Anda di halaman 1dari 12

BAHASA INDONESIA

“EYD EJAAN YANG DISEMPURNAKAN”


KELOMPOK 2

Nama Kelompok :
1. Ni Putu Sri Mulyani
2. Ni Putu Ayu Viana Dewi
3. Ni Kadek Mirah Antari
4. Febriyani Thesariana
5. Ni Kadek Dwi Krismayanthi
6. I Wayan Wisnawa
7. Kadek Arya Andi Martha
8. I Made Jeri Adi Pratama
9. Komang Restu Penabean
10. I Made Dwi Korniawan
SINGKATAN DAN AKRONIM
Singkatan dan akronim adalah kependekan dari kata atau gabungan kata. Perbedaan antara
singkatan dan akronim adalah bentuk singkatan dilafalkan huruf per huruf, sedangkan
akronim dilafalkan sebagai suku kata.

Beberapa pola singkatan dan akronim :

A. Akronim (dieja menurut suku kata)

1. Akronim yang unsur-unsurnya terdiri atas huruf-huruf besar. Huruf-huruf


besar yang membentuknya terdiri atas huruf-huruf awal kata. Contoh:
ABRI<a-bri> (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), ASI<a-si> (Air Susu
Ibu), HUT<hut> (hari ulang tahun), PAM <pam> (perusahaan air minum),
SIM <sim> (Surat Izin Mengemudi). Produktivitas: sangat produktif
 (tambahan) Unsur pembentuk yang bukan hanya huruf pertama kata
saja, pada umumnya disusun sedemikian rupa dengan tujuan 1)
sehingga bisa dieja sebagai akronim, bukan singkatan, contoh: MURI
(Museum Rekor Indonesia, alih-alih MRI), WALHI (Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia, alih-alih WLHI), atau untuk
membedakan dengan akronim yang huruf penyusunnya sama, contoh:
WITA (Waktu Indonesia Tengah, untuk membedakan dengan WIT,
Waktu Indonesia Timur), MTs (Madrasah Tsanawiyah, untuk
membedakan dari singkatan dua huruf MT-MT yang lain). Akronim
sering tetap ditulis dengan huruf kapital, walaupun untuk yang bersuku
lebih dari dua sering dijumpai ditulis dalam bentuk non-kapital
(dianggap sebagai kategori 2 di bawah), contoh: Walubi (Wali Umat
Buddha Indonesia)
2. Akronim dari nama badan atau nama diri. Singkatan ini terdiri atas huruf-
huruf bagian kata yang membentuk singkatan itu. Singkatan ini dilafalkan
sebagai sebuah kata, sehingga disebut akronim. Huruf awal akronim ditulis
dengan huruf besar. Contoh: Bappenas <ba-pe-nas> (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional), Depdiknas<dep-dik-nas> (Departemen Pendidikan
Nasional), Bakin,<ba-kin>. (Badan Koordinasi Intelijen Negara), Kapolri<ka-
pol-ri> (Kepala Kepolisian Republik Indonesia), Wagub <wa-gub> (Wakil
Gubernur). Produktivitas: sangat produktif
3. Akronim pada pola ini adalah akronim yang seluruhnya ditulis dengan huruf
kecil. Contoh: tilang (bukti pelanggaran), rudal (peluru kendali), sosbud
(sosial budaya), toserba (toko serbaada), pemilu (pemilihan umum).
Produktivitas: cukup produktif

B. Singkatan (dieja menurut huruf pembentuknya - inisialisme; pada umumnya sudah


tidak produktif lagi)

1. Singkatan ini terdiri atas huruf besar. Huruf besar yang dijadikan pola
singkatan tersebut adalah huruf-huruf awal kata. Pada singkatan ini tidak
diperlukan tanda titik. Contoh: APBN <a-pe-be-en> (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara), BBM <be-be-em> (bahan bakar minyak), SLI <es-el-i>
(sambungan langsung internasional), PT <pe-te>. (Perseroan Terbatas), TVRI
<te-ve-er-i> (Televisi Republik Indonesia), WNA <we-en-a> (Warga Negara
Asing). Produktivitas: sangat produktif
2. Singkatan pada gelar kesarjanaan dan sapaan. Singkatan dapat terdiri atas
huruf awal kata atau dapat pula berbentuk akronim. Tanda titik digunakan
pada setiap huruf besar hasil singkatan. Contoh: S.H. <es-ha> (Sarjana
Hukum), S.Psi. <es-psi> (Sarjana Psikologi), M.M.<em-em> (Magister
Manajemen), S.Ag. <es-ag> (Sarjana Agama), K.H. <ka-ha> (Kyai Haji),
R.A.<er-a> (Raden Ajeng). Produktivitas: tidak produktif
3. Singkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil, yang dibentuk dari huruf-huruf
awal. Singkatan ini (biasanya) terdiri atas tiga huruf kecil dan dibubuhi tanda
titik pada akhir singkatan. Contoh: dll.<de-el-el> (dan lain-lain), dsb.<de-es-
be> (dan sebagainya), dkk.<de-ka-ka> (dan kawan-kawan), ybs.<ye-be-
es>(yang bersangkutan), tsb.<te-es-be> (tersebut), yad.<ye-a-de> (yang akan
datang). Produktivitas: tidak produktif.
4. Pola singkatan yang berkaitan dengan lambang kimia, ukuran, timbangan, dan
besaran. Tanda titik tidak digunakan pada pola singkatan ini. Contoh: Rp
(rupiah), cm (sentimeter), kg (kilogram), MHz (megahertz), Ca (kalsium).
Produktivitas: tidak produktif

