Anda di halaman 1dari 7

NAMA: RIBKA APRILIA KELAS: 12 IPA 2

 Cara kerja Pencacah Geiger – Muller


Pencacah ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan sinar – x, sinar y dan partikel .
Juga untuk memdeteksi partikel x yang digunakan jendela mika yang tipis.

Prinsip kerja :

 Terdapat dua elektrode yang dipasang pada alat ini.

 Tabung silindris sebagai katode dan sebagai onade di gunakan kawat. Gas yang di
gunakan adalah gas argon pada tekanan 100 mmHg + Chlorin.

 Jika tabung menangkap partikel dari radiasi luar gas argon akan terionisasi menjadi
ion positif dan negatif. Ion negatif ditarik menuju ke anode.
 Selama perjalanan, ion ini juga akan mengionisasi gas argon.
 Terjadilah banyak sekali ion pada ruang tersebut sehingga terjadi arus listrik yang
cukup besar.
 Manfaat Pencacah Geiger-Muller

Pencacah Geiger, atau disebut jugaPencacah Geiger-Müller adalah sebuah alat pengukur radiasi
ionisasi. Pencacah Geiger bermanfaat untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta. Sensornya adalah
sebuah tabung Geiger-Müller, sebuah tabung yang diisi oleh gas yang akan bersifat konduktor
ketikapartikel atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya Argon) menjadi konduktif. Alat
tersebut akan membesarkan sinyal dan menampilkan pada indikatornya yang bisa berupa jarum
penunjuk, lampu atau bunyi klik dimana satu bunyi menandakan satu partikel. Pada kondisi
tertentu, pencacah Geiger juga bermanfaat untuk mendeteksi radiasi gamma, walaupun tingkat
reliabilitasnya kurang. Pencacah geiger tidak bisa digunakan untuk mendeteksi neutron.

Tabung Geiger-Müller

Sebuah tabung Geiger-Muller (or tabung GM ) adalah unsur pengindera ( sensor ) dari sebuah
Geiger counter yang dapat mendeteksi sebuah partikel tunggal dari sebuah radiasi ionisasi. Adalah
Hans Geiger yang memberinya nama tabung GM pada tahun 1908. Dan Walther Müller
berkolaborasi dengan Geiger dalam pengembangan yang lebih lanjut pada tahun 1928. Ini adalah
jenis gas ionisasi detektor dioperasikan dengan tegangan di Geiger plateau (daerah plato ).

Daerah plato

Daerah plato adalah tegangan dalam rentang counter Geiger-Müller beroperasi. Tergantung pada
karakteristik spesifik pencacahan ( ukuran, jenis gas dll), lebih tepatnya tegangan jangkauannya
berbeda-beda. Di wilayah ini, potensi perbedaan di pencacahan cukup kuat untuk
mengionisasi semua gas di dalam tabung, tergantung pemicu radiasi ionisasi yang
masuk (alfa, beta atau radiasi gamma). Dataran di bawah tegangan tinggi ( plateau ) tidak cukup
untuk menyebabkan discharge; dimana Townsend avalanche yang dibatasi adalah hasil, dan tabung
bertindak sebagai counter proporsional, dan pulsa ukuran output tergantung pada awal ionisasi yang
dibuat oleh radiasi. Tegangan yang lebih tinggi menyebabkan fenomena yang disebut quenching
yang dikenakan ion-ion positif yang diambil ke katoda sehingga membuat pulsa terus listrik di
pencacah.
Dataran akan condong sedikit jika terjadi peningkatan kepekaan terhadap energi radiasi rendah, hal
ini disebabkan oleh peningkatan tegangan pada perangkat. Normalnya bila partikel memasuki
tabung dan mengionisasi salah satu gas atom, ionisasi gas akan terjadi.Sekali energi partikel yang
rendah memasuki counter, ada kemungkinan bahwa energi kinetis di samping potensi energi dari
tegangan yang mencukupi untuk tambahan ionisasi terjadi, maka ion terekombinasi. Pada
tegangan yang lebih tinggi, dengan ketinggian minimum untuk radiasi tingkat tetes, maka
sensitivitas pencacah meningkat.

daerah plato untul GM

Penilaian karakteristik detektor GM ditentukan oleh bentuk platonya. Detektor GM yang baik
mempunyai panjang plato sekitar 200 Volt, kemiringan atau slopnya cukup kecil. Tegangan kerja
detektor GM pada umumnya terletak antara 1,3 sampai 0,5 panjang plato, dihitung dari titik V1.
Sedangkan kemiringan detektor GM dihitung berdasarkan plato yang ada dalam % per 100 Volt,
seebagai berikut.

