Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer informasi
yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses
ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan mengirimkan lambang-
lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita
mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam
pikiran komunikator.

Pada anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan dengan
yang terjadi pada usia bayi, balita,remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan perkembangannya.
Komunikasi pada anak sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat saling
mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Disamping
itu dengan berkomunikasi anak - anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya .

Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang
dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan
kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan , sering komunikasi menjadi
terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila
dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya.

Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien , diharapkan dapat memulai
menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat
penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa
percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya
sehingga dapat dicari solusinya. Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki
kemampuan komunikasi dalam memberikan askep pada anak, menguasai teknik-teknik
komunikasi yang cocok bagi anak sesuai dengan perkembangannya.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian komunikasi terapeutik pada anak?


2. Apa komponen komunikasi teraputik pada anak?
3. Bagaimana teknik proses komunikasi terapeutik pada anak?
4. Apa faktor yang mempengaruhi proses komunikasi terapeutik pada anak?
5. Apa jenis komunikasi terapeutik pada anak?
6. Apa Pengertian Evidence Based Komunikasi terapeutik?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Pada Anak

Istilah komunikasi berasal pada bahasa latin yaitu communis yang berarti membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih, sedangkan menurut
cherry dalam Stuart (1983) komunikasi berasal dari kata communico yang artinya membagi.

Komunikasi terapeutik adalah pengiriman pesan antara pengirim dan penerima


dengan interaksi di antara keduanya yang bertujuan memulihkan kesehatan seseorang yang
sedang sakit baik menggunakan teknik verbal maupun nonverbal.

Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat
dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan anak.

Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang, antara lain :

Usia Bayi (0-1 tahun)

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, disamping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada
bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan
komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah
mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai
melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada
suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai
mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi
sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang
terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata
yang spesifik antara dua atau tiga kata.

3
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi
yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti
mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain

Masa Balita (1 Sampai 5 Tahun)

Karakterisitik anak usia balita sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai
perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga ana perlu diberi tahu tentang apa yang akan
terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa takut melihat alat
yang akan ditempelkan pada tubuhnya.

Saat berbicara gunakan kata-kata yang sederhana, singkat, menggunkan istilah yang
dikenalkanya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara padanya adalah jongkok, duduk dikursi
kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kita akan sejajar dengannya.

Usia Sekolah (5-11 tahun)

Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan
oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul,
pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang
kehidupan.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana
yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu
yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari
objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan
dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini
akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

Usia Remaja (11-18 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan


berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai
menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa
depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai

4
menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah
masa peralihan anak menjadi dewasa.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat
pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga
kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan
merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.

2.2 Komponen Komunikasi Terapeutik

Komunikasi dapat terjadi bila prosesnya dapat berjalan dengan baik. Proses
komunikasi yang dimaksud di sini adalah pengirim pesan, penerus pesan, pesan itu sendiri,
media dan umpan balik. Proses tersebut merupakan suatu komponen dalam komunikasi yang
satu dengan yang lainnya saling berhubungan, di antara komponen dalam komunikasi adalah
sebagai berikut:

a. Pengirim Pesan

Pengirim pesan di sini adalah dapat individu dalam hal ini adalah anak, keluarga atau
kelompok yang melaksanakan komunikasi baik dengan individu (anak) ataupun kelompok
lain. Pengirim pesn dapat juga tempat berasalnya sumber pesan yang dikomunikasikan.
Pengirim pesan di sini adalah seseorang atau sumber pesan yang memberikan informasi atau
ide yang disampaikan. Pada praktik keperawatan pengiriman pesn komunikasi dapat terjadi
antara anak dengan perawat, dokter atau petugas kesehatan lainnya serta orang tua.

b. Penerima Pesan

Penerima pesan merupakan orang yng menerima berita atau lambing dapat berupa
klien (anak), keluarga tau masyarakat. Penerima pesan dalm praktik keperawatan anak adalah
anak itu sendiri dan juga bisa orang tua, mengigat dalam keperawatn anak orang tua itu
termasuk salah satu komponen dalam pemberian asuhan keperawatan dan terlibat secara
langsung.

c. Pesan

Pesan merupakan berita yang disampaikan oleh pengirim pesan melalui lambing
pembicara, gerakan ataupun sikap. Pesan ini dapat berupa berbagai informasi tentang
masalah kesehatan anak atau informasi-informasi yang membantu kepercayaan diri anak.

