Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi adalah sebuah anugrah terindah yang di berikan Allah kepada sepasang suami istri,
dengankehadiran bayi di sekeliling mereka menghadirkan kebahagiaan keluarga, selain itu
bayi merupakanamanah dari Allah yang harus dijaga dan dibina agar kelak menjadi anak
yang sholeh dan solehah , pejuang umat, dan meneruskan perjuangan Rasulullah SAW.

Oleh karena itu kehadiran bayi harus di sambut oleh pihak keluarga, diantaranya
dengan adaan, iqamah, mentahnik dengan kurma, potong rambut, aqiqah dan
pemberian nama, sesuai dengan yang d contohkan Rasulullah SAW Rasulullah SAW selalu
mengajarkan kepada umatnya akhlak yang baik dan bijaksana, semua yang diajarkan eh
beliau pasti ada dasarnya dan memiliki atsar 0pengaruh1 yang sangat besar, baik itu
berupa perintah ataupun larangan.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui adab dan doa dalam berhubungan badan

2. Unruk mengetahui adab dan doa ketika hamil

3. Untuk mengetahui hukum perayaan 3bulanan, 7 bulanan


4. Untuk mengetahui Adab proses melahirkan, ari-ari sebagaimana diapakan dalam islam
5. Untuk mengetahui hukum diadzankan, diberi nama
6. Untuk mengetahui apa itu aqiqah
7. Untuk mengetahui hukum acara 1 tahun ketika sudah bisa jalan tapak bumi
8. Untuk mengetahui hukum sunat untuk wanita dan laki-laki dalam segi kesehatan dan
agama.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Adab dan Doa dalam Berhubungan Badan

Ada beberapa adab yang telah diajarkan oleh Islam ketika suami istri ingin menyalurkan
hasrat bercintanya. Berikut adab-adab saat jima’, bercinta atau berhubungan intim di ranjang:

1. Ikhlaskan niat untuk cari pahala

Yaitu bercinta tersebut diniatkan untuk menjaga diri dari zina (selingkuh),
menghasilkan keturunan, dan mengharap pahala sebagai bentuk sedekah.

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

َ ‫ضعِ أ َ َح ِد ُك ْم‬
‫ص َدقَة‬ ْ ُ‫َوفِى ب‬

“Dalam hubungan intim suami-istri (antara kalian) itu termasuk sedekah.”

Para sahabat menanggapi, “Kenapa sampai hubungan intim saja bisa bernilai pahala?”

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

َ َ‫ضعَهَا فِى ح ََر ٍام أَكَان‬


َ ‫علَ ْي ِه فِيهَا ِو ْزر فَ َكذَ ِلكَ إِذَا َو‬
‫ضعَهَا فِى‬ َ ‫أَيَأْتِى أ َ َح ُد َنا‬
َ ‫شه َْوتَهُ َويَكُونُ لَهُ ِفيهَا أَجْ ر َقا َل أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم لَ ْو َو‬
‫ا ْل َحالَ ِل كَانَ لَهُ أَجْ ر‬

“Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa.
Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala”.
(HR. Muslim, no. 2376)

2. Melakukan pemanasan dan cumbuan terlebih dahulu

Inilah alasan kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk


menikahi wanita perawan karena masih bisa untuk bercumbu rayu dengannya sebelum
bercinta.

Ketika Jabir radhiyallahu ‘anhu menikah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya
padanya,

َ‫ َفقَا َل َهالَّ تَ َز َّوجْ تَ ِبك ًْرا تُالَ ِعبُهَا َوتُالَ ِعبُك‬. ‫ فَقُ ْلتُ ت َ َز َّوجْ تُ ثَيِ ًبا‬.‫« َه ْل ت َ َز َّوجْ تَ بِك ًْرا أ َ ْم ثَيِ ًبا‬

2
“Apakah engkau menikahi gadis (perawan) atau janda?” “Aku menikahi janda”, jawab
Jabir. “Kenapa engkau tidak menikahi gadis saja karena engkau bisa bercumbu
dengannya dan juga sebaliknya ia bisa bercumbu mesra denganmu?” (HR. Bukhari, no.
2967; Muslim, no. 715).

3. Membaca doa sebelum hubungan intim

Doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah: Bismillah, allahumma jannibnaasy


syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

‫ فَ ِإنَّهُ ِإ ْن يُقَد َّْر‬. ‫ش ْي َطانَ َما َر َز ْقتَنَا‬ ِ ِ‫ َوجَن‬، َ‫ش ْي َطان‬


َّ ‫ب ال‬ َّ ‫ اللَّ ُه َّم جَنِ ْب َنا ال‬، ‫َّللا‬ ْ ‫َل ْو أَنَّ أ َ َح َد ُك ْم ِإذَا أ َ َرا َد أ َ ْن يَأ ْ ِت َى أ َ ْه َلهُ فَقَا َل ِبا‬
ِ َّ ‫س ِم‬
‫ش ْي َطان أَ َبدًا‬ َ ‫َب ْينَ ُه َما َو َلد ِفى ذَ ِلكَ َل ْم َيض ُُّر ُه‬

“Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami) ingin berhubungan intim dengan istrinya,
lalu ia membaca do’a: [Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy
syaithoona maa rozaqtanaa], “Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah
kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan
kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim
tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya.” (HR.
Bukhari, no. 6388; Muslim, no. 1434).

4. Menyetubuhi istri dari arah mana pun asalkan bukan di dubur

Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫سا ُؤ ُك ْم ح َْرث لَ ُك ْم َفأْت ُوا ح َْرث َ ُك ْم أ َ َّنى‬


‫شئْت ُ ْم‬ َ ِ‫ن‬

“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah
tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (QS. Al Baqarah:
223)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang namanya ladang (tempat bercocok


tanam) pada wanita adalah di kemaluannya yaitu tempat mani bersemai untuk
mendapatkan keturunan. Ini adalah dalil bolehnya menyetubuhi istri di kemaluannya,
terserah dari arah depan, belakang atau istri dibalikkan.” (Syarh Shahih Muslim, 10: 6)

3
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

‫ت ا ْليَ ُهو ُد تَقُو ُل إِذَا جَا َمعَهَا ِم ْن َو َرائِهَا جَا َء ا ْل َولَ ُد أَحْ َو َل‬
ِ َ‫كَان‬

“Dahulu orang-orang Yahudi berkata jika menyetubuhi istrinya dari arah belakang, maka
mata anak yang nantinya lahir bisa juling.” Lalu turunlah firman Allah Ta’ala,

ِ ‫سا ُؤ ُك ْم ح َْرث لَ ُك ْم َفأْت ُوا ح َْرث َ ُك ْم أ َ َّنى‬


‫شئْت ُ ْم‬ َ ِ‫ن‬

“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah
tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (QS. Al-Baqarah:
223) (HR. Bukhari, no. 4528; Muslim, no. 117)

Dalam riwayat lain disebutkan,

ً
ِ ‫ُم ْق ِبلَة َو ُم ْد ِب َرةً َما كَانَ ِفي الفَ ْر‬
‫ج‬

“Terserah mau dari arah depan atau belakang selama di kemaluan.” (HR. Ath-Thohawi,
3: 41 dalam Syarh Ma’an Al-Atsar dengan sanad yang shahih)

Hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam menyanggah anggapan keliru orang Yahudi yang menyatakan terlarangnya gaya
seks dari belakang karena bisa mengakibatkan anak yang lahir nanti juling. Itu anggapan
tidak benar karena Islam menghalalkan segala variasi atau cara dalam hubungan seks
selama di kemaluan.

Tentang surat Al-Baqarah ayat 223 di atas, Ibnu Katsir menyatakan bahwa setubuhilah
istri kalian di ladangnya yaitu di tempat yang nantinya bisa menghasilkan anak. Beliau
juga berkata bahwa terserah gayanya dari depan atau pun dari belakang selama di satu
lubang, yaitu kemaluan, maka dibolehkan. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2: 154)

5. Tidak boleh sama sekali menyetubuhi istri di dubur, apa pun keadaannya

Hadits yang mendasari larangan hubungan intim lewat dubur (seks anal) adalah
sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

‫َم ْلعُون َم ْن أَتَى ا ْم َرأَةً فِى ُدبُ ِر َها‬

“Benar-benar terlaknat orang yang menyetubuhi istrinya di duburnya.” (HR. Ahmad, 2:


479. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits tersebut hasan)

4
Dalam hadits lainya disebutkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫َم ْن أَتَى حَائِضًا أ َ ِو ا ْم َرأَةً ِفى ُدبُ ِر َها أ َ ْو كَا ِهنًا فَقَ ْد َكفَ َر ِب َما أ ُ ْن ِز َل‬
-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫علَى ُم َح َّم ٍد‬

“Barangsiapa yang menyetubuhi wanita haid atau menyetubuhi wanita di duburnya,


maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad –shallallahu
‘alaihi wa sallam-.” (HR. Tirmidzi, no. 135; Ibnu Majah, no. 639; Abu Daud, no. 3904.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

6. Jika ingin mengulangi hubungan intim, hendaklah berwudhu dahulu

Ada hadits yang disebutkan dalam Shahih Muslim,

.» ْ ‫ « إِذَا أَتَى أ َ َح ُد ُك ْم أ َ ْهلَهُ ث ُ َّم أ َ َرا َد أ َ ْن يَعُو َد َف ْليَت َ َوضَّأ‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ َ ‫ع َْن أَبِى‬
ُ ‫س ِعي ٍد ا ْل ُخد ِْر ِى قَا َل َقا َل َر‬
َّ ‫سو ُل‬
‫َزا َد أَبُو بَك ٍْر ِفى َحدِيثِ ِه بَ ْي َن ُه َما ُوضُو ًءا َوقَا َل ث ُ َّم أ َ َرا َد أَ ْن يُ َعا ِو َد‬

Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian menyetubuhi istrinya lalu ia ingin
mengulanginya, maka hendaklah ia berwudhu.” Abu Bakr dalam haditsnya
menambahkan, “Hendaklah menambahkan wudhu di antara kedua hubungan intim
tersebut.” Lalu ditambahkan, “Jika ia ingin mengulangi hubungan intim.” (HR. Muslim,
no. 308).

Imam Malik menambahkan lafazh,

‫ط ِل ْلعَ ْو ِد‬ َ ‫فَ ِإنَّهُ أ َ ْن‬


ُ ‫ش‬

“Berwudhu itu lebih membuat semangat ketika ingin mengulangi hubungan intim.”

7. Jika penis telah masuk dalam vagina (bertemunya dua kemaluan), maka sudah
wajib mandi junub meskipun tidak keluar mani

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

َ ‫س ُل َوعَائِشَةُ جَا ِل‬


.‫سة‬ ْ ُ‫علَي ِْه َما ا ْلغ‬ ِ ‫َام ُع أ َ ْهلَهُ ث ُ َّم يُ ْك‬
َ ‫س ُل َه ْل‬ ِ ‫الر ُج ِل يُج‬ َّ ‫ ع َِن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ ُ ‫سأ َ َل َر‬
َّ ‫سو َل‬ َ ً‫إِنَّ َر ُجال‬
‫س ُل‬ ِ َ‫ « إِنِى أل َ ْفعَ ُل ذَ ِلكَ أَنَا َو َه ِذ ِه ث ُ َّم نَ ْغت‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫فَقَا َل َر‬

“Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang


seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya namun tidak sampai keluar air mani.

5
Apakah keduanya wajib mandi? Sedangkan Aisyah ketika itu sedang duduk di samping,
maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku sendiri pernah
bersetubuh dengan wanita ini (yang dimaksud adalah Aisyah, pen.) namun tidak keluar
mani, kemudian kami pun mandi.” (HR. Muslim, no. 350)

Begitu pula tetap wajib mandi kalau keluar mani meskipun tidak bertemunya dua
kemaluan, misal mani keluar saat foreplay atau bercumbu sebagai bentuk pemanasan.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ِ ‫إِنَّ َما ا ْل َما ُء ِمنَ ا ْل َم‬


‫اء‬

“Sesungguhnya (mandi) dengan air disebabkan karena keluarnya air (mani).” (HR.
Muslim, no. 343)

Boleh saja bagi yang wajib mandi ia tidur dan menunda mandi hingga menjelang waktu
Shubuh. Namun sangat dianjurkan baginya untuk berwudhu sebelum tidur. Hal ini
berdasarkan riwayat dari Ibnu ‘Umar berikut.

