kesehatan dan keselamatan kerja, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman,
sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan
produktivitas perusahaan. Dengan demikian kesehatan dan keselamatan kerja sangat besar
peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah
korban manusia..
Ditahap pengontrolan risiko, peran manajemen sangat penting karena pengontrolan
risiko membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, karena
pihak manajemen yang sanggup memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama
tersebut semakin menyadarkan akan pentingnya kebutuhan pengelolaan kesehatan dan
keselamatan kerja dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat
terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan
dari perusahaan untuk mengelola kesehatan dan keselamatan kerja menerapkan suatu Sistem
Manajemen Kesehatan dan keselamatan kerja (smkesehatan dan keselamatan kerja).

1.2 Rumusan Masalah


Melihat latar belakang yang ada, maka masalah yang terdapat dalam pokok bahasan
ini, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Apakah pengertian kesehatan dan keselamatan kerja ?
2) Apa saja sebab terjadinya kecelakaan kerja tambang ?
3) Bagaimana penggolongan kecelakaan tambang ?
4) Bagaimana tindakan setelah terjadinya kecelakaan kerja ?
5) Apakah pengertian manajemen risiko pertambangan ?
6) Apakah faktor risiko yang ada di perusahaan pertambangan ?

2
7) Apakah manfaat manajemen risiko pada perusahaan pertambangan ?
8) Apa saja yang meliputi Identifikasi bahaya pekerjaan pertambangan?
9) Bagaimana sistim manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di pertambangan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian kesehatan dan keselamatan kerja.
2) Untuk mengetahui sebab terjadinya kecelakaan kerja tambang.
3) Untuk mengetahui penggolongan kecelakaan kerja tambang.
4) Untuk mengetahui dan memahami tindakan setelah terjadinya kecelakaan kerja.
5) Untuk mengetahui dan memahami manajemen risiko pertambangan.
6) Untuk mengetahui faktor risiko yang ada di perusahaan pertambangan.
7) Untuk mengetahui manfaat manajemen risiko pada perusahaan pertambangan.
8) Untuk Mengetahui apa saja yang meliputi Identifikasi bahaya pekerjaan
pertambangan
9) Untuk Mengetahui Bagaimana Sistem Manajemen Kesehatan dan keselamatan kerja
di pertambangan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya.
Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka
disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang
selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai
sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

4
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat
produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya
manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk
memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan
kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar
terjalan dengan baik.

2.2 Kecelakaan Kerja Tambang


2.2.1 Pengertian Kerja Tambang
Kerja tambang merupakan Setiap tempat pekerjaan yang bertujuan atau
berhubungan langsung dengan pekerjaan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, operasi produksi, pengolahan/ pemurnian dan pengangkutan
bahan galian golongan a, b, c, termasuk sarana dan fasilitas penunjang yang ada di
atas atau di bawah tanah/air, baik berada dalam satu wilayah atau tempat yang
terpisah atau wilayah proyek.
Yang dimaksud dengan kecelakaan tambang yaitu :
a. Kecelakaan Benar Terjadi
b. Membuat Cidera Pekerja Tambang atau orang yang diizinkan di tambang oleh
KTT
c. Akibat Kegiatan Pertambangan
d. Pada Jam Kerja Tambang
e. Pada Wilayah Pertambangan
2.2.2 Penggolongan Kecelakaan Tambang
Kecelakaan tambang terbagi atas :
a. Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan), Korban tidak mampu melakukan tugas
semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu.
b. Cidera Berat (Kecelakaan Berat), Korban tidak mampu melakukan tugas
semula lebih dari 3 minggu serta Korban invalid & tidak mampu
melaksanakan tugas semula. Berdasarkan cedera korban yaitu :
- Retak Tengkorak kepala, tulang punggung pinggul, lengan
bawah/atas, paha/kaki
- Pendarahan di dalam atau pingsan kurang oksigen

5
- Luka berat, terkoyak
- Persendian lepas
c. Mati, Korban mati dalam waktu 24 jam dari waktu terjadinya kecelakaan.

