Anda di halaman 1dari 9

Scene 1 Gang gelap (isan,reka)

Terlihat seseorang yang berlari ketakutan dengan tubuhnya yang dipenuhi oleh darah.
Dibelakangnya terlihat seseorang yang mengenakan jubah dan mengenakan topeng
mengejar orang tersebut. Karena ia berlari dengan tubuh yang penuh luka ia pun terjatuh
dan ketika ia menghadap ke belakang ia terkejut dan langsung menatap seseorang yang
mengejarnya (diiringi music tegang)

Scene 2 Di taman (isan,tania,hanip,najla,jasmine)


Terlihat seseorang yang sedang membaca novel di bangku taman sendirian orang itu adalah
Isan, dari kejauhan terlihat seseorang yang sedang memperhatikan lelaki tersebut, lalu ia
pun berniat untuk menghampirinya, perempuan itu ialah Tania. Di saat Tania akan
menghampiri Isan, dari arah yang berlawanan datang seorang perempuan yang
menghampiri isan dan langsung duduk di sebelahnya, perempuan itu ialah Hanip. Melihat
mereka berdua membuat Tania membeku cemburu (diiringi music sedih). Beberapa saat
kemudian Tania pun datang menghampiri mereka.

Tiba tiba Najlaa dan Jasmine datang dengan raut wajah yang kesal dan mereka saling beradu
argument. Di saat itu juga Isan langsung meninggalkan mereka.
Najla: “lu tuh yang duluan!”
Jasmine: “nggak mana ada, lu yang duluan!”
Najla: “halah ngeles aja lu kambing”
Jasmine: “lu yang ngeles codot”
Tiba tiba hanip melerai mereka
Hanip: “udah dong udah, berisik kalian berantem mulu ngopi ngapa ngopi”
Najla: “kan tadi kita beli mie bareng dikantin, nah pas aku lagi masukin bumbu indomie ke
piring aku dia malah nyomot, kan nyebelin”
Jasmine: “dia lebih jahat, dia ngambil putih telor punya aku, aku dikasih kuningnya doang.”
Tania: “sepele” (sembari memberikan pandangan merendahkan)
Jasmin: “salah mah salah aja”
Najla: “mahal tau harganya”
Hanip: “udah gausah berantem lagi, damai aja damai”
Najla: “ gamau males pingin beli truk” sembari pergi meninggalkan mereka, namun ditengah
tengah perjalanannya dia kembali berbalik dan melayangkan jari tengah.
Hanip, Tania, Jasmine berdiri disana sambil bercengkrama
Tania: “ eh abis ini kita mau kemana? Katanya abis ini dosennya ga ada, dia kekunci dikamar
mandi”
Jasmine: “si anjay”
Hanip: “ hmm, gimana kalau kita ke setabrak aja, biar hype”
Tania: “yoi brobro, skuyliving”
Mereka pun pergi bersiap siap untuk pulang

Scene 3 Café setabrak (tiara,jasmine,tasya,najla,tania,hanip)


