Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misi Indonesia sehat

2010 yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, bangsa dan negara

Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam

lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang

optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Buletin Kesehatan, 2007).

Untuk merealisasikan tujuan pembangunan kesehatan ini pemerintah

menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan, yaitu peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (pereventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan dalam berbagai tingkat penyakit yang diderita

baik penyakit degenaratif, penyakit menular dan penyakit tidak menular

termasuk pada penyakit gastritis (Blogppni,2004).

Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat

(community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas dan berasal dari

sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh melalui sistem

pencatatan dan pelaporan. Dari data pasien rawat inap dan rawat jalan diperoleh
2

gambaran jumlah penyakit gastritis di Rumah Sakit Umum di Indonesia

berjumlah 338.595 orang (Depkes RI, 2002).

Kondisi zaman yang serba sulit seperti sekarang ini, hampir membuat

semua orang di Indonesia terjangkit penyakit stres. Kita akan menemukan angka

peningkatan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Sesungguhnya, stres

tidak hanya disebabkan oleh peristiwa buruk. Semua perubahan yang

berhubungan dengan fisik dan psikis seseorang dapat menyebabkan stres (Adi,

2007). Stress merupakan salah satu pemicu timbulnya gastritis. Keadaan stress

misalnya stress karena banyaknya pekerjaan membuat waktu makan terabaikan,

Stres menyebakan perubahan hormonal sedemikian rupa di dalam tubuh kita yang

selanjutnya akan merangsang sel-sel di dalam lambung memproduksi asam dalam

jumlah berlebihan.).

Dalam sebuah jurnal kedokteran, Leeds (2005) mengungkapkan stres

dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Saat stres, orang cenderung

makan lebih sedikit, stres juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh

dan merangsang produksi asam lambung dalam jumlah berlebihan. Akibatnya,

lambung terasa sakit, nyeri, mual, mulas, bahkan bisa luka. Perubahan tersebut

merangsang sel-sel di dalam memproduksi asam lambung secara berlebihan.

Asam yang berlebihan ini membuat lambung menjadi perih dan kembung. Ada

juga pendapat ahli yang mengatakan kalau stres dapat membuat

ketidakseimbangan emosi dan kejiwaan yang menyebabkan pola makan

seseorang menjadi tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur ini yang
3

menyebabkan produksi asam lambung menjadi berjalan dengan tidak semestinya.

Jika pemicu sakit maag Anda adalah stres maka penyembuhan yang harus

dilakukan adalah dengan menetralkan keadaan tersebut lewat konseling atau

pendekatan kejiwaan (Admin,2008).

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar banyak orang mengeluh

rasa tidak nyaman pada perut bagian atas, misalnya rasa perut selalu penuh, mual,

perasaan panas, rasa pedih sebelum dan sesudah makan. Salah satu peneliti yang

mempelajari kemungkinan kelainan dalam jalan makan yang dihubungkan dengan

keluhan seperti tersebut di atas. Perubahan-perubahan anatomis dari lambung dan

usus halus pada otopsi dan ditemukan gastritis yang lanjut sebagai dasar kelainan

patogenik (Hadi, 2000). Gastritis yang merupakan radang pada jaringan dinding

lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan

terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau makanan

yang terinfeksi penyebab yang lain termasuk alkohol, aspirin, refluk empedu atau

terapi radiasi (Brunner & Suddart, 2000).

Secara sederhana gastritis dapat didefenisikan yaitu proses inflamasi pada

mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan

yang paling sering dijumpai di klinik, karena diagnosisnya sering hanya

berdasarkan gejala klinis dan bukan pemeriksaan histopatologi ( hirlan, 2006).

Gambaran klinik yang sering ditemukan berupa dispepsia atau indigesti.

Peradangan dinding lambung dapat terjadi mendadak (akut) dan jika tidak

segera diobati dapat menjadi kronis. Radang lambung dapat disebabkan oleh
4

salah makan, ataupun karena obat, dan dapat juga dari infeksi virus ( Irianto,

2004).

