Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROSEDUR AUDIT DAN PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT


(Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Mata kuliah
Audit Sektor Publik)

Dosen Pengampu:
Dr. M. Rasuli, SE., M.Si, Ak., CA

Disusun oleh:

DEASY KOMALASARI (1602123662)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu hal yang memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja dari
sebuah perusahaan adalah adanya peranan efektif dan efisien dari Satuan Pengendalian
Internal atau yang sering disebut dengan Internal Audit. Pemahaman yang mendalam
akan sebuah proses, teknik serta langkah-langkah dalam melakukan proses audit akan
memberi dampak yang positif bagi perusahaan terutama dalam meminimalkan suatu
resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan.

Internal auditor diharapkan mampu melaksanakan audit secara efektif dan efisien.
Sumber daya yang terbatas yang digunakan seharusnya mampu dikelola sedemikian rupa
sehingga tujuan audit yang telah ditetapkan dapat terealisasi. Hal ini berarti internal
auditor harus memahami tahapan – tahapan proses audit. Dengan memahami proses
audit, diharapkan para internal auditor mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang
dihadapi terkait dengan perencanaan tahunan audit dan melaksanakan pengujian-
pengujian audit secara lebih efektif dan efsien.

Peranan Internal Auditor dengan fokus utama pengendalian atau kontrol pada
perusahaan saat ini sudah tidak memadai lagi. Kelemahan utama yang muncul adalah
perencanaan audit yang tidak efektif dikaitkan dengan pencapaian misi perusahaan.
Umumnya perencanaan audit disusun tidak melalui suatu basis yang memadai, melainkan
hanya berdasarkan penilaian subyektif belaka.Sehubungan dengan hal tersebut maka
internal auditor harus mampu memahami dan menjelaskan tujuan dan tanggung jawab
pemeriksaan serta memahami asersi manajemen dan menjelaskan bagaimana
mempersiapkan dan menyusun langkah – langkah dalam melakukan pemeriksaan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam Makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui tujuan dan tanggung jawab dalam melakukan pemeriksaan
2) Memahami Asersi Manajemen
3) Mengetahui Rencana Pemeriksaan
4) Memahami Prosedur Prosedur Pemeriksaan

1.3 Manfaat dan Tujuan Makalah


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk membantu rekan pembaca dalam
mempelajari pemeriksaan akuntansi lebih dalam, diantaranya antara lain :
1) Menjelaskan tujuan dan tanggung jawab dalam melakukan pemeriksaan
2) Menjelaskan tentang asersi manajemen
3) Mendeskripsikan rencana – rencana pemeriksaan
4) Menjabarkan prosedur – prosedur pemeriksaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AUDITING

Menurut devinisi Konrath (2002) auditing sebagai suatu objektif mendapatkan dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi
untuk menyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan
dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Sedangkan menurut Agoes (2004)“ Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa audit adalah pemeriksaan laporan keuangan
yang disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya.Laporan keuangan yang harus diperiksa terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Catatan pembukuan terdiri dari buku harian,
buku besar, dan buku pembantu. Bukti pendukung antara lain bukti penerimaan kas dan
pengeluaran kas, faktur penjualan, jurnal voucher dan lain-lain. Dokumen lain yang perlu
diperiksa antara lain notulen rapat direksi dan pemegang saham, akte pendirian, kontrak,
perjanjian kredit dan lain-lain. Pemeriksaan harus dilakukan secara kritis dan sistematis.Agar
pemeriksaan dapat dilakukan secara kritis, pemeriksaan harus dipimpin oleh seorang yang
bergelar akuntan dan mempunyai ijin praktek sebagai akuntan publik dari Menteri
Keuangan.Pelaksana pemeriksaan harus berpendidikan, berpengalaman dan berkeahlian di
bidang akuntansi, perpajakan, sistem akuntansi dan pemeriksaan akuntansi.Sedangkan agar
pemeriksaan dapat dilakukan secara sistematis, akuntan publik harus merencanakan
pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan dimulai dengan membuat audit plan yang memuat
kapan pemeriksaan dimulai, berapa lama, kapan laporan harus selesai, berapa orang staf yang
ditugaskan, masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi di bidang auditing, akuntansi dan
perpajakan. Pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan
publik.Independen berarti tidak mempunyai kepentingan tertentu di perusahaan tersebut (Misal
sebagai pemegang saham, direksi) atau mempunyai hubungan khusus (Misal keluarga dari
pemegang saham, direksi). Akuntan publik harus independen karena sebagai orang kepercayaan
masyarakat, harus bekerja secara objektif, tidak memihak dan melaporkan apa adanya.Kantor
akuntan publik merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan publik bagi masyarakat
berdasarkan SPAP. Kantor akuntan publik dapat menyediakan jasa:

