Disusun Oleh :
Anggota :
Adelia Rahmayanti ( 061840421424 )
Vina Oktarianti ( 061840421436 )
Yudis Afrizal ( 061840421437 )
Kelas / Kelompok : 3 KIA / 4
Dosen Pembimbing : Ir. Erwana Dewi, MEng.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah dan Perkembangan PT. PUSRI
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang adalah sebuah perusahaan yang
memproduksi dan memasarkan pupuk serta produk agribisnis. Perusahaan ini
lebih dikenal sebagai PT. Pusri (Persero). Pusri didirikan pada 24 Desember 1959
di Palembang, Sumatera Selatan. Pusri mempunyai visi menjadi perusahaan
pupuk terkemuka tingkat regional. Produk utama pusri adalah amoniak dan urea,
sedangkan produk samping terdiri dari amoniak ekses, oksigen, nitrogen, karbon
dioksida cair dan padat/ dry ice.
Pusri memulai operasional usaha dengan tujuan utama untuk melaksanakan
dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional, khususnya di industri pupuk dan kimia lainnya. Sejarah
panjang Pusri sebagai pelopor produsen pupuk nasional selama lebih dari 50
tahun telah membuktikan kemampuan dan komitmen kami dalam melaksanakan
tugas penting yang diberikan oleh pemerintah.
Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab atas kelangsungan industri
pupuk nasional, Pusri telah mengalami berbagai perubahan dalam manajemen dan
wewenang yang sangat berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah. Sejak
tanggal 18 April 2012, Kementerian BUMN meresmikan PT Pupuk Indonesia
(Persero) sebagai nama induk perusahaan pupuk yang baru, menggantikan nama
PT Pusri (Persero).
PT Pupuk Indonesia (persero) merupakan pemegang saham utama dan
pengendali Pusri dengan kepemilikan sebesar 99,9998%. Sementara entitas
pemilik akhir dari Pupuk Indonesia adalah Pemerintah Republik Indonesia yang
memiliki seluruh (100,00%) saham Pupuk Indonesia (Persero). Hingga saat ini
Pusri secara resmi beroperasi dengan nama PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dan
tetap menggunakan brand dan merek dagang Pusri.
PT. Pupuk Srwidjaja didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 di Palembang,
Sumatera Selatan. Nama Sriwidjaja yang terdapat pada nama PT. Pusri diambil
sebagai nama perusahaan untuk mengabadikan sejarah kekayaan Kerajaan
Sriwijaya Palembang yang sangat disegani di Asia Tenggara hingga daratan
tiongkok pada abad ke-tujuh masehi. Pusri merupakan pabrik urea pertama di
Indonesia.
Sebagai cikal bakal industri pupuk nasional, PT Pusri merupakan pemasok
tenaga-tenaga ahli perpupukan yang handal bagi perusahaan-perusahaan pupuk
Indonesia yang didirikan kemudian. Banyak tenaga ahli PT Pusri yang dipercaya
memberikan bantuan konsultasi dalam berbagai masalah di pabrik-pabrik pupuk
di dalam negeri maupun mancanegara.
PT. Pusri juga mengembangkan usaha-usaha bernilai tambah tinggi, yaitu
jasa-jasa teknologi yang terkait dengan bisnis ini. Misalnya, teknologi proses
produksi ACES 21 yang dikenal efisien dan hemat energi - hasil riset dan
pengembangan PT Pusri bekerjasama dengan Toyo Engineering Corporation
(TEC) dari Jepang. ACES 21 merupakan sebuah inovasi dengan visi
berjangkauan jauh ke depan yang menjadikan PT Pusri sebagai produsen pupuk
yang memiliki technical know-how dalam pengelolaan dan pemeliharaan pabrik
pupuk secara efisien.