Hanip DKK sedang skuyliving chill out hirup mah kalem di setabrak sembari meminum kopi
tabrak dingin kesukaan mereka, mereka pun berbincang bincang
Jasmine: “gaes, gua mau curhat. Sebenernya aku ingin…aku ingin…aku ingin menjadi~”
Tasya: “yang bener sumarni” sembari memukul ubun ubun jasmine
Jasmine: “yaa jadi sebenernya aku tuh lagi kekurangan duit buat beli skincare.”
Najla: “skincare mulu, cantik engga miskin iya”
Jasmine: “berisik lu.”
Najla: “lagian sok sokan beli skincare seharga kuda”
Tiara: “kalian kenapa sih ribut mulu, kita kan lagi chill”
Tasya: “ga tau tuh berisik banget dari tadi gini gini terus waktu dimobil” (mamah nyangu
hands)
Hanip: “mereka lagi ada masalah tadi siang, sampe sekarang tuh marahannya”
Tiara: “emang masalah apa?”
Tasya: “palingan cowo may”
Jasmine & najla: “jangan sok tau lu”
Tasya: “yaudah maap gausah es mochi”
Tania: “mereka berantem gara gara mie instan”
Sontak tiara dan tasya pun saling bertukar pandang kebingungan dan disertai rasa geli
menahan tawa
Tania: “udah gausah berantem lagi, ntar aku traktir kalian mie instan deh”
Hanip: “nah kalau gitu kita cheers dulu dong” sambil mengangkat gelas
Mereka pun segera mengikuti hanip dan meminum es kopi tabrak terkecuali tasya karena dia
tidak suka kopi, dia hanya memesan air putih.
Merasa gabut tidak bisa ikut cheers, tasya mengajak ngobrol jasmine yang hendak
menyeruput es kopi tabrak. Sedangkan yang lain sudah menghabiskannya dalam sekejap
karena itu adalah minuman favorit mereka
Tasya: “eh aku boleh nanya ga?”
Jasmine: “nanya apaan?”
Tasya: “kira kira pisang raja suka memerintah pisang rakyat ga ya?”
Jasmine: “datang aja langsung ke kerajaannya”
Tasya: “tau ga kalau misalnya kepiting kalau di potong jadi kepotong?”
Jasmine: “serius deh mau ngobrol apaan si, ga jelas lu”
Tasya: “sebenernya aku mau nanya, cowo ini cakep ga? Hehehe” sembari menunjukan
handphoennya
Jasmine: “hmm leh ugha”
Tasya: “jadi cakep apa engga?”
Jasmine: “cakep”
Tasya: “ih kamu ko gitu sih, ini kan cowo kecengan aku, kamu ko genit sih, ih kamu ih kamu ih
kamu kamu kamu jahad”
Najlaa: “Iya emang diamah tukang rebut lama lama ue bunuh juga lu”
Jasmine: “tau ah pujing”
Jasmine pun meminum es kopi tabrak yang sudah lama dia ingin minum dari tadi, saking
lamanya sampai sampai esnya mencair dan rasanya sudah berubah
Jasmine: “ah lu sih banyak cingcong, es kopi tabrak gw jadi aneh nih rasanya, esnya udah
meleleh”
Tasya: “bukan gara gara gw, itu tadi esnya ngeliat cowo kecengan aku, jadi meleleh ehe”
Mereka semua larut dalam bincangan yang sangat tidak jelas, hingga jam menunjukan
pukulin aja mereka semua bikin berisik cafe. Eh maap maksudnya jam menunjukan waktu
untuk mata mereka beristirahat.
Mereka semua pulang menuju apartement mereka masing masing terkecuali tania dan
hanip, karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh tania
Tania: “gua mau ngomong sesuatu sama lu, ini tentang isan”
Hanip: “kenapa sama isan?”
Tania: “gua mau lu ngejauh dari isan, atau ga gua bikin lu ga akan pernah aman di dunia ini”
Hanip: “bukan gua yang mau deket sama isan, tapi dia yang deketin gua mulu”
Tania: “hala gausah bacot deh, tadi siang gua liat lu nyamperin duluan isan di taman.
Pokonya gua ga mau liat lagi lu deket deket sama isan, ini peringatan terakhir, atauu…..
Hanip: “atau apa?”
Tania: “gua buat lu ketemu sama orangtua lu”
Hanip hanya bisa terdiam mendengar perkataan tania yang sekarang telah berlalu.
Saat semuanya sudah pulang, didalam perjalanan tiara menyadari bahwa handphone
milik jasmine tertinggal ditasnya bersama powerbank miliknya karena tadi jasmine tidak
membawa tas jadi jasmine memilih untuk menitipkan di tas tiara.
Tiara: “haduh ni anak satu emang bener bener, have fun sampe lupa barang sendiri.”
Tiara pun berniat mendatangi apartement jasmine untuk mengembalikan hpnya yang
tertinggal.
Tiara sudah menunggu lama didepan pintu kamar apartementnya jasmine, sudah 30
menit tiara berdiri sembari sesekali memencet bel. Karena sudah terlalu lama tidak ada
jawaban, tiara memilih untuk membuka pintunya dan ternyata tidak dikunci
Saat tiara masuk kedalam kamar apartementnya, tiara sontak menjerit saat melihat
jasmine tergeletak dilantai dengan mulut berbuih
Tiara menghampiri jasmine yang tergeletak. Karena tiara adalah seorang mahasiswa
jurusan kedokteran, dia melakukan apa yang harus dilakukan. Tapi semua usahanya nihil,
jasmine dinyatakan tewas beberapa menit yang lalu.
Tanpa pikir panjang tiara langsung menelepon pihak kepolisian.