‫َّللاِ – صلى هللا عليه وسلم – أَيَ ْرقُ ُد أ َ َح ُد َنا َو ْه َو ُجنُب قَا َل نَعَ ْم إِذَا‬ ُ ‫سأ َ َل َر‬
َّ ‫سو َل‬ ُ َّ‫ع َم َر أَن‬
ِ ‫ع َم َر ْبنَ ا ْل َخ َّطا‬
َ ‫ب‬ ُ ‫ع َِن اب ِْن‬
‫ضأ َ أ َ َح ُد ُك ْم فَ ْل َي ْرقُ ْد َوه َُو ُجنُب‬
َّ ‫ت َ َو‬

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata bahwa ‘Umar bin Al-Khattab pernah bertanya pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah salah seorang di antara kami boleh
tidur sedangkan ia dalam keadaan junub?” Beliau menjawab, “Iya, jika salah seorang di
antara kalian junub, hendaklah ia berwudhu lalu tidur.” (HR. Bukhari, no. 287; Muslim,
no. 306).

8. Dilarang menyetubuhi wanita di waktu haidhnya

Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫سا َء فِي ْال َم ِح‬


‫يض‬ َ ِ‫فَا ْعت َِزلُوا الن‬

“Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari (hubungan intim dengan) wanita
di waktu haid.” (QS. Al-Baqarah: 222).

Imam Nawawi berkata, “Mahidh dalam ayat bisa bermakna darah haid, ada pula
yang mengatakan waktu haid dan juga ada yang berkata tempat keluarnya haid yaitu

6
kemaluan. … Dan menurut ulama Syafi’iyah, maksud mahidh adalah darah haid.” (Al-
Majmu’, 2: 343)

Dalam hadits disebutkan,

َ ‫َم ْن أَتَى حَائِضًا أ َ ِو ا ْم َرأَةً ِفى ُدبُ ِر َها أ َ ْو كَا ِهنًا فَقَ ْد َكفَ َر ِب َما أ ُ ْن ِز َل‬
-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫علَى ُم َح َّم ٍد‬

“Barangsiapa yang menyetubuhi wanita haid atau menyetubuhi wanita di duburnya,


maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad –shallallahu
‘alaihi wa sallam-.” (HR. Tirmidzi no. 135, Ibnu Majah no. 639. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih). Al-Muhamili dalam Al-Majmu’ (2:359)
menyebutkan bahwa Imam Asy-Syafi’i rahimahullahberkata, “Barangsiapa yang
menyetubuhi wanita haid, maka ia telah terjerumus dalam dosa besar.”

Hubungan seks yang dibolehkan dengan wanita haid adalah bercumbu selama tidak
melakukan jima’ (senggama) di kemaluan. Dalam hadits disebutkan,

ِ َّ‫صنَعُوا ُك َّل ش َْىءٍ ِإال‬


‫النكَا َح‬ ْ ‫ا‬

“Lakukanlah segala sesuatu (terhadap wanita haid) selain jima’ (di kemaluan).” (HR.
Muslim, no. 302)

Dalam riwayat yang muttafaqun ‘alaih disebutkan,

‫ أ َ َم َر َها أَ ْن‬، ‫ش َر َها‬ ِ ‫َّللا – صلى هللا عليه وسلم – أ َ ْن يُ َبا‬


ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ َفأ َ َرا َد َر‬، ‫ع َْن عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَتْ إِحْ دَا َنا إِذَا كَانَتْ حَا ِئضًا‬
ُ‫ قَالَتْ َوأَيُّ ُك ْم يَ ْم ِلكُ إِ ْربَهُ َك َما كَانَ النَّ ِب ُّى – صلى هللا عليه وسلم – يَ ْم ِلكُ إِ ْربَه‬. ‫ش ُر َها‬ َ ‫تَت َّ ِز َر ِفى فَ ْو ِر َح ْي‬
ِ ‫ض ِتهَا ث ُ َّم يُ َبا‬

Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa di antara istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada
yang mengalami haid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin bercumbu
dengannya. Lantas beliau memerintahkannya untuk memakai sarung agar menutupi
tempat memancarnya darah haid, kemudian beliau tetap mencumbunya (di atas sarung).
Aisyah berkata, “Adakah di antara kalian yang bisa menahan hasratnya (untuk berjima’)
sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menahannya?” (HR. Bukhari, no. 302;
Muslim, no. 293). Imam Nawawi menyebutkan judul bab dari hadits di atas, “Bab
mencumbu wanita haid di atas sarungnya”. Artinya di selain tempat keluarnya darah haid
atau selain kemaluannya.

7
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Kaum muslimin sepakat akan haramnya
menyetubuhi wanita haid berdasarkan ayat Al Qur’an dan hadits-hadits yang shahih.”
(Al-Majmu’, 2: 359)

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Menyetubuhi wanita nifas adalah sebagaimana


wanita haid yaitu haram berdasarkan kesepakatan para ulama.” (Majmu’ Al-Fatawa, 21:
624)

9. Boleh melakukan azl, menarik penisnya dari vagina si wanita sebelum terjadi
ejakulasi

Hal itu masih dibolehkan sebagaimana dalil dari hadits Jabir bin ‘Abdillah, beliau
berkata,

‫ُكنَّا نَ ْع ِز ُل َوا ْلقُ ْرآنُ َي ْن ِز ُل‬

“Kami dahulu pernah melakukan ‘azl di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan Qur’an turun ketika itu” (HR. Bukhari, no. 5208; Muslim no. 1440).

Dalam riwayat lain disebutkan,

.‫ فَ َل ْم يَ ْن َهنَا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬


َّ ‫ فَبَلَ َغ ذَ ِلكَ َنبِ َّى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو ِل‬ َ ‫علَى‬
ُ ‫ع ْه ِد َر‬ َ ‫ُكنَّا نَ ْع ِز ُل‬

“Kami dahulu melakukan ‘azl di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
sampai ke telinga beliau, namun beliau tidak melarangnya.” (HR. Muslim, no. 1440)

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid berkata, “Yang lebih baik adalah


meninggalkan ‘azl karena akan menghilangkan atau mengurangi kelezatan hubungan
intim dengan istri. Begitu pula hal itu akan membuat tidak tercapainya sebagian tujuan
nikah yaitu untuk memperbanyak keturunan dan anak.” (Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab
no. 5560)

10. Tidak boleh menyebar rahasia hubungan ranjang

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ام َرأَتِ ِه َوت ُ ْف ِضى إِلَ ْي ِه ث ُ َّم يَ ْنش ُُر‬


‫س َّر َها‬ َّ ‫َّللاِ َم ْن ِزلَةً يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة‬
ْ ‫الر ُج َل يُ ْف ِضى ِإلَى‬ ِ َّ‫إِنَّ ِم ْن أَش َِر الن‬
َّ ‫اس ِع ْن َد‬

8
“Sesungguhnya termasuk manusia paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari
kiamat adalah laki-laki yang menggauli istrinya kemudian dia sebarkan rahasia
ranjangnya.” (HR. Muslim, no. 1437).

Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menuturkan, “Hadits di atas
menunjukkan haramnya seseorang menyebarkan perihal hubungan ranjang yang terjadi
antara dirinya dengan pasangannya, rincian hubungan tersebut, atau apa yang terjadi
dengan pasangannya dari kata-kata, perbuatan atau semacamnya.”

Penulis ‘Aunul Ma’bud berkata, “Menyebarkan hubungan ranjang antara seseorang


dengan pasangannya adalah pengkhianatan yang paling besar.”

Semoga manfaat sepuluh kiat ini dan semoga membuat hubungan intim semakin menarik
dan tercapailah sakinah wa rahmah.

2.2 Adab dan Doa ketika Hamil

1. Adab ketika hamil

Nikmat yang Allah berikan kepada seorang perempuan sungguh luar biasa, Allah
memberikan talenta majemuk kepada seorang perempuan atau berperan ganda dalam
hidup.

Nikmat ketika perempuan berperan menjadi hamba Allah, mendirikan sholat,


puasa, sedekah dan berusaha menjaga iffah (kehormatan) dan izzahnya (harga diri).
Kemudian nikmat saat Allah mempertemukan ia dengan jodohnya (suami) dan menikah
kemudian Ia berperan sebagai istri, melayani suami sepenuh hati karena Allah, agar
semua yang ia lakukan bernilai ibadah. Dan nikmat yang tak kalah luar biasanya adalah
ketika Allah memberikan kepercayaan kepadanya mengandung (hamil). Salah satu peran
berat yang harus dilalui perempuan adalah saat ia hamil. Perempuan harus mengandung
selama 9 bulan, membawa janin mulai dari ons sampai kilo di dalam perut, ketika tidur ia
serba salah, miring salah, terlentang salah, tengkurap apalagi..masya Allah. Kemudian
ibu melahirkan dengan taruhan nyawa. Maka layaklah jika syurga itu berada dibawah
telapak kaki ibu, subhanallaah.

9
Agar nikmat hamil itu tidak berlalu begitu saja, berlalu tanpa makna Ilahiah, maka
sudah selayaknya seorang ibu mempunyai ilmu tentangnya . Melakukan sesuatu karena
ilmu bukan karena pamali, bumali, bimali, kamali dan mali-mali lainnya.

Dan lahirnya seorang anak yang sholih, tidak terlepas dari peran ibu ketika ia
mengandung. Apa saja yang harus dilakukan ibu selama mengandung?. Berikut ini
adalah amalan yang sebaiknya dilakukan ketika ibu mengandung agar anak yang
dilahirkan menjadi anak yang sholih. Aamiin, insya Allah.

a. Perbanyak bersyukur, bersyukur kepada Allah atas kehamilan yang diberikan.


Bersyukur tidak hanya dengan ucapan tapi juga perbuatan. Menjaga kandungan
dengan baik itupun bagian dari sebuah kesyukuran kita. Karena apabila bersyukur
Allah akan menambahkan nikmat kepada kita, dan tambahan nikmat itu adalah anak
yang sholih yang kelak akan lahir dari rahim yang Allah titipkan kepada kita.

b. Perbanyak doa. Berdoalah untuk sang jabang bayi. Walau ia belum lahir ia dapat
merasakan doa-doa yang dipanjatkan ibu dan ayahnya. Berdoalah dengan khusyu,
bisa menggunakan bahasa Arab atau bahasa Indonesia, yang penting kita mengerti
doa yang kita panjatkan. Jangan sampai doa yang sudah panjang lebar kita panjatkan
tetapi tidak tahu artinya. Ada banyak doa yang Rasulullah SAW ajarkan kepada kita,
salah satunya ada dalam Qur’an Surat As-Shofat ayat 11. “Robbi habli
minashsholihin” Ya Allah berikanlah kami anak yang sholih.

c. Didik anak walau ia masih dalam kandungan. Pun ia belum lahir kedunia, pendidikan
dalam islam dimulai ketika anak berada dalam kandungan. Ajak janin berbicara,
membaca al-qur’an, memperdengarkan murotal al-qur’an, sering mengikuti kajian
keislaman dan kebaikan lainnya. Selain itu perilaku orang tua (ayah dan ibu) ketika
ibu mengandung akan berpengaruh besar pada janin. Memperbagus ibadah akan
memberikan pengaruh positif pada janin. Subhanallah.

d. Jaga emosi. Emosi ibu ketika mengandung berpengaruh juga pada janin. Maka,
hendaklah ibu menjaga emosinya. Berusaha untuk selalu sabar, tidak mudah marah
dan menjaga lisan, tidak mengeluarkan kata-kata kotor. Karena janin pun dapat

10
merasakan emosi ibu yang sedang marah, mengumpat dan perbuatan buruk lainnya,
naudzubillaah..

e. Memperhatikan asupan makanan. Dalam Q.S Al-Baqoroh ayat 168 Allah berfirman,
“Wahai manusia makanlah makanan yang ada di bumi yang halal lagi baik.” Berikan
makanan yang halal kepada janin. Jangan sampai ada makanan haram masuk kedalam
perut ibu, karena kehalalan rizki juga akan berpengaruh bagi janin. Makanlah
makanan yang halal, baik dan bergizi, agar janin tetap sehat.

f. Periksakan kandungan. Wajib bagi ibu yang sedang mengandung untuk


memeriksakan kandungannya ke dokter atau bidan agar ia mengetahui bagaimana
kondisi janin. Tak segan untuk meminta saran dokter atau bidan untuk kebaikan
kandungannya.

g. Kehalalan rizki. Perhatikan kehalalan apapun yang kita pakai dan makan. Jika ada
yang subhat, lebih baik ditinggalkan. Pilih barang atau makanan yang sudah jelas
kehalalannya.