(1) audit atas laporan historis,

(2) atestasi atas laporan keuangan prospektif atau asersi lain,

(3) jasa akuntansi dan review,

(4) jasa konsultasi. Perlu dibedakan istilah akuntan publik dan auditor independen.

Akuntan publik menyediakan berbagai jasa yang diatur SPAP (auditing, atestasi, akuntansi dan
review, dan jasa akuntasi).Auditor independen menyediakan jasa audit atas dasar standar
auditing yang tercantum pada SPAP.

2.2 TUJUAN AUDIT

Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia.Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang
terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.Akuntan publik tidak
menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut benar, karena pemeriksaannya dilakukan secara
sampling, sehingga mungkin saja terdapat kesalahan dalam laporan keuangan tetapi jumlahnya
tidak material sehingga tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

2.3 TANGGUNG JAWAB DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN

2.3.1 Tanggung Jawab Manajemen

Laporan keuangan merupakan tanggung jawab Manajemen. Tanggung


jawab auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat
dan untuk membangun dan memeliharan pengendalian intern yang
ada,diantaranya mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi
(termasuk peristiwa dan kondisi) yang konsisten dengan asersi manajemen yang
tercantum dalam laporan keuangan. Transaksi entitas dan aset, liabilitas
danekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan dan pengendalian
langsung manajemen. Pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian
intern tersebut terbatas pada yang diperoleh melalui audit. Oleh karena itu,
penyajian secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia merupakan bagian yang tersirat dan terpadu dalam tanggung
jawab manajemen.

2.3.2 Tanggung Jawab Auditor

Berdasarkan PSA No.02 seksi 110, auditor mempunyai tanggung jawab


untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
memadai (reasonable assurance) tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena
sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh
keyakinan memadai, namun bukan mutlak,bahwa salah saji material terdeteksi.
Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan
oleh kekliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.
Auditor Independen dapat memberikan saran tentang bentuk dan isi
laporan keuangan atau membuat draft laporan keuangan, seluruhnya atau
sebagian, berdasarkan informasi dari manajemen dalam pelaksanaan
audit.Namun, tanggung jawab auditor atas laporan keuangan terbatas pada
pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut.
Berikut beberapa istilah yang disebutkan dalam tanggung jawab auditor :
1) Salah Saji Material dan tidak material
Dianggap material bila gabungan berbagai kekeliruan yang belum terkoreksi
dan kecurangan dalam laporan keuangan dapat mengubah atau
mempengaruhi berbagai keputusan pengguna laporan keuangan.
2) Keyakinan yang memadai
Auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
guna memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan terbebas
dari salah saji material.Laporan auditor yang berisi tentang pendapat auditor
atas laporan keuangan didasarkan pada konsep perolehan keyakinan
memadai. Suatu audit tidak memberikan jaminan atas akurasi laporan
keuangan. Auditor bertanggung jawab atas tingkat keyakinan yang memadai
tetapi tidak mutlak karena :
a. Mayoritas bukti audit berasal dari pengujian sampel atas populasi.
b. Berbagai penyajian akuntansi terdiri dari sejumlah taksiran yang
kompleks, yang mengandung sejumlah ketidakpastian serta dapat
mempengaruhi berbagai peristiwa yang akan datang.
c. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan sering sekali
sangat sulit dibuktikan, khususnya saat terdapat suatu kolusi dalam
manajemen perusahaan.
3) Kekeliruan dan Kecurangan
Kekeliruan merupakan kesalahan penyajian atas laporan keuangan yang
tidak disengaja (unintentionally), meliputi kekeliruan dalam pengumpulan
atau pengolahan data akuntansi yang menjadi sumber penyusunan laporan
keuangan; estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari
kecerobohan atau salah tafsir fakta; dan/atau Kekeliruan dalam penerapan prinsip
akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau
pengungkapan.Kecurangan merupakan kesalahan penyajian yang
disengaja(intentionally), yaitu:
a. Penggelapan aset (misappropriation of assets)
b. Kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting)
4) Skeptism Profesional
Merupakan sikap dimana auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa
manajemen bersifat tidak jujur, tetapi kemungkinan bahwa mereka bersikap
tidak jujur harus tetap dipertimbangkan. Tanggung jawab auditor dalam
mendeteksi pelanggaran hukum :
a. Menentukan apakah suatu tindakan klien itu dipandang sebagai
pelanggaran hukum, biasanya hal tersebut berada di luar kompetensi
profesional auditor.
b. Auditor harus mendeteksi dan melaporkan salah saji akibat tindakan
melanggar hukum yang berdampak langsung dan material terhadap
jumlah dan kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan.

