Anda di halaman 1dari 4

dahulu kala disebuah desa dipulau tanimbar hiduplah suatu keluarga yang kaya raya.

Mama Rosa
dan suaminya memiliki dua anak, yang satu seorang anak laki-laki yang bernama Markus, sedangkan
yang satunya lagi seorang anak perempuan bernama Lisbet. Keduanya telah menjadi pemuda dan
pemudi yang tubuh dewasa dalam segala kemewahan. Karena kedua orang tua mereka terlalu
memanjakan mereka. Mereka menjadi sangat angkuh dan kurang ajar. Mereka sangat tidak
menghormati pelayan- pelayan di rumah mereka. Mereka sering memperlakukan para pelayan itu,
dengan semena-mena.

Adegan 1

Suatu sore, Markus terlihat sangat kesal. Ia merasa kesal kepada pelayan yang tidak mempersiapkan
makan sore untuknya.

Markus :astaga… Christina eee, ose biking apa saja dalang rumah nii ? ini su amper malam beta
mandi seng ada aer panas,mau minong kopi jua seng ada kue. He Christina ee.. coba ose kamari, su
jam bagini balong ada aer panas par katong mandi? kopi deng kue jua balong ada di atas meja. dong
mau jadi apa? mau makang gaji buta?

Christina : Tuan ee jang se marah beta. Beta ni baru angka aer pulang bale. deng ana kacil yang jual-
jual kue tu dia seng langgar.

Markus: tutup ose pung mulu situ jang parlente (lalu mendorong Christina dengan keras sampai
terjatuh) kalo jadi babu tu karja tu batul-batul. (lalu pergi meninggalkan Christina yang menangis
tersenduh-senduh)

Semetara itu, didalam kamarnya Lisbet sedang marah-marah, ia terus berbicara dengan kesal.

Lisbet: huuu..beta pung hati saki paskali, beta pung bada-bada disini deng pinsil kaning itu samua su
dimana? ini seng laeng darri babu-babu tangang baloko tu, mangkali dong pancuri akang. heee maria
ee….beta pung barang-barang par barias sini akang dimana ? (lalu dengan suara lantang ia
memanggil salah satu pelayannya) MARIA… MARIA… mari Kamari… capat jang lama.

Maria: (dengan tergesa-gesa datang menghampiri Lisbet) kanapa nona?

Lisbet: hee…. Babu tangang pancuri! Ose yang ambel beta pung barang-barang barias
to?

Maria: sio nona eee ..beta mau ambel akang par apa? barang yang bukang beta pung beta seng
barane loko.

Lisbet : (sambil menarik rambut Maria ) sapa yang mau parcaya ose? tangan baloko mulu parlente
tuu. Labe bae ose pi dari beta pung muka dari pada beta dara tamba nai. (Maria pun keluar sambil
menangis)

Adegan 2

Setelah beberapa bulan kemudian, ayah mereka meninggal dunia. Oleh sebab itu, kekayaan ayah
mereka menjadi milik mereka, mereka bertambah angkuh dan kurang ajar. Karena tidak tahan
dengan kelakuan Lisbet dan Markus yang semakin menjadi, Christina dan Maria beserta pelayan
lainnya memutuskan untuk tidak bekerja lagi di rumah itu.

Suatu pagi kedua pelayan itu mewakili pelayan lainnya, untuk mengatakan pengunduran diri
mereka.
Christina: Nona eee, katong samua ni seng mau karja disini lae. Katong samua mau kaluar jua.

Maria: iya, Nona katong sama seng kuat deng nona deng tuang pung kalakuang lae. Jadi katong
samua mau kaluar.

Lisbet: asal kamong tau saja ee, kamong mo pi ka? mo mati ka? Beta seng pastiu. Beta malah sanang
kamong pi. Kamong tu karja seng pernah batul-batul satu lae. Jadi kalo kamong mau pi beta seng
pastiu.

Markus: tapi kamong harus inga satu hal. Kamong kaluar dari rumah ni, seng bole bawa satu barang
dari rumah ni deng kamong seng akan dapat kamong pung gaji bulan ini.

Para pelayan pun meninggalkan rumah itu. Dan mulai hari itu ibu merekalah yang melakukan semua
tanggung jawab didalam rumah, dari menyapu sampai mencuci baju, ibu mereka yang mengerjakan
semua itu.

Adegan 3

suatu sore Lisbet sedang duduk di ruang tamu sambil mengawasi Ibunya yang sedang mengepel
lantai.

Lisbet: hee Rosalina, kalo karja tu bae-bae, ini masih kotor. Ose jua bolom bacuci piring, ose karja sa
paleng bahela. Abis ini ose langsung biking beta pung makang malam. Jang sampe seng. (lalu pergi,
dengan terlebih dahulu menendang ember)

Mama Rosa: (hanya tertunduk sambil menyeka air matanya).

Pada malam hari, setelah kedua anaknya tidur sang ibu berdoa kepada tuhan.
Mama Rosa: sio tuhan ampong beta jua,beta seng mampu par didik ana dua ni,beta seng bisa ajar
dong par dengar-dengarang.sio tuhan buka dong pung mata hati jua kase sadar dong dua supaya
bisa jadi ana-ana yang dengar-dengarang deng tau diri dong mau bajalang iko tuhan pung jalan.

Adegan 4

Keesokan harinya, Markus dan lisbet bangun tidur mereka lalu menuju ruang makan, dan
menemukan meja makan dalam keadaan kosong dan yang ada hanya panci kosong di atas kompor.

Lisbet: ini kanapa seng ada makanang satu ni la? Parampuang tua Bangka tu kamana lai tu? Su seng
biking makanang, lai baru pi bajalang.

Markus: ini seng laeng lai pasti meme tu ada pii bacuci di kali. mari katong dua pii iko antua.

Lisbet: ioo … mari katong pi lia antua. kasanalah katong mau ancam antua.

Benar saja sewaktu Markus dan Lisbet sampai disungai, mereka melihat sang ibu sedang mencuci
banyak pakaian di sungai. Mereka pun segera menghampiri ibu mereka itu. Tanpa bertanya dahulu,
Markus langsung menedang ember berisi pakaian sampai jatuh kesungai. Lisbet pun menarik ibunya
untuk berdiri dengan kasar.

Mama Rosa: ampong jua anana ee ini ada apalah? mangapa dong biking dong pung mama nii
macang bagini? (sambil menangis)

Lisbet: he parampuang tua eee …beta balong makang,beta lapar.kalo mau jadi meme tu? meme
yang bisa mamasa par anana (sambil menampar ibunya).
Mama Rosa: nona ee mama ni dari tadi pagi cuci pakiang-pakiang ni. Ampong jua nona eee. (sambil
menangis tersendu)

Tanpa memperdulikan ibunya, Lisbet terus memukul ibunya. Namun tiba-tiba ada seorang warga
yang lewat dan melihat kelakuan Lisbet dan Markus kepada ibu mereka.

Tante Poppy: he ana-ana kamong paleng kurang ajar, masa kamong bisa biking kamong pung mama
tu macam bagitu? (sambil mendekati Lisbet dan Markus).

Lisbet: he… parampuang jang iko campor orang pung urusan, pi ator ose pung keluarga sana, kira
kata su batul! (teriak Lisbet dengan sangat keras kepada Tante Poppy).

tante Poppy: io, sudah, yang penting beta su bilang par kamorang. nanti lia saja, kamong akan dapat
kamong pung balasan. kamong su talalu kurang ajar par kamong pung mama lae.

Tante poppy yang telah diusir oleh Lisbet pun segera meninggalkan tempat itu. Sementara itu Lisbet
kembali memukul ibunya. Sedangkan Markus hanya berdiri sambil melipat tangannya menyaksikan
ibunya dipukuli adiknya. Sampai akhirnya Lisbet mendorong ibunya dengan keras ke tanah. Tiba-tiba
ibunya yang sudah lemah itu, berhenti menangis,
lalu dengan suara yang pelan ibu mereka berkata

Mama Rosa: dong pung bapa mati tu kas tinggal harta banyak par dong. tapi itu akang seng kekal,
biarpun beta yang barana dorang di dua ni. dong dua bukang beta pung ana lai.anana ee… beta seng
akan bale di dong pung rumah lai. dong mau biking apa beta seng parlu lai.

setelah berkata seperti itu kepada Markus dan Lisbet, sang ibu dengan susah payah pergi
meninggalkan mereka berdua menuju sebuah batu yang berada di pinggiran sungai. Lalu berkata
kepada batu itu.

Mama Rosa: sio batu basar ee…tabuka jua ka supaya beta bisa masu ka dalang. biking beta sama
bunga yang bobou sadap sama bunga manor.

Tak lama kemudian batu tersebut terbuka, dan masuklah sang ibu kedalamnya. Beberapa lama
kemudian munculah bunga-bunga melati ptuih yang cantic dan berbau harum di batu tersebut.

Adegan 5

Beberapa hari kemudian karena para warga yang tidak tahan karena tinkah kedua anak itu,
kesombongan dan keangkuhan mereka, membuat para warga bertambah marah kepada mereka
berdua. Para warga pun setuju untuk mengusir mereka berdua dari desa itu dan mengambil semua
harta mereka dan membagikannya kepada orang miskin. Mereka pun di usir keluar desa. Mereka
menyesal telah memperlakukan ibu mereka dengan kurang ajarnya. Mereka lalu pergi menuju batu
yang dahulu ibunya masuki. Sesampai dibatu tersebut, mereka berdua duduk di samping batu itu
sambil menangis sambil mengelus-ngelus batu tersebut. Mereka pun menyanyi agar batu tersebut
mau terbuka dan membiarkan mereka masuk dan menemui ibu mereka.

Batu badaong…Batulah batangke


Buka mulutmu telankan beta
Guna lah apa ?beta tinggal sandiri ?
Sedangkan mama sudah tiada.
Sio lah mama…Mama jantong hati
Mangapa tinggal beta sandiri ?
Batu badaong…. Batulah batangke
Buka mulutmu telanlah beta
mereka berdua terus menyanyi, tapi apa daya batu tersebut telah tertutup selamanya, nasi telah
menjadi bubur, nasib telah menjadi takdir. Ibu mereka telah meninggalkan mereka selamanya yang
tersisa hanyalah penyesalan bagi mereka berdua.

Anda mungkin juga menyukai