Kombinasi keunggulan di bidang produksi, distribusi dan pemasaran, SDM
dan teknologi menjadikan PT Pusri sebagai pemain terdepan dalam industri
pupuk nasional. Pabrik Pupuk Urea PT Pupuk Sriwidjaja adalah pabrik pupuk
pertama di Indonesia, didirikan pada bulan Desember 1959 dan diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara tanggal 7 Juni 1960. Tujuan dari pendirian pabrik
ini adalah untuk mengolah bahan-bahan mentah yaitu gas alam menjadi bahan-
bahan untuk pembuatan pupuk urea dan berbagai bahan-bahan kimia berguna
lainnya, memperdagangkan hasil produk itu serta barang-barang pelengkap
lainnya, dan memberikan jasa di dalam pembangunan proyek industri-industri
kimia.
Pada tahun 1993 dilakukan pembangunan Pabrik Pusri IB berkapasitas
570.000 ton per tahun sebagai upaya peremajaan dan peningkatan kapasitas
produksi pabrik sekaligus untuk menggantikan pabrik Pusri I yang dihentikan
operasinya karena usia dan tingkat efisiensi yang menurun.
Pada tahun 1997, PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) ditunjuk sebagai induk
perusahaan yang membawahi empat BUMN yang bergerak di bidang industri
pupuk dan petrokimia, yaitu PT Petrokimia Gresik, PT. Pupuk Kujang Cikampek,
PT. Pupuk Kaltim dan PT. Pupuk Iskandar Muda serta satu BUMN yang bergerak
di bidang Engineering, Procurement, dan Construction (EPC), yaitu PT.
Rekayasa Industri. Pada tahun 1998, anak perusahaan PT. Pupuk Sriwidjaja
(Persero) bertambah satu BUMN lagi yang bergerak di bidang perdagangan,
yaitu PT. Mega Eltra.
Pada tahun 2010 dilakukan spin off dari PT. Pupuk Sriwidaja (Persero) kepada
PT. Pusri Palembang dan pengalihan hak dan kewajiban PT. Pupuk Sriwidjaja
(Persero) kepada PT. Pusri Palembang sebagaimana tertuang di dalam RUPS-LB
tanggal 24 Desember 2010 yang berlaku efektif 1 Januari 2011 melalui Akte
Notaris Fathiah Helmi, SH nomor 14 tanggal 12 November 2010. Pada tanggal 18
April 2012, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan PT. Pupuk Indonesia
Holding Company (PIHC) sebagai nama induk perusahaan pupuk yang baru,
menggantikan nama PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero).
Gambar 1.1. Bagan PT. Pupuk Indonesia Holding Company
2
3 Gambar 2.3 Logo PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
Lambang PT Pupuk Sriwidjaja yang berbentuk U
melambangkan singkatan Urea. Lambang ini telah terdaftar di
Ditjen HAKI Departemen kehakiman dan HAM No. 021391
2. Departemen Laboratorium
Departemen ini bertugas dalam analisa kontrol serta menentukan dan
mengawasi kualitas produk dan bahan baku. Dinas Laboratorium memiliki
tiga orang Kepala Bagian, yaitu:
a. Superintenden Laboratorium Kimia Analisis
b. Kepala Bagian Laboratorium Kontrol Produksi
c. Kepala Bagian Laboratorium Penunjang
3. Departemen K3 dan Lingkungan Hidup
Departemen ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
a. Bagian PK dan KK
b. Bagian Hiperkes
c. Bagian Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
d. Bagian Pengawasan dan Evaluasi Lingkungan Hidup
3. Divisi Pemeliharaan
Departemen ini bertanggung jawab untuk memelihara dan merawat alat-
alat pabrik serta kendaraan yang berhubungan dengan operasional pabrik.