2.4 ASERSI MANAJEMEN DALAM LAPORAN KEUANGAN

Asersi (Assertions) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen


laporan keuangan.Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit.

Asersi manajemen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence). Asersi ini berhubungan dengan


apakah aktiva atau hutang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang
dicatat telah terjadi selama periode tertentu
2) Kelengkapan (completeness).Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan
rekening yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan.
3) Hak dan kewajiban (rights and obligation).Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva
merupakan hak perusahaan dan hutang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu.
4) Penilaian (valuation) atau alokasi. Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-
komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan dalam jumlah yang semestinya.
5) Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure). Asersi ini berhubungan
dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan,
dijelaskan, dan diungkapkan semestinya.

Asersi Manajemen dan Tujuan Audit.Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.Kewajaran laporan keuangan sangat
ditentukan integritas berbagai asersi manajemen yang terkandung dalam laporan
keuangan.Hubungan asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat digambarkan sebagai
berikut :

Tabel Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Umum Audit

Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit

Keberadaan atau keterjadian Aktiva dan kewajiban entitas ada pada tanggal
tertentu, dan transaksi pendapatan dan biaya
terjadi dalam periode tertentu

Kelengkapan Semua transaksi dan semua rekening yang


seharusnya telah disajikan dalam laporan
keuangan

Hak dan kewajiban Aktiva adalah hak entitas dan hutang adalah
kewajiban entitas pada tanggal tertentu

Penilaian atau alokasi Komponen aktiva, hutang, pendapatan dan biaya


telah disajikan dalam laporan keuangan pada
jumlah yang semestinya

Penyajian dan pengungkapan Komponen tertentu dalam laporan keuangan telah


digolongkan, digambarkan, dan diungkapkan
secara semestinya
2.5 RENCANA PEMERIKSAAN

Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan program audit
menyeluruh. Variabel ini diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit. Keberhasilan
penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh
auditor. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup
audit yang diharapkan. sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan
kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:

1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat entitas
tersebut.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
3. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang
signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi
akuntansi pokok perusahaan.
4. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti
risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa.
8. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan auditor
tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam,
laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).
Tahap-tahap Perencanaan Auditing :

2.6 Prosedur Perencanaan Audit


Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan
dan supervise biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan
satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha
tersebut.Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor
untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten.
Pilihan auditor tentang prosedur audit dipengaruhi oleh faktor dari mana data diperoleh,
dikirimkan, diproses, dipelihara, atau disimpan secara elektronik. Pengolahan komputer
juga mempengaruhi pemilihan prosedur audit. Pembahasan berikut ini akan berfokus
pada review beberapa jenis prosedur yang digunakan oleh para auditor. Prosedur ini dapat
digunakan untuk mendukung pendekatan audit top-down ataupun pendekatan
audit bottom-up. Auditor akan mempertimbangkan bagaimana setiap prosedur ini akan
digunakan ketika merencanakan audit dan mengembangkan program audit. Berikut ini
adalah sepuluh jenis prosedur audit yang akan dibahas kemudian:

1) Prosedur analitis (analytical procedures)


Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan di antara data.
Prosedur ini meliputi: perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana; analisis vertikal
atau laporan persentase; perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau
anggaran; serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi. Analisis
regresi dapat melibatkan penggunaan data nonkeuangan (seperti data jumlah karyawan)
maupun data keuangan. Prosedur analitis seringkali meliputi juga pengukuran kegiatan
bisnis yang mendasari operasi serta membandingkan ukuran-ukuran kunci ekonomi yang
menggerakkan bisnis dengan hasil keuangan terkait. Prosedur analitis umumnya digunakan
dalam pendekatan top-down untuk mengembangkan harapan atas akun laporan keuangan
dan untuk menilai kelayakan laporan keuangan dalam konteks tersebut.
2) Inspeksi (inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan
sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi
seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-
up maupun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat
menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan
pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor
seringkali mempertimbangkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor
ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa kontrak
sewa guna usaha, ia melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi yang digunakan untuk
sewa guna usaha, mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini berpengaruh pada kegiatan
pembiayaan dan investasi entitas, dan akhirnya mempertimbangkan bagaimana sewa guna
usaha ini dapat mempengaruhi kemampuan entitas untuk menambah penghasilan dan
bagaimana pengaruh transaksi ini atas struktur biaya tetap entitas.Istilah-istilah seperti me-
review (reviewing), membaca (reading), dan memeriksa (examining) adalah sinonim
dengan menginspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi dokumen dapat membuka jalan
untuk mengevaluasi bukti documenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat
menilai keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan atau
item-item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa
secara tepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.Memeriksa sumber daya
berwujud memungkinkan auditor dapat mengetahui secara langsung keberadaan dan
kondisi fisik sumber daya tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga memberikan cara
untuk mengevaluasi bukti fisik.
3) Konfirmasi (confirming)
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar organisasi
klien. Dalam kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak luar secara
tertulis, namun auditor yang mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut.
Permintaan tersebut juga harus meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima
untuk mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor.Konfirmasi
menyediakan bukti bottom-uppenting dan digunakan dalam auditing karena bukti tersebut
biasanya objektif dan berasal dari sumber yang independen.
4) Permintaan keterangan (inquiring)
Permintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis
oleh auditor.Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen atau
karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya
prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan dengan keusangan persediaan
atau piutang yang dapat ditagih.Auditor juga dapat langsung meminta keterangan pada
pihak eksteren, seperti permintaan keterangan langsung kepada penasehat hokum klien
tentang kemungkinan hasil litigasi.Hasil permintaan keterangan dapat berupa bukti lisan
atau bukti dalam bentuk representasi tertulis.
Pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu tujuan audit tertentu
terjadi dalam tahap perencanaan audit. Efektivitas prosedur dalam memenuhi tujuan audit
spesifik dan biaya pelaksanaan prosedur tersebut harus dipertimbangkan dalam pemilihan
prosedur yang akan digunakan.
5) Perhitungan (counting)
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah (1) perhitungan fisik
sumber daya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada, dan (2) akuntansi
seluruh dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak. Yang pertama menyediakan cara
untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada, sedangkan yang kedua dapat
dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan
melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi. Teknik perhitungan ini
menyediakan bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong untuk
memperoleh bukti top-down terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi dari
prosedur perhitungan.
6) Penelusuran (tracing)
Dalam penelurusan (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran
ulang, auditor (1) memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2)
menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan
benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini
berawal dari dokumen menuju ke catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul
aliran data melalui sistem akuntansi.Karena proesdur ini memberikan keyakinan bahwa
data yang berasal dari dokumen sumber pada akhirnya dicantumkan dalam akun, maka
secara khusus data ini sangat berguna untuk mendeteksi terjadinya salah saji berupa
penyajian yang lebih rendah dari yang seharusnya (understatement) dalam catatan
akuntansi.

7) Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)


Pemeriksaan bukti (vouching) pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal
dalam catatan akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang
digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian
pencatatan akuntansi. Dalam melakukan vouching, arah pengujian berlawanan dengan
yang digunakan dalam tracing. Prosedur vouching digunakan secara luas untuk mendeteksi
adanya salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang seharusnya (overstatement)
dalam catatan akuntansi.
8) Pengamatan (observing)
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis
transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang
melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur
perusahaan.Pengamatan terutama penting untuk memperoleh pemahaman atas
pengendalian internal.Auditor juga dapat mengamati kecermatan seorang karyawan klien
dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan.Pengamatan yang terakhir
ini memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan menginspeksi.
9) Pelaksanaan ulang (reperforming)
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming)
perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total
jurnal, beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan
kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul
pendukung dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek
pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai
dengan pengandalian intern yang telah dirumuskan.Sebagai contoh, auditor dapat
melaksanakan ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan untuk
menentukan bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi
tersebut diproses.Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan
bukti bottom-up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk
pengujian audit tersebut.
10) Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka
auditor dapat menggunakan teknik audit berbantuan computer (computer-asssited
audittechniques/CAAT) untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah
diuraikan sebelumnya.

2.6.1 Isi Perencanaan Audit


1. Hal-hal mengenai klien, pengetahuan tentang bisnis klien membantu auditor
dalam mengindentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus;
menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan,diolah, di-
review dan dikumpulkan dalam organisasi; menilai kewajaran estimasi, seperti
penilaian atas persediaan, depresiasi, penyisihan piutang ragu-ragu, persentase
penyelesaian kontrak jangka panjang; menilai kewajaran representasi
manajemenen; mempertimbangkan kesesuaian prinsip
akuntansi yang diterapkan dan kecukupan pengungkapannya.
2. Hal-hal yang mempengaruhi klien.
3. Rencana Kerja Auditor. Hal-hal pentingnya antara lain : Staffing, pemeriksaan,
dan jasa-jasa audit yang diberikan. Hal-hal tambahannya : bantuan yang dapat
diberikan klien seperti mengisi formulir konfirmasi utang piutang, dan
membuat jadwal-jadwal, time schedule.

2.6.2 Elemen-elemen Perencanaan Audit


Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi sesuai
dengan besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang diperiksa dan
pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Adapun elemen-elemen
perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke (2000:219) adalah :