5
d. Media

Media merupakan tempat berlakuna lambing saluran yang dapat meliputi suara dan
lambangitu sendiri. Media dalam komunikasi pada anak ini sangat beragam seperti suara,
atau beberapa hal yang dapat memudahkan dalam penerimaan pesan khususnya pada anak
sperti berupa gambar atau permainan secara konkret dan menarik bagi anak.

e. Umpan Balik

Umpan balik merupakan bagian prose komunikasi yang dapat digunakan sebagai alat
pencapaian pesan/informasi yang telah disampaikan. Komponen ini merupakan evaluasi
tercapainya informasi yang disampaikan pada anak, mengingat dalam komunikasi dengan
anak sering menemukan kesulitan dalam proses umpan balik karena anak merasa ketakutan
atau adanya dampak dari hospitalisasi.

2.3 Proses Komunikasi Terapeutik Pada Anak

Proses komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling percaya dengan klien dan
keluarganya. Komunikasi efektif merupakan hal yang esensial dalam menciptakan hubungan
antara perawat dan klien. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menegaskan
bahwa seorang perawat yang beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh, tidak peduli
terhadap pasien, seseorang (perawat) yang tidak care dengan orang lain (pasien) adalah
berdosa. Seorang perawat yang tidak menjalankan profesinya secara profesional akan
merugikan orang lain (pasien), unit kerjanya dan juga dirinya sendiri. Komunikasi seorang
perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komunikasi yang berjenjang yakni
komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunal/kelompok. Demikian pula ditegaskan
dalam Poter dan Perry (1993) bahwa komunikasi dalam prosesnya terjadi dalam tiga tahapan
yakni komunikasi intrapersonal (terjadi dalam diri individu sendiri), interpersonal (interaksi
antara dua orang atau kelompok kecil) dan publik (interaksi dalam kelompok besar).

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Komunikasi Pada Anak

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan anak :

1) Pendidikan

2) Pengetahuan

3) Sikap

6
4) Usia tumbuh kembang

5) Status kesehatan anak

6) Sistem sosial

7) Saluran

8) Lingkungan

2.5 Jenis Komunikasi Terapeutik

1. Komunikasi Verbal
1.Melalui orang lain atau pihak ketiga

Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan


kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan
melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat
digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya
serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.

2. Bercerita

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya
sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan
maupun gambar.

3. Memfasilitasi

Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau
respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu
mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons
terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan
merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.

4. Biblioterapi

7
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan kepada anak.

5. Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan
keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.

6.Pilihan pro dan kontra

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang
positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.

7. Penggunaan skala

Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit
pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan
menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.

2. Komunikasi Non Verbal

Teknik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak- anak seperti :

1. Menulis

Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan
pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa/ menyelidiki tentang
tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anak-
anak lebih riil dan nyata.

2. Menggambar

Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui pengamatan
gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anak- anak
mengungkapakan tentang dirinya. Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan/fokuskan
pada unsur-unsur sebagai berikut :

8
a. Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting

b. Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan

c. Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak


terhadap status dalam keluaraga atau ikatan keluarga

d. Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan ambivalen/


pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal- hal tertentu.

3. Gerakan gambar keluarga

Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon


emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang
lainnya. Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.

4. Sosiogram

Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak- anak, dan jenis gambar yang berguna bagi
anak- anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkungan
keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang
hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran- bundaran didekat lingkaran
menunjukkan keakraban/ kedekatan.

5. Menggambar bersama dalam keluarga

Salah satu teknik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak- anak adalah
menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu
alat yang berguna untuk mengungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.

6. Bermain

Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk berhubungan dengan
anak. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik,
intelektual dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat
sakit atau masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur
medis/ perawatan.

9
Diatas telah dijelaskan beberapa teknik komunikasi terapeutik pada umumnya,
sedangkan cara yang perlu diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien
anak, antara lain : (Mundakir, 2005 : 153-154)

1. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara yang rendah dan
lambat. Agar pasien anak jauh lebih mengerti apa yang ditanyakan oleh perawat.

2. Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang hiperaktif lebih

menyukai aktivitas yang ia sukai, sehingga perawat perlu membuat jadwal yang
bergantian antara aktivitas yang pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau medis.

3. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak yang aman saat
berinteraksi dengan pasien anak.

4. Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat mendapat respon
dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali melakukan kontak mata saat kira-kira pasien
anak sudah dapat mengontrol perilakunya.

5. Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak.

2.5 Pengertian Evidence Based Komunikasi dalam Keperawatan

Beberapa ahli telah mendefinisikan EBN sebagai:

1. Penggabungan bukti yang diperoleh dari hasil penelitian dan praktek klinis ditambah
dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan klinis (Mulhall, 1998).

2. Penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian secara teliti,
jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang pemberian asuhan keperawatan pada
individu atau sekelompok pasien dan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari
pasien tersebut (Ingersoll G, 2000).

Haynes et al (1996) membuat suatu model keputusan klinis berdasarkan bukti ilmiah.
Pada model tersebut, terdapat 4 komponen yang dapat mempengaruhi pengelolaan masalah
yang dihadapi pasien, yaitu penguasaan klinis, pilihan pasien terhadap alternatif bentuk
perawatan, hasil penelitian klinis, dan sumber-sumber yang tersedia.

Keterangan masing-masing komponen:

10
1. Keahlian klinis

Keahlian klinis merupakan elemen penting dalam mengaplikasikan aturan-aturan dan


panduan yang ada dalam memberikan asuhan keperawatan.

2. Bukti/hasil penelitian

Kunci penggunaan bukti/hasil penelitian adalah dengan memastikan bahwa desain


penelitian yang tepat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Masing-masing
desain penelitian mempunyai tujuan, kekuatan dan kelemahan. Penelitian kuantitatif
(randomized trials dan review sistematik) merupakan desain penelitian yang terbaik untuk
mengevaluasi intervensi keperawatan. Di lain pihak, penelitian kualitatif merupakan desain
terbaik yang dapat digunakan untuk memahami pengalaman, tingkah laku dan kepercayaan
pasien.

3. Pilihan pasien

Pilihan pasien terhadap asuhan perawatan dapat meliputi proses memilih perawatan
alternatif dan mencari second opinions. Dewasa ini pasien telah mempunyai akses yang luas
terhadap informasi klinis dan menjadi lebih sadar tehadap kondisi kesehatannya. Pada
beberapa hal, pilihan pasien merupakan aspek penting dalam proses pengambilan keputusan
klinis.

4. Sumber-sumber

Yang dimaksud dengan sumber-sumber di sini adalah sumber-sumber terhadap perawatan


kesehatan. Hampir seluruh keputusan dalam perawatan kesehatan mempunyai implikasi
terhadap sumber-sumber, misalnya pada saat suatu intervensi mempunyai potensi yang
menguntungkan bagi pasien, namun tidak dapat segera dilaksanakan karena keterbatasan
biaya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif


mempengaruhi praktek-praktek kesehatan. Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari
berbagai disiplin ilmu yang saling melengkapi, tukar menukar prinsip dan tehnik umum satu
sama lain sehingga masing-masing memberikansumbangan yang unik bagi metodelogi
komunikasi kesehatan.

Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikanprinsip-


prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan – hambatan yang mungkin akantimbul / ada dalam
komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlahbervariasi, tergantung pada umur dari
anak tersebut. Pembagian rentang umur dapat dibedakan atas:

1) Bayi (0-1)

2) Masa Balita (1-5 tahun)

3) Usia Sekolah (5-11 tahun)

4) Usia Remaja (11-18 tahun)

3.2 Saran

 Dengan penulisan laporan pendahuluan ini penulis mengharapkan agar


pembaca dalam berkomunikasi dengan anak lebih efektif karena telah mengetahui
bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan anak, serta mengetahui
hambatan yang akan ditemui pada saat akan berkomunikasi dengan anak.
 Dalam penyusunan / penulisan suatu karya tulis (laporan pendahuluan)
sebaiknya menggunakan banyak literature walaupun nantinya tidak menutup
kemungkinan dapat memperbesar dalam kesulitan penyusunan.

12

Anda mungkin juga menyukai