Kemiringan (slope) =

Keterangan dan operasi

Sebuah tabung Geiger-Müller terdiri dari tabung yang diisi gas dengan tekanan rendah (0,1 ~ ATM)
seperti helium, neon atau Argon, dalam beberapa kasus pada Penning mixture dan uap organik atau
halogen berisi gas dan elektroda, diantaranya ada beberapa ratus teganganvolt, tapi tidak ada arus
listrik yang mengalir. Dinding dari tabung yang baik di dalam atau di luarnya adalah logam, atau
bagian dalammnya hanya dilapisi dengan logam atau grafituntuk
membentuk katoda sedangkan anode adalah kawat yang lulus dari pusat tabung.

Ketika ionisasi radiasi melewati tabung, beberapa molekul gas terionisasi, menciptakan ion positif
dan elektron. Kuatnya medan listrik dibuat oleh tabung elektroda yang membuat ion-ion bergerak
menuju katoda dan elektron menuju anode. Pasangan ion yang cukup mendapatkan energi untuk
mengionisasi molecules gas melalui tabrakan pada prosesnya, menciptakan avalanche dari partikel.

Hasilnya secara singkat, pulsa yang saat ini yang lewat (atau cascades) dari elektroda negatif ke
elektroda positif diukur atau dihitung.

Jumlah pulsa per detik menunjukan intensitas medan radiasi. Beberapa pencacah Geiger
menampilkan rata-rata pengeksposan (mR·h), namun ini tidak berhubungan dengan mudah
ke tingkat dosis.

Quenching

Dari mekanisme deteksi diketahui bahwa ion positif yang tiba pada dinding detektor setelah
terjadinya pulsa akan menyerahkan energi kinetiknya kepada dinding detektor. Energi yang
diserahkan ini sebagian besar diubah dalam bentuk panas. Sedangkan energi yang semula sibawa
oleh ion positif digunakan untuk mengeksitasi atom dari dinding. Salam proses kembali ke tingkat
dasarnya, atom tersebut akan melepas energi eksitasi melalui pemancaran sinar foton ultra violet.
Pada saat demikian medan listrik sekitar anoda sudah kembali sepenuhnya ke intensitas semula.

Dalam keadaan demikian interaksi antara foton ultraviolet dengan gas di dalam detektor mungkin
dapat menimbulkan prose avalanche. Proses avalanche ini menyebabkan gangguan pada pencacahan
atau spurious count. Hal ini harus dicegah, pencegahan ini disebut dengan quenching atau
pemadaman, atau pemuduran, atau pendinginan. Quenching dapat dilakukan secara elektronis,
yaitu dengan menurunkan tegangan anoda setelah terjadinya denyut (pulsa) sampai semua ion
positif terkumpul. Cara quenching yang lain adalah secara kimia, yaitu dengan menggunakan gas
polyatom, seperti gas halogen, metana, gas ether dan alkohol. Quenching dengan cara kimia disebut
juga self quenching. Gas quenching dapat menyerap foton ultraviolet tanpa mengalami ionisasi.
Foton ultraviolet yang diserap gas quenching akan hilang dengan cara mendisosiasi gas polyatom.
Detektor dengan cara quenching dapat hidup selama molekul gas quenching masih cukup. Umur
atau wakyi hidup detektor biasanya ditentukan oleh banyaknya radiasi yang tertangkap, umurnya
berorde sekitar 108 cacahan.

Apabila sebagai gas quenching digunakan gas halogen maka setelah gas halogen menyerap energi
foton ultraviolet tidak akan mengalami disosiasi. Oleh karena itu detektor GM yang menggunakan
gas halogen mempunyai umur yang tidak dibatasi oleh jumlah cacahan ya ng dihasilkan detektor.
Dalam hal ini detekyor yang menggunakan gas halogen umurnya dipengaruhi oleh keadaan
katodenya, apakh sudah termakan gas halogen atau belum. Perlu diketahui bahwa gas halogen
bersifat sangat reaktif dan mudah membentuk radikal bebas.

Resolving Time

Apabila ada dua zarah radiasi masuk ke dalam detektor berurutan dalam waktu yang berdekatan
maka peristiwa avalanche ion dari zarah radiasi pertama akan melumpuhkan detektor. Selama
beberapa saat detektor tak dapat mencatat adanya zarah radisi yang datang kemudian dalam
waktu yang sangat berdekatan dengan zarah radiasi yang datang pertama. Intensitas medan listrik
yang paling besar adalah di daerah pemukiman anoda, karena avalanche pengionan bermula di
daerah yang sangat dekat dengan anoda dan dengan cepat akan melebar ke sepanjang anoda. Ion
negatif (elektron) yang terbentuk bergerak ke arah anoda, sedang ion positif bergerak ke arah
katoda. Elektron bergerak sangat cepat dan terkumpul di anoda dalam waktu yang jauh lebih
cepat bila dibandingkandengan waktu yang diperlukan oleh ion positif untuk sampai di katoda.

