Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan kesehatan pada era global sekarang ini memotivasi akan

pentingnya pemeliharaan kesehatan, sehingga berbagai cara yang dilakukan oleh

penyelenggara pelayanan kesehatan yang ada, diantaranya lahirnya visi Indonesia sehat 2010,

akan tetapi visi tersebut belum tercapai. Oleh karena itu, dilakukan berbagai cara agar tujuan

tersebut bisa tercapai, salah satunya adalah Praktek Keperawatan Komunitas di Pekon

Blitarejo, Kec. Gading Rejo, Kab. Pringsewu, yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Program

Studi Profesi Ners STKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

Praktek Keperawatan Komunitas ini adalah serangkaian proses pembelajaran berkelanjutan

dengan penekanan pada proses keperawatan sebagai pendekatan pemecahan masalah ilmiah

dan penerapan konsep di lapangan serta upaya untuk membekali keterampilan perawat,

dimana perawat merupakan ujung tombak dan garda utama diberbagai tingkat pelayanan

kesehatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan seorang perawat yang kompeten

dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, untuk mendapatkan hasil yang optimal

dibutuhkan pengalaman selain pengetahuan.

Program pembelajaran praktek keperawatan komunitas adalah suatu kegiatan belajar yang

memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk dapat memperoleh pengalaman belajar di

komunitas tentang gambaran penerapan dilapangan. Pengaplikasian keperawatan komunitas

ini besifat dependen,independen dan interdependen.

1
Praktek keperawatan komunitas ini merupakan salah satu stase dalam program profesi Ners

untuk mengetahui secara langsung dan mengaplikasikan teori tentang Asuhan Keperawatan

Komunitas yang telah di pelajari.

Praktek Keperawatan Komunitas ini di laksanakan di RT 11 dusun I Blitarejo wilayah

kabupaten Pringsewu mulai pada tanggal 20 April s/d 26 Mei 2019.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum:

Mahasiswa Mampu menerapkan konsep keperawatan komunitas di lapangan sesuai

dengan peran perawat komunitas.

2. Tujuan Khusus

Mahasiwa mampu :

a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat..

c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral

pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara

komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun

sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).

Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan

serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya

dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi

barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi,

2009).

Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,

keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan

melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta

pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama

(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup

sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab

serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).

Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa keperawatan

komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara

keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan peran
3
serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara

menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk

meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam

upaya kesehatan (Mubarak, 2005).

Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberikan dari luar suatu institusi yang

berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).

Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:

1. Kemanfaatan

Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar

bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat

dan kerugian (Mubarak, 2005).

2. Kerjasama

Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta

melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).

3. Secara langsung

Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan

lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan

utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

4. Keadilan

Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari

komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai

dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).

4
5. Otonomi

Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa

alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).

Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek

keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi

individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).

1. Individu sebagai klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspekbiologi,

psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada

dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial,

psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan

pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).

2. Keluarga sebagai klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus

menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara

bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.

Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat

dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman

dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).

3. Masyarakat sebagai klien

Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu

yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007).

5
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan

kesehatan masyarakat adalah :

a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja

sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang

ada hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang

berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana

individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup

sehat, pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam

bidang kesehatan (Mubarak, 2005).

b. Proses kelompok (Group Process)

Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat

sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu,

keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan

upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat

dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu:

perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan

pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba

menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model

pengembangan masyarakat (community development) (Elisabeth, 2007).

c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)

Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,

berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan

6
manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan

inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan

kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).

Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat

digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada.

Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam

mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk

mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).

d. Pemberdayaan (Empowerment)

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian

kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transfor-matif kepada

masyarakat, antara lain: adanya dukungan,pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan

kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).

Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada

masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan

masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,

kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Elisabeth, 2007).

Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus,

komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau

perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :

1. Individu

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,

psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada

dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social,

7
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan

pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

2. Keluarga

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus

menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara

bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.

Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat

dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman

dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.

3. Kelompok khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis

kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan

terhadap masalah kesehatan

4. Tingkat Komunitas

Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai

satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau

masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas

diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.

B. PERAN PERAWAT KOMUNITAS

1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan yang ada,

merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan

mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat.

8
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam

rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang

diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan

psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik

dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan

emosional dan intelektual.

Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase

pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan

kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan

strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran

dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).

3. Sebagai Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam

bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang

bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.

4. Sebagai pembela (Client Advocate)

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada

tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial

yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak

klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,

9
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak,

2005).

Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan

keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan

dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan

(Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas

yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan

karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak

petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan

pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan

tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

6. Sebagai kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama

dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain

dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan

kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang

lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk

merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).

7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di

suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada

klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.

10
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah

kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan

melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan

mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan dari

semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak

profesional (Mubarak, 2005).

10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau

yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem.

Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah

yangmengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk

berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,

mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan

mempertahankan hubunganmembantumembantu selama fase dari proses perubahan

dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan

menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk merencanakan,

melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan

dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).

11
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And

Researcher)

Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat

yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan

dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian

masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas

C. KONSEP MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS

1. Kesehatan Lingkungan

Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala

sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara

langsung maupun tidak langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan

maupun kesehatan dari organisme tersebut (Efendi, 2009).

Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang

mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan

lingkungannyauntuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan

bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005),

lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia

dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009).

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi dampak positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Efendi, 1998).

Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan

Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas

12
sektoral di bidang sanitasi. Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri

Kesehatan RI pada Agustus 2008.

Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah

menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan

pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:

1. Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.