Scene 4 TKP apartement jasmine & Kantor polisi (reka, aul,tiara,jasmine)


Reka dan aul datang dengan epic ke TKP menemukan tiara yang sedang syok sembari
memandangi tubuh jasmine
Reka membuka percakapan dengan tiara
Reka: ”benar dengan saudara tiara?”
Tiara: “iya pak saya tiara”
Reka: “saya minta anda tenang terlebih dahulu.”
Aul: “setelah anda tenang, kami perkenankan anda untuk ikut kami ke kantor polisi untuk
dimintai keterangan lebih lanjut.”
Tiara pun mengangguk lemas
Polisi mengambil barang bukti berupa handphone untuk diselidiki dan beberapa obat yang
tergeletak disebelah tubuh korban
Di kantor polisi

Setelah mereka sampai, tiara dipersilahkan duduk dan dimintai keterangan


Reka: “sebelum saya menanyakan beberapa pertanyaan kepada anda, saya turut berduka
cita atas kematian teman anda.”
Tiara hanya diam termenung
Reka dan aul saling bertukar pandang tanda memberi isyarat untuk memulai percakapan
Aul: “apa bisa kita mulai, saudara tiara?”
Tiara mengangguk
Reka: “saya minta anda menceritakan terlebih dahulu dari awal kalian bertemu hari ini
hingga kejadian tersebut terjadi.”
Tiara menceritakan semua kejadian yang polisi minta
Setelah selesai dimintai keterangan, reka melanjutkan pertanyaan
Reka: “saya tadi melihat ada beberapa obat tergeletak disebelah tubuh korban, apakah
korban sedang mengonsumsi obat obatan?”
Tiara: “iya, dia punya penyakit gastristis akut”
Reka: “ apa yanag dia konsumsi sebelum anda menemukan korban?”
Tiara: “kita tadi hanya meminum kopi”
Reka: “terima kasih atas informasinya, kami akan menyelidiki ini lebih lanjut”
Aul: “anda bisa pulang sekarang.”
Tiara pun kembali kerumahnya dengan kesedihan yang dia bawa

Scene 5 restoran & apartement tasya (tasya, najla, tiara, hanip)


Di restoran, mereka dengan keadaan berkabung membicarakan tentang kematian salah satu
temannya, jasmine.
Hanip: “ko bisa ya dia secepet itu ninggalin kita, padahal kemarin kita baru have fun.”
Najla: “iya ya, ngomong ngomong gimana sih waktu kamu nemuin jasmine di apart?”
Tiara: “ini gua foto otopsinya.”
Tiara memberikan foto otopsi kepada teman temannya. Namun salah satu dari mereka yaitu
tasya terus memandangi salah satu foto gelang yang terpasang dipergelangan tangan
jasmine
Setelah cukup lama memandangi foto tsb, najla membuyarkan lamunan tasya.
Hanip: “tasya, liatin apaan ko kayanya dari tadi kaya yang bingung”
Tasya: “eh, engga ko ini foto doang.”
Najla: “eh tasya, gua ikut ke apart lu dulu ya, gua lagi ga pengen sendiri”
Tasya: “iyaa oke”