Departemen ini dikepalai oleh seorang General Manager yang dibantu oleh
manajer dari:
a. Departemen Mekanikal
b. Departemen Listrik
c. Departemen Perbengkelan
d. Departemen Jaminan dan Pengendalian Khusus
e. Departemen Perencanan dan Pengendalian Turn Around
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bahan Baku Utama dan Bahan Penunjang
Pada unit urea mengolah bahan baku yang diperoleh dari unit utilitas
dan unit amoniak menjadi produk berupa pupuk urea prill. Bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan urea yaitu: amoniak (NH3) dan Karbondioksida
(CO2).
a. Amoniak (NH3)
Salah satu bahan baku utama pembuatan urea adalah ammonia,
dimana dari ammonia ini akan direaksikan dan diuraikan dengan senyawa lain,
sehingga terbentuk urea
Amoniak adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya
senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau
amoniak). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan
nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak
kesehatan. Amoniak yang digunakan secara komersial dinamakan Amoniak
anhidrat. Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena
amoniak mendidih di suhu -33 °C, cairan amoniak harus disimpan dalam
tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor
penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa
di dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah
larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé.
Produk larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki
konsentrasi 26oB (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C). Amoniak yang
berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat
amoniak. Amoniak umumnya bersifat basa (pKb =4.75), namun dapat juga
bertindak sebagai asam yang amat lemah (pKa =9.25). Sifat-sifat fisik amoniak
dapat dilihat pada Tabel 7.
b. Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida merupakan gas tanpa bau dan warna, CO2, larut dalam air,
etanol, dan aseton. Karbondioksida memiliki kisaran cairan yang sempit, dan
karbondioksida cair hanya dapat diproduksi pada tekanan tinggi. Molekul CO2
berbentuk linier dengan setiap atom oksigen membentuk ikatan ganda dua dengan
atom karbon. Senyawa ini biasa digunakan sebagai pemadam api dan sebagai
komponen gas dalam bidang pengobatan untuk merangsang penghambusan nafas.
Karbondioksida juga digunakan dalam minuman berkarbonat. Sifat-sifat fisik
karbondioksida dapat dilihat pada Tabel 8. Karbon dioksida dihasilkan oleh semua
hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan
digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon
dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga
dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil.
2. Seksi Furifikasi/Dekomposisi
Pada seksi ini urea dimurnikan (purifikasi) dari komponen-komponen
hasil reaksi di reaktor berupa amonium karbamat, ammonia excess, air, dan biuret
yang tersisa. Setelah melewati controller Let Down Valve (PRCA-101) yang
terletak di puncak reaktor, tekanan menjadi 17 kg/cm2g dan temperatur 124oC,
serta sebagian amonium karbamat akan terurai menjadi gas NH3 dan CO2.
Campuran gas dan larutan yang keluar dari reaktor dialirkan ke seksi
purifikasi/dekomposisi untuk dipisahkan semua ammonia excess dan amonium
karbamat dari urea. Pemisahan dilakukan secara dekomposisi termal yang diikuti
oleh proses stripping. Dekomposisi termal ini dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu:
a. High Pressure Decomposer (DA-201)
HPD (DA-201) terdiri dari ruang flashing pada bagian atas, empat sieve
tray, penyekat, falling film heater, dan penampung larutan yang berada di bagian
bawahnya. Campuran urea, amonium karbamat, dan produk gas dari reaktor
dengan tekanan 17 kg/cm2g dan temperatur 124oC masuk ke bagian atas HPD
(DA-201) melalui pipa yang menjorok ke dalam ruangan atas. Pipa tersebut
mempunyai lubang-lubang kecil memanjang pada sebelah bawah. Larutan
mengalir ke bawah, melalui 4 buah sieve tray. Larutan dari sieve tray ditampung
oleh suatu penyekat yang selanjutnya dialirkan menuju falling film heater secara
overflow melalui pipa down spot yang terletak konsentris di pusat penyekat.