Waktu yang diprlukan untuk mengumpulkan ion positif yang terbentuk di dekat pemukiman
anoda akan mengikuti persamaan berikut:

Dengan catatan:

a = jari-jari anoda (cm)

b = jari-jari katoda (cm)

p = tekanan gas di dalam detektor

V = beda potensial antara elektroda (Volt)

µ = mobilitas ion positif [(cm/s)(V/cm)], untuk udara µ = 1070, untuk Argon, µ = 1040

Ion positif yang bergerak perlahan ini akan membentuk tabir pelindung di sekeliling anoda yang
bermuatan positif. Hal ini menyebabkan sangat turunnya medan listrik di sekeliling anoda dan
karena itu tak mungkin terjadi avalanche oleh lewatnya zarah radiasi berikutnya.

Bilamana ion bergerak ke arah katoda, intensitas medan listrik bertambah, sehingga pada suatu
saatavalanche akan mulai lagi. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan intensitas medan
ke harga semula disebut waktu mati atau dead time.

Pada akhir periode waktu mati, meskipun dapat terjadi avalanche lagi, tetapi denyut keluaran
belum tertangkap lagi untuk menghasilkan pula pada detektor GM. Ketika ion positif
meneruskan perjalanannya menuju ke dinding katoda, denyut keluaran yang dihasilkan dari
zarah radiasi lain akan bertambah besar. Bila denyut keluaran sudah cukup tinggi dan dapat
melampaui batas diskriminator maka akan dapat di cacah. Dalam keadaan ini detektor dapat
dikatakan telah “pulih” kembali dari keadaan mati. Selang waktu antara akhir waktu mati dengan
“pulih kembali penuh” disebut sebagai waktu pemulihan atau recovery time.

Jumlah waktu mati atau dead time ditambah dengan waktu pemulihan atau recovery time disebut
resolving time. Resolving time dapat didevinisikan sebagai waktu minimum yang diperlukan
agar zarah radiasi berikutnya dapat dicatat setelah terjadinya pencatatan atas zarah radiasi yanng
datang sebelumnya. Resolving time berorde sekitar 100 mikrodetik atau lebih. Untuk detektor
proporsional jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan detektor Geiger Muller, yaitu sekitar
beberapa mikro detik saja.

Cara penentukan Resolving Time

Pada laju cacahan yang sangat tinggi, jumlah zarah yang tak dapat tercatat karena
masuk detektor dalam selang resolving time, cukup berarti. Oleh karena itu perlu
dilakukan koreksi terhadap resolving time ini.

Resolving time dapat ditentukan melalui dua sumber radiasi. Dua buah sumber radiai
yang berintensitas sama, dicacah. Pertama, dicacah sendiri-sendiri sehingga akan
memberikan hasil cacahan N1 dan N2. Kemudian dicacah bersama-sama yang akan
menghasilkan pencacahan N12. Secara teoritis apabila tidak ada cacahan yang hilang
karena adaanya resolving tadi, maka:

N12 = N1 + N2

Akan tetapi dalam kenyataannya harga:

N12 N1 + N2

Dalam hal ini resolving time dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut

N1, N2, N12, dan Nb adalah jumlah cacah persatuan waktu. Di dalam persamaan tersebut
Nb adalah jumlah cacah latar atau background counting. Oleh karena N12 harganya
hampir sama dengan N1 + N2 maka percobaan untuk mengukur besarnya harga
resolving time memerlukan ketelitian yang tinggi.

Apabila laju pencacahan dalam pengukuran diketahui sama dengan N0 dan harga
resolving time T diketahui, maka laju pencacahan yang sebenarnya yaitu pencacahan
yang akan diperoleh seandainya tidak ada kehilangan karena adanyja resolving time.

N sebenarnya = N0 / ( 1 - N0T )
 Cara kerja Pencacah Geiger – Muller
Pencacah ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan sinar – x, sinar y dan partikel . Juga
untuk memdeteksi partikel x yang digunakan jendela mika yang tipis.

Prinsip kerja :

 Terdapat dua elektrode yang dipasang pada alat ini.

 Tabung silindris sebagai katode dan sebagai onade di gunakan kawat. Gas yang di
gunakan adalah gas argon pada tekanan 100 mmHg + Chlorin.

 Jika tabung menangkap partikel dari radiasi luar gas argon akan terionisasi menjadi
ion positif dan negatif. Ion negatif ditarik menuju ke anode.
 Selama perjalanan, ion ini juga akan mengionisasi gas argon.
 Terjadilah banyak sekali ion pada ruang tersebut sehingga terjadi arus listrik yang
cukup besar.

Anda mungkin juga menyukai