C. Singkatan huruf dan angka (numeronim)

1. Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan jumlah huruf. Contoh:
P2KP (atau PPKP - Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan),
P3AD (atau PPPAD - Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat), P3DT (atau
PPPDT - Proyek Peningkatan Pembangunan Desa Tertinggal), P3GB (atau
PPPGB - Pusat Pengembangan Pendidikan Guru Bahasa), P4 (atau PPPP -
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), P3K (atau PPPK -
pertolongan pertama pada kecelakaan), organisasi G-8 dan G-20, dsb.
2. Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan tanggal/tahun. Contoh:
UUD45 (atau UUD 1945 - Undang Undang Dasar (tahun) 1945), G-30S/PKI
(atau G30S - Gerakan 30 September), Y2K (Year 2000 Problem - Masalah
Tahun 2000; lihat w:Y2K)
3. Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan jenjang. Contoh: S-1, S-2,
S-3, D-3, dsb., atau perbandingan: Kw-2, Kw-3, Sp-1, Sp-2

D. Kontraksi

1. Penyingkatan untuk memendekkan kata (mengurangi jumlah suku kata).


Menggunakan petik tunggal. Contoh: b'lum, g'lap, neg'ri. Produktivitas: cukup
produktif
2. Penghilangan/pelesapan swarabakti, khususnya "/ɘ/" pada suku kata yang
diikuti dengan konsonan "/r/". Tidak menggunakan petik tunggal. Contoh:
negri, sebrang, trima. Produktivitas: tidak produktif
3. Bentuk penyingkatan yang sebagian berasal dari kata-kata asal bahasa asing.
Dalam singkatan ini tidak diperlukan tanda titik. Contoh: memo
(memorandum), lab (laboratorium), resto (restoran), promo (promosi), seleb
(selebritis), kafe (kafetaria), info (informasi), nego (negosiasi), matre
(materialistis), lesbi (lesbian), konsen (konsentrasi). Produktivitas: cukup
produktif
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat berikut.

Jumlah suku kata akronim jangan melebihi suku yang lazim pada kata Indonesia (2
suku kata).
Akronim dibentuk dengan memperhatikan keserasian kombinasi vokal dan konsonan
yang sesuai dengan kaidah pembentukan kata Indonesia yang lazim.
Karena akronim dilafalkan sebagai kata yang wajar, maka kadang-kadang akronim
dapat diberi imbuhan. Contoh:
o tilang (bukti pelanggaran)-menilang-ditilang-penilangan
o PHK (putus hubungan kerja)-mem-PHK, di-PHK-kan
o tapol (tahanan politik)-ditapolkan = dijadikan sebagai tahanan politik

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Misalnya:
Islam Quran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
Allah
Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai
pengganti nama orang tertentu.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Tengah
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi
yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat
tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der
(dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama
Portugal).
Misalnya:
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen
H. van der Giessen
Otto von Bismarck
Vasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf
pertama kata bin atau binti.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Ibrahim bin Adham
Siti Fatimah binti Salim
Zaitun binti Zainal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
pascal second Pas
-1
J/K atau JK joule per Kelvin
N Newton
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
bahasa Indonesia
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
raya.
Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Maulid
hari Jumat hari Galungan
hari Lebaran hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa
sejarah.
Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuwangi Asia Tenggara
Cirebon Amerika Serikat
Eropa Jawa Barat
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang
diikuti nama diri geografi.
Misalnya:
Bukit Barisan Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru
Jalan Diponegoro Jazirah Arab
Ngarai Sianok Lembah Baliem
Selat Lombok Pegunungan Jayawijaya
Sungai Musi Tanjung Harapan
Teluk Benggala Terusan Suez
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi
jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
ukiran Jepara pempek Palembang
tari Melayu sarung Mandar
asinan Bogor sate Mak Ajad
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak
diikuti oleh nama diri geografi.
Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selat berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang
digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
harimau sumatera
petai cina
pisang ambon
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi,
kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen
resmi.
Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku
Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari
negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan
huruf kapital.
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan,
dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah,
kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr. doktor
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
S.Kp. sarjana keperawatan
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
Prof. profesor
K.H. kiai haji
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara
Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk
singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
14. b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam
penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan,
catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh
paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada EYD
pasal I B, I C, I E, dan II F15).
A. Huruf miring digunakan untuk menulis judul sebuah buku, film atau tulisan di dalam
kalimat.