Semoga amalan di atas manfaat bagi para ibu hamil, agar kelak generasi berikutnya
menjadi anak yang sholih-sholiha dan negeri ini akan dipenuhi oleh generasi Robbani,
Qur’ani.. aamiin.

2. Doa ketika Hamil

Kehamilan merupakan sebuah prosesi alamiah yang lazimnya sangat didambakan


pasangan suami-istri. Kehamilan merupakan fase yang harus dilalui untuk menghadirkan
anak di dalam keluarga. Tentunya, tujuan utama dari semuanya itu ialah untuk
melahirkan generasi penerus yang saleh dan salehah, berbakti kepada kedua orang tua,
dan memiliki daya guna bagi agama dan orang-orang di sekitarnya.
Untuk mencapai tujuan mulia tersebut, karya Lajnah Ta’lif Pustaka Gerbang
Lama, Pondok Pesantren Lirboyo, dalam buku Menembus Gerbang Langit; Kumpulan
Doa Salafus Shalih, 2010 (Kediri: Pustaka Gerbang Lama), hal. 118 telah merangkumkan
untuk kita beberapa wiridan dan doa seputar kehamilan.
Bagi ibu yang sedang hamil, ia dianjurkan untuk banyak membaca:

11
‫َارةً أ ُ ْخ َرى‬
َ ‫ون أ ُ َّم َها ِت ُك ْم ت‬
ِ ‫ط‬ُ ُ‫َوهللاُ أَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ب‬

“Wallâhu ahrajakum mim buthûni ummahâtikum târatan ukhra.”

“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian pada kesempatan yang lain
(persalinan).”

Sedangkan bagi ayah, dianjurkan untuk:

a. Membaca Surat Al-Fatihah sebanyak 7 kali setiap ba’da shalat shubuh dan ditiupkan
pada perut ibu hamil.
b. Membaca surat Al-Hasyr (Alam Nasyroh) sebanyak 7 kali setiap ba’da shalat
maghrib dan ditiupkan pada perut ibu hamil.
c. Memperbanyak membaca berdoa di bawah ini:

ُ‫ص ِو ْره‬َ ‫شافِى ََل ِشفَا َء ِإ ََّل ِشفَآؤُكَ ِشفَآ ًء آليُغَاد ُِر َسقَ ًما اللهم‬ َّ ‫ط ِن زَ ْو َجتِي َوا ْش ِف ِه أ َ ْنتَ ال‬ ْ َ‫ام فِى ب‬ ْ َ‫اللهم احْ ف‬
َ َ‫ظ َولَدِي َماد‬
ْ َ‫س ْولِكَ اللهم أ َ ْخ ِرجْ هُ ِم ْن ب‬
َ ‫ط ِن زَ ْو َجتِي َو ْقتَ ِو ََلدَ ِت َها‬
‫س ْه ًًل‬ ُ ‫ت قَ ْلبَهُ ِإ ْي َمانًا ِبكَ َو ِب َر‬
ْ ‫سنَةً َوث َ ِب‬
َ ‫ص ْو َرة ً َح‬
ُ ‫ط ِن زَ ْو َحتِي‬ ْ َ‫فِي ب‬
ُ‫سد َهُ َو َحس ِْن ُخلُقَه‬ َ ‫ص ِح ْح َج‬َ ‫ع ُم َرهُ َو‬ُ ‫ط ِو ْل‬ َ ‫ام ًًل اللهم‬ ِ ‫عا ِل ًما َع‬ َ ‫َام ًًل َو َعا ِق ًًل َحا ِذ ًقا‬ ِ ‫ص ِح ْي ًحا ك‬َ ُ‫َوت َ ْس ِل ْي ًما اللهم اجْ َع ْله‬
ِ ‫سلَّ َم َو ْال َح ْمد ُ ِلِلِ َر‬
‫ب‬ َ ‫آن ْالعَ ِظي ِْم بِ َب َر َك ِة ُم َح َّم ٍد‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫ث َو ْالقُ ْر‬
ِ ‫ص ْوتَه ُ ِل ِق َرا َءةِ ْال َح ِد ْي‬
َ ‫سانَهُ َوأَحْ س ِْن‬ ِ ‫َوأ َ ْف‬
َ ‫صحْ ِل‬
َ‫ْالعَالَ ِميْن‬

“Allahummahfadz waladî mâ dâma fî bathni zaujatî wasyfihi anta asy-syâfi lâ syifâ`an


illâ syifâuka syifâ`an lâ yughâdiru saqaman. Allahumma shawwirhu fî bathni zaujatî
shûratan hasanatan watsabbit qolbahu îmânan bika wa bi-Rasûlika. Allahumma
akhrijhu mim bathni zaujatî waqta wilâdatihâ sahlan wa taslîman. Allahumma ij’alhu
shahîhan kâmilan wa ‘âqilan hâdziqan ‘âmilan. Allahumma thowwil ‘umrohu wa
shahhih jasadahu wa hassin khuluqohu wa afshah lisânahu wa ahsin shautahu
liqirooatil hadîtsi wal qur`ânil ‘adzîm bibarokati Muhammadin shallallâhu ‘alaihi
wasallam. Walhamdulillâhi Robbil ‘âlamîn.”

12
“Ya Allah, jagalah anakku selama ia berada dalam perut istriku, sehatkan ia,
sesungguhnya Engkau Yang Maha Menyehatkan, tak ada kesehatan kecuali kesehatan
dari-Mu, kesehatan yang tak terganggu penyakit. Ya Allah, bentuk ia yang ada di perut
istriku dalam rupa yang baik, tetapkan dalam hatinya keimanan pada-Mu pada Rasul-
Mu. Ya Allah, keluarkan dia dari perut istriku pada saat kelahirannya secara mudah
dan selamat. Ya Allah, jadikan ia utuh, sempurna, berakal, cerdas, banyak beramal. Ya
Allah, panjangkan umurnya, sehatkan jasadnya, baguskan rupanya, dan fasihkan
lisannya untuk membaca hadits dan Al-Qur’an Yang Agung, dengan berkah Nabi
Muhammad SAW. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam.”

3. Doa yang di baca saat persalinan

Persalinan merupakan sebuah proses yang harus dilalui oleh seorang ibu untuk
menghadirkan kehidupan yang baru di dunia. Perasaan khawatir, harap-harap cemas dan
lainnya campur aduk menjadi satu saat proses ini terjadi. Satu hal yang pastinya paling
diharapkan ialah bayi yang dilahirkan berada dalam kondisi sehat, utuh tanpa cacat, dan
segala kebaikan lainnya. Di samping itu juga berharap ibu yang melahirkan juga selamat
dan cepat kembali bugar.
Agar persalinan lancar dan terhindar dari segala bahaya melahirkan, Syekh
Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawi al-Dimasyqi, dalam al-Adzkâr al-
Muntakhabah min Kalâmi Sayyid al-Abrâr, (Surabaya: Kharisma, 1998), hal. 298
menjelaskan bahwa ketika detik-detik persalinan berlangsung, seyogianya sang suami,
sambil menunggu lahirnya jabang bayi, membaca:

a. Ayat kursi sebanyak satu kali


b. Membaca Surat al-A’raf ayat 54:

‫طلُبُهُ َح ِثيثًا‬ ْ ‫ار َي‬


َ ‫ض فِي ِست َّ ِة أَي ٍَّام ث ُ َّم ا ْست ََوى َعلَى ْال َع ْر ِش يُ ْغشِي ال َّل ْي َل النَّ َه‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫ِإ َّن َربَّ ُك ُم هللا الَّذِي َخلَقَ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
َ‫اركَ هللا َربُّ ْال َعا َل ِمين‬ َ ‫ت ِبأ َ ْم ِر ِه أ َ ََل لَهُ ْالخ َْل ُق َو ْاْل َ ْم ُر تَ َب‬
ٍ ‫س َّخ َرا‬ َ ‫س َو ْالقَ َم َر َوالنُّ ُج‬
َ ‫وم ُم‬ َّ ‫َوال‬
َ ‫ش ْم‬

“Inna Rabbakumulladzî kholaqas samâwâti wal ardla fî sittati ayyâmin


tsummastawâ ‘alal ‘arsyi yughsyil lailan nahâra yathlubuhu hatsîtsan wasy syamsa

13
wal qamara wan nujûma musakhkharâtim bi amrihi alâ lahul khalqu wal amru
tabârokaLlâhi rabbil ‘âlamîn”

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam hari. Lalu Dia bersemayam di ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan,
dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.

c. Surat al-Falaq sebanyak satu kali


d. Surat an-Nâs sebanyak satu kali
e. Di samping bacaan di atas, suami juga dianjurkan untuk memperbanyak membaca
doa di bawah ini:

‫ض َو َربُّ ْالعَ ْر ِش‬


ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫َآل إِلَهَ إِ ََّل هللاُ ْالعَ ِظ ْي ُم ْال َح ِل ْي ُم َآلإِلَهَ إِ ََّل هللاُ َربُّ ْالعَ ْر ِش ْالعَ ِظي ِْم َآلإِلَهَ إِ ََّل هللاُ َربُّ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
‫ْالعَ ِظي ِْم‬

Lâ ilâha illaLlâhul ‘adzîmul halîm. Lâ ilâha illaLlâhu Rabbul ‘arsyil ‘adzîm. Lâ ilâha
illaLlâhu Rabbus samâwâti wal ardli wa Robbul ‘arsyil ‘adzîm

“Tiada tuhan selain Allah Yang Maha Agung lagi Bijaksana. Tiada tuhan selain Allah
Pemilik ‘Arsy yang Agung. Tiada tuhan selain Allah Pemilik langit dan bumi dan
‘Arsy yang Agung”.

f. Doa bagi yang ingin punya anak laki-laki

Anak ialah salah satu rezeki istimewa untuk pasangan suami-istri yang sudah sah
menikah. Anak merupakan penerus keturunan bagi para orang tua. Anak tak hanya
menambah kebahagiaan berumah tanga, tapi juga akan menjadi investasi bagi kedua
orang tua baik di dunia dan di akhirat. Hal tersebut dikarenakan anak sudah
diwajibkan untuk selalu berbakti, menghormati dan merawat kedua orang tua. Doa

14
anak yang saleh dan salehah akan menjadi salah satu pahala yang tidak akan pernah
terputus bagi para orang tua yang didoakan.

Tanpa bermaksud membeda-bedakan, umumnya beberapa orang tua


menginginkan memiliki anak lelaki. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal
tersebut, misalkan karena sudah punya anak perempuan maka sekarang menginginkan
anak lelaki, atau karena ingin memiliki anak yang kelak bisa melindungi keluarga,
sementara sifat melindungi itu potensinya lebih besar dimiliki oleh anak lelaki.

Bagi orang tua yang memiliki keinginan tersebut, Syekh Sulaiman al -Bujairami
dalam kitab al-Bujairimi ‘ala al-Khathib (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), juz III, hal. 245
meriwayatkan sebuah doa yang bisa diamalkan agar bisa memiliki anak lelaki. Cara
melafalkan doa ini ialah dengan meletakkan tangan pada perut ibu hamil di saat awal-
awal kehamilan, sambil membaca doa:

‫طنِ َها ُم َح َّمدًا فَاجْ عَ ْلهُ ِلي ذَك ًَرا‬ َ ُ ‫الر ِح ِيم اللَّ ُه َّم إنِي أ‬
ْ َ‫س ِمي َما فِي ب‬ َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫بِس ِْم هللا‬

Bismillâhirrahmânirrahîm. Allâhumma innî usammî mâ fî bathnihâ Muhammadan,


faj’alhu lî dzakaran

“Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya
Allah, sesungguhnya aku (akan) menamai anak yang terkandung dalam perut ibunya
ini dengan nama Muhammad, maka jadikanlah ia sebagai lelaki bagiku.”

Demikian, selamat diamalkan dan semoga diijabah oleh Allah. Amin. Wallahu a’lam
bi shawab.

2.3 Hukum perayaan 3 bulanan dan 7 bulanan

15
Allah telah berfirman dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-14: Artinya: 12. Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). 14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain.

Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Dari surat Al-Mu’minun ayat 12-
14 tersebut telah dijelaskan bagaimana proses Allah menciptakan manusia. Manusia
diciptakan oleh Allah dari saripati tanah kemudian menjadikannya segumpal darah, lalu
menjadi segumpal darah, membentuk tulang-tulang, tulang-tulang itu dibungkus dengan
daging, kemudian Allah menjadikan bentuk fisik manusia. Proses penciptaan manusia mulai
dari sari pati tanah sampai berbentuk manusia seutuhnya hanya berlangsung sekitar 9 bulan.
Sungguh betapa besar kuasa Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Menurut ilmu psikologi,
masa sebelum kelahiran merupakan masa pertumbuhan yang sangat luar biasa, dari satu sel
tunggal (yang beratnya kira-kira 1/20 ons) menjadi organisme yang sempurna dengan
kemampuan otak dan tingkah lakunya.

Oleh karena itu, masa ini harus benar-benar diperhatikan secara lebih oleh para ibu yang
sedang mengandung buah hatinya. Kondisi-kondisi baik dalam tubuh sang ibu dapat
menunjang perkembangan sifat bawaan, sedangkan kondisi yang tidak baik dapat
menghambat perkembanganya, bahkan sampai mengganggu pola perkembangan yang akan
datang.

Seperti kepercayaan orang jawa kalau ibu yang sedang hamil harus menjaga sikapnya,
perkataannya, emosinya dan tingkah lakunya. Sebenarnya ini bertujuan untuk menjaga agar
anak yang dikandungnya memiliki sifat yang baik. Saking eratnya hubungan antara ibu dan
janinnya ini lah seorang ibu hamil harus menjaga segala pola kehidupannya demi kebaikan
janin yang sedang dikandungnya. Budaya lain yang ada di jawa yaitu adanya peringatan 3

16
bulanan dan 7 bulanan bagi ibu yang sedang hamil. Sebenarnya ritual yang dilakukan pada
usia kehamilan mencapai 3 bulan dan 7 bulan ini memiliki tujuan yang sangat baik. ketika
usia kehamilan mencapai 3 bulan, pada masyarakat jawa akan dilaksanakan upacara 3
bulanan, menurut agama islam pada usia 3 bulan Allah mulai meniupkan ruh pada janin.
Artinya pada usia ini janin telah memiliki nyawa.

Pada upacara 3 bulanan akan dibacakan do’a do’a yang ditujukan kepada sang calon bayi
yang mulai memiliki kehidupan agar sang calon bayi kelak menjadi anak yang baik dan
berbakti kepada kedua orang tuanya. Untuk upacara yang dilaksanakan ketika usia
kandungan mencapai 7 bulan, ini bertujuan untuk mendo’akan agar proses persalinan yang
akan dihadapi oleh seorang ibu yang sedang hamil menjadi lancar. Karena pada usia ke 7
bulan kehamilan adalah masa persiapan untuk menghadapi persalinan.

Jadi tepat pada usia ini dilakukan do’a yang biasanya dilakukan bersama dengan
masyarakat sekitar untuk mendo’akan keselamatan ibu dan calon bayinya. Inilah sebenarnya
maksud dan tujuan diadakannya upacara 3 bulanan dan upacara 7 bulanan bagi ibu yang
sedang hamil. Upacara ini sangat bermanfaat bagi ibu hamil jika ritual upacara ini dilakukan
dengan kegiatan do’a bersama dan bukan ritual yang mengarah percaya pada hal-hal yang
musyrik. Dalam islam budaya ini diperbolehkan selama tidak menyalahi aturan agama yang
telah terdapat didalam Al-qur’an dan Hadist. Daftar Pustaka Al-Qur’an surat Al-Mu’minun
ayat 12-14 Yusuf, Syamsu dan Sugandhi, Nani M. 2011. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta : Rajawali Press

2.4 Adab Proses melahirkan, ari-ari sebagaimana diapakan dalam islam

Dalam agama Islam, ada beberapa adab atau tuntunan dalam menyambut kelahiran bayi.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya orang tua mendoakan untuk kebaikan bagi bayi yang baru lahir. Bukan hanya
orang tua, bahkan orang lain turut mendoakan ketika mendengar berita kelahiran bayi.
Dalam rubrik www.konsultasisyariah.com dijelaskan, ada beberapa tuntunan doa bagi
bayi yang baru lahir.

17
Dari Abu Musa Ra, beliau mengatakan, “Ketika anakku lahir, aku membawanya ke
hadapan Nabi saw. Beliau memberi nama bayiku, Ibrahim dan men-tahnik dengan kurma
lalu mendoakannya dengan keberkahan. Kemudian beliau kembalikan kepadaku. (HR.
Bukhari 5467 dan Muslim 2145).
Hal yang sama juga dilakukan oleh Rasulullah saw kepada putra Asma bintu Abu Bakr,
yang bernama Abdullah bin Zubair. Sesampainya Asma hijrah di Madinah, beliau
melahirkan putranya, Abdullah bin Zubair. Bayi ini dibawa ke hadapan Nabi saw. Asma
mengatakan, “... Kemudian Nabi saw minta kurma, lalu beliau mengunyahnya dan
meletakkannya di mulut si bayi. Makanan pertama yang masuk ke perut si bayi adalah
ludah Rasulullah saw, kemudian beliau mendoakannya dan dan memohon keberkahan
untuknya” (HR. Bukhari 3909).
Tidak ada teks doa khusus yang isinya permohonan berkah untuk anak. Dalam Fatawa
Syabakah Islam dinyatakan, "Tidak terdapat dalil – sepengetahuan kami – yang
menunjukkan dianjurkannya membaca ayat Al-Quran atau doa tertentu ketika seorang
anak dilahirkan. Baik doa dari ibunya, bapaknya, atau doa dari orang lain" [Fatawa
Syabakah Islam, di bawah bimbingan Dr. Abdullah Al-Faqih, no. 13605].
Karena itu, kita bisa berdoa dengan bahasa apapun yang kita pahami. Misalnya dengan
membaca, “Baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahi kamu) atau semacamnya.

2. Sepengetahuan kami, tidak ada amalan sesuai syariat sebagai persiapan menyambut
kelahiran sehari atau dua hari sebelumnya atau kurang atau lebih dari itu, kecuali doa
kebaikan secara umum, seperti doa keselamatan, kesehatan dan mendapatkan hidayah
dan semisal itu. Allah telah menyebutkan dalam Al-Quran, doa seorang wanita salehah
yaitu istri Imran ketika dia berdoa:

‫ض ْعت ُ َها‬ َ ‫ب إِنِي َو‬ ِ ‫ت َر‬ َ ‫ فَلَ َّما َو‬. ‫طنِي ُم َح َّر ًرا فَتَقَب َّْل ِمنِي إِنَّكَ أ َ ْنتَ الس َِّمي ُع ْالعَ ِلي ُم‬
ْ َ‫ض َعتْ َها قَال‬ ْ َ‫ب إِنِي نَذَ ْرتُ لَكَ َما فِي ب‬ ِ ‫َر‬
‫الر ِج ِيم‬َّ ‫ان‬ ِ ‫ط‬ َّ ‫س َّم ْيت ُ َها َم ْريَ َم َو ِإنِي أ ُ ِعيذُهَا ِبكَ َوذُ ِريَّتَ َها ِمنَ ال‬
َ ‫ش ْي‬ َ ‫ْس الذَّك َُر ك َْاْل ُ ْنثَى َو ِإنِي‬َ ‫ت َولَي‬ْ ‫ض َع‬ َّ ‫أ ُ ْنثَى َو‬
َ ‫َّللاُ أ َ ْعلَ ُم ِب َما َو‬
(36-35 :‫)سورة آل عمران‬

18
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam
kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu
terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui. Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya
Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih
mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak
perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan
untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan
yang terkutuk." (QS. Ali Imran: 35-36)

Berikut ini arahan apa yang anda perlu lakukan di hari kelahiran dan setelah hari itu:

a. Dianjurkan tahnik (mengunyahkan kurma lalu memasukkannya ke mulut) bayi dan


berdoa kebaikan untuknya.

Dari Abu Musa, dia berkata,

‫ فأتيت به إلى النبي صلى هللا عليه وآله وسلم فسماه إبراهيم وحنكه بتمرة ودعا له بالبركة ودفعه‬، ‫ولد لي غًلم‬
(2145 ‫ رقم‬،‫ ومسلم‬5150 ‫ رقم‬،‫إلي )رواه البخاري‬

“Saya mendapatkan kelahiran bayi laki-laki, maka saya mendatangi Nabi sallallahu
alaihi wa sallam dan beliau memberi nama Ibrahim dan mentahniknya dengan kurma.
Kemudian beliau doakan keberkahan dan diserahkan lagi kepadaku.” (HR. Bukhari,
no. 5150 dan Muslim, no. 2145).

Tahnik adalah menaruh sesuatu yang manis di mulut bayi saat lahir seperti kurma
atau madu.

19
b. Memberi nama bayi, dibolehkan pada hari pertama atau hari ketujuh.

Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda,

(3126 ،‫ إبراهيم )رواه مسلم‬،‫ُو ِلد لي الليلة غًلم فسميته باسم أبي‬

“Pada malam hari, lahir untukku anak lelaki maka saya beri nama (dengan nama
ayahku) Ibrahim.” (HR. Muslim, no. 3126).

Dari Aisyah berkata, “Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam beraqiqah untuk Hasan
dan Husain pada hari ketujuh dan memberi nama untuk keduanya.” (HR. Ibnu
Hibban. Dinyatakan sahih oleh Hafidz Ibnu Hajar di Fathul Bari, 9/589, 12/127 dan
Hakim, 4/264)

c. Aqiqah dan khitan.

Dari Salman bin ‘Amir radhiallahu anhu sesungguhya Nabi sallallahu alaihi wa
sallam bersabda,

‫ وأبو‬4214 ‫ رقم‬،‫ والنسائي‬1515 ‫ رقم‬،‫ فأهريقوا عنه دما ً وأميطوا عنه اْلذى )رواه الترمذي‬، ‫مع الغًلم عقيقة‬
396 / 4 ،‫ صححه الشيخ اْللباني رحمه هللا في اإلرواء‬: ‫ والحديث‬.3164 ‫ رقم‬،‫ وابن ماجه‬2839 ‫ رقم‬،‫)داود‬

“Bersama (kelahiran) anak lelaki (hendanya disembelih) aqiqah. Maka tumpahkan


darah (sembelih) untuknya dan hilangkan gangguan darinya.” (HR. Tirmizi, no. 1515,
Nasa’I, no .4214 Abu Dawud, no. 2839 dan Ibnu Majah, no. 3164. Hadits ini
dinyatakan shahih oleh Syekh Al-Albany rahimahullah dalam kitab Al-Irwa, 4/396)

20
Dari Samurah bin Jndub radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa
sallalm bersabda,

1522 ‫ رقم‬،‫ ويحلق رأسه (رواه الترمذي‬، ‫ ويسمى فيه‬، ‫ تذبح عنه يوم سابعه‬، ‫كل غًلم مرتهن بعقيقته‬
،‫ صححه الشيخ اْللباني رحمه هللا في اإلرواء‬: ‫ والحديث‬2838 ‫ رقم‬،‫ وأبو داود‬4220 ‫ رقم‬،‫والنسائي‬
4/385)

“Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelihkan untuknya pada hari


ketujuh (setelah kelahiran), diberi nama dan digundul rambutnya.” (HR. Tirmizi, no.
1522 Nasa’I, no. 4220 Abu Dawud, no. 2838 dan hadits dinyatakan shahih oleh
Syekh Al-Albany rahimahullah dalam kitab Al-Irwa’, 4/385).

Imam Ibnu Qayim rahimahullah mengatakan yang kesimpulannya, “Di antara


manfaat aqiqah adalah: Sebagai bentuk pengorbanan yang dilakukan saat keluarnya
bayi ke alam dunia.”

Membebaskan gadaian bayi, karena ia tergadai dengan aqiqahnya agar dapat memberi
syafaat kepada kedua orang tuanya.

Sebagai tebusan, sebagaimana Allah menebus Ismail dengan kambing kibas.”

(Tuhfatul Maudud, hal. 69)

Bisa juga di antara faedahnya adalah berkumpulnya kerabat dan teman-teman dalam
jamuan makan (walimah).

Adapun khitan ia termasuk bagian dari sunah fitrah, Dia termasuk salah satu
kewajiban terhadap anak karena terkait dengan bersuci yang merupakan syarat sahnya
shalat.