Setelah berbincang bincang cukup lama, mereka semua pulang ke apartementnya masing
masing. Sesampainya di apartement Tasya, mereka masih membicarakan mengenai kasus
Jasmine.
Tasya: “Eh naj, tunggu bentar ya aku mandi dulu.”
Najla: “Oke oke”
Ketika Tasya sedang didalam kamar mandi, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari dalam
kamar mandi. Najlaa terkejut, dan langsung menghampiri Tasya.
Najlaa: “Tasyaa!! Tasyaa!! Kamu kenapa?” (sambil mengetuk keras pintu kamar mandi)
Karena Tasya tidak kunjung menjawab panggilan dari Najlaa, Najlaa panik dan langsung
menelepon polisi.

Scene 6 apartemen Tasya


Tak lama kemudian, polisi tiba di apartment Tasya.
Najlaa: “Pak, tolong teman saya!!”
Reka: “Kenapa? Ada apa?”
Najlaa: “Tadi saya mendengar teriakan dari dalam kamar mandi. Tapi, saat saya panggil
teman saya tidak menjawab. Sepertinya terjadi sesuatu didalam”
Polisi pun langsung mendobrak pintu kamar mandi. Didalam kamar mandi, terlihat Tasya
tergeletak dilantai. Ketika melihat Tasya, Najlaa pun terlihat syok, lalu polisi pun
menenangkan Najlaa.
Setelah Najlaa tenang, Najlaa dimintai keterangan oleh polisi

Aul: “Jadi sebelum ini terjadi kamu dengan korban sedang apa?”
Najlaa: “Yaa kitamah Cuma ngobrol aja gitu bu, terus Tasya bilang mau mandi dulu. Gak lama
dari itu,tasya teriak, ya saya kaget, di panggil panggil ga nyaut, saya mau masuk tapi pintunya
dikunci dari dalem jadi saya nelepon kantor polisi aja”
Aul: “Selain kalian berdua adalagi yang masuk ke sini tidak?.”
Najlaa: “Enggak ko, tadi kita dateng kesini barengan berdua dan keadaan pintunya masih
terkunci”
Aul: “cukup segitu saja yang akan saya tanyakan, kasusnya akan segera kami tindak lanjut,
berhubung kasus yang lalu juga masih ada di lingkungan kalian”
Setelah pemeriksaan, polisi mengambil barang bukti berupa sampel air yang tergenang dan
gelang yang tergantung diatas shower.

Scene 7 RSJ (Reka aul akmal Rafi)