Contoh:

1. Novel yang berjudul Laskar Pelangi adalah salah satu maha karya dari penulis Andrea
Hirata.
2. Kitab Sutosoma ditulis oleh Mpu Tantular pada zaman kerajaan Majapahit.
3. Tajuk yang berjudul Membangun Negeri di Tengah Moderenisasi Dunia dicekal karena
mengandung unsur SARA.
4. Romeo dan Juliet adalah salah satu novel karya William Shakespeare yang terkenal di
seluruh dunia.
5. Film Avenger : Age of Ultron saat ini sedang menduduki puncak box office di Amerika.

B. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau atau
prase pada sebuah tulisan.

Contoh:
1. Huruf pertama pada kata transmigrasi adalah t.
2. Lusi bukanlah seorang penipu tapi orang yang ditipu pada kasus ini.
3. Buatlah sebuah essay tentang Permasalahan pendidikan di Indonesia ini.
4. Huruf z adalah huruf terakhir yang ada dalam alphabet.

C. Huruf miring digunakan untuk menulis nama – nama istilah asing yang digunakan dalam
bahasa Indonesia dan nama – nama latin pada penulian teks ilmiah.

Contoh:

1. Belanda menggunakan strategi devide et impera, yaitu politik pecah belah untuk
menguasai Indonesia.
2. Chelonia Mydas adalah nama latin dari spesies penyu.
3. Kecoa, jangkrik, dan belalang adalah kelompok hewan Insecta dari kingdom animalia.
4. E coli adalah bakteri yang tinggal di dalam usus manusia yang berfungsi untuk
pembusukan.
5. Budi belajar menulis huruf Hiragana dengan serius sebagai bekal dia untuk belajar di
negeri Jepang.

D. Huruf miring digunakan untuk menulis kata atau huruf yang berfungsi sebagai penanda
kata atau huruf di dalam sebuah kalimat. Hal ini dilakukan untuk memberikan perbedaan
pada pengunaannya.

Contoh:

1. Kata Tri di dalam bahasa sansekerta bermakna tiga.


2. Huruf a, I, u, e, dan o adalah huruf – huruf vokal. Sedangkan huruf w, e, r, t, y, u, dan
lainnya merupakan huruf konsonan.
3. Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos dan nomos.
4. Oleh karena itu, namun, meskipun, disamping itu, adalah beberapa contoh konjungsi
antar kalimat.
E. Ungkapan – ungkapan, semboyan, bahasa Indonesia dan bahasa asing yang telah
diserap ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan menggunakan huruf miring.

Contoh:
1. Shuttle cook adalah alat yang digunakan untuk bermain badminton.

2. Julius Cessar tekenal akan semboyannya, yaitu Vini, Vidi, Vici yang berarti Saya datang,
saya melihat, saya menang/menaklukkan

3. Pemerintah mengeluarkan sebuah semboyan NKKB, yaitu Norma Keluarga Kecil


Bahagia untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.

4. Akibat tidak pernah masuk kuliah selama 4 semester, Adi terkena drop out di
kampusnya.

F. Huruf miring digunakan untuk menulis kalimat yang berasal dari sumber – sumber yang
berupa buku, Koran, atau pernyataan orang lain yang digunakan sebagai kutipan di dalam
sebuah tulisan.

Contoh:

1. Nugraha (2015 : 30) mengatakan bahwa “Motivasi adalah sebuah dorongan yang
muncul dari dalam diri yang mempengaruhi perilaku seseorang.”

2. Haniifan (1997) menyatakan bahwa “Bahasa adalah sebuah alat yang digunakan untuk
berkomunikasi”

G. Huruf miring digunakan untuk menulis nama buku, nama majalah, jurnal, dan skripsi
dan surat kabar yang menjadi sumber kutipan dalam daftar pustaka pada sebuah karya
tulis.

Contoh:

1. Nugraha, Aria. 2015. Mari Belajar Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Bandar
Lampung. Pustaka Bintang.

2. Afriando, B. 2014. Cara Sukses Menjadi Pengusaha dengan Modal Dengkul. Pikiran
Rakyat. 11 Mey 2015.

3. Pikiran Rakyat. 11 Mey 2015. Belajar Mencintai Bahasa Indonesia, hlm. 17.
4. P. Nova. 10 Mey 2015. Cara Membuat Kue Lapis Legit. Modern Cooking. IXXXX

5. Ichwan, Chairul. 2014. Paduan menulis huruf miring. Jurnal Bahasa Indonesia, 4 (2):
11-14. http://www.KelasIndonesia.com/page/artikel/?act/detil/aid/42. (Diakses 27 Mei
2015 pukul 21.00 wib.

Anda mungkin juga menyukai