21
Dari Abu Hurairah,

5550 ‫ رقم‬،‫خمس من الفطرة الختان واَلستحداد ونتف اإلبط وتقليم اْلظفار وقص الشارب )رواه البخاري‬
257 ‫ رقم‬،‫)ومسلم‬

“Lima termasuk fitrah. Khitan, mencukur bulu rambut di sekitar kemaluan, mencabut
bulu ketiak, memendekkan kuku dan mencukur kumis.” (HR. Bukhari, no. 5550 dan
Muslim, no. 257).

3. Para ulama menyatakan sunahnya azan pada bayi yang dilahirkan di kuping kanan
sehingga pertama kali yang membuka pendengarannya di dunia ini adalah kalimat tauhid.
Hal itu manfaatkanya agung dan berkah. Adapun iqamah di kuping kiri tidak ada
ketetapannya. (Lihat Silsilah Adh-Dhaifah, 1/491).
4. Mencukur rambut kepala dan memberinya minyak zakfaran setelah itu, hal itu banyak
manfaat kesehatan. Kemudian dianjurkan bersedekah emas atau perak sesuai tiimbangan
rambutnya. Tidak disyaratkan menimbang rambut yang dicukur. Kalau hal ini sulit,
cukup diperkirakan dengan mata uang seharga emas atau perak yang setara dengan
perkiraan timbangan rambut yang dicukur dan bersedekah dengan uang untuk kebaikan.
Kami memohon kepada Allah agar menjaga kami dan anak-anak kami dari setiap
keburukan. Dan semoga Allah karuniakan kesehatan kepada mereka di dunia dan akhirat.
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi kita Muhamad.

2.5 Hukum di Adzankan dan di Beri Nama

1. Pendapat Ulama dalam Masalah Ini


Fuqaha mazhab Syafi’i berpendapat bahwa dianjurkan azan di telinga bayi ketika
lahir. Fuqaha mazhab Hanafi dan Hanbali juga berpendapat demikian.

22
Al-Imam Ibnu ‘Abidin rahimahullah (seorang ulama Hanafi) mengomentari
pendapat al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah, “Sebab, riwayat sahih (hadits Abu Rafi’)
yang tidak bertabrakan dengan dalil lain menjadi sebuah mazhab bagi seorang mujtahid,
meskipun ia sendiri tidak menyatakan dengan tegas.”
Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah (seorang ulama Hanbali) mengatakan,
“Sebagian ulama mengatakan disunnahkan bagi orang tua untuk mengumandangkan azan
di telinga anaknya ketika baru lahir.” Setelah itu Ibnu Qudamah membawakan hadits Abu
Rafi’. (al-Mughni 13/401, Mausu’ah Kuwaitiyah 2/373)
Al-Imam an-Nawawi rahimahullah juga menyebutkan hadits Abu Rafi’ di atas di
dalam kitab beliau al-Adzkar. Setelah itu beliau mengatakan, “Sejumlah ulama dari
mazhab kami (Syafi’i) berpendapat disunnahkan azan di telinga kanan bayi dan iqamat di
telinga kirinya.”
Hadits Abu Rafi’ di atas juga disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di
dalam kitab al-KalimuthThayyib dan Ibnul Qayyim di dalam kitab Tuhfatul Maudud.
Bahkan, Ibnul
Qayyim rahimahullah membuat judul untuk hadits ini, “Disunnahkan azan di
telinga kanan bayi dan iqamat di telinga kirinya.”
Jika kita memerhatikan lebih cermat dan teliti, setiap ulama yang berpendapat azan di
telinga bayi ketika lahir hukumnya sunnah pasti berdalil dan beralasan dengan hadits Abu
Rafi’ di atas. Padahal, kita telah membaca bersama kesimpulan bahwa hadits Abu Rafi’
adalah hadits yang dha’if.
Asy-Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad (Syarah Sunan Abi Dawud 5105)
menyimpulkan, “Jika di dalam pembahasan atau bab ini (azan di telinga bayi) tidak ada
hadits kecuali hadits Abu Rafi’ ini—sementara di dalam sanadnya terdapat seorang
perawi dha’if yaitu ‘Ashim bin Ubaidillah—tidak ada satu pun dalil yang bisa digunakan
sebagai hujah dalam masalah ini.”
Al-Imam Malik rahimahullah berpendapat bahwa azan di telinga bayi ketika lahir
hukumnya makruh. Bahkan, beliau menilainya sebagai perbuatan bid’ah. (Mausu’ah
Kuwaitiyah 2/373)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin (Liqa Bab Maftuh) juga menilai
hadits Abu Rafi’ dhaif.

23
2. Hadits Lain yang Menguatkan Hadits Abu Rafi’
Sebagian ulama yang berhujah dengan hadits Abu Rafi’ menyebutkan dua hadits lain
untuk menguatkan dan mendukung hadits Abu Rafi’.

1. Hadits al-Husain bin Ali radhiallahu ‘anhuma, dikeluarkan oleh Abu Ya’la di
dalam al-Musnad (4/1602), Ibnus Sunni di dalam ‘Amalul Yaum (200/617), dan Ibnu
‘Asakir (16/182/2). Semuanya melalui jalur Yahya bin al-‘Ala ar-Razi, dari Marwan
bin Salim, dari Thalhah bin Ubaidillah al-‘Uqaili, dari al-Husain bin Ali. Lafadz
hadits al-Husain radhiallahu ‘anhu,
“Barang siapa lahir anaknya lalu ia mengumandangkan azan di telinga kanan dan
iqamat di telinga kiri, Ummu as-Shibyan (setan) tidak akan memudaratkannya.”
Asy-Syaikh al-Albani menilai, “Sanad hadits ini maudhu’ (palsu). Yahya bin al-‘Ala
dan Marwan bin Salim adalah pemalsu hadits.”
2. Hadits Ibnu Abbas, dikeluarkan oleh al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman (no. 8620)
melalui jalur Muhammad bin Yunus, dari al-Hasan bin ‘Amr bin Saif as-Sadusi, dari
al-Qasim bin Muthayyib, dari Manshur bin Shafiyyah, dari Abu Ma’bad, dari Ibnu
Abbas radhiallahu ‘anhuma,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumandangkan azan untuk al-Hasan
bin Ali saat lahir. Beliau azan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri.”
Akan tetapi, di dalam sanad hadits ini pun terdapat dua perawi pemalsu hadits, yaitu
al-Hasan bin ‘Amr dan Muhammad bin Yunus. Jadi, hadits ini pun
derajatnya maudhu’ (palsu). (Silsilah adh-Dha’ifah no. 312 dan 6121)
Jelaslah sudah bahwa hadits Abu Rafi’ tetap dihukumi dha’if. Sebab, dua hadits yang
disebutkan sebagai penguat malah lebih parah lagi derajatnya. Kedua hadits tersebut
sama-sama palsu

2.6 Aqiqah

1. Pendapat Ulama tentang Aqiqah

Ada beberapa pendapat tentang hukum aqiqah dari beberapa ulama seperti wajib,
sunnah mu’akkad serta sunnah, berikut ulasan selengkapnya.

24
a. Antara Sunnah dan Wajib
Jumhur atau kebanyakan berpendapat jika aqiqah hukumnya adalah sunnah dan
sebagian lagi adalah wajib dengan alasan berhubungan langsung dengan sembelih
merupakan hal penting. Selama seseorang mampu melaksanakan aqiqah, maka harus
segera dilaksanakan pada hari ke-7 merupakan jawaban terbijak.

b. Berdasarkan Hadits Yang Shohih


Hukum aqiqah menurut pendapat yang terkuat adalah sunnah muakkadah yang
merupakan pendapat jumhur ulama berdasarkan hadits, ada juga ulama yang
memberikan penjelasan jika aqiqah adalah penebus yang artinya aqiqah menjadi
pertanda terlepasnya dari kekangan jin yang ada bersama bayi sewaktu lahir.

c. Aqiqah Sunnah Ditunaikan Untuk Anak


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Semua bayi tergadaikan dengan
aqiqah-nya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama,
dan dicukur rambutnya.” [Shahih, HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan lain-lainnya].
Semua umat muslim tentunya sudah tidak asing dengan amalan dari aqiqah yang
adalah butiran sunnah yang sudah menjadi tradisi bagi seluruh umat muslim di
berbagai belahan dunia sehingga sunnah ini tidak akan punah termakan oleh waktu.

d. Hukum Aqiqah Diwajibkan


Ada sebagian muslim yang mewajibkan amalan aqiqah ini sebab menyambut
kehadiran anak adalah sesuatu hal yang sangat penting khususnya bagi mereka yang
mampu dalam segi finansialnya maka sangat diutamakan untuk melaksanakan aqiqah.

2. Hukum Aqiqah Dengan Dalil Al-Qur’an

Berikut beberapa dalil Al-Qur’an yang terkait dengan hukum melakukan aqiqah menurut
ajaran Islam, Antara lain:

25
1. Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy
Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy berkata jika Rasulullah bersabda, “Aqiqah
dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah
semua gangguan darinya.” [Shahih Hadits Riwayat Bukhari (5472), untuk lebih
lengkapnya lihat Fathul Bari (9/590-592), dan Irwaul Ghalil (1171), Syaikh Albani].
2. Samurah bin Jundab
Dari Samurah bin Jundab berkata jika Rasulullah bersabda, ““Semua anak bayi
tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya di sembelih hewan
(kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.” [Shahih, Hadits Riwayat Abu
Dawud 2838, Tirmidzi 1552, Nasa’I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18,
22, Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya].
3. Aisyah
Aisyah berkata jika Rasulullah bersabda, “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua
kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.” [Shahih, Hadits Riwayat
Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163), dengan sanad hasan].
4. Ibnu Abbas
Ibnu Abbas berkata jika Rasulullah bersabda, “Menaqiqahi Hasan dan Husain
dengan satu kambing dan satu kambing.” [HR Abu Dawud (2841) Ibnu Jarud dalam
kitab al-Muntaqa (912) Thabrani (11/316) dengan sanadnya shahih. Sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Daqiqiel ‘Ied].
5. ‘Amr bin Syu’aib
‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya berkata jika Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran
bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang sama dan untuk
perempuan satu kambing.” [Sanadnya Hasan, Hadits Riwayat Abu Dawud (2843),
Nasa’I (7/162-163), Ahmad (2286, 3176) dan Abdur Razaq (4/330), dan shahihkan
oleh al-Hakim (4/238)].
6. Fatimah binti Muhammad
Fatimah binti Muhammad berkata saat melahirkan Hasan jika Rasulullah bersabda,
“Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak kepada orang miskin seberat
timbangan rambutnya.” [Sanadnya Hasan, Hadits Riwayat Ahmad (6/390), Thabrani

26
dalam “Mu’jamul Kabir” 1/121/2, dan al-Baihaqi (9/304) dari Syuraiq dari Abdillah
bin Muhammad bin Uqoil].