1. Pra Plan (Perencanaan Awal). Beberapa hal penting yang terdapat dalam
perencanaan awal ini adalah menyangkut informasi mengenai alasan klien
untuk diaudit,menerima atau menolak klien baru maupun klien lama,
mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit, menentukan staf untuk
penugasan dan memperoleh surat penugasan.
2. Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien. Auditor harus
memiliki tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan klien yang akan
diaudit yang berguna sebagai acuan dalam menentukan surat penugasan atau
perlu tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal yang harus
dilakukan untuk memperoleh informasi sehingga dapat memahami latar
belakang klien adalah dengan cara : meninjau lokasi pabrik dan kantor,
menelaah kebijakan-kebijakan penting perusahaan,mengidentifikasi pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta mengevaluasi kebutuhan
akan spesialis dari luar.
3. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien. Faktor-faktor
yang menyangkut lingkungan hukum industri klien mempunyai dampak
besar terhadap hasil audit. Pengetahuan auditor untuk menafsirkan fakta
yang berkaitan selama pekerjaan berlangsung akan meyakinkan bahwa
pengungkapan yang semestinya telah dilaksanakan dalam laporan keuangan.
Dalam hal ini dokumen-dokumen hukum yang penting untuk diperiksa oleh
auditor adalah Akta Pendirian Perusahaan,anggaran dasar perusahaan,
masalah rapat dewan komisaris, para pemegang saham, komite audit dan
para pejabat eksekutif termasuk didalamnya adalah ringkasan pokok
mengenai keputusan yang dibuat oleh direksi dan pemegang saham serta
dokumen mengenai kontrak penjualan maupun pembelian.
4. Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan. Melakukan
analisis ini sangat penting artinya karena dengan demikian keseluruhan
kegiatan pemeriksaan dapat tergambar didalamnya. Prosedur analitis ini
diantaranya : Memahami bidang usaha klien, penetapan kemampuan satuan
usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya, indikasi adanya kemungkinan
kekeliruan dalam laporan keuangan dan mengurangi pengujian yang terinci.
5. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat
diterima. Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat
pertimbangan pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab
auditor adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah
saji material, apabila auditor berpendapat adanya salah saji yang material ia
harus memberitahukan hal ini pada klien, sehingga koreksi dapat dilakukan.
Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan tersebut maka
auditor dapat memberikan pendapat dengan pengecualian.
6. Mengembangkan program audit dan rencana audit. Untuk melaporkan
serta memberikan pendapat yang tepat maka auditor harus melakukan
wawancara, melakukan pemeriksaan dan meneliti keaslian bukti-
bukti. Guna mempermudah pelaksanaan maka auditor harus menyusun
program yang direncanakan secara logis untuk prosedur-prosedur audit bagi
setiap pemeriksaan. Program pemeriksaan juga merupakan suatu alat
pengendalian dimana pemeriksa dapat menyesuaikan pemeriksaannya
dengan anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam hal ini Ikatan Akuntansi
Indonesia (2001:311.3) menyatakan bahwa: “Dalam perencanaan auditnya,
auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus
dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit secara tertulis.
Program audit membantu auditor dalam memberikan perintah kepada
asisten mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Bentuk program audit
dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi”.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan yang disusun oleh manajemen
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya.Laporan keuangan
yang harus diperiksa terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan
laporan arus kas.Seorang yang melakukan fungsi auditing dikenal sebagai auditor, yang
pada mulanya adalah pendengar kritis terhadap suatu pertanggungjawaban yangdibacakan
oleh penanggungjawab suatu badan usaha.Saat ini, auditor merupakan profesi yang telah
berkembang sesuai kebutuhan. Auditor telah terbagi dalam beberapa jenis seperti
eksternal auditor dan internal auditor. Tujuan pemeriksaan auditor adalah untuk memeriksa dan
memperoleh keyakinan, apakah kegiatan organisasi usaha dalam hal-hal yang material
sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.Untuk mencapai tujuan audit (audit
objective), seorang auditor harus membuat rencana audit yang terdiri dari prosedur-
prosedur yang akan dijalankan.

3.2 Saran

Kepada pembaca / mahasiswa agar lebih memperdalam materi tentang Proses Audit
sebab sangat penting untuk mengetahui Tahap – Tahap audit dan tanggung jawab auditor
sebelum melangkah untuk mempelajari materi dan memeriksa laporan keuangan
selanjutnya.

Penyusun menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan
oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun semangat, kami harapkan demi
kesempurnaan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA

arifwahyuprabowo, 2011., an audit, https://www.scribd.com/doc/53797432/an-Audit

Auditing,http://www.slideshare.net/IsmeSemangat/perencanaan-audit-9883055

DTE, 2015., Financial Auditing,http://www.slideshare.net/dte/perencanaan-audit-9883055

Fitri, Listanti, 2015., Auditing, http://fitrialistiani94.blogspot.co.id/2014/11/ auditing.html

http://www.academia.edu/9568346/Asersi_Manajemen_Tanggung_Jawab_Auditor_Tujuan_Aud
it_Bukti_Audit_Materialitas_dan_Program_Audit

http://www.slideshare.net/iyandri/perencanaan-audit

iyandri tiluk wahyono, 2009., Perencanaan Audit.

Isme Semangat, 2011., Perencanaan

Redaktur, Wau, 2015.,Asersi Manajemen, Tanggung Jawab Auditor, Tujuan Audit, Bukti Audit,
Materialitas dan Program Audit.

Anda mungkin juga menyukai