Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

KINETIKA PEMBENTUKAN HIDRIDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT


MEKANIK ZIRCALOY SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR NUKLIR

BIDANG UJI RADIOMETALURGI


PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR – BATAN
SERPONG
PENDAHULUAN

Uji pasca iradiasi di instalasi radiometalurgi dilakukan dalam rangka evaluasi kinerja
bahan bakar nuklir selama proses iradiasi dalam reaktor dan sebagai masukan dalam
optimasi desain selanjutnya. Selain pengaruh iradiasi, kinerja bahan bakar dipengaruhi oleh
banyak hal yang diantaranya adalah keberadaan hidrogen yang sangat berpengaruh
terhadap sifat mekanik kelongsong bahan bakar nuklir yang biasa disebut dengan fenomena
hydrogen embrittlement. Hidrida yang terbentuk selama proses interaksi dengan lingkungan
yang kaya dengan hidrogen merupakan penyebab terbesar terjadinya degradasi sifat
mekanik tersebut. Skenario proses adsorpsi hidrogen oleh kelongsong bisa melalui dua
mekanisme, yang pertama adalah dekomposisi air atau uap selama proses oksidasi dan
terabsorbsi sebagai bagian dari mekanisme oksidasi dan yang kedua melalui proses langsung
yang lebih dikenal sebagai gaseous hydriding[1]. Walaupun degradasi sifat mekanik
kelongsong bahan bakar merupakan akibat kombinasi adanya lapisan oksida, oksigen dan
hidrogen, tetapi berdasarkan penelitian Hozer[2], hidrogen mengambil peranan yang lebih
penting dalam proses tersebut. Perubahan sifat mekanik kelongsong bisa dijelaskan dengan
lebih baik dari data jumlah hidrogen yang terserap daripada kandungan oksigen didalamnya.
Proses hidrogenasi yang dilakukan pada hampir semua penelitian secara umum
dibagi menjadi dua, yaitu hidrogen diberikan melalui proses gaseous charging dan chemical
charging. Perbedaan keduanya terletak pada konsentrasi atom hidrogen yang nantinya
berada pada permukaan logam. Selama proses gaseous charging, atom hidrogen dibentuk
dari disosiasi molekul hidrogen sedangkan pada proses chemical charging atom hidrogen
merupakan hasil dari reaksi katodik. Konsentrasi hidrogen pada permukaan logam dengan
metode chemical charging akan lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi atom
hidrogen yang dihasilkan oleh paparan gas hidrogen pada material walaupun dengan
tekanan kerja yang cukup tinggi[3].
Selama periode operasi normal reaktor nuklir, hidrogenasi terjadi secara alami saat
hidrogen terserap kedalam kelongsong sebagai hasil dari terjadinya korosi pada kelongsong.
Penangkapan hidrogen oleh kelongsong dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
konsentrasi hidrogen pada pendingin, fluks neutron, suhu pendingin dan kelongsong serta
karakteristik kelongsong itu sendiri[4]. Tingkat konsentrasi hidrogen secara umum akan
menurunkan keuletan dari kelongsong bahan bakar nuklir tergantung distribusi hidrida yang
terbentuk. Mobilitas hidrogen yang tinggi dengan tingkat kelarutan yang rendah pada
kelongsong akan berpotensi membentuk presipitat yang pada beberapa kondisi menjadi
awal terjadinya patah pada material[3].
Mekanisme embrittlement oleh hidrogen sendiri menurut Puls[5] dibagi menjadi tiga
tahap. Diawali dengan terjadinya difusi hidrogen yang dilanjutkan pembentukan hidrida dan
menyebabkan terjadi perpatahan. Penggetasan material akibat absorpsi hidrogen berakibat
langsung kepada penurunan keuletan dan ketangguhan material. Keberadaan hidrogen
bahkan dalam jumlah yang kecil akan berpengearuh terhadap sifat mekanik. Meyer[6]
menuliskan bahwa pada zirkaloi dengan kandungan hidrogen sebanyak 200 ppm memiliki
ketangguhan yang jauh lebih rendah dari zirkaloi dengan 60 ppm hidrogen. Sepanjang
operasi reaktor, saat terjadi serapan hidrogen, maka hidrogen akan menempati daerah yang
lebih dingin sehingga pada akhirnya akan menyebabkan perbedaan panas pada beberapa
titik. Kondisi ini menyebabkan terjadinya regangan pada kelongsong sehingga
memungkinkan terjadi retakan yang didalamnya berpeluang terjadi presipitasi hidrogen.
Proses ini akan berulang dan menyebabkan Delayed Hydrogen Cracking (DHC)[7].
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hidrogen
pada kelongsong bahan bakar yang dalam hal ini kelongsong berbasis zircaloy pada berbagai
macam kondisi suhu dan konsentrasi hidrogen didalamnya dengan menggunakan
identifikasi dan karakterisasi baik itu komposisi, fasa dan mikrostuktur. Selain itu, untuk
mengetahui terjadinya degradasi mekanik kelongsong akibat keberadaan hidrogen maka
akan dilakukan uji mekanik yang akan diwakili oleh uji kekerasan dan uji tarik. Data-data
yang akan dihasilkan dari penelitian ini akan menunjang berbagai penelitian lain yang
terdapat di PTBBN Batan. Sebagai contoh, dari data kinetika penyerapan hidrogen, akan
diketahui parameter paling efisien terkait tekanan, suhu dan waktu untuk mendapatkan
zirkonium dalam bentuk serbuk yang akan digunakan untuk bahan paduan pengembangan
bahan bakar nuklir dan struktur dukungnya.
METODOLOGI
1. Garis besar penelitian