3. Hukum Beserta Tuntunan Pelaksanaan Aqiqah

Berikut beberapa hukum yang diikuti dengan tuntunan dalam melaksanakan aqiqah,
yaitu:
a. Aqiqah Merupakan Syairat Islam
Aqiqah adalah satu yang sudah disyariatkan di dalam agama Islam dan beberapa dalil
yang mengatakan diantaranya adalah hadits Rasulullah saw yang berkata “setiap anak
tertuntut dengan aqiqahnya”.
b. Jumlah Hewan Sembelihan
Hadits lainnya mengatakan jika, “Anak laki-laki (Aqiqah-nya dengan 2 kambing)
sedang anak perempuan (Aqiqah-nya) dengan 1 ekor kambing”.
c. Hukum Aqiqah Merupakan Sunnah
Status hukum aqiqah merupakan sunnah dan hal ini sesuai dengan pandangan dari
kebanyakan ulama seperti contohnya Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad
yang didasari dengan beberapa dalil diatas.
Para ulama tidak mengatakan wajib dengan membuat penyataan jika seandainya
aqiqah adalah wajib, maka kewajiban ini menjadi hal yang sudah diketahui oleh
agama dan Rasulullah juga pastinya sudah memberikan keterangan tentang kewajiban
itu.
Ada beberapa ulama seperti Imam Laits serta Imam Al-Bashri yang mengungkapkan
pendapat jika hukum dari aqiqah merupakan wajib berdasarkan dari 1 hadits yakni
“Kullu ghulamin murtahanun bi ‘aqiqatihi'” yang berarti setiap anak tertuntut dengan
aqiqah.
d. Tidak Mematahkan Tulang Sembelihan
Saat menyembelih, ada hal yang harus diperhatikan yakni tidak mematahkan tulang
dari sembelihan dengan hikmah yang terkandung adalah tafa’ul atau berharap akan
keselamatan tubuh serta anggota badan dari anak tersebut.
e. Hewan Sembelihan Tidak Boleh Cacat

27
Aqiqah yang sah adalah jika sudah memenuhi syarat dari hewan qurban yakni tidak
cacat dan juga sudah masuk ke usia yang sudah disyaratkan dalam Islam. Aqiqah
adalah menyembelih di hari ke-7 sejak kelahiran bayi yang dimaksudkan untuk
bersyukur pada Allah.
Akan tetapi selain kambing, sapi atau unta juga diperbolehkan dengan syarat hanya 1
unta atau 1 sapi untuk 1 orang anak saja, namun sebagian ulama berpendapat jika
aqiqah yang diperbolehkan hanya memakai kambing saja sebab sesuai dengan dalil
Rasulullah saw.
f. Aqiqah Berarti Tali Belenggu Anak
Aqiqah juga mengartikan terbebasnya anak dari tali belenggu yang menjadi
penghalang anak dalam memberikan syafaat pada orangtua dan aqiqah merupakan
menjalankan syair Islam.
Saat menyembelih, maka diniatkan untuk melakukan aqiqah dengan menyebut nama
bayi serta nama bapaknya dan bumbu untuk memasak harus lebih manis dengan
tujuan supaya akhlaknya juga manis dan memang menjadi kesukaan dari Rasulullah
adalah manis serta madu.
g. Mencukur Rambut Sesudah Aqiqah
Mencukur rambut dilakukan sesudah proses aqiqah selesai dilakukan seperti pada haji
dimana tahallul dilaksanakan sesudah qurban. Rambut yang sudah di potong akan
dikumpulkan lalu ditimbang dan beratnya akan dikonversikan dengan emas atau pun
perak.
Rasulullah saw memberi perintah pada Sayyidah Fathimah agar menimbang rambut
Sayyidina Husein dan juga bershadaqah emas dengan berat yang sama dengan berat
rambut sekaligus memberikan hadiah khusus berupa paha atau kaki kambing ke bidan
yang sudah menolong kelahiran.
h. Melanjutkan Dengan Tahnik
Sesudah memotong rambut, maka dilanjutkan lagi dengan memasukkan sesuatu yang
manis ke dalam mulut bayi. Para Shahabat memiliki kebiasaan jika bayi yang baru
saja lahir akan langsung dibawa ke hadapan Rasulullah saw.
Beliau kemudian akan memerintahkan untuk diambilkan kurma lalu mengunyahnya
sampai halus dan mengambil sedikit dari mulut-Nya lalu memberikannya ke mulut

28
bayi dengan cara menyentuh langit-langit mulut bayi sehingga akan langsung di
hisap.
Ada 2 hal yang terkandung dalam hal ini yakni karbohidrat atau glukosa merupakan
sumber kekuatan dari fisik serta ludah dari Rasulullah yang akan memberikan berkah.
Sunnah ini lalu diteruskan oleh umat muslim yakni dengan mentahnikkan bayi pada
para ulama.
i. Ucapan Selamat dalam Acara Aqiqah
Dengan mengucapkan selamat pada acara aqiqah dengan kehadiran anggota baru di
dalam keluarga akan membuahkan kesan yang haru dan juga mendalam untuk
keluarga yang bersangkutan.
Barakallahu laka fil mauhubi laka wasyakartal wahiba wabalagha asyaddahu
waruziqat birrahu, yang memiliki arti:
“Mudah2an Allah melimpahkan berkah, dan Anda makin mensyukuri Dzat
Pemberinya. Semoga si anak ini mencapai kedewasaannya dan engkau dikaruniai
baktinya”.
“Barakallahu laka wabaraka alaika “atau” ajzalallahu tsawabaka”
Artinya : “Semoga kalian juga diberkahi Allah. atau Semoga Allah memberimu
balasan pahala yang besar”.
Aqiqah merupakan bentuk dari pendekatan diri pada Allah serta bentuk ungkapan
syukur karena anugerah yang sudah Allah berikan dengan kelahiran seorang anak.
Aqiqah juga menjadi cara untuk menunjukkan perasaan gembira dalam melakukan
syariat Islam serta menambah keturunan kaum mukmin sehingga umat Rasulullah saw
bisa semakin di perbanyak sampai hari kiamat datang. Semoga bisa bermanfaat.

2.7 Hukum Acara 1 Tahun Ketika Sudah Bisa Jalan Tapak Bumi

Hukum asal adat atau kebiasaan manusia adalah boleh sampai ada dalil yang melarang.
Ini kaedah penting dari kaedah fikih yang patut diingat.

Selanjutnya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan di bait syairnya,

‫واألصل في عاداتنا اإلباحة حتى يجيء صارف اإلباحة‬

29
“Hukum asal adat kita adalah boleh selama tidak ada dalil yang memalingkan dari hukum
bolehnya.“

Para ulama memberikan ungkapan lain untuk kaedah di atas,

‫األصل في العادات اإلباحة‬

“Hukum asal untuk masalah adat (kebiasaan manusia) adalah boleh.”

Ibnu Taimiyah berkata,

َ ‫ظ ُر ِم ْن َها اإَل َما َح‬


‫ظ َرهُ ا‬
ُ‫ّللا‬ ِ ‫ص ُل فِي ْالعَادَا‬
َ ْ‫ت ََل يُح‬ ْ َ ‫َو ْاأل‬

“Hukum asal adat (kebiasaan masyarakat) adalah tidaklah masalah selama tidak ada yang
dilarang oleh Allah di dalamnya” (Majmu’atul Fatawa, 4: 196).

Yang dimaksud dengan adat di sini apa?

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

ُ‫س ْب َحانَه‬ ‫ظ َرهُ ا‬


ُ ُ‫ّللا‬ ْ ‫عدَ ُم ْال َح‬
ُ ْ‫ظ ِر فَ ََل يَح‬
َ ‫ظ ُر ِم ْنهُ اإَل َما َح‬ ْ َ ‫اس فِي د ُ ْنيَا ُه ْم ِم اما يَحْ ت َاجُونَ إلَ ْي ِه َو ْاأل‬
َ ‫ص ُل فِي ِه‬ َ ‫َوأ َ اما ْالعَادَاتُ فَ ِه‬
ُ ‫ي َما ا ْعت َادَهُ النا‬
‫َوتَعَالَى‬

“Adat adalah kebiasaan manusia dalam urusan dunia mereka yang mereka butuhkan. Hukum asal
kebiasaan ini adalah tidak ada larangan kecuali jika Allah melarangnya.” (Majmu’atul Fatawa,
29: 16-17)

Kebiasaan manusia yang dimaksudkan adalah makan, minum, berpakaian, berjalan, berbicara,
dan kebiasaan lainnya. Kebiasaan tersebut barulah terlarang jika ada dalil tegas, dalil umum, atau
adanya qiyas yang shahih.

Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫ه َُو الاذِي َخلَقَ لَ ُك ْم َما فِي ْاأل َ ْر‬


‫ض َج ِميعًا‬

30
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (QS. Al Baqarah: 29).
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan bagi kita segala sesuatu dan itu halal untuk
dimanfaatkan dengan cara pemanfaatan apa pun.

Dari Sa’ad bin Abi Waqqosh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ فَ ُح ِر َم ِم ْن أَجْ ِل َم ْسأَلَتِ ِه‬، ‫ش ْىءٍ لَ ْم يُ َح ار ْم‬ َ ‫ظ َم ْال ُم ْس ِل ِمينَ ُج ْر ًما َم ْن‬


َ ‫سأ َ َل َع ْن‬ َ ‫إِ ان أ َ ْع‬

“Sesungguhnya kesalahan terbesar dari kaum muslimin adalah jika ia bertanya tentang sesuatu
yang tidak diharamkan, namun ia haramkan karena suatu kepentingan” (HR. Bukhari no. 7289
dan Muslim no. 2358).

Guru kami, Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri berkata, “Hukum asal adat adalah boleh,
tidak kita katakan wajib, tidak pula haram. Hukum boleh bisa dipalingkan ke hukum lainnya jika
(1) ada dalil yang memerintah, (2) ada dalil yang melarang.” (Syarh Al Manzhumah As
Sa’diyyah, hal. 88).

2.8 Hukum sunat untuk wanita dan laki-laki dalam segi kesehatan dan agama

Praktek khitan atau penyunatan para gadis masih berlangsung di beberapa Negara Arab
seperti Mesir, Sudan, Yaman dan sebahagian Negara Teluk dan bahkan di Indonesia
sekalipun. Arti penting yang diberikan oleh keperawanan dan selaput darah yang utuh pada
masyarakat, ini merupakan sebuah alasan mengapa khitan perempuan masih dijalankan
secara luas meski tumbuh kecendrungan saat ini untuk meninggalkannya karena dianggap
ketinggalan dan membahayakan.
Dibalik makna penyunatan terdapat kepercayaan bahwa dengan membuang bagian-
bagian tertentu dari organ kelamin luar seorang gadis, hasrat seksual bisa dikurangi. Ini
mengharuskan seorang wanita yang mencapai usia rawan puberitas dan keremajaan untuk
menjaga keperawanannya serta kehormatannya dengan sangat hati-hati.
Khitan sering dilaksanakan pada anak-anak perempuan saat berusia tujuh atau delapan
tahun (sebelum memasuki masa menstruasi). Praktek khitan pada masa dahulu atau di
pedesaan lebih mengandalkan tenaga dukun setempat sehingga banyak terjadi kasus
komplikasi yang muncul akibat operasi primitif yang membahayakan jiwa seorang gadis.

31
Bagi beberapa dukun khitan yang bodoh percaya bahwa penyunatan yang efektif
memerlukan potongan yang dalam dengan sebuah silet untuk menjamin pemotongan klitoris
yang sempurna agar tidak ada bagian organ sensitive seksual yang tersisa. Dengan demikian
pendarahan yang banyak menjadi peristiwa yang biasa bahkan terkadang mengakibatkan
kematian. Para dukun khitan tidak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang penyucian
kuman sehingga terjadi peradangan sebagai akibat operasi. Fenomena tersebut menjadi
tekanan psikologis sepanjang hidup dari prosedur kejam ini yang konsekuensinya
meninggalkan bekas dalam kepribadian si anak sehingga ia menginjak usia remaja dan
dewasa.
Walaupun demikian mayoritas keluarga masih menjalankan operasi khitan yang kejam
dan ganas terhadap anak-anak perempuan, karena sebagian besar dari mereka tidak
mengetahui bahaya yang ditimbulkan atas praktek khitan dan kebanyakan dari mereka
berpendapat bahwa khitan itu baik bagi kesehatan seseorang sekaligus mendukung
kebersihan dan kesucian. Meski kenyataannya persentase wanita berpendidikan yang
melaksanakan khitan hanya 66, 2 % bila dibandingkan dengan 97, 5 % dari wanita-wanita
yang tidak berpendidikan, namun yang berpendidikan pun tidak menyadari bahwa
pemotongan klitoris ini mempengaruhi kesehatan seksual dan psikologis mereka.
ejarah khitan bagi perempuan muncul dari permulaan sistem kelas, merebaknya paham
patrirkhi dan sistem perkawinan yang hanya membolehkan perempuan kawin dengan satu
laki-laki. Sejak awal, komunitas masyarakat penghambaan telah memahami konsep
patriarkhi tidak bisa berjalan tanpa adanya sistem yang mewajibkan perempuan kawin
dengan satu laki-laki, serta pembebasan laki-laki untuk berpoligami. Tidak mungkin
menetapkan sistem ini tanpa adanya undang-undang yang mengatur, terperinci mengekang
perempuan di dalam dan diluar rumah, sehingga laki-laki tidak ragu akan identitas kebapakan
bagi anaknya. Dari sinilah timbul praktek khitan untuk mengurangi gairah seksual
perempuan dalam dirinya, sehingga dapat meluangkan waktunya untuk berbakti terhadap
keluarga dirumah dan diharapkan daya seksualnya tidak menghambat pekerjaan rumah atau
mendorongnya untuk berselingkuh dengan laki-laki yang bukan suaminya.
Praktek khitan pada dasarnya bukan satu-satunya praktek yang legal, moralitas dan ekonomis
diantara praktek-praktek yang lain yang sengaja diciptakan untuk menjauhkan perempuan
dari kehidupan umum di bawah kekuasaan suami. Dilihat dari undang-undang perkawinan