Ditingkat Puskesmas data gastritis tertinggi adalah puskesmas Basuki

rahmad Kota Bengkulu. Untuk perbandinganya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1 Jumlah Penyakit Gastritis di seluruh Puskesmas Kota Bengkulu


Tahun 2008
No Wilayah Kerja Puskesmas Jumlah
1. Gading Cempaka Jembatan Kecil 375
Jalan Gedang 792
301
Lingkar Barat 718
Lingkar Timur
2. Ratu Agung Kuala Lempuing 284
Nusa Indah 1.869
641
Sawah Lebar
3. Ratu Samban Anggut Atas 1422
4. Teluk Segara Pasar Ikan 1.134
Kampung Bali 672
5. Sungai serut Sukamerindu 610
6. Muara Bangkahulu Ratu Agung 1.015
Beringin Raya 443
7. Selebar Basuki Rahmad 1.876
Betungan 882
8. Kampung Melayu Kandang 297
Padang Serai 340
Jumlah 13.671
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2008

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

hubungan stress dengan gastritis di Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu

tahun 2009.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah penelitian yang timbul

adalah tingginya angka gastritis di Puskesmas Basuki Rahmad. Adapun rumusan


5

masalahnya adalah adakah hubungan stress dengan gastritis pada padi Puskesmas

Basuki Rahmad Kota Bengkulu tahun 2009.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola makan dan stress dengan gastritis di

Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Mengeatahui gambaran gastritis di Puskesmas Basuki Rahmad Kota

Bengkulu tahun 2009.

b. Mengeatahui gambaran stress pada pasen gastritis di Puskesmas

Basuki Rahmad Kota Bengkulu tahun 2009.

c. Mengetahui hubungan Stress dengan gastritis di Puskesmas Basuki

Rahmad Kota Bengkulu tahun 2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

melaksanakan program pencegahan penyakit gastritis

2. Untuk Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan menambah

literatur kepustakaan khususnya tentang penyakit gastritis.


6

3. Untuk Peneliti Lain

Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut agar penelitian ini dapat

dikembangkan dengan metode penelitian lain seperti factor-faktor yang

menyebabkan gastritis pada pasien gastritis dan untuk menambah

pengetahuan, serta wawasan bagi para pembaca.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh :

1. Desy Indriati dengan judul : Gambaran umum dan pekerjaan pada

penderita gastritis di puskesmas Lingkar Timur kota Bengkulu tahun 2006

dengan hasil penelitian diketahui bahwa

2. Maya Arita Sari dengan judul : Hubungan tingkat pengetahuan

tentang penyakit gastritis dengan pola makan penderita gastritis di puskesmas

Pasar Ikan Kota Bengkulu tahun 2008 dengan hasil penelitian diketahui

bahwa 54% adalah tingkat pengetahuan cukup dengan pola makan kategori

cukup

Yang membedakan dengan penelitian ini adalah jenis dan rancangan

penelitian, variabel penelitian ( stress ), populasi/sampel , tempat dan waktu

penelitian.
7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Gastritis

1. Pengertian

Menurut Mansyur (2000), gastritis adalah inflamasi dari mukosa

lambung dengan gambaran klinis dyspepsia atau indigesti, pada pemeriksaan

endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto menunjukkan

irregularitas mukosa, sedangkan menurut Barbara C. Long (1996), gastritis

(peradangan pada lambung) merupakan gangguan yang sering terjadi dengan

karakteristik adanya anoreksia, rasa penuh dan tidak enak pada epigastrum,

mual dan muntah yang akibatnya sering kali tidak dapat dipastikan, namun

sering kali akibat dari stres, alkohol atau obat-obatan. Gangguan ini sering

disertai infeksi bakteri atau virus, dari iritasi oleh sekresi pankreas/empedu

yang mengalir kembali ke lambung dengan radiasi atau karena substansi-

substansi yang bersifat korosif. Dan menurut Brunner dan Suddarth (2000),

gastritis inflamasi mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh

ketidakteraturan diet, alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.


8

Gastritis dapat menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut. Bentuk gastritis

akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat/alkali yang dapat

menyebabkan mukosa menjadi gangren dan perforasi.

2. Klasifikasi Gastritis

Menurut Mansyur ( 2000) gantritis dibagi menjadi :

a. Gastritis Akut

Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan

tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan

neutrofil.

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan,

biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, merupakan respon mukosa

lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah makan

makanan yang terkontaminasi) alkohol, kafein dan aspirin merupakan

agen-agen penyebab yang sering. Obat-obatan lain, seperti NSAID

(indometasin, ibuprofen, naproksen), sulfanamide, steroid dan digitalis

juga terlibat. Beberapa makanan berbumbu termasuk cuka, lada, atau

mustard, dapat menyebabkan gejala yang mengarah pada gastritis.