Pra Hidriding
(Pemotongan sampel,pickling,penimbangan,
identifikasi awal (XRD,XRF,mikrostruktur,uji
korosi,uji kekerasan dan uji tarik))

Hidriding
(Parameter operasi :
suhu 5000C, 5500C dan 6000C
tekanan 1200 mbar)

Pasca Hidriding
(Penimbangan, identifikasi dan karakterisasi pasca
hidriding (XRD,XRF,mikrostruktur,hydrogen
analyzer,uji korosi,uji kekerasan dan uji tarik))

2. Kinetika absorpsi hidrogen ke dalam kelongsong

Sampel ditempatkan dalam


tabung, kondisi vakum pada
orde 10-2 mbar

Tabung dipanaskan hingga


suhu T1, ditahan 30 menit

Gas hidrogen dialirkan pada


tekanan 1200 mbar selama
waktu t1
Diulangi dengan
kondisi t2 dan t3
Analisis jumlah serapan
hidrogen total dengan
hydrogen analyzer
Proses yang sama dilakukan untuk kondisi suhu T2 dan T3 sehingga didapatkan data awal
untuk perhitungan kinetika serapan hidrogen dalam kelongsong bahan bakar seperti yang
terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data awal perhitungan kinetika serapan hidrogen dalam kelongsong bahan bakar

Suhu Waktu Konsentrasi hidrogen


t1 C1
T1 t2 C2
t3 C3
t1 C1
T2 t2 C2
t3 C3
t1 C1
T3 t2 C2
t3 C3

Dari data awal yang sudah didapatkan, maka serapan hidrogen pada kondisi suhu T dan
waktu t bisa didekati dengan persamaan Avrami seperti yang tertulis pada persamaan 1 dan
2.

𝑛
𝐶𝐻 = 1 − 𝑒 𝐾𝑡 (1)

1
ln ln ( ) = ln 𝐾 + 𝑛 ln 𝑡 (2)
1 − 𝐶𝐻

dengan
CH = Fraksi hidrogen pada t tertentu selama proses hidrogenasi
t = Waktu
K dan n = Konstanta yang akan ditentukan kemudian

Energi aktivasi yang menyertai proses absorpsi hidrogen ke dalam kelongsong bahan bakar
bisa dihitung dengan menggunakan persamaan 3 yang merupakan rangkaian proses dari
persamaan sebelumnya.

−𝑄
𝑘 = 𝑘0 exp ( ) (3)
𝑅𝑇

dengan

k = K1/n
Q = Energi aktivasi (J/mol)
T = Suhu mutlak (Kelvin)
R = Tetapan gas ideal (SI)

Parameter-parameter dalam persamaan diatas bisa didapatkan dan diplotkan pada Tabel 2
dan 3.
Tabel 2. Parameter dalam pendekatan persamaan Avrami

k
T y t ln t ln ln (1/1-CH) n (tan α) ln K K 1/n k
rerata
C1 t1
T1 C2 t2
C3 t3
C1 t1
T2 C2 t2
C3 t3
C1 t1
T3 C2 t2
C3 t3

Tabel 3. Penentuan nilai energi aktivasi

ln ko ko tan α (-Q/R) Q (J/mol)

Jadi untuk mendapatkan komposisi hidrogen yang diinginkan dalam kelongsong bahan bakar
pada beberapa tingkatan suhu, maka waktu yang diperlukan dalam proses hidriding bisa
diprediksi seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Prediksi waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi hidrogen yang diinginkan

CH T ko Q n k K ln K ln ln (1/(1-y)) t
C1 T1
C1 T2
C1 T3
C1 T4
C1 T5
C1 T6
C1 T7
C1 T8
C1 T9
C1 T10
3. Absorpsi hidrogen