2. Mencuci tangan pakai sabun.

3. Mengelola air minum dan makanan yang aman.

4. Mengelola sampah dengan benar.

5. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:

1. Penyediaan air minum

2. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran

3. Pembuangan sampah padat

4. Pengendalian vector

5. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

6. Higiene makanan, termasuk higiene susu

7. Pengendalian pencemaran udara

8. Pengendalian radiasi

9. Kesehatan kerja

10. Pengendalian kebisingan

11. Perumahan dan pemukiman

12. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara

13. Perencanaan daerah dan perkotaan

14. Pencegahan kecelakaan

13
15. Rekreasi umum dan pariwisata

16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi

(wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk

17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan

ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:

1. Penyehatan air dan udara

2. Pengamanan limbah padat atau sampah

3. Pengamanan limbah cair

4. Pengamanan limbah gas

5. Pengamanan radiasi

6. Pengamanan kebisingan

7. Pengamanan vektor penyakit

8. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana

2. Perilaku Masyarakat

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang

dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari

maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling

berinteraksi (Wawan, 2010).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus

yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan

serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus

atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan,

persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice).

14
Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit

dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan,

2010).

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori

(Wawan, 2010), yaitu:

1. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar

2. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar

Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi

kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja

atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis

terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang

dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut

permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat

ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data,

pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan

masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).

Beberapa teori yang membahas tentang pengkajian komunitas:

a. Sanders Interactional Framework

Model ini menekankan pada proses interaksi komunitas. Model ini juga dikenal

sebagai model tiga dimensi dengan komponen pengkajian:

1) Komunitas sebagai system sosial (dimensi system)

15
2) Masyarakat sebagai tempat (dimensi tempat)

3) Masyarakat sebagai kumpulan/kelompok manusia (dimensi populasi)

b. Kliens interactional framework

1) Masyarakat sebagai system social

a) Pola komunikasi

b) Pengambilan keputusan

c) Hubungan dengan system lain

d) Batas wilayah

2) Penduduk dan lingkungannya

a) Karakter penduduk (demografi)

b) Faktor lingkungan, biologi dan social

c) Lingkungan psikis (nilai-2, agama, kepercayaan

c. Community assessment wheel (community as client model)

Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah dengan data inti

dari masyarakat itu sendiri (community core).

1) Community core (data inti)

Aspek yang dikaji:

a) Historis dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas

b) Demografi : umur, jenis kelamin, ras, type keluarga, status

perkawinan

c) Vital statistik : angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan

d) Sistem nilai/norma/kepercayaan dan agama

16
2) Phisical environment pada komunitas.

Sebagaimana mengkaji fisik pada individu. Pengkajian lingkungan

dilakukan dengan metode winshield survey / survey dgn mengelilingi

wilayah komunitas

3) Pelayanan kesehatan dan social

Pelayanan kesehatan :

a) Hospital b) Praktik swasta

c) Puskesmas d) Rumah perawatan

e) Pelayanan kesehatan khusus f) Perawatan di rumah

g) Counseling support services h) Pelayanan khusus (social worker)

Dari tempat pelayanan tersebut aspek yang didata:

a) Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja

b) Sumber daya (tenaga, tempat, dana & perencanaan)

4) Karakteristik (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana transportasi)

5) statistik, jumlah pengunjung perhari/ minggu/bulan

6) Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian pelayanan

7) Ekonomi

Aspek/komponen yang perlu dikaji:

Karakteristik pendapatan keluarga/RT

% pendapatan kelas bawah

% keluarga mendapat bantuan social

% keluarga dengan kepala keluarga wanita

8) Karakteristik pekerjaan

Jumlah populasi secara umum (umur > 18 th)

% yg menganggur

17
% yg bekerja

% yg menganggur terselubung

Jumlah kelompok khusus

9) Keamanan transportasi

Keamanan

- Protection service

- Kwalitas udara, air bersih

10) Transportasi (milik pribadi/umum)

11) Politik & Government

- Jenjang pemerintahan

- Kebijakan Dep.Kes

12) Pendidikan :

a) Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah, bahasa)

b) Fasilitas pendidikan (SD, SMP dll) baik di dalam maupun di luar

komunitas

1. PENGKAJIAN

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah

kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil

untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial

ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

18
1) Wawancara atau anamnesa

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab

antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang

berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan

ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh

pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa

dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).

2) Pengamatan

Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik,

psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat

dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).

3) Pemeriksaan fisik

Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang

diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang

dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara

Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).

b. Pengolahan data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara

sebagai berikut :

1) Klasifikasi data atau kategori data

2) Penghitungan prosentase cakupan

3) Tabulasi data

4) Interpretasi data

19
c. Analisis data

Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data

dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang

kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan

atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).

1) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang

dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan

intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi

sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005)

2) Prioritas masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu

mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak,

2005):

- Perhatian masyarakat - Prevalensi kejadian

- Berat ringannya masalah - Kemungkinan untuk diatasi

- Tersedianya sumberdaya masyarakat - Aspek politis

Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut format Mueke

(1988) mempunyai kriteria penapisan, antara lain:

- Sesuai dengan peran perawat komunitas - Jumlah yang beresiko

- Besarnya resiko - Kemungkinan untuk penkes.

- Minat masyarakat - Kemungkinan untuk diatasi

- Sesuai dengan program pemerint - Sumber daya tempat

- Sumber daya waktu - Sumber daya dana

- Sumber daya peralatan - Sumber daya manusia

20
2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual

maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,

sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi

diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status

dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian

diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa

keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang

nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (Mubarak, 2009).

2. Rencana Asuhan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah

ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009). Jadi

perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus

mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan

kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2009).

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat antara lain

sebagai berikut:

1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan

2. Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan

3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui

kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini

4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia

21
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat

dirasakan masyarakat

6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai

7. Tindakan harus bersifat realistis

8. Disusun secara berurutan

3. Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah

disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus

bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak

Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2009). Prinsip yang umum

digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah:

a. Inovative

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu

menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK)

dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009)

b. Integrated

Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi, tim

kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas

kemitraan (Mubarak, 2009).

c. Rasional

Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus

menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang

telah disusun (Mubarak, 2009).

22
d. Mampu dan mandiri

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian

dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak, 2009).

5. Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.

Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman

atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan

membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-

hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah

ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan yang dilakukan

dalam penilaian menurut Nasrul Effendi, 1998:

a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan

pelaksanaan.

c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya

apabila masalah belum teratasi.

d. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi

dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap

23
BAB III

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI PEKON BLITAREJO KECAMATAN GADING REJO

KABUPATEN PRINGSEWU

PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap

masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh

masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada

fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap

pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,

perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak,

2005).

A. GAMBARAN UMUM

Wilayah Kerja. Dusun I merupakan suatu wilayah di pekon Blitarejo Kecamatan Gading

Rejo Kabupaten Pringsewu.

Batas Wilayah Dusun I

 Utara :

 Timur :

 Selatan :

 Barat :

24
Wilayah administrasi Dusun II dibagi dalam 4 RT. Kondisi geografis Dusun II merupakan

wilayah dataran rendah. Dengan curah hujan Dusun II tergolong sedang dan luas wilayah

Dusun II adalah ± 30 Ha.

a. Data Demografis

Grafik 1

60 51
50 41
44 49

40 3831 31
27 27 29
30 22 24 20 24 24
21 21 22
17 1919 1718 20 21
16 1418 16
20 14
1111 17 11
14 20
12
15
7 11 9 11
10
0
0-5 6-12 13-20 21-35 36-45 46-60 > 60
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun

Gambar Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

Gambar menunjukan bahwa berdasarkan hasil survey jumlah penduduk Dusun

II Desa Rejosari sebanyak 1396 jiwa dengan jumlah warga laki-laki 645 jiwa dan

perempuan 751 jiwa. Jadi, tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini cukup tinggi.

Untuk jumlah penduduk dusun II sebagian besar berusia produktif. Hal ini dibuktikan

ada 821 jiwa dengan usia 21-35 tahun, 436 jiwa usia 36-45 tahun, dan 139 jiwa

dengan usia 55 tahun ke atas .

Sebagian besar penduduk Dusun II desa Rejosari bekerja sebagaipedagang ( 11,83 %),

petani (6,02 %), PNS (1,11 %), swasta (12,6 %), buruh (21, 54 %), ibu rumah tangga

(15,29 %) dan tidak bekerja sebanyak 31, 58 %.

25
a. Nilai dan kepercayaan

Sebagian besar komunitas menganut agama islam dengan jumlah 99,21 %.

Terdapat sebuah tempat ibadah Masjid Nurul Huda. yang terletak di RT III Dusun II.

Kegiatan rohani di Dusun II dilakukan secara bergilir di rumah warga.

b. Lingkungan Fisik

1. Lingkungan Umum

Iklim di wilayah Dusun II desa Rejosari beriklim tropis dengan curah hujan

tergolong sedang dan merupakan wilayah dataran rendah, wilayah ini terbagi

dalam 4 RT, dalam wilayah ini terdapat sungai besar yaitu sungai Sekampung.

c. Pendidikan komunitas

2.45%, 2%
16.07%, 16% 7.70%, 8% Tidak tamat SD

11.97%, 12%
Belum tamat Sekolah

Tamat SD / Sederajat
19.86%, 20%
Tamat SLTP/ Sederajat

42.41%, 42% Tamat SLTA / sederajat

Tamat perguruan tinggi /


akademi

Grapik 2

Pendidikan di komunitas besar SD (42,41 %), SMP (19,86 %), SMA (16,07 %), tidak /

belum tamat sekolah (11,97 %), tidak tamat SD (7,70 %), dan perguruan tinggi sebanyak

(2,45 %).

26
d. Pemenuhan Kebutuhan

1. Nutrisi

Pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk warga Dusun II dengan pengolahan

sendiri sebanyak 222 dari 229 rumah, penggunaan air untuk konsumsi yang

dimasak 225 rumah, sementara sisanya menggunakan air saring (galon) untuk

konsumsi sehari-hari.

1. Eliminasi

Angka kesakitan diare yang diderita warga dusun II sebanyak 7 pada balita

dan 4 dewasa.

2. Istirahat Tidur

Pada warga Dusun II yang mengalami gangguan tidur sebanyak 12 warga dan

yang banyak mengeluh adalah orang dewasa dan sebagian besar pada lansia.

3. Aktivitas

Di dusun II sebagian besar bekerja sebagai Tani. Warga Dusun II jarang

berolahraga.

e. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial

Dalam komunitas Dusun II terdapat 2 posyandu yaitu posyandu lansia dan

balita. Dan dari jumlah warga yang mempunyai dana sehat askes, dana sehat BPJS

terdapat 288 dari 1396 warga .

Dalam komunitas ini semua anggota keluarga melakukan pemeriksaan ke fasilitas

kesehatan dan terbesar di Puskesmas sebanyak 101 rumah, bidan atau perawat 73.

27
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
21%, 21%

1.98%, 2%
BPJS 3.02%, 3%

74%, 74%
asuransi
perusahaan

Grafik 3

B. DATA DERAJAT KESEHATAN LAINNYA

Usia Harapan Hidup, Mortalitas, Morbiditas merupakan indikator keberhasilan

pembangunan dibidang kesehatan. Dengan semakin meningkatnya derajat

kesehatan masyarakat maka diharapkan terjadinya percepatan dari program-

program nasional yang telah ditargetkan. Berikut gambaran derajat pencapaian

kesehatan masyarakat di wilayah Dusun 1 Kediri.

1. Angka Kematian ( Mortalitas )

a. Angka Kematian Kasar.

Angka kematian kasar diwilayah Rejosari yakni ; 2,7/1000 penduduk. Dalam

kurun waktu Januari-Maret 2016 di dusun 1IRejosari terjadi 3 kematian

b. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

28
Dari hasil quisioner dan wawancara dengan bidan desa ,di dusun 1IRejosari tidak

ditemukan kasus kematian ibu maternal dalam kurun waktu januari-Maret 2016.

c. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi selama kurun waktu januari – Maret 2016 di wilayah dusun

II Rejosari tidak terjadi kasus kematian bayi.