Reka datang ke RSJ yang ada di pinggiran kota untuk menemui Rafi seorang mantan
pembunuh berantai yang sudah terkenal sebagai pembunuh yang sadis seantero kota.
Di ruangan
Reka: “Sudah berapa tahun kamu ditahan disini?”
Rafi: “Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dahulu?”
Reka: “Ya… Saya Reka dari kepolisian setempat akan menanyakan beberapa pertanyaan
kepada anda”
Rafi: “apa kau suka donat?”
Reka: “kami tidak punya banyak waktu untuk bermain main dengan teka tekimu”
Rafi: “aku dengar polisi suka donat” tertawa seram
Reka: “dengar, mari kita buat ini cepat. Bagaimana jika aku menanyakan beberapa
pertanyaan untukmu dan kau memberiku jawaban.”
Rafi: “lalu apa yang kudapatkan setelah aku memberi apa yang kau mau?”
Reka: “aku akan memindahkan mu kerumah yang aman jauh dari tempat mengerikan ini,
kau menginginkan itu bukan?”
Rafi: “penjara? Aku tak sebodoh itu officer reka”
Reka: “ini rumah sungguhan, tetapi aman untukmu”
Rafi: “dan aman untuk kalian semua, aku tau kalian tak akan membiarkanku bebas begitu
saja dengan leluasa”
Reka: “jadi kau menerima tawaranku atau tidak?”
Rafi: “aku ingin penawaran lebih, aku ingin lepas dari baju mengerikan ini”
Reka: “dan membiarkanmu melakukan aksimu? Itu tidak akan terjadi”
Rafi: “setidaknya kau membuka tali pengekangnya, aku tidak bisamenggaruk kepalaku”
Reka: “penawaran diterima”
Rafi: “jadi apa yang membuatmu datang kesini, pak?”
Reka: “seminggu yang lalu terjadi 2 pembunuhan secara berturut turut dalam kurun waktu 2
hari”
Rafi: “jadi kau kemari menuduhku?”
Reka: “bukan, aku percaya pada system rumah sakit disini. Aku ingin menanyakan beberapa
pertanyaan tentang pembunuh ini”
Rafi: “kau tak bisa menemukan barang bukti yang cukup?”
Reka terdiam karena kepintaran pembunuh yang satu ini, dia bahkan lebih ahli dari seorang
polisi
Rafi: “jika benar, pembunuh ini sangat mengetahui korbannya. Dan setiap pembunuh pasti
meninggalkan jejak, kau kurang teliti”
Reka: “aku sudah mengotopsi, menggeledah TKP. Tapi tidak enemukan apa apa”
Rafi: “kau tidak akan memperkenalkanku kepada para korban?bagaimana aku bisa
membantumu?”
Reka terlalu kehabisan kata menghadapi pembunuh ini, dia sangat cerdik
Reka: “korban pertama, bernama jasmine. Dia terbunuh di apartementnya dengan keadaan
mulut berbusa dan ditemukan obat tergeletak disebelahnya, aku memvonis dia overdosis
obat karena sebelum kejadian saksi mengatakan dia meminum kopi dan dia mempunyai
penyakit gratisis. Dan yang kedua bernama tasya, dia terbunuh di kamar mandi karena
tersengat listrik, aku belum bisa menemukan apa yang membuat dia tersengat, yang pasti
ada kabel terpotong beberapa meter dari tubuh korban, dan…”
Rafi: “kau menemukan jejak pembunuhnya?”
Reka: “dia tidak meninggalkan…”
Rafi: “beberapa pembunuh sengaja meninggalkan tanda, officer. Baik itu ditubuh korban
maupun di TKP. Karena seorang pembunuh ingin ditakuti dan dikenal oleh semua orang,
pak.”
Reka: “apa yang kau tinggalkan saat kau melakukan kekejianmu?”
Rafi: “itu bukan kekejian pak, itu seni. Tapi ya, aku meninggalkan barang yang tidak akan
terduga oleh siapapun, seperti kalung benang merah. Apakah sudah cukup? Aku mulai
mengantuk dan bosan dengan percakapan ini.”
Reka: “kurasa cukup, untuk memenuhi janjiku ikatanmu akan ku lepaskan”
Aul dan akmal melepas ikatan rafi seperti yang disuruh reka, mereka pun meninggalkan rafi
diruangan sempitnya itu

Scene 8 ruangan penyekapan (tiara isan hanip)


Scene 9 (isan, hanip, reka).
Keadaan Isan semakin parah dan tubuhnya sudah penuh dilumuri oleh darah, karena
lukanya semakin terasa sakit sehingga untuk berjalan pun dia sempoyongan dan ia pun
terjatuh. Di sisi lain datang seseorang yang mengenakan jubah datang menghampiri Isan
untuk menangkapnya dan ternyata orang itu adalah Reka. Ketika Reka akan menangkap Isan
datang seseorang dan orang itu adalah Hanip. Pada akhirnya Reka telah berhasil mendapati
dua orang pembunuh yang ia cari dari kasus yang ia tangani.

Anda mungkin juga menyukai