2.3 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pertambangan


Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah
atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri
dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti
kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal
tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian
dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik. Penyebab dasar
kecelakaan kerja yaitu :
1) Faktor Personil
a. Kelemahan pengetahuan dan skill
b. Kurang motivasi
c. Problem fisik
2) Faktor Perkerjaan
a. Standar kerja tidak cukup memadai
b. Pemeliharaan tidak memadai
c. Pemakaian alat tidak benar
d. Kontrol pembelian tidak ketat
Adapun penyebab langsung kecelakaan kerja yaitu
1) Tindakan Tidak Aman
a. Mengoperasikan alat yang bukan wewenangnya
b. Mengoperasikan alat dengan kecepatan tinggi
c. Posisi kerja yang salah
d. Perbaikan alat, pada saat alat beroperasi
2) Kondisi Tidak Aman
a. Tidak cukup pengamanan alat
b. Tidak cukup tanda peringatan bahaya
c. Kebisingan/debu/gas di atas NAB
d. Housekeeping tidak baik

6
Penyebab Kecelakaan Kerja (Heinrich Mathematical Ratio) dibagi atas 3 bagian
Berdasarkan Prosentasenya :
a. Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%)
b. Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%)
c. Diluar kemampuan manusia (2%)

2.4 Manajemen Risiko Pertambangan


Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh
perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi,mengevaluasi,dan menanggulangi bahaya
di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun
longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem,dll.Jadi, manajemen resiko merupakan
suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang
aman,bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja.

2.5 Faktor Risiko Perusahaan Pertambangan


Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan adalah
sebagai berikut :
a. Ledakan
Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala
api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan
merambat pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat
menimbulkan kerusakan yang fatal
b. Longsor
Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang terjadi di
dalam tambang,serta kondisi tanah yang rentan mengalami longsor. Hal ini bisa juga
disebabkan oleh tidak adanya pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang.
c. Kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah
mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan
roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu
terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan gas dalam kondisi
batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan
yang diiringi oleh kebakaran.

7
2.6 Manfaat Manajemen Risiko Perusahaan Pertambangan
Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan pertambangan adalah
sebagai berikut :
1. Menimalkan kerugian yang lebih besar
2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan
3. Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan
2.7 Identifikasi Bahaya Pekerja di Industri Pertambangan
Identifikasi Bahaya Pekerja Pertambangan Meliputi:
1. Aktivitas yang diamati
2. Kondisi Yang berbahaya
3. Kejadian yang berbahaya
Setelah mengidentifikasi bahaya selanjutnya menilai resiko serta pengendalian resiko
bahaya pekerja pertambangan
2.8 Metode Pengelolaan Risiko Pada Perusahaan Pertambangan
Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah
maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai berikut:
1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
3. UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi
4. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
5. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
6. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi
7. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota
8. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang
Pertambangan
9. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi,
Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi
10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi
11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
2.9 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Industri Pertambangan
Program keselamatan kerja yang baik adalah program yang didasarkan pada prinsip
close the loop atau prinsip penindaklanjutan hingga tuntas. Secanggih apapun program yang
ditawarkan, jikalau berhenti di tengah jalan dan tidak diikuti dengan tindak lanjut yang nyata

8
tentu tidak memiliki arti. Baik Internationa Loss Control Institute (ILCI) maupun National
Occupational Safety Association (NOSA) menyebutkan bahwa sistem keselamatan kerja
yang efektif harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Identifikasi Bahaya (Identification Hazzard)
Identifikasi bahaya Adalah tidak sama bahaya di lingkungan kerja satu dengan yang
lain. Untuk program yang umum dijumpai di industri pertambangan dalam kaitannya dengan
prinsip ini antara lain :
a. Program pengenalan dan peduli bahaya (Hazzard Recognition and awareness
Program)
b. Program komunikasi bahaya dan inventori bahan kimia ( Hazard Communication
and Chemical Inventory Program)
c. Program Pemantauan Higiena Perusahaan
d. Program Percontoh (Sampling Program)
e. STOP Program
f. Program Penilaian Resiko (Risk Assesment Program)
g. Program Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection Program)
h. Audit Dasar Pihak Ketiga (Third Party Baseline Audit)
2. Menyusun Standart Kinerja Dan Sistem Pengukuran (Set Standart of Performance and
Measurement)
Di dalam langkah ini dipandang sangat penting untuk menmbuat standart, prosedur
atau kebijakan yang berkaitan dengan potensi bahaya yang telah diketahui. Dalam
penyusunan prosedur ini sebaiknya melibatkan semua tingkatan managemen dan pelaksana di
lapangan.
a. Program Penyusunan Kebijakan, Standart Kerja, Prosedur dengan tolok ukur
standart institusi international, pemerintah dan pabrik.
b. Program Review Prosedur Kritis (Critical Prosedur Review)
c. Program Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection Program)
d. Program Pertanggunggugatan Keselamatan Kerja (Safety Accountability
Program)
e. Program Pertemuan Keselamatan Kerja (Safety Meeting Program)
3. Menyusun Standart Pertangunggugatan (Set Standard of Accountability)
Langkah ini adalah untuk menetapkan sistem pertanggunggugatan untuk masing-
masing tingkatan manajemen. Program yang sering dijumpai berkaitan dengan langkah ini
adalah :