2. Angka Kesakitan ( Morbiditas)

a.Distribusi Penyakit

Dari hasil quisioner dan wawancara dengan warga dapat diketahui bahwa

distribusipenyakit didusun I1 Rejosari dalam kurun waktu Januari-Maret 2016

sebagaimana grafik 04 berikut;

Grafik : 04

100.0

68.1
72
49 31.9
23.6
13.9 12.5
1.4 1.4 1.4 0 2.8
1 23 17 10 9 -
1 1 2

Pada grafik 04 diatas terlihat bahwa Pola penyakit utama dusun II Rejosari pada

semua golongan umur masih di dominasi oleh penyakit berbasis lingkungan dan

ISPA 49 kasus ( 68,1 % ) menempati peringkat pertama .disusul Rematik 23 kasus

(31,9%),Hipertensi 17 kasus (23,6%),Diare 10 kasus ( %),Gastritis 9 kasus

(12,5%),DM 2 kasus ( %).

29
b. Kejadian Luar Biasa

KLB/Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam

masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada

keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menegakkan diagnose

penyakit (atau masalah kesehatan) dengan benar menetapkan apakah kondisi

(terutama frekuensi) sudah dapat dikategorikan mewabah (epidemis), deskriptifkan

penyebaran wabah menurut orang, tempat dan waktu, atau menguraikan

pertanyaan 5W + 1H. Apakah dari uraian pada tahap deskriptif tersebut dapat

tersusun gambar ‘Natural History’ yang kemudian dapat dikenali ‘gaps of

knowledge’ yang dapat dipakai untuk menyusun hipotesa tentang terjadinya dan

penyebaran wabah tersebut. Menyusun strategi penanggulangannya dan

menekankan pada upaya preventif dan diagnose dini dengan cara pemutusan mata

rantai penularan. Namun dalam kurun waktu januari-Maret 2016 tidak ditemukan

kasus.

c. Penyakit Menular

1). Angka Kejadian ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas

maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,

maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru.Etiologi ISPA

lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari

genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan

korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,

koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.Bakteri dan virus yang paling

30
sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus

serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran

pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.Biasanya bakteri dan virus

tersebut menyerang anak-anak dan orang dewasa yang kekebalan tubuhnya lemah.

Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan

ISPA.Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian

adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi

lingkungan.Dari wawancara dan quisioner diperoleh data kejadian ISPA di Dusun

1IRejosari periode januari-Maret 2016sebanyak 49 kasus ( 68,1 % )

2).Penyakit Demam Berdarah Dengue

Hingga saat ini pemberantasan penyakit DBD belum bisa dilaksanakan sampai

tuntas. Hal ini berkaitan dengan perilaku dan cara pencegahan yang ada di

masyarakat belum berjalan secara maksimal, artinya pemberdayaan masyarakat

dengan koordinasi lintas sektor terkait dalam mengantisipasi penyakit DBD belum

berjalan.Namun dari hasil wawancara dan quisoner tidak pernah terjadi kasus DBD

dalam kurun waktu januari- Maret 2016,hanya 1kasus meninggal akibat DBD pada

tahun 2014.

3). Kasus Diare

Penyakit Diare merupakan salah satu penyakit menular berbasis

lingkungan.Selama kurun waktu januari-April 2016 di wilayah dusun II Rejosari

terjadi 10 kasus. Upaya yang harus segera dilakukan agar tidak mewabah

diantaranya adalah penyuluhan tentang penanganan limbah rumah tangga,

pengelolaan jamban keluarga dan pembinaan PHBS .

31
4). Penyakit TB Paru

Penyakit Tuberkulosis ( TBC ) merupakan penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini sangat kuat

sehinngga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. TBC biasanya

menyerang organ paru-paru, tetapi dapat juga menyerang bagian tubuh lain,

seperti kelenjar getah bening, selaput otak, kulit, tulang dan lain-lain. MDGS

menjadikan TB Paru sebagai salah satu penyakit yang menjadi target diturunkan,

selain Malaria dan HIV / AIDS.Penanggulangan TB Paru dilaksanakan dengan

strategi DOTS, sesuai dengan rekomendasi WHO yang terdiri atas 5 komponen

yaitu : Komitmen Politis,Diagnosis TB Paru dengan mikroskopis, PMO,

Kesinambungan ketersedian OAT dan pencatatan pelaporan yang baik dan

benar.

Data penemuan kasus TB di Dusun IIRejosari periode januari-maret 2016

terjaring 1 kasus BTA Positif .Pada dasarnya masih banyak penderita TB Paru

yang belum terjaring, hal ini dikarenakan secara program metode yang digunakan

adalah Passive promotive case Finding (Penemuan penderita secara pasif dengan

promosi yang aktif), rendahnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyakit

TBC, lingkungan yang kurang bersih, dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk

memeriksa diri ke sarana kesehatan jika memiliki gejala gejala mirip TBC.

5). Penyakit Pnemonia.

Pnemonia merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita. Hasil

SKRT pada Tahun 1992 penyebab kematian pada bayi ( 36 % ) dan pada anak

balita (18,2 %) disebabkan oleh gangguan saluran penafasan. Namun dari quisi

32
oner dan wawancara dalam kurun waktu januari-Maret 2016 di dusun II Rejosari

tidak ditemukan kasus Pnemonia.

6) Tetanus Neonatorum

Pada periode januari-Maret 2016 tidak diketemukan kasus Tetanus Neonatorum.

Hal ini dikarenakan masyarakat menyadari pentingnya imunisasi pada bumil dan

bayi.

d. Status Gizi

1). Gizi buruk

Dalam kurun waktu Januari-Maret 2016 di wilayah Dusun II Rejosari tidak

ditemukan kasus balita gizi buruk .

