KEPERAWATAN KRITIS
DISUSUN OLEH:
RIDA SONDANG
NIM : 1614201504
FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2019
MENINGITIS
A. Definisi
Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis
berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat berpindah
melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara tersebut. (Anonim,
2007).
B. Etiologi
C. Manifestasi Klinis
Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak resposif, dan koma.
1. Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.
2. Tanda kernik positif : ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kearah abdomen kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
3. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya .
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulent dan edema cerebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernapasan tidak teratur, sakit
kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikima : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
4. Pengkajian Primer
a. Airway
Mengkaji ada tidaknya obstruksi jalan nafas atau penumpukan secret pada
pasien.
b. Breathing
1) Look : ekspansi dada, IT
2) Listen : auskultasi suara nafas
3) Feel : ada tidaknya hembusan nafas
c. Circulation
Mengkaji tentang nadi (lemah atau kuat), irama jantung, tekanan darah, suhu,
rr, nyeri, crt, akral, membrane mukosa.
d. Disability
Mengkaji tentang penilaian kesadaran melalui GCS. Biasanya pasien
meningitis rata-rata mengalami penurunan kesadaran.
5. Pengkajian Sekunder
a. Sistem Pernapasan
Inspeksi : apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot
bantu nafas dan peningkatan frekuensi nafas yang sering didapatkan pada
pasien meningitis yang disertai dengan adanya gangguan system pernapasan.
Palpasi thorax hanya dilakukan jika terdapat deformitas pada tulang dada
pasien dengan efusi pleura massif (jarang terjadi).
Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada pasien.
b. Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian pada system kardiovaskuler terutama dilakukan pada klien
meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami renjatan
(syok). Infeksi fulminasi terjadi pada sekitar 10% klien dengan meningitis
meningococcus, dengan tanda-tanda septicemia : demam tinggi yang tiba-
tibamuncul, lesipurpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok
dan tanda-tanda koagulasi intravaskuler diseminata (CID). Kematian mungkin
terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
c. Sistem Persyarafan
Pengkajian Tingkat Kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan
parameter yang paling mendasardan parameter yang paling penting yang
membutuhkan pengkajian. Tingkat kewaspadaan klien dan respon terhadap
lingkungan adalah indicator paling sensitive untuk disfungsi system
persarafan. Beberapa system digunakan untuk membuat tingkat perubahan
dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keaadaan lanjut tingkat kesadaran klien menginitis biasanya berkisar
pada tingkat latergi, stupor, dans emicomatosa. Jika klien sudah mengalami
koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran
klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
Pengkajian Refleks
Gerakan involunter tidak ditemukan adanya tremor, tic, dan dystonia. Pada
keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak
dengan meningitis disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan
peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi
sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.
1) Kaku Kuduk
Kaku kuduk merupakan tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesulitan karena adanya spasme otot-otot leher. Fleksi paksaan
menyebabkan nyeri berat.
2) Tanda Kernig Positif
Ketika klien di baringkan dengan paha dalam keaadaan fleksi ke arah
abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
3) Tanda Brudsizinski
Tanda ini didapatkan jika leher klien di fleksikan, terjadi fleksi lutut dan
pinggul ; jika dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah
satusisi, gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
d. Sistem Perkemihan
e. Sistem Pencernaan
f. Sistem Muskoloskeletal
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lunit dan pergelangan
kaki). Petekia dan lesi purpura yang didahului oleh roam pada penyakit yang berat
dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan ekstremitas. Klien sering
mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga
mengganggu ADL.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
1. Perubahan ferfusi jaringan otak berhubungan dengan sirkulasi darah atau peningkatan
TIK.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien menunjukan peningkatan
kesadaran dengan criteria hasil :
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang normal.
b. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial.
c. Klien mampuh berkomunikasi sesuai kemampuan dan menunjukan sensori
dan motoric
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (kelainan muskoloskeletal, system saraf
veskuler).
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien menunjukan nyeri berkurang
dengan criteria hasil :
a. Skala nyeri berkurang atau menurun.
b. Kebutuhan tidur pasien cukup.