Larutan mengalir ke bagian dalam tube-tube FFH melalui swirl yang
memungkinkan terbentuknya annulus cairan yang tipis dan turun ke bawah secara
berputar pada permukaan dinding bagian dalam tube yang bertujuan untuk
mempersingkat waktu tinggal dalam tube pemanas sehingga pembentukkan biuret
dan hidrolisa urea dapat ditekan. Pengatur temperatur untuk FFH adalah TRC-
202. Larutan yang tertampung dipenyekat sebelum dialirkan ke FFH dipanaskan
terlebih dahulu dalam reboiler yang disebut Reboiler for High Pressure
Decomposer (EA-201). Steam pemanas dibagian luar pipa dari FFH dan RHPD
adalah Steam Middle dengan tekanan 12 kg/cm2g.
Kemudian larutan dikembalikan lagi ek ruang dimana Ammonia Excess
dan gas yang teruaokan digunakan untuk pemanasan sieve tray. Udara anti korosi
diinjeksikan ke reboiler pada bagian atas dari reboiler dan ke ruangan antara
penyekat FFH dan Air Compressor (GB-201). Ketika melalui empat sieve trays,
larutan amonium karbamat terdekomposisi dan ammonia excess cair teruapkan
karena adanya kontak dengan campuran gas panas yang berasal dari reboiler HPD
(EA-201) dan falling film heater (FFH). Campuran gas tersebut bertindak sebagai
stripping agent terhadap larutan amonium karbamat yang turun ke bawah. Panas
penguraian dan panas untuk penguapan didapat dari panas sensibel dan panas
kondensasi uap air pada sisi luar dan pipa pemanas. Sehingga, hal tersebut dapat
mengurangi konsumsi steam dan memungkinkan kandungan air tetap kecil dalam
resirkulasi amonium karbamat. Temperatur yang naik dapat menyebabkan
perubahan secara mendadak sehingga akan terjadi up set yang serius di HPD.
Kenaikkan temperatur tersebut dapat disebabkan oleh temperature controller
yang tidak bekerja dengan baik atau karena permukaan larutan yang tiba-tiba naik
dapat menyebabkan beberapa kerugian seperti:
1. Pemisahan CO2 da NH3 semakin besar dan diikuti oleh hidrolisa urea dan
pembentukkan biuret juga akan meningkat.
2. Pemakaian steam di HPD (DA-201) bertambah besar, diikuti dengan
guncangan permukaan cairan yang mengakibatkan up set campuran gas ke
HPAC (EA-401).
3. Laju korosi dan erosi di reboiler akan meningkat.
Campuran gas yang telah dipisahkan di HPD (DA-201), selanjutnya
mengalir ke HPAC (EA-401). Larutan dari dasar HPD (DA-201) dialirkan ke
puncak LPD (DA-202) setelah didinginkan terlebih dahulu di dalam tube bundel
urea Heat Exchanger (EA-203).
Sebagian dari larutan ini akan terurai manjadi gas NH3 dan CO2 setelah
melewati Level Controller (LIC-201).
b. Recovery Amonia
Keluaran HPA berupa gas NH3 masuk ke Shell Side Ammonia Condenser
(EA-404 A~D). Sebagian besar gas amonia terkondensasi, dan cairan amonia
yang terbentuk turun dan masuk ke Ammonia Reservoir (FA-401). Gas-gas yang
tidak terkondensasi sebagian besar adalah gas inert yang ikut ke urea plant
bersama gas CO2, NH3 cair, dan udara sisa pasivasi yang dimasukkan ke reaktor
dan ke HPD. Campuran gas inert dengan sedikit amonia yang lepas dari ammonia
condenser mengalir ke Ammonia Recovery Absorber (EA-405).