2). Anemia Gizi Besi

Kekurangan zat besi pada ibu hamil merupakan masalah yang masih sering muncul

dibeberapa daerah ,namun dalam kurun waktu Januari-Maret 2016 tidak terdapat

Ibu hamil yang memiliki Hb < 10 gr %. Sementara cakupan Fe3(90 tablet) yang

dimaksudkan untuk mengurangi anemia Gizi Besi pada ibu hamil Dalam kurun

waktu Januari-Martet 2016 mencapai 50 % . (10 Ibu Hamil) . Dan bagi ibu hamil

yang memeriksakan kehamilannya ke Posyandu atau petugas kesehatan dan

mendapat Tablet Fe ada yang tidak secara penuh mengkonsumsi 90 tablet Fe yang

diberikan, karena beberapa faktor antara lain : mual setelah konsumsi, BAB

menjadi keras.

3). Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

33
Wilayah Dusun II Rejosari bukan merupakan daerah endemis Gondok, tapi bukan

berarti tidak ada kemungkinan masyarakat mengalami hal tersebut. Untuk itu

masih perlu dilakukan pemberian kapsul Yodium kepada anak SD, Ibu Hamil, ibu

Nifas dan Wanita Usia Subur (WUS) khususnya yang bertempat tinggal didaerah

yang berada di perbukitan atau yang bersebelahan dengan daerah tetangga yang

endemik gondok. Namun tidak diketemukan kasus penyakit Gondok didusun II

Rejosari.

4). Kekurangan Vitamin A (KVA)

Untuk mencegah Kekurangan Vitamin A, maka perlu diberikan kapsul Vitamin A

kepada bayi 6-12 bulan, Anak Balita 1-5 Tahun dan bufas. Dikarenakan pola

masyarakat yang belum mengikuti prinsip beraneka ragam makanan, sehingga

jumlah Vitamin A yang diperoleh dari sumber bahan makanan tidak mencukupi

daripada kebutuhan yang diperlukan. Dalam kurun waktu Januari-Maret 2016

cakupan pemberian Vitamin A 2X untuk balita adalah 57 (100 % )

5). Bumil Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Kurang energi kronis merupakan masalah gizi pada ibu hamil yang masih perlu

mendapat perhatian, karena selain menanggung dirinya juga janin yang

dikandungnya.Dalam kurun waktu Januari- Maret 2106 di wilayah dusun

IIRejosari tidak ditemukanbumil KEK.indikator sebagai standar bahwa bumil

dikatakan KEK bila ukuran LILA < 23,5 cm. Sementara ini tindakan yang

dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang makanan sehat dan porsi

makanan bagi ibu hamil di Posyandu

34
C. DATA KESEHATANLINGKUNGAN

Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas lingkungan yaitu dengan program

penyehatan lingkungan yang merupakan bagian dari pembangunan kesehatan yang

menitik beratkan pada pemecahan masalah kesehatan lingkungan dalam rangka

mewujudkan kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi

masyarakat dari segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan gangguan

dan atau bahaya kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang

lebih baik.Upaya peningkatan kesehatan lingkungan dilakukan dengan

memutuskan mata rantai penyakit berbasis lingkungan terutama pengawasan

kualitas air, perumahan, Tempat Tempat Umum serta pengendalian pencemaran air

dan lingkungan.

1.Akses Dan Persediaan Air Bersih

Sumber air bersih yang digunakan sebagain besar oleh komunitas adalah sumur

sebanyak 96,1 %. Dengan kondisi air yang digunakan oleh warga dengan air bersih

dari sumur .

2.Keluarga Dengan Kepemilikan Sanitasi Dasar

Sanitasi lingkungan warga sudah cukup baik.Sebagian besar sudah memilki

Saluran pembuangan air limbah ( SPAL ) hanya sedikit yang belum

memilikinya.Kebersihan rumah cukup tapi masih banyak warga memiliki

kebiasaan menggantung pakaian.

Gambar Pengolahan Limbah dan Sampah grafik 5

35
Persentase

40

30

20

10

0
SPAL Peresapan Selokan ke Dibuang
terbuka sungai sembarangan
Persentase

Sebagian besar masyarakat membuang sampah di tempat yang terbuka dan

pengelolaan sampah belum tepat.

3.Kondisi Perumahan

Kondisi perumahan di wilayah dusun II Rejosari terbagi dalam tiga klasifikasi

yakni Permanen ,Semi Permanen dan Darurat Sedangkan lantai rumah rata-rata

sudah menggunakan semen dan keramik, hanya beberapa rumah yang masih

menggunakan tanah Fasilitas sumber air bersih rata-rata menggunakan Sumur Gali.

Selanjutnya untuk Jamban dan SPAL sebagian besar telah menggunakan

latrine,tetapi sebagian kecil masih menggunakan kolam sebagai tempat

pembuangan kotoran.

Pekarangan mayoritas dimanfaatkan sebagai kebun,sebagian kecil untuk kolam dan

toga sebagaimana tampak pada grafik6 berikut;

36
Pemanfaatan Pekarangan
250
200
150
100
50
0
TOGA % kebun % kolam %
Series1 233 16 6.9 192 82.4 25 10.7

Kepemilikan Kandang ternak dan kondisinya dapat digambarkan seperti grafik di

bawah ini :

Grafik :7

Kepemilikan Kandang Ternak dan Kondisinya

94
100
79.8
75
80

60

40 28.7 32 34.0
27
15 16 19 20.2
20

0
Tidak Terawat
94

%
>5M

<5M

%
JML

Terawat

TOTAL Luar Rumah Dlm Rumah KONDISI

Breeding Place (Tempat Perindukan Nyamuk).

Untuk Breeding Place diwilayah Dusun II Rejosari terdapat 158 tempat yang dalam

bentuk Bak terbuka,ember terbuka, gentong terbuka dan beberapa Kolam ikan

yang tersebar di dusun II.