32
mewajibkan perempuan untuk dirumah dan tidak boleh keluar untuk bekerja yang
mendapatkan upah atau bepergian kecuali mendapat izin suaminya. Perempuan harus bekerja
dirumah tanpa upah dan bergantung pada suaminya dengan taat dan patuh sebagai
kompensasi atas pemberian nafkah. Perempuan juga diwajibkan untuk menutup tubuhnya
dengan hijab sehingga tidak ada laki-laki lain yang melihatnya.
Fenomena di atas mungkin bagi sebahagian orang diterjemahkan sebagai bentuk
pemaksaan dan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan yang hanya sekedar
pembuktian laki-laki akan patriarkhinya, dan hanya berupa mencantumkan nama bapak pada
anak-anaknya dan bukan nama ibunya. Segala bentuk kekerasan terhadap perempuan baik
berupa khitan, hijab atau lainnya tidak bersumber dari agama Islam, Nasrani atau lainnya.
Akan tetapi tumbuh dari budaya masyarakat penghambaan yang ada di Timur dan Barat.
Beberapa peneliti dalam bidang kedokteran jiwa telah melakukan penelitian terhadap
pengaruh khitan terhadap kesehatan jiwa perempuan. Hasil penelitian ini sangat kontroversial
dan menimbulkan goncangan pada studi ilmu kedokteran, karena banyak ditemukan
kenyataan khitan terhadap perempuan berbahaya. Salah satu penelitian yang pernah
dilakukan adalah penelitian dari Dr. Mahmud Karim dan Dr. Rusydi Ammar yang
melibatkan 651 wanita yang dikhitan selama masa kanak-kanak, hasil penelitiannya adalah
sebagai berikut:
a. Khitan adalah sebuah operasi dengan efek yang membahayakan kesehatan wanita serta
menyebabkan kejutan seksual pada diri seorang gadis, juga mengurangi kemampuan
seorang wanita untuk mencapai puncak kenikmatan seksualnya dan sedikit berpengaruh
dalam mengarungi hasrat seksual.
b. Pendidikan membantu mengatasi meluasnya praktek khitan perempuan karena orang tua
yang berpendidikan memiliki kecendrungan yang meningkat untuk menolak operasi bagi
putri-putrinya. Sebaliknya, keluarga yang tidak berpendidikan masih menjalankan khitan
untuk mematuhi tradisi dan kepercayaan bahwa pembuangan klitoris dapat mengurangi
hasrat seksual seorang gadis dan membantunya mempertahankan keperawanan dan
kesucian sampai saatnya menikah.
c. Tidak ada kebenaran apapun dalam batasan bahwa penyunatan perempuan membantu
mengurangi penyakit kanker pada organ kelamin luar.

33
d. Penyunatan wanita dalam segala bentuk dan tingkatannya khususnya empat tingkatan
yang dikenal dengan pemotongan klitoris selalu disertai dengan komplikasi langsung
seperti radang, pendarahan, gangguan pada saluran kencing, pembengkakan yang dapat
menghalangi keluarnya kencing atau pembengkakan vagina.
e. Menstruasi yang dilakukan oleh gadis-gadis yang disunat (khitan) lebih sedikit daripada
yang tidak mengalami operasi khitan.
Kesimpulan penelitian yang dilakukan peneliti di atas seperti tidak ada keraguan untuk
menyebutkan bahwa penyunatan adalah sumber tekanan psikologis dan seksual dalam
kehidupan perempuan serta menyebabkan berbagai ikatan prioditas seksual menurut kondisi
wanita yang bersangkutan.
Kebanyakan orang berpendapat bahwa khitan perempuan baru dimulai saat lahirnya
Islam. Padahal kenyataannya penyunatan sudah dikenal luar di beberapa daerah sebelum
periode Islam, termasuk di semenanjung Arab. Nabi Muhammad SAW mencoba menentang
kebiasaan ini karena menganggap hal itu membahayakan kesehatan seksual wanita. Hal ini
terdapat dalam hadis yang artinya:
Hadis diriwayatkan dari Sulaiman Ibnu Abdur Rahman al-Dimasqi dan Abdul Wahab
Ibnu Abdul Rahim al-Asyja’I keduanya telah mengatakan, telah dikabarkan kepada kami dari
Marwan telah dikabarkan kepada kami Muhammad ibnu Hasan sebagaimana telah dikatakan
Abdul Wahab al-Khufi dari Abdul Malik Ibnu ‘Umair dari Ummi ‘Athiyyah al-Anshariyyah
“bahwa seorang perempuan telah dikhitan di kota Madinah, telah berkata Rasulullah SAW
kepada Ummi ‘Athiyyah: janganlah kamu menyakiti, karena yang demikian itu (khitan
tersebut) adalah bagian terpenting bagi perempuan karena yang demikian itu (klitoris) adalah
merupakan sesuatu yang sangat disenangi oleh suaminya.
Hadis di atas dipahami bahwa orang Madinah juga memiliki tradisi mengkhitankan anak
perempuan dan Rasul mengingatkan agar dilaksanakan secara hati-hati dan jangan sampai
menyakiti. Dalam kitab Musnad Ahmad bin Hambali ditemukan hadis bahwa khitan itu
sunnah bagi laki-laki dan dipandang mulia bagi perempuan. Hadis pertama dianggap lemah
oleh Abu Daud sendiri dan diklasifikasi sebagai hadis mursal, yaitu hadis yang kehilangan
mata rantai riwayat karena tidak ditemukan di antara para sahabat nabi. Selain itu, hadis ini
hanya ada dalam Sunan Abu Daud dan tidak ada dalam kompilasi hadis terkemuka lainnya.

34
Oleh banyak kalangan muslim, hadis ini dianggap rendah kredibilitasnya. Sayyid Sabiq,
penulis kitab Fiqh as-Sunnah, menyatakan semua hadis berkaitan dengan sunat perempuan
tidak otentik. Muhammad Sayyid Tantawi, Syaikh besar al-Azhar di Mesir, mengatakan
bahwa praktek khitan perempuan ini bukan Islami. Praktek ini dilarang Menteri Kesehatan
Mesir pada tahun 1996.
Hadis di atas mengindikasikan bahwa khitan perempuan dipandang oleh Rasulullah
SAW, sesuatu yang sangat pribadi dan jangan melampaui batas dan menyakiti dalam
pelaksanaannya, karena khitan perempuan itu kemuliaan bagi perempuan dan lebih disenangi
oleh suami. Sebuah nasehat yang diberikan kepada Ummu ‘Atha’ seorang wanita yang
melakukan pekerjaan sebagai penyunat dan pembuat tato “bila kamu menyunat, ambillah
hanya sebagian kecil dan sisakanlah dari pemotongan itu sebagian besar klitoris, wanita akan
senang dan gembira serta lebih membahagiakan suaminya bila kenikmatannya sempurna.
Khitan sangat erat kaitannya dengan budaya Semitik (Yahudi, Kristen dan Islam).
Sampai saat ini khitan masih dilaksanakan oleh penganut Yahudi dan sebagian penganut
Kristen dari sekte Koptik. Bagi penganut Kristen di Eropa dan Amerika khitan tidak populer
sebagai anjuran keagamaan.
Menurut Islam maupun Koptik Kristen dan terutama Yahudi, khitan bermula pada tradisi
Nabi Ibrahim. Patriarkhi Ibrahim AS melakukannya sebagai simbol dan pertanda ikatan
perjanjian suci atau dalam bahasa Islamnya mitsaq, antara Nabi Ibrahim dengan Allah.
Anjuran khitan, menurut penganut Yahudi dan Koptik Kristen, merujuk kepada penafsiran
teks Perjanjian Lama. Khitan menurut tradisi asalnya menunjuk kepada arti dan esensi
mendalam lagi suci. Ia merupakan symbol dari suatu pengalaman spiritual yang sangat
berarti. Membedah kulit atau membukanya dilambangkan sebagai membuka tabir kebenaran
yang selama ini kabur diliputi kabut tebal. Ia merupakan pertanda bahwa “stempel” Tuhan
telah ditransplansikan dalam jiwa setiap orang yang melaksanakannya. Penyingkapan tabir
tersebut tidak lain adalah perjanjian suci yang diikat oleh Nabi Ibrahim AS dengan Allah
yang selanjutnya diikuti oleh pengikutnya.
Khitan bagi perempuan disebabkan karena tradisi Nabi Ibrahim untuk mengikat
perjanjian suci dengan Tuhan, tidak hanya terbatas bagi pria. Menurut penafsiran di atas,
khitan (simbol ikatan suci) ini adalah suatu kehormatan bagi yang melaksanakannya, baik
bagi laki-laki maupun perempuan.

35
Hal ini mengindikasikan bahwa penyunatan para gadis bukanlah berasal dari tradisi Islam
yang tidak ada hubungannya dengan agama-agama Monoteis tetapi dipraktekkan secara luas
dalam masyarakat yang berlatar belakang keagamaan yang beragam, di Negara-negara Timur
dan Barat serta di antara orang-orang yang mengimani agama Kristen, Islam bahkan Atheis.
Jika diruntut ke masa lalu di bawah kekuasaan Pharaoh dari Mesir Kuno dan Herodotus
menyebutkan adanya penyunatan perempuan 700 tahun sebelum Kristen lahir dan inilah
sebabnya mengapa operasi yang dilakukan di Sudan bernama “pemotongan Pharaoh”.
Pada tahun 1997 beberapa tokoh agama di Mesir meminta keputusan Menteri Kesehatan,
tentang pelarangan khitan bagi perempuan, padahal praktek khitan bagi laki-laki masih
diperbolehkan dan menjadi keharusan bagi semua anak kecil laki-laki muslim atau Kristen
Katolik. Salah satu tokoh agama membolehkan bahwa khitan bagi perempuan adalah untuk
menjaga kehormatannya, karena dengan khitan bisa mengurangkan gairah seksual
perempuan. Dengan demikian, seorang perempuan tidak memintanya kepada laki-laki, akan
tetapi sebaliknya kaum laki-lakilah yang meminta kepada perempuan, karena seorang laki-
laki tidak menyukai perempuan yang memintanya.
Khitan sangat bermanfaat bagi perempuan, menjaga dari kuatnya dorongan seksual
klitoris. Jika perempuan duduk di punggung onta, maka syahwatnya tidak akan meledak,
karena jika onta tersebut bergerak jalan, maka bangkitlah gairah seksual perempuan dengan
gesekan klitoris terhadap punggung onta. Dengan demikian mengapa perempuan-perempuan
kota di khitan? Padahal mereka sekarang tidak naik onta, tapi naik mobil, kereta api dan
pesawat terbang. Kemudian bagaimana halnya dengan alat kelamin laki-laki yang bergesekan
dengan punggung onta? Apakah harus dipotong sebagian alat kelaminnya sehingga tidak
bergejolak nafsu seksualnya.
Organ seks dalam perspektif laki-laki dan perempuan adalah hal yang penting, karena ia
merupakan sumber kenikmatan seksual, akan tetapi inti sebenarnya bukanlah terletak pada
organ seks semata melainkan pada akal manusia sebagai kontrol terhadap dorongan seksual.
Ini berarti bahwa akal manusia mengatur gairah seksualnya, kalau tidak maka kita hidup
sebagai masyarakat yang tidak berperadaban dimana laki-laki dan perempuan hanya
melampiaskan kenikmatan sebagaimana ia mengendarai onta atau sepeda.
Tradisi khitan bagi perempuan merupakan warisan turun temurun dan disertai dengan
alasan bahaya kesehatan yang berbeda. Walaupun tidak ada satu pun ayat al-Qur’an yang