Pengujian dengan melakukan proses hidrogenasi pada umumnya digunakan untuk


mengetahui sifat absorpsi dan desorpsi material. Pada penelitian ini hidrogenasi yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui jumlah hidrogen yang terkendali oleh nilai variasi
tekanan pada beberapa level suhu. Secara matematis, nilai hidrogen yang terabsorpsi
setelah proses hidrogenasi akan memenuhi persamaan gas ideal ∆𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇.
Secara lebih spesifik, untuk alat hidrogenasi yang akan digunakan dalam penelitian
ini, jumlah hidrogen yang terabsorpsi bisa didekati dengan persamaan

(𝑃𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑃𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎 ) 𝑉𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚


𝑛𝑎𝑏𝑠 = (4)
𝑅𝑇

(𝑃𝑅𝐶 𝑥 𝑉𝑅𝐶 ) + (𝑃𝑆𝐶 𝑥 𝑉𝑆𝐶 )


𝑃𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = (5)
𝑉𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚

dengan
𝑛𝑎𝑏𝑠 : jumlah hidrogen yang terabsorbsi kedalam material pada kesetimbangan
𝑃𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 : tekanan sistem teoritis (Pascal)
𝑃𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎 : tekanan sistem yang terbaca pada alat ukur tekanan (Pascal)
𝑃𝑅𝐶 : tekanan reservoir (Pascal)
𝑃𝑆𝐶 : tekanan wadah material uji (Pascal)
𝑉𝑅𝐶 : volum reservoir (m3)
𝑉𝑆𝐶 : volum wadah material uji (m3)
𝑅 : Tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K)
𝑇 : suhu reservoir (Kelvin)

Dari hasil perhitungan menggunakan persamaan 4 dan 5, maka plot tabel akan terlihat
seperti pada Tabel 5.
Tabel 5.Parameter terukur dan terhitung selama proses hidriding

Charging PRC PSC PTeori Pterbaca nteori nterbaca nabs Fraksi Mol H H/Zr
1
2
3
4
5
Parameter-parameter tersebut akan menghasilkan diagram PCI (Pressure Composition
Isotherm) seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Ilustrasi diagram PCI

Secara teoritis, zirkaloi akan mulai menyerap hidrogen pada keadaan solid solution
(α-phase). Ketika konsentrasi hidrogen ditingkatkan, interaksi antara atom-atom hidrogen
makin terlokalisasi dan muncul nukleasi disertai pembentukan hidrida dalam matriks α-Zr
(fasa α+δ) yang dimulai saat batas kelarutan C1 terlewati dan akan menjadi fasa hidrida
sepenuhnya ketika mencapai nilai konsentrasi Chidrida (fasa δ). Saat penambahan hidrogen
melewati nilai Chidrida, hidrogen akan larut dalam fasa hidrida itu sendiri, sehingga akan
sangat mungkin terbentuk fasa hidrida lain yang ditandai dengan jumlah plateau lebih dari
satu.

Selain dengan perhitungan gas ideal, nilai serapan hidrogen juga didekati dengan
perhitungan berdasarkan perubahan massa pada kondisi pra hidrogenasi dan pasca
hidrogenasi seperti yang dituliskan pada persamaan 6.

∆𝑚 𝑀𝑧𝑟4
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝐴𝑡𝑜𝑚 𝐻𝑖𝑑𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 = 𝑥 𝑥100% 6
𝑚𝑧𝑟4 2𝑀𝐻

dengan
Δm = Perbedaan massa sebelum dan sesudah hidrogenasi (mg)
mzr4 = Massa awal material uji (mg)
Mzr4 = Massa atom relatif zirkaloi-4 (g/mol)
MH = Massa atom relatif hidrogen (g/mol)
DAFTAR PUSTAKA

[1] E. Hong, D.C. Dunand, H. Choe. Hydrogen-induced Transformation Superplasticity in


Zirconium. International Journal of Hydrogen Energy 35 (2010) hal.5708-5713
[2] Z.Hozer, A.Griger, L.Matus, L.Vasaros, M.Horvath. Effect of Hydrogen Content on The
Embrittlement of Zr Alloys. KFKI Atomic Energy Research Institute.Budapest.Hungaria
[3] T. Takemoto, M. Takahashi, A. Matsunawa, R. Ninomiya, H. Tai. : Quarterly J. Japan.
Welding Society 16 (1998) hal. 87-92
[4] M. R. Louthan Jr. Hydrogen Embrittlement of Metals: A Primer for the Failure Analyst.
Journal of Failure Analysis and Prevention 8 (2008) hal.289-307
[5] NIST Center for Neuteron Research. GSAS/EXPGUI. Alumina Tutorial Intro (2003)
[6] P.J. Goodhew, F.J. Humpreys. Electron Microscopy and Analysis. Second Edition.
(1988). Taylor and Francis. London. New York. Philadelphia.
[7] P. Zhang, S.X. Li, Z.F. Zhang. General relationship between strength and hardness.
Materials Science and Engineering A 529 (2011) Hal.62– 73

Anda mungkin juga menyukai