37
Grafik :8

233

97

58
42
25
25
1 10.7
3

Ter buka % Ter buka % Ter buka % JML %


JML BAK EMBER GENTONG KOLAM
RUMAH

D. PERILAKU KESEHATAN

1.Pencarian Pengobatan

Masyarakat pada umumbila sakit sudah ada upaya mencari pengobatan secara

mandiri . Hal ini karena memang sarana tempat pelayanan kesehatan sudah merata

dimana di seluruh wilayah. Akan tetapi untuk upaya pencarian pengobatan masih

belum mampu memenuhi target. Hal ini dikarenakan masih terdapat beberapa

kelompok masyarakat yang lebih memilih pengobatan alternatif daripada tenaga

Kesehatan.Kondisi ini juga dipenaruhi oleh beberapa factor diantaranya adat

kebiasaan turun temurun dalam keluarga,rendahnya pengetahuan

masyarakat,kurangnya sosialisasi / promosi kesehatan ke masyarakat ,keyakinan

dan sebagainya.

2.Perilaku Pencarian Pertolongan Persalinan

38
Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat

dibedakan menjadi 2,yaitu tenaga professional (Dokter Spesialis kandungan,

Dokter , bidan ) danDukun bayi. Namun masyarakat di wilayah kerja Dusun I1

Rejosari dalam pencarian pertolongan persalinan lebih memilih tenaga kesehatan

terutama bidan.Hal ini disebabkan karena beberapa factor diantaranya tenaga

kesehatan terutama bidan telah menyebar ke seluruh wilayah desa ,kerjasama lintas

sektoral dan adanya program jampersal.Cakupan Bulin di dusun II Rejosari selama

januri – Maret 2016 tercatat 7 persalinan oleh tenaga kesehatan ( 100 % ) maka

telah memenuhi target SPM 2015 ( 90 % ).

Grafik: 9

100

80

60 100

40
8 7 7 0 0
20

0
NAKES % DUKUN %
BUMIL JML BULIN PERTOLONGAN PERSALINAN

3.Rumah Tangga ber- PHBS

Jumlah Rumah tangga Berperilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau sudah

mencapai 7,5 % ( 8 Rumah).

Grafik : 10

39
100%
90% 4 4 8
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20% 3.8 3.8 7.5
10%
0% 233 106
JML % JML % JML %
Pantau 7 Indikator 10 Indikator
RUMAH
INDIKATOR PRILAKU TOTAL BER-PHBS

4.Peran Serta Masyarakat Dalam Posyandu

Keterbatasan tingkat pendidikan dan factor social ekonomi masyarakat yang

menyebabkan peran serta masyarakat menjadi kurang. Disamping kurangnya

pengetahuan tentang arti kesehatan dalam keluarga juga keluarga disibukkan

dengan rutinitas mencari nafkah baik sebagai buruh ataupun berkebun/bertani.

Peran Serta masyarakat dalam posyandu balita bisa dilihat dari indikator D/S

.Dalam kurun waktu Januari-Maret 2016 sebanyak 58,60 %, Pemanfaatan

Posyandu Lansia juga belum maksimal ,hal ini bisa dilihat dari kunjungan rata-rata

perbulan selama januari-Maret 2016 tercatat 34 (18 % ).

KUNJUNGAN

POSYANDU
N
Lansia %
O
rata2
Kumulatif
perbulan

188 107 20 11

40
Sumber : Register Posyandu

Usila

5 .Strata Posyandu

Hasil Telaah Perkembangan Posyandu dusun II Rejosariterdapat 1 posyandu yang

termasuk strata madya dimana kegiatan sudah teratur dan jumlah kader 5

orang,namun kedepannya diharapkan strata ini meningkat menjadi purnama

(dengan menambah cakupan program dan mempunyai program tambahan) atau

bahkan ke posyandu mandiri (memiliki dana sehat dan jaminan pemeliharaan

kesehatan yang mantap). Jumlah kader yang dilatih 5 kader ( 100 %) yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu.

E. DATA PELAYANAN KESEHATAN

1. Keadaan Sumber Daya Kesehatan

Dusun II Rejosari memiliki 1 bidan desa ,5 kader posyandu Balita dan 1 orang kader

Posyandu lansia yang kesemuanya warga asli dusun II Rejosari.

2. Pembiayaan Kesehatan

Sejak berdirinya Kabupaten Pringsewu telah menerapkan system Pelayanan Gratis

bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali terutama bagi warga yang memiliki kartu

jaminan kesehatan,baik berupa Jamkesmas, jamsostek, ,Askes maupun BPJS. Hasil

pendataan yang dilakukan oleh Mahasiswa tercatat Jumlah Penduduk dusun II


41
Rejosari yang memiliki Jaminan Kesehatan,dapat dilihat seperti dalam grafik 16

berikut:

Grafik :11

100%
80%
60%
40%
20%
0%
ASKES JAMKESMA BPJS JUMLAH %
S
Series3
Series2 1,108 26 456 189 671 60.6
Series1

3.Cakupan Pelayanan Kesehatan

a). Cakupan Kunjungan Ibu Hamil ( K.1 dan K.4 )

Indikator keberhasilan pelayanan ANC dapat dipantau melalui pelayanan

kunjungan baru bumil ( K.1) dan pelayanan bumil sesuai standar minimal 4 kali (

K4). Cakupan pelayanan kunjungan baru (K1) maupun pelayanan bumil standar (

K4) Dusun II Rejosari dalam kurun waktu Januari-Maret 2016 dapat dilihat dalam

grafik 12dibawah ini.

Grafik : 12

42
8 8 100 4 50

K1 % K4 %
JUMLAH KUNJUNGAN IBU HAMIL
BUMIL

Sumber : Bidan desa

Cakupan kunjungan ibu hamil K1 terlihat telah mencapai target yang di tetapkan

(100 %) Cakupan kunjungan ibu hamil K4 baru tercapai 50 % mengingat usia

kehamilan ada 4 bumil yang belum memasuki trimester tiga.

b). Cakupan Persalinan Nakes

Cakupan Persalinan Nakes Dusun II Rejosari Dalam kurun waktu Januari-Maret

2016 dapat dilihat pada grafik 13berikut ini:

Grafik : 13

100
100
80

60

40
8 7 7 0 0
20

0
NAKES % DUKUN %
BUMIL JML BULIN PERTOLONGAN PERSALINAN

Sumber : Bidan desa

43
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Dusun II Rejosari terlihat

dengan jelas telah mencapai target(100 %) .