36
menyebutkan kewajiban khitan bagi laki-laki atau perempuan, akan tetapi tradisi khitan telah
menjamur di seluruh kaum muslimin. Ada perbedaan paradigma ahli fiqh tentang khitan serta
hakikat khitan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Sebagian ada yang mengatakan bahwa ia
dilahirkan dalam keadaan sudah di sunat. Ada beberapa legenda Yahudi yang tersebar di
beberapa wilayah lewat jalan peradaban, antara lain bahwa Tuhan menciptakan para nabi
dalam keadaan suci dan sudah di khitan dan kulup yang menempel pada tubuh mereka
terlepas ketika dilahirkan sebagaimana tali pusar dan ari-ari bayi. Namun, terbukti bahwa
kulup ini tidak terlepas dari tubuh Ibrahim dan tidak diketahui rahasia ini kecuali oleh Sarah
saat Ibrahim berumur 99 tahun.
Pada permulaan abad 20, Muhammad Abduh mengecam praktek khitan bagi laki-laki dan
perempuan karena diangapnya sebagai tradisi Yahudi yang tidak ada hubungannya dengan
Islam. Kemudian pada awal tahun 90-an, Syekh Mahmud Syaltut mendukung pendapat
Abduh dengan pendapat bahwa khitan hanya sekedar mencari-cari dalil dan tidak
diperintahkan oleh Allah kecuali untuk orang-orang Yahudi.
Pendapat lain bahwa khitan bagi laki-laki dan perempuan adalah syarat wajib bagi
kesucian karena tidak diterima sholat seseorang yang tidak disunat, baik laki-laki maupun
perempuan. Ada juga yang berpendapat bahwa setan bersembunyi di belakang klitoris
perempuan atau dibelakang kulup laki-laki, oleh sebab itu harus dipotong untuk
mengeluarkan kelenjar setan. Begitu pula ada yang berpendapat bahwa setan bersembunyi di
belakang rambut sekitar alat kelamin, karena itulah jika tidak dikhitan seseorang menjadi
tidak suci dan sholatnya tidak diterima oleh Allah.
Agama, jika melirik ajaran-ajarannya yang asli tetap berpihak kepada tujuan kebenaran,
persamaan, keadilan, cinta dan kehidupan sehat yang bermanfaat bagi semua orang baik laki-
laki atau perempuan. Bukanlah agama sejati namanya bila bertujuan membawa penyakit,
memotong anggota tubuh anak perempuan dan membuang sebagian penting dari organ
seksualnya.
J ika organ berasal dari Tuhan, bagaimana mungkin ia menyuruh manusia memotong
sebuah organ yang Ia ciptakan, padahal organ itu bukanlah penyakit atau cacat. Tuhan
tidaklah menciptakan klitoris sebagai organ seksual yang sensitif, yang fungsi satu-satunya
agar mendapatkan kenikmatan semacam itu, juga normal dan sah bagi wanita maka dari itu

37
menjadi sebuah bagian yang integral dalam kesehatan mental. Kesehatan fisik dan mental
wanita tidak lengkap bila mereka tidak merasakan kenikmatan cinta.
Pada konteks hari ini masih banyak ayah dan ibu yang khawatir membiarkan klitoris
tetap utuh di tubuh putri-putrinya. Para orang tua banyak mengira penyunatan adalah usaha
untuk melindungi anak gadis mereka agar menghindari kekeliruan penyimpangan yang akan
menjerumuskan seorang gadis. Pola pikir seperti ini jelas keliru dan bahkan berbahaya
karena yang melindungi seorang anak laki-laki dan perempuan dari berbuat salah, bukanlah
pembuangan sepotong daging kecil dari tubuhnya, melainkan pemahaman dan kesadarannya
terhadap persoalan yang dihadapi serta tujuan hidup yang berfaedah yaitu tujuan yang
memberi arti.
Semakin tinggi kesadaran yang kita capai, lebih dekat pula tujuan hidup kita kepada
dorongan-dorongan dan nilai-nilai kemanusiaan, serta semakin besar pula keinginan kita
untuk meningkatkan kehidupan dan kualitasnya ketimbang memperturutkan keinginan kita
pada kepuasan jasmani dan kenikmatan inderawi, meskipun hal ini juga penting dalam
kehidupan.
Dalam kehidupan seorang wanita yang cerdas dan merdeka, seks tidak menempati
kedudukan yang tidak sepadan melainkan cenderung sekedar untuk mempertahankan diri
dalam batas-batas yang normal. Sebaliknya, kebodohan, penindasan, ketakutan dan segala
bentuk pembatasan akan membesarkan norma seks dalam kehidupan para gadis atau wanita,
akan menyebabkan membesarnya porsi seks dalam hidupnya yang akhirnya menguasai
seluruh atau hampir seluruh kehidupannya.
Secara psikologis, khitan dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan sensitivitas
jaringan di daerah genital, terutama klitoris, guna mengurangi gairah seks perempuan,
menjaga keperawanan sebelum menikah dan agar setia dalam pernikahan. Nawal al-
Sa’adawi, dokter feminis Muslim dari Mesir yang menjadi korban infibulasi, dalam bukunya
yang berjudul “al-Mar’ah wa al-Jisn (Perempuan dan Seks)”, mengaitkan sunat atau khitan
dengan anggapan masyarakat tentang pentingnya keperawanan dan utuhnya selaput darah.
Dia membandingkan sunat perempuan dengan kastrasi atau pengebirian para kasim
penjaga harem, yang membuat mereka tidak memiliki gairah seks. Menurut Nawal al-
Sa’adawi khitan memiliki dampak langsung adalah rasa sakit, pendarahan, syok, tertahannya
urine, serta luka pada jaringan sekitar. Pendarahan dan infeksi dapat mengakibatkan

38
kematian. Dampak jangka panjang termasuk timbulnya kista dan abses, keloid dan cacat, rasa
sakit saat hubungan seksual, disfungsi seksual serta kesulitan saat melahirkan. Dari sisi
psikologi dan psikologi seksual, sunat dapat meninggalkan dampak seumur hidup dan
perempuan dapat mengalami depresi, ketagangan serta rendah diri atau merasa tidak
sempurna.
Islam adalah agama yang menjaga integritas manusia, baik secara lahir maupun batin.
Pemotongan organ tubuh melanggar integritas ini dan merendahkan ciptaan Allah yang
dipandang sempurna dan tidak perlu disempurnakan lagi. Tidak ada perintah dalam al-Qur’an
atau hadis agar klitoris dipotong atau dimodifikasi. Ini adalah ciptaan Allah dan karenanya
tidak boleh dipotong atau dikurangi ukuran maupun fungsinya.
Sunat perempuan merupakan pelanggaran hak perempuan karena menghapus kenikmatan
yang merupakan karunia Allah. Dalam bentuk apapun, sunat telah ada jauh sebelum Islam;
dipraktekkan pada zaman Jahiliyyah dan zaman Nabi Muhammad SAW oleh suku-suku
tertentu. Sebagai tradisi yang sudah jauh sebelumnya, sunat tidaklah diperkenalkan oleh
Islam. Al-Qur’an tidak menyebut tentang sunat, baik bagi laki-laki atau perempuan. Yang
ada dalam al-Qur’an adalah ajaran tentang hubungan seks dalam pernikahan yang merupakan
kenikmatan bersama sebagai karunia Allah.
Kasus Indonesia praktek menyunat telah dilaksanakan sejak berabad-abad yang lalu, baik
terhadap laki-laki maupun perempuan. Tetapi, akibat sunat pada laki-laki dan perempuan
sangat berbeda. Pada anak laki-laki, jelas apa yang harus dikerjakan dan dengan
melaksanakan sunat terbukti manfaatnya yaitu menghindarkan berbagai penyakit. Bila dilihat
dari segi agama, dalam al-Qur’an maupun hadis nabi jelas. Sunat pada perempuan sangat
tidak jelas tentang apa yang harus dikerjakan, sehingga mengundang berbagai interpretasi
mulai dari tindakan yang radikal (memotong sebagian atau seluruh klitoris dari labia minor)
sampai tindakan yang hanya simbolis seperti mengusap dengan kunyit atau memotong
jengger ayam. Pada sunat perempuan juga hukumnya tidak jelas hanya berupa kias saja.
Masalah lain dalam sunat perempuan yang mendapat perhatian adalah mitos-mitos yang
mendasari pelaksanaan sunat perempuan, yang pada umumnya alasannya sangat melecehkan
perempuan, misalnya mitos bahwa bila anak perempuan tidak disunat, maka ia akan jadi
genit (centil) atau nakal. Ada juga alasan yang sangat mengarah kepada egosime laki-laki
mengakibatkan kekerasan pada perempuan seperti yang dilaksanakan beberapa Negara,

39
terutama Afrika, sunat perempuan itu dilaksanakan dengan memotong seluruh atau sebagian
alat kelamin perempuan, kemudian dijahit dan hanya meninggalkan sedikit lubang untuk
buang air kecil dan menstruasi, atau disebut Female Genital Mutilation (FGM). Tujuan dari
pelaksanaan FGM ini bermacam-macam antara lain adalah:
a. Menjadikan perempuan lebih feminim, karena bagian yang dibuang dipercaya sebagai
bagian laki-laki yang melekat pada perempuan.
b. Mengontrol kegiatan seksual perempuan, dengan dilaksanakan FGM perempuan sudah
tidak mempunyai hasrat seksual.
c. Menjadikan perempuan harus tunduk kepada laki-laki.
Pemotongan alat kelamin perempuan sangat berbahaya, karena dapat berakibat
pendarahan dan infeksi. Selain itu dengan pemotongan alat kelamin ini, perempuan tidak
dapat menikmati kehidupan reproduksinya, oleh karena itu pelaksanaan FGM ini merupakan
kekerasan terhadap perempuan, dan juga merupakan usaha untuk menghilangkan hak
reproduksi dan hak seksualitas perempuan. Indonesia sempat dicurigai melaksanakan
kekerasan terhadap perempuan, karena di beberapa daerah terdapat pelaksanaan “sunat
terhadap perempuan”. Akan tetapi setelah dilaksanakan beberapa penelitian, ternyata sunat
perempuan di beberapa daerah di Indonesia hanya berupa pelaksanaan simbolis yang
dilaksanakan oleh dukun beranak atau dukun tradisional (mengulas kunyit pada kemaluan
perempuan, memotong jengger ayam sebagai lambang dan lain-lain).
Dari segi hukum agama terutama hukum Islam, pelaksanaan sunat perempuan ini masih
terdapat berbagai silang pendapat. Ada yang mengatakan merupakan “sunat” dalam agama
Islam yang kedudukannya sama dengan sunat pada laki-laki, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa sunat perempuan hanyalah budaya atau kebiasaan adat istiadat turun
temurun, namun hadis Nabi telah mengindikasikan bahwa khitan perempuan dipandang
sebagai sesuatu yang sangat pribadi dan jangan melampaui batas dan menyakiti dalam
pelaksanaannya, karena khitan perempuan itu kemuliaan bagi perempuan dan pada dasarnya
pemberdayaan perempuan adalah meningkatkan kemampuan perempuan dalam bidang
pendidikan, kesehatan dan perekonomian.

40
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seorang bayi yang baru lahir adalah sebuah anugrah terindah yang di berikan Allah
kepada sepasang suami istri, dengan kehadiran bayi di sekeliling mereka menghadirkan
kebahagiaan keluarga, selain itu bayi merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga dan
dibina agar kelak menjadi anak yang sholeh dan solehah , pejuang umat, dan meneruskan
perjuangan Rasulullah SAW. Oleh karena seorang bayi yang baru lahir harus menjalankan
Adzan dan Iqomah, Tahnik, mencukur rambut, Aqiqah, dan yang terakhir pembaerian nama
sesuai dengan perintah yang allah berikan.

41
DAFTAR PUSAKA

Risalah fil Qowa’id Al Fiqhiyyah, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Pensyarh: Dr.
Su’ud bin ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Al Ghorik, terbitan Dar At Tadmuriyyah, cetakan
pertama, tahun 1432 H.
Syarh Al Manzhumatus Sa’diyah fil Qowa’id Al Fiqhiyyah, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir bin
‘Abdul ‘Aziz Asy Syatsri, terbitan Dar Kanuz Isybiliya, cetakan kedua, 1426 H.
https://rumaysho.com/8197-kaedah-fikih-16-hukum-adat-kebiasaan-manusia-asalnya-
boleh.html, 6 Oktober 2019

Kompasiana. 2014. Tuntunan Menyambut Kelahiran Anak Secara Islam.


https://www.kompasiana.com/amp/pakcah/tuntunan-menyambut-kelahiran-anak-secara-
islam_54f6cfaca3331118158b46e8, 6 Oktober 2019

Islam, Dalam. 2017. Hukum Aqiqah dalam Islam.


https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-aqiqah-dalam-islam/amp, 6 Oktober 2019

Kompasiana. 2014. Khitan Bagi Perempuan di Tinjau dari Kesehatan dan Islam.
https://www.kompasiana.com/amp/aufklarung/khitan-bagi-perempuan-ditinjau-dari-kesehatan-
dan-islam_552b74786ea834c7538b45b2, 6 Oktober 2019

42

Anda mungkin juga menyukai