KELOMPOK 8 :
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena semua orang atau
kelompok melakukan interaksi. Komunikasi terjadi dimanapun kita berada karena
menyentuh segala aspek kehidupan kita.
Sebuah penelitian (Applboum, 1974 : 63) menyebutkan bahwa tiga perempat (70%)
waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi – membaca, menulis dan
mendengar an (We spend an estimated three-fourths of our waking hours in some form
of communications-reading, writing, speaking and listening) Komunikasi menentukan
kualitas hidup kita.
Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat
dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang
pemimpin selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur,
sehat jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi, sehingga
Rogers (1969:180) mengatakan “Leadership is Communication. Kemampuan
berkomunikasi akan menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugasnya. Setiap pemimpin (leader) memiliki pengikut (flower) guna
meralisir gagasannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya
kemampuan berkomunikasi bagi seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk
mempengaruhi prilaku orang lain. Inilah hakekatnya dari suatu manajemen dalam
organisasi. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasisan, pengarahan dan
pengawasan dengan memberdayakan anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Handoko,
2003: 8). Menajemen sering juga didefinisikan sebagai seni untuk melaksanakan suatu
pekerjaan melalui orang lain. Para manejer mencapai tujuan organisasi dengan cara
mengatur orang lain untuk melaksanakan tugas apa saja yang mungkin diperlukan
untuk mencapai tujuan tersebut (Stoner, 1996 : 7)
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep komunikasi dalam manajemen pendidikan
2. Untuk Mengetahui hakekat komunikasi
3. Untuk Mengetahui pendidikan sebagai proses komunikasi
4. Untuk mengetahui peran teknologi komunikasi dalam pendidikan dan
5. Untuk mengetahui Komunikasi dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
I. HAKEKAT KOMUNIKASI
Secara Etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin "communicatio". Istilah ini
bersumber dari kata "communis" yang berarti sama;maksudnya sama makna atau sama
arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan
antara komunikator dan komunikan. Sehingga definisi Hakikat Komunikasi adalah
proses pernyataan antar-manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
Pada hakikatnya, komunikasi yaitu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan. Dan proses komunikasi ini dikategorikan kedalam dua perspektif.
c. Proses komunikasi secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan sebagai titik terminal. Berlangsung pada situasi komunikasi tatap
muka (face-to-face communication). maupun dalam situasi komunikasi bermedia
(mediated communication). Komunikasi ini hanya terjadi satu arah, tanpa feedback dari
komunikan kepada komunikator.
d. Proses komunikasi secara sirkuler adalah proses penyampaian pesan yang terjadi
feedback/ umpan balik terhadap pesan yang disampaikan komunikator terhadap
komunikan.
II. PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dicanangkan itu tidak mungkin
terwujud bila tidak dibarengi dengan faktor lain. Salah satunya adalah komunikasi.
Tentunya masih banyak faktor lain seperti kualitas SDM guru, sarana, kebijakan peme-
rintah, anggaran, laboratorium dan lainnya.
Terkait komunikasi dalam pendidikan, ada sejumlah orang yang berperan yakni
guru dan siswa. Ini harus dilihat secara menyeluruh. Guru merupakan orang yang
dianggap mampu mentransfer materi ajar, gagasan, wawasan lainnya kepada siswa
haruslah dipandang sebagai sebuah proses belajar mengajar. Tetapi guru juga tidak boleh
anti kritik. Justru dengan kriti dan saran itu akan menambah wawasan lain dan umpan
balik dalam belajar akan semakin hidup dan menyenangkan. Jangan sampai guru
memiliki sifat otoriter atas semua kebijakan di sekolah saat mengajar. Jangan jadikan
siswa sebagai objek. Justru sebaliknya, siswa harus dijadikan subjek dalam sebuah
pembelajaran. Disinilah pentingnya seorang guru memiliki komunikasi yang lancar, baik
dan mampu menggerakkan siswa untuk melakukan interaksi. Membuat suasana belajar
menyenangkan, nyaman, dan tak tertekan.
Pada hakikatnya tujuan komunikasi itu adalah bagaimana bisa dan mampu
merubah suatu sikap (attitude), pendapat (opinion), perilaku (behavior), ataupun
perubahan secara sosial (social change). Yang ini sama halnya dalam dunia pendidikan,
komunikasi dapat merubah suatu sikap , perilkau seorang murid ataupun seorang guru
baik itu dalam dunia sekolah ataupun di luar lingkungan sekolah, terjalinnya
komuniakasi dalam proses pembelajaran sehingga akan tercapainya tujuan penidikan
yang efektif dan efisien.
3. Fungsi Komunikasi
Fungsi umum komunikasi baik dalam system pendidikan ataupun tidak adalah
sebagai informatif, edukatif, persuasif, dan rekreatif (entertainment) (Effendy, 1981:26).
Maksudnya secara singkat ialah komunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi
data atau fakta yang berguna bagi peserta didik sehingga dalam proses pendidikan dapat
berlangsung dengan baik dan efisien. Di samping itu, komunikasi juga berfungsi,
mendidik masyarakat ataupun peserta didik, mendidik setiap orang dalam menuju
pencapaian kedewasaan bermandiri. Seseorang bisa banyak tahu karena banyak
mendengar, banyak membaca dan banyak berkomunikasi. Berikutnya adalah fungsi
persuasif, maksudnya ialah bahwa komunikasi sanggup “membujuk” orang untuk
berperilaku sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh komunikator. Sedangkan yang
terakhir ialah fungsi hiburan. Ia dapat menghibur orang pada saat yang memungkinkan.
Mendengarkan dongeng, membaca bacaan ringan, adalah contohnya.