Demikian juga cakupan Pelayanan nifas lengkap (ibu dan neonatus) sesuai standar

(KN3)dan cakupan Kunjungan Neonatus telah sesuai target..

c). Cakupan Deteksi Dini Bumil Resti.

JML BUMIL BUMIL REST


37.5

8
3

Grafik : 14

Sumber : Bides

Deteksi dini bumil resti adalah upaya untuk menurunkan kematian ibu secara

bermakna. Kegiatan ini digalakkan baik di pelayanan KIA maupun dimasyarakat.

Hasil deteksi dini bumil resti dusun II Rejosari kurun waktu Januari-Maret 2016

terdapat 3 bumil resti dengan faktor resiko usia ibu < 20 Tahun dan > 35 Tahun.

d).Program Keluarga Berencana

Peserta KB Aktif di wilayah dusun II REjosari periode Januari-Maret

2016mencapai 48,9 % ( target SPM 70% ) Cakupan peserta KB Aktif dan proporsi

penggunaan alat kontrasepsi di wilayah dusun II Rejosari Dalam kurun waktu

Januari-Maret 2016 dapat dilihat pada grafik 20 berikut :

Grafik : 15

44
180

88
48.9 49 55.7
14 15.9 16
3 3.4 2 2.3 4 4.5 0.2

JML % JML % JML % JML % JML % JML %


JML % IUD MOP/ MOW IMP LANT KON DOM SUNTIK PIL
MKJP NON MKJP
PUS KB AKTIF JUMLAH PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI

e). Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Dusun II Rejosari Dalam kurun waktu

Januari-Maret 2016 tidak terdapat kasus balita gizi buruk.

f). Cakupan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

1).Pencapaian Program P2 TB.Paru

TB Paru merupakan penyakit berbahaya dan rata-rata masyarakat golongan

menengah ke bawah yang menderita penyakit ini. Penemuan TB di wilayah dusun

II Rejosari periodeJanuari-Maret 2016 diketemukan 1 kasus BTA (+) ,15 batuk

berdahak namun belum dilakukan pemeriksaan specimen dahak.Untuk leh jelasnya

dapat dilhat pada grafik 21 dibawah ini :

Grafik :16

45
15

16
14
12
10
8
6
1
4
2
0
TBC Batuk Berdahak

Sumber : quisioner

2). Pencapaian Program P2 ISPA/ Pnemonia

ISPA merupakan penyakit regular yang sering ditemukan dalam pelayanan rawat

jalan dan pelayanan Puskesmas. Di wilayah dusun II Rejosari penyakit ISPA

selalu mendominasi dalam 10 besar penyakit demikian juga pada periode Januari-

Maret 2016 namun kasus Pnemonia tidak ditemukan sebagaimana terlihat jelas

pada grafik 22 dibawah ini :

Grafik :17

46
70
60
50
40
30
20
10
0
jml %
ISPA 49 68.1
Penemonia 0 0

Sumber :Wawancara dan quisioner

3). Cakupan Program P2 Diare

Cakupan pencapaian program diare menurut kelompok umur Dalam kurun waktu

Januari-Maret 2016, tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 Tahun( 60 % ), umur

>5 tahun (30 %) dan Umur < 1 Tahun (10 %) Sebagaimana grafik 23 dibawah ini;

Grafik 18

60

40

20 60
1 10
0 6
< 1 th 30
% 3
1-4 th
%
> 5 th
%

Sumber : Wawancara dan Quisioner

47
Angka Kesakitan Balita

Diare : 12%

Ispa : 11%

Tanpa keluhan :
77%
Diare
Ispa
Tanpa keluhan

4).Data Balita

Gambar Angka Kesakitan Balita Grafik 19

Gambar menunjukan bahwa berdasarkan hasil survey jumlah balita dengan

angka kesakitan 17 balita, 10 balita menderita ISPA dan sebnayak 7 balita

mengalami diare.

Balita di Dusun II sebanyak 147 balita dan balita yang memiliki KMS adalah

95 yang lainnya tidak mempunyai karena KMS hilang atau rusak. Balita yang rutin

datang ke posyandu balita sebanyak 52 balita.

g. Kesehatan Lansia

Kesehatan Usia Lanjutadalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau upaya

kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dengan dukungan peran

serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan Masyarakat

Usialanjut.

48
Cakupan Posyandu Lansia Periode Januari-Mei 2015

188
172

20
11

Lansia Kumulatif rata2 perbulan %


Grafik : 20

Dari grafik 20 diatas tampak bahwa minat masyarakat terutama Lansia dalam

memanfaatka Posyandu Lansia masih rendah.

ANGKA KESAKITAN LANSIA

ANGKA KESAKITAN LANSIA (SAMPLE 139 LANSIA)

HIPERTENSI
TIDAK ADA 20%
KELUHAN
45%

ASAM URAT
30%
DM
5%

HIPERTENSI ASAM URAT DM TIDAK ADA KELUHAN

Grafik 21 Angka Kesakitan Lansia

Gambar menunjukan hasil survey jumlah lansia di Dusun II sebanyak 139 dan

yang mempunyai riwayat sakit hipertensi 28 lansia, asam urat 42 lansia, Diabetes

melitus 7 lansia. Lansia yang rutin melakukan pemeriksaan sebanyak 10 lansia.

Lansia yang dalam pemenuhan kebutuhan dibantu sebagian sebanyak 16 dan

mandiri sebanyak 86.


49
m. Program Kesehatan Jiwa

Kesehatan Jiwa adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh

tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam rangka

mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan

pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan

konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu

menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan

mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Dalam MMD I dan

Quisioner didapat informasi bahwa didusunII Rejosaritidak terdapat orang yang

menderita gangguan jiwa.

IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah adalah terdapatnya kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan.