9
a. Program Standarisasi Penugasan (Assignment Standardization Program )
b. Program Standarisasi Pertanggunggugatan (Accountability Standardisation
Program)
c. Program Evaluasi Diskripsi Kerja (Job Description Evaluation Program)
d. Program KRA-KPI
4. Mengukur Kinerja Terhadap Standar yang Ditentukan (Measure Performance against
Standard)
Langkah ini untuk mengetahui seberapa tinggi kinerja yang dipakai terhadap standar
yang ada. Beberapa program yang telah sangat dikenal dalam langkah ini adalah :
a. Audit keselamatan kerja Internal dan Eksternal (Internal & External Safety Audit)
b. Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection Program)
c. Program Analisa Kecelakaan (Accident Investigation Program)
d. NOSA Five Starrs Grading Audit
e. Housekeeping Evaluation
5. Mengevaluasi Hasil yang dicapai (Evaluate Outcome)
Termasuk dalam langkah ini adalah mengevaluasi adanya penyimpangan dari
peraturan perundangan dan standar internasional yang berlaku. Contoh program dalam
langkah ini antara lain:
a. Program statistik kecelakaan (Safety Statistic Program)
b. Program Pelaporan ke Pemerintah (Government Reporting )
c. Program Analisa Kecelakaan (accident Analysis Program)
d. Evaluasi Kesehatan Karyawan (Medical Evaluation)
e. Program Perlindungan Pendengaran dan Pernafasan
f. Audit Follow up
6. Melakukan Koreksi Terhadap Penyimpangan yang Ada (Correct Deviations and
Deficiencies)
Salah satu contoh yang amat dikenal dalam langkah ini adalah :
a. Program Penghargaan Safety (Safety Recognition Program)
b. Program Koreksi Tuntas (Correction-Close The Loop Program)
c. Program Pertemuan Kepala Teknik Tambang (Technical Manager Meeting)
d. Audit Tindak Lanjut Oleh Manajemen (Audit Follow Up By Management)

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja, didefinisikan sebagai ilmu dan
penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari
aspek hukum kesehatan dan keselamatan kerja merupakan kumpulan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja. Upaya
pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Kesehatan dan keselamatan
kerja di tempat kerja. Dengan melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja akan terwujud
perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja.
Kecelakaan kerja tambang adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau tidak
dikehendaki yang benar-benar terjadi dan membuat cidera pekerja tambang atau orang yang
diizinkan di tambang oleh KTT sebagai akibat kegiatan pertambangan pada jam kerja
tambang dan pada wilayah pertambangan.
Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha,
kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja.
Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian.
Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh
perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya
di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun
longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem, dll. Jadi, manajemen resiko merupakan
suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,
bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja. Pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam
bentuk manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen
perusahaan yang lain. Integrasi tersebut diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk
mengelola K3 dengan menerapkan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3).

11
3.2 Kritik dan Saran
Dengan dilaksanakannya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, diharapkan
akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif,
sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan
demikian kesehatan dan keselamatan kerja sangat besar peranannya dalam upaya
meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Budiono S. Manajemen Risiko dalam Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Bunga Rampai
Hiperkes dan Keselamatan. Semarang, 2005.
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung
Suma’mur P.K, Dr. Msc,”Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan”, Gunung Agung,
Jakarta, 1981.

13

Anda mungkin juga menyukai