Kata atau istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris adalah communication. Secara etimo-
logis atau asal katanya adalah dari bahasa Latin yakni communicatus, dan perkataan ini
bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’
atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan
atau kesamaan makna. (Adi Prakosa).
Dalam Kamus Inggris Indonesia (John M. Echlos:1996) ditemukan kata communication,
yang berarti hubungan, komunikasi, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya.
Yang jelas komunikasi itu lebih kepada menyampaikan suatu pesan yang dilakukan oleh
komunikator (orang yang menyampaikan pesan) kepada komunikan (penerima pesan)
yang disertai sarana untuk mencapai suatu tujuan dengan ditandai adanya reaksi dari
komunikan itu dalam merespon isi pesan tersebut. Karena dalam komunikasi harus ada
timbal balik (feed back) antara komunikator dengan komunikan.
Begitu juga dengan pendidikan membutuhkan komunikasi yang baik, sehingga apa yang
disampaikan, dalam hal ini materi pelajaran, oleh komunikator (guru) kepada komunikan
(siswa) bisa dicerna oleh siswa dengan optimal, sehingga tujuan pendidikan yang ingin
dicapai bisa terwujud. Tidak mungkin bila komunikasi dilakukan tidak baik maka
hasilnya akan bagus.
Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bab II Pasal 3 berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Terkait komunikasi dalam pendidikan, ada sejumlah orang atau faktor yang berperan
yakni guru dan siswa. Ini harus dilihat secara menyeluruh. Guru merupakan orang yang
dianggap mampu mentransfer materi ajar, gagasan, wawasan lainnya kepada siswa
haruslah dipandang sebagai sebuah proses belajar mengajar. Tetapi guru juga tidak boleh
anti kritik. Justru dengan kriti dan saran itu akan menambah wawasan lain dan umpan
balik dalam belajar akan semakin hidup dan menyenangkan. Jangan sampai guru
memiliki sifat otoriter atas semua kebijakan di sekolah saat mengajar. Jangan jadikan
siswa sebagai objek. Justru sebaliknya, siswa harus dijadikan subjek dalam sebuah
pembelajaran.
Di sinilah pentingnya seorang guru memiliki komunikasi yang lancar, baik dan mampu
menggerakkan siswa untuk melakukan interaksi. Membuat suasana belajar
menyenangkan, nyaman, dan tak tertekan. Guru bukan hanya sebagai orang yang me-
ngajar, tetapi lebih dari itu yakni sebagai orang tua, rekan, maupun sahabat. Karena ada
siswa yang tidak mau terbuka kepada orang tua, tetapi kepada guru bisa terbuka terkait
dengan persoalan atau masalah yang sedang dihadapinya, sehingga rasa kasih sayang
dari seorang guru kepada siswa akan menjadikan motivasi tersendiri. Kemudian guru
yang berperan sebagai teman harus mampu membuat siswa bergaul dengan leluasa
dalam artian ada batasnya. Jelas ini akan menambah percaya diri siswa dalam belajar.
Karena pada hakikatnya tujuan komunikasi itu adalah bagaimana bisa dan mampu
merubah suatu sikap (attitude), pendapat (opinion), perilaku (behavior), ataupun
perubahan secara sosial (social change).
Perubahan sikap seorang komunikan (siswa) setelah materi dari guru (komunikator) ter-
gambar bagaimana sikap siswa itu dalam keseharian baik di sekolah maupun
lingkungannya. Tentunya perubahan ke arah yang lebih baik, bukan sebaliknya.
Kemudian perubahan pendapat siswa akan terjadi bila gagasan yang diberikan guru
bersifat global. Jelas siswa akan menangkap materi ajar itu berbeda-beda, siswa akan
mampu menafsirkan apa yang diajarkan oleh guru tadi yang kemudian bisa
mengeluarkan penadapat atau beropini. Begitu juga dengan perubahan prilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya apakah prilaku siswa sudah sesuai apa yang
dicontohkan di sekolah, misalnya cuci tangan sebelum makan, berdoa sebelum tidur dan
lain-lain. Yang tak kalah pentingnya adalah perubahan sosial, karena persoalan ini lebih
kepada hubungan interpersonal, menjadikan hubungan yang lebih baik. (Ade Jahran;
Wartawan Radar Banten)
BAB III
PENUTUP
Pedoman komunikasi yang baik yaitu, Teliti tujuan sebenarnya dalam setiap
berkomunikasi, Pertimbangkan keadaan fisik dan fisikhis orang lain dalam
berkomunikasi, Konsultasikan dengan berbagai pihak setiap proses manejemen mulai
dari merencanakan sampai evaluasi, Perhatikan tekanan nada dan eksperesi wajah sesuai
dengan isi pesan yang disampaikan., Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi,
Jadilah pendengar yang baik dalam berkomunikasi.
Siapa pun orangnya, sama-sama mengakui pentingnya komunikasi dalam manajemen
sebuah organisasi–baik kecil maupun besar. Dengan keyakinan seperti itulah akhirnya
komunikasi yang intensif dalam merencanakan, mengatur, menjalani dan mengevaluasi
program-program di dalam organisasi tidak dibudayakan.
Mandeknya arus komunikasi antara berbagai komponen organisasi yang telah akut
menyebabkan berbagai kemungkinan buruk terhadap kemajuan dari organisas itu sendiri.
Fungsi dan peranan organisasi menjadi pudar dan hilang. Karena memang komunikasi
efektif tidak dibangun secara bertahap, konflik dari berbagai kepentingan membuyarkan
kebermaknaan organisasi tersebut. Mereka yang merasa memiliki power kemudian bisa
bersikap menekan dan mengintimidasi komponen yang lemah. Dari sini pula makna
kebersamaan dalam berorganisasi menjadi buyar dengan sendirinya.