Oleh sebab itu, cara perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut

jelas menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dikemukakan secara

kualitatif dan dapat pula secara kuantitatif.

Dari Analisa situasi di wilayah dusun II Rejosari menunjukan bahwa masalah

kesehatan yang akan dihadapi masyarakat antara lain :

50
A. Analisa Data

DATA OBJEKTIF MASALAH / ETIOLOGI

DATA SEKUNDER Resiko terjadinya peningkatan angka

1. Sejumlah 139 lansia yang menderita kesakitan pada lansia Dusun II Desa

asam urat sebanyak 42 orang (36 %). Rejosari berhubungan dengan :

2. Sebanyak 67 lansia mengalami 1. Kurangnya pengetahuan warga

berbagai keluhan dan sebanyak 51 tentang penyakit asam urat dan

lansia (35,82 %) mengeluh pegal- hipertensi

pegal 2. Kurangnya pemanfaatan pelayanan

3. Sebanyak 28 orang lansia kesehatan

mempunyai riwayat hipertensi 3. Kurangnya kesadaran masyarakat

4. Jumlah usia lanjut di Dusun II akan pentingnya olahraga

sebanyak 139 jiwa dari total jumlah

warga 1396 jiwa

5. Sebanyak 41 dari 1396 rutin

melakukan olah raga dengan

51
prosentase 3 %.

DATA SEKUNDER Resiko terjadinya peningkatan angka

1. Terdapat 7 balita (12 %) mengalami kesakitan diare dan ISPA pada balita

diare. dusun II desa Rejosari berhubungan

2. Terdapat 10 balita (11 %) mengalami dengan :

ISPA. 1. Kurangnya kesadaran perilaku hidup

3. Rumah dengan lantai tanah sebanyak bersih dan sehat.

27(2,0 %). 2. Kondisi sanitasi lingkungan yang

4. Rumah dengan ventilasi dan kurang baik.

pencahayaan cukup 31,9 % dan

kurang sebanyak 7 %.

5. Terdapat 77 rumah pengelolaan

limbah dan sampah rumah tangga

yang kurang tepat ( dibakar dan

dibuang tempat terbuka)

DATA SEKUNDER Kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang hidup bersih dan sehat di Dusun


1. Terdapat 235 orang yang merokok
II desa Rejosari berhubungan dengan :
didalam rumah .

2. Terdapat 80 rumah yang sering 1. Kurangnya kesadaran masyarakat

menggantung pakaian. tentang perilaku hidup bersih dan

3. Jumlah sampah yang dibiarkan sehat

sebanyak 57 rumah 2. Kurangnya pengetahuan siswa SD

4. Data yang diperoleh pada usia tentang makanan yang bersih dan

52
sekolah sebanyak 102 orang sering sehat.

jajan sembarangan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia Dusun II desa Rejosari

berhubungan dengan :

a. Kurangnya pengetahuan warga tentang penyakit asam urat

b. Kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan

c. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya olahraga

Dimanifestasikan dengan :

1) Sejumlah 139 lansia yang menderita asam urat sebanyak 42 orang (36 %).

2) Sebanyak 67 lansia mengalami berbagai keluhan dan sebanyak 51 lansia (35,82 %)

mengeluh pegal-pegal.

3) Sebanyak 28 orang lansia mempunyai riwayat hipertensi

4) Jumlah usia lanjut di RW IV sebanyak 139 jiwa dari total jumlah warga 1396

jiwa.

5) Sebanyak 41 dari 1396 rutin melakukan olahraga dengan prosentase 3 %.

2. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan diare dan ISPA pada balita Dusun

II desa Rejosari berhungan dengan :

a. Kurangnya kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik.

Dimanefestasikan dengan :

1) Terdapat 7 balita (12 %) mengalami diare.

2) Terdapat 10 balita (11 %) mengalami ISPA.


53
3) Rumah dengan lantai tanah sebanyak 27(2,0 %).

4) Rumah dengan ventilasi dan pencahayaan cukup 31,9 % dan kurang sebanyak 7 %.

5) Terdapat 77 rumah pengelolaan limbah dan sampah rumah tangga yang

kurang tepat ( dibakar dan dibuang tempat terbuka)

3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tenetang hidup bersih dan sehat pada warga

di Dusun II desa Rejosari berhubungan dengan :

a. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat

b. Kurangnya pengetahuan siswa SD tentang makanan bersih dan sehat

Dimanefestasikan dengan :

1. Terdapat 235 orang yang merokok didalam rumah .

2. Terdapat 80 rumah yang sering menggantung pakaian.

3. Jumlah sampah yang dibiarkan sebanyak 57 rumah

4. Data yang diperoleh pada usia sekolah sebanyak 102 orang sering jajan

sembarangan.

C. Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas

N Masalah kesehatan A B C D E F G H I J K L Tot Pr

o al ior

ita

1. Resiko terjadinya peningkatan angka 5 5 5 5 5 5 3 5 3 5 4 4 54 1

54
kesakitan asam urat pada lansia

2. Resiko terjadinya peningkatan angka 5 4 3 5 4 3 5 5 4 5 5 5 53 2

kesakitan diare dan ISPA pada balita.

3. Kurangnya pengetahuan masyarakat 5 4 3 5 4 3 4 5 4 5 5 5 52 3

tentang hidup bersih dan sehat

Keterangan Pembobotan :

1 Sangat Rendah

2 Rendah

3 Cukup

4 Tinggi

5 Sangat Tinggi

KeteranganPembobotan :

A= Besarnya Masalah

B= Risiko masyarakat yang akan terkena

C= Potensial untuk pendidikan kesehatan

D= Minat masyarakat untukmengatasi

E= Kemungkinan untuk diatasi

F= Sesuai dengan program pemerintah

G= Sesuai dengan peran perawat

H= Keluangan waktu

I= Sumber dana

J= Fasilitas kesehatan yang ada

55
K= Sumber dana

L= Ketersediaan tempat

56

Anda mungkin juga menyukai