Jika alkohol diminum bersama aspirin, efeknya akan lebih merusak

dibandingkan efek masing-masing agen tersebut secara terpisah. Gastritis

erosif haemorrogik difus biasanya terjadi pada peminum berat dan

pemakai aspirin dan dapat menyebabkan perlunya dilakukan reseksi


9

lambung. Penyakit yang serius ini akan dianggap tidak akibat stres, oleh

sebab keduanya memiliki banyak persamaan. Destruksi sawar mukosa

lambung diduga merupakan mekanisme patogenik yang menyebabkan

cidera.

Pada gastritis superficialis, mukosa memerah, edematosa dan

ditutupi oleh mukus yang melekat, erosi kecil dan perdarahan sering

timbul. Derajat peradangan sangat bervariasi.

Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan

abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala yang

lebih berat seperti nyeri epigastrum, muntah, perdarahan dan hematemesis.

Pada beberapa kasus bila gejala memanjang dan resisten terhadap

pengobatan, mungkin diperlukan tindakan diagnostik tambahan seperti

endoskopi, biopsi mukosa dan analisis cairan lambung untuk memperjelas

diagnosa.

Gastritis akut biasanya mereka bila agen-agen penyebab dapat

dihilangkan. Obat-obatan anti muntah dapat membantu menghilangkan

mual dan muntah. Jika penderita tetap muntah, mungkin perlu koreksi

keseimbangan cairan dan elektrolit dengan memberikan cairan intravena.

Pemakaian penghambat H2 (seperti ranitidine) untuk mengurangi sekresi

asam lambung, sukralfat atau antacid, dapat mempercepat penyembuhan

( Kose, 2008 ).

b. Gastritis Kronik
10

Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multi faktor dengan

perjalanan klinis yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan

infeksi helicobartes phylori.

Gastritis kronik ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar

disertai dengan kehilangan sel pametal dan chief cell. Akibatnya produksi

asam klorida, pepsin dan faktor intrinsik menurun. Dinding lambung

menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata. Bentuk

gastritits ini sering dihubungkan dengan anemia pernisiosa, tukak

lambung dan kanker.

Pada kasus anemia pernisiosa, patogenesis dapat dikaitkan dengan

gangguan mekanisme imunologik. Kebanyakan penderita mempunyai

antibodi terhadap sel perietal dan dalam darahnya. Lebih spesifik lagi,

penderita ini juga mempunyai antibodi terhadap faktor intrinsik.

Gastritis kronis diduga merupakan predisposisi timbulnya tukak

lambung dan karsinoma. Insiden kanker lambung khususnya tinggi pada

anemia pernisiosa (10-15%).

Gejala gastritis kronis umumnya bervariasi dan tidak jelas, antara

lain perasaan perut penuh, anoreksia dan distress epigastrik yang tidak

nyata. Diagnosa diperkirakan bila ada aklorhidran yang rendah dan

dipastikan melalui perubahan histologik yang khas pada biopsi.

3. Etiologi

Penyebab gastritis akut dan kronis menurut Soeparman (2002), yaitu :


11

a. Gastritis akut

1) Obat analgetik-antiinflamasi, terutama aspirin

2) Bahan kimia

3) Merokok

4) Alkohol

5) Stress

b. Gastritis kronik

1) Infeksi bakteriologi pada lambung

2) Pada penderita dengan anemia pernisiosa

3) Penderita dengan ulkus peptikum

4) Hubungan dengan karsinoma lambung

5) Pada penderita setelah gastrektomi subtotal

4. Manifestasi Klinis

Gejala yang dapat dirasakan seseorang terkena gastritis adalah rasa

perih pada lambung atau ulu hati, perut terasa kembung, seringnya

bersendawa, tidak berselera makan, rasa mual, wajah pucat, suhu badan naik,

keluar keringat dingin dan terkadang bisa sampai muntah. Meskipun tidak

terjadi pada setiap orang, namun seringkali asam lambung naik sampai ke

mulut sehingga mulut jadi terasa asam. Bahkan pada penderita maag yang

sudah parah, penderitanya sampai bisa tak sadarkan diri (pingsan-red). Jika

keadaan ini tidak segera diatasi, maka kemungkinan besar akan timbul
12

gangguan-gangguan pada saluran pencernaan. Antara lain, luka pada lambung

atau tukak lambung ( Admin, 2008).

5. Patofisiologi

Proses terjadinya gastritis akut bermula dari pemakaian aspirin, alkohol,

garam empedu dan zat-zat lain yang terlalu berlebihan sehingga merusak

mukosa lambung dan mengubah permeabilitas sawar epitel, memungkinkan

difusi balik asam HCl dengan akibat kerusakan jaringan khususnya pembuluh

darah. Histamin dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut

dan meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap mukosa. Mukosa menjadi

edema dan sebagian besar protein plasma dapat hilang. Mukosa dapat rusak

mengakibatkan haemorargik interstisial dan perdarahan sehingga menjadi

tukak ( Jovan, 2007 ).