EA-405 memiliki empat buah absorber yang disusun seri ke atas dengan
dimensi yang semakin kecil. Campuran gas masuk absorber paling bawah (EA-
405 #4/4) melalui pipa sprager yang terendam cairan. Gas amonia yang tidak
terserap di EA-405 # 4/4 naik melalui pipa masuk ke EA-404 # ¾, dan seterusnya
hingga EA-405 # ¼. Sisa NH3 di EA-405 # ¼ diserap oleh kondensat yang sudah
didinginkan di condensate cooler (EA-701), sehingga membentuk aqua amonia
yang kemudian turun secara overflow memasuki EA-405 # 2/4, dan seterusnya
hingga EA-405 # 4/4. Konsentrasi aqua amonia di EA-405 # 4/4 adalah 70%
amonia, dan 30% air. Aqua amonia yang terbentuk di EA-405 kemudian
dipompakkan untuk penyerap di HPA dimana sebelum memasuki HPA terlebih
dahulu ditambah amonia yang berasal dari GA-404 (Ammonia Boast Up Pump)
dengan melewati pengatur flow FIC-403. Gas-gas inert dibuang keluar melalui
PIC-403 yang berada di puncak EA-405 # 1/4 , dan tekanan operasi ammonia
recovery absorber adalah 16,5 kg/cm2g.
2.3 Produk
Produk yang dihasilkan oleh Pabrik Urea adalah urea prill. Urea
(NH2CONH2) adalah senyawa berbentuk kristal putih dan tidak berbau. Bila
bercampur air, dapat terhidrolisa menjadi senyawa amonium karbamat dan
terdekomposisi menjadi amoniak dan CO2. Urea larut dalam air, alkohol, dan
benzene. Daya racunnya rendah, tidak mudah terbakar, dan tidak meniggalkan
residu garam setelah dipakai untuk tanaman. Urea prill pada PT. PUSRI
mempunyai sifat fisika dan standar komposisi yang dapat dilihat pada Tabel 11
dan Tabel 12.
Tabel 11. Sifat-Sifat Fisik Urea
No Sifat Nilai
1 Titik didih 132,0oC
2 Titik leleh 132,7oC
3 Spesifik gravity 1,335
4 Indeks bias 1,484
5 Bentuk Kristal Tetragonal
6 Panas pembentukan pada 25oC -47,12 Kkal/mol
7 Panas fusi 60 Kkal/mol
8 Panas pelarutan dalam air 60 Kkal/gr
9 Panas kristalisasi 58 Kkal/gr
10 Densitas curah 0,74 gr/cm2
- Produk Samping
Produk samping yang dihasilkan dari proses reaksi pembuatan urea
diantaranya biuret, air, ammonium karbamat. Biuret merupakan senyawa kimia
yang dihasilkan akibat dekomposisi urea. Urea akan terdekomposisi menjadi
biuret jika dipanaskan pada waktu yang lama dan tekanan yang rendah. Reaksi
pemebentukan biuret :
2 CO (NH2)2 NH2CONHCONH2 + NH3
Kadar biuret yang tinggi dalam produk (>2%) sangat mengganggu
terhadap pertumbuhan tanaman. Selain produk samping yang dihasilkan dari
hasil reaksi pembentukan urea terdapat juga produk saping yang nerupakan
bahan baku pembuatan urea yaitu, amoniak dan CO2.
Gedung
Gambar 1.4. Jalur pengadaan dan distribusi pupuk dalam negeri (Pipe Line
Distribution Pattern)
(Sumber: PT Pusri Palembang, 2017)
Importir KUD
yang Gudang Gudang Koperasi
ditunjuk Lini II Lini III penyalur Pengecer Petani
pemerintah
Kegunaan CO2 padat ( Dry ice ) untuk pendingin bahan makanan seperti
a. Udang / Ikan / daging Baik dalam penyimpanan maupun dalam pengiriman
jarak jauh
b. Industri farmasi & Chemicals
c. Pabrik penggilingan bahan – bahan warna dan pigment.
d. Menentukan titik beku minyak kapal terbang.
e. Mengawetkan mayat
f. Membuat kabut tiruan dalam pertunjukan /Show atau shooting film
DAFTAR PUSTAKA