Salah satu penyebab dari gastritis akut adalah stres atau psikologis.

Timbulnya kelainan lambung yang dikaitkan dengan stres/psikis seseorang

adalah sangat erat hubungannya antara gangguan psikosomatik dengan

saluran pencernaan seseorang yang sedang ada konflik dalam jiwanya, tegang,

cemas, stres, perasaan takut yang berlebihan akan dapat menaikkan sekresi

asam lambung dan motilitas saluran cerna. Pada saat ini klien tersebut akan

merasa mual, tidak ada nafsu makan, mengeluh sakit dan pedih di ulu hati.

Bila keadaan emosi tersebut berlangsung lama dan cukup berat akan timbul
13

erosi dan perdarahan kecil-kecil pada mukosa lambung sebagai akibat

menurunnya daya tahan mukosa lambung. Keadaan seperti ini dapat timbul

spontan atau sebagai akibat dari kontraksi yang kuat dari lambung. Bila luka

yang kecil tersebut terkena asam lambung akan menyebabkan tukak kronis

( Jovan, 2007).

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa

lambung, yaitu :

a. Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H meninggi 160

mMol/liter.

b. Perfusi mukosa lambung yang terganggu.

c. Jumlah asam lambung merupakan faktor yang sangat penting ( 167

mMol/liter).

Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, misalnya stres fisik akan

menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah

infark kecil. Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu. Mukosa barier

pada penderita stres fisik biasanya tidak terganggu. Hal itu untuk

membedakan dengan gastritis erosive karena bahan kimia/obat. Mukosa barier

rusak sehingga difusi balik ion H meninggi. Suasana asam yang terdapat pada

asam lambung mempermudah kerusakan mukosa barier oleh cairan usus.

Gangguan keseimbangan faktor defensif dan agresif juga berperan

dalam menimbulkan lesi pada mukosa. Dalam keadaan normal, faktor defensif

(mukus, bikarbonat mukosa, prostaglandin sirkulasi) dapat mengatasi faktor


14

agresif (NSAID, empedu, infeksi virus, infeksi bakteri H. pylori, bahan

korosif, asam dan basa kuat) sehingga tidak terjadi kerusakan/kelainan

patologis.

Pada makan yang tidak teratur (lambung kosong) menyebabkan otot-

otot lambung berkontraksi sangat kuat, sehingga sekresi asam lambung

meningkat dan klien akan merasa mual, sakit dan pedih di daerah lambung

bagian atas

6. Faktor pemicu timbulnya gastritis

Penyakit gastritis terbagi menjadi dua jenis. Jenis pertama adalah

gastritis Fungsional. Yaitu jenis gastritis yang apabila dilakukan pemeriksaan

lanjut dengan Endoskopi (peneropongan saluran pencernaan atas-red) tidak

ditemukan kelainan secara anatomis. Sementara jenis yang kedua, adalah

gastritis Organik. Yaitu sakit gastritis yang apabila dilakukan pemeriksaan

lanjut dengan endoskopi didapatkan kelainan secara anatomi. Misalnya, luka

dalam pada lambung dan usus 12 jari, polip pada lambung dan kerongkongan,

ataupun kanker pada organ pencernaan tersebut ( Admin, 2008). Gastritis

Fungsional biasanya disebabkan oleh kebiasaan makan yang tidak teratur,

keadaan stres, hobi makan makanan terlalu pedas, dan kebiasaan buruk seperti

minum minuman beralkohol dan kecanduan rokok. Jika tidak ditangani secara

benar dan serius, penderita bisa beralih kondisi menjadi penderita gastritis

organik.
15

1) Faktor psikologis

Stres merupakan faktor psikologis terjadinya gastritis. Stress baik

primer maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan produksi asam

lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong

gesekan antar makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat

(Coleman, 2001). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya luka dalam

lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat ditimbulkan oleh berbagai

keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan/iritasi mukosa

lambung semakin meningkat pengeluarannya, terutama pada saat keadaan

emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam makan.

Selain pola makan yang berantakan, penyakit gastritis juga biasa

disebabkan oleh stres. Keadaan seperti ini menyebabkan terjadinya

perubahan hormonal di dalam tubuh. Perubahan tersebut merangsang sel-

sel di dalam memproduksi asam lambung secara berlebihan. Asam yang

berlebihan ini membuat lambung menjadi perih dan kembung ( Ernawati,

2008).

Ada juga pendapat ahli yang mengatakan kalau stres dapat membuat

ketidakseimbangan emosi dan kejiwaan yang menyebabkan pola makan

seseorang menjadi tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur ini yang

menyebabkan produksi asam lambung menjadi berjalan dengan tidak

semestinya. Jika pemicu sakit maag Anda adalah stres maka penyembuhan
16

yang harus dilakukan adalah dengan menetralkan keadaan tersebut lewat

konseling atau pendekatan kejiwaan.

2) Faktor Pengobatan

Setelah 45 tahun dipakainya asam salisilat di klinik pertama kalinya

oleh Dreser (1893), dilaporkan timbulnya perdarahan karena aspirin.

Lintott (1963), melakukan pemeriksaan gastrokopi secara berturut-turut

pada 16 penderita yang minum tabel aspirin, asam salisilat atau kalsium

asetil salisilat yang dihancurkan. 13 dari 16 penderita yang minum 15 gram

aspirin, terlihat mukosa yang sudah hiperemik sampai perdarahan

submukosa. Pada salah seorang dari 5 penderita yang diberi kalsium asetil

salisilat, terlihat reaksi lokal pada daerah mukosa yang terdapat serbuk

salisilat. Ternyata bahwa aspirin yang tidak larut (insolugle aspirin) dapat

menyebabkan timbulnya iritasi lambung secara langsung (Hadi, 2000).

Pada tahun 1985 Henning, melakukan observasi pasien decompensasi

cordis yang mendapat terapi digitalis, ternyata timbul gastritis akut. Tahun

1954 Palmer, melaporkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan

gastroskopi pada pasien yang minum aureomisin, terlihat gastritis akut

yang ringan dengan erosi (Hadi, 2000).

Obat-obatan yang mengandung salisilat misalnya aspirin (sering

digunakan sebagai obat pereda nyeri) dalam tingkat konsumsi yang

berlebihan dapat menimbulkan gastritis (Uripi, 2002). Efek salisilat

terhadap saluran cerna adalah perdarahan lambung yang berat dapat terjadi
17

pada pemakaian dalam dosis besar. Aspirin merupakan agen-agen yang

sering (Prince, 2001). Penyebab paling umum dari gastritis erosive akut

adalah pemakaian aspirin.

7. Pencegahan penyakit gastritis

Menurut Ernawati ( 2008) pencegahan penyakit gastritis adalah sebagai

berikut:

a. Pengelolaan stress

Stress dapat meningkatkan resiko untuk terkena serangan jantung

ataupun stroke, mengurangi daya tahan tubuh serta memicu atau

memperparah masalah pada kulit. Stress juga dapat meningkatkan

produksi asam lambung & memperlambat pencernaan. Karena stress

merupakan hal yang tidak dapat dihindari bagi sebagian orang, maka

cara terbaik adalah dengan cara mengelola stress tersebut. Caranya

bisa dengan istirahat yang cukup, olahraga secara teratur &

menemukan cara yang tepat untuk menenangkan diri seperti dengan

yoga, meditasi atau tai chi. Kegiatan tersebut dapat membantu untuk

memfokuskan pikiran, menenangkan kegelisahan & mengurangi

tekanan fisik. Terapi pijat juga dapat mengendorkan otot yang tegang

& saraf yang letih.


18

b. Hindari atau batasi konsumsi alkohol.

Konsumsi alkohol yang berlebih dapat menyebabkan iritasi &

pengikisan lapisan lambung. Sehingga terjadi peradangan &

perdarahan pada lambung.

c. Berhenti merokok.

Merokok dapat mempengaruhi lapisan pelindung dari lambung,

sehingga lambung menjadi rentan untuk mengalami iritasi ataupun

tukak. Merokok juga dapat meningkatkan produksi asam lambung,

memperlambat penyembuhan lambung & menjadi faktor resiko yang

utama untuk terkena kanker pada daerah perut.

d. Ganti pereda nyeri anda.

Jika memungkinkan hindari penggunaan obat pereda nyeri AINS

dalam jangka waktu yang lama secara terus menerus. konsultasikan ke

dokter mengenai obat pereda nyeri yang tepat untuk anda.

e. Ikuti rekomendasi dokter anda


19

Dokter anda bisa saja merekomendasikan obat antasida atau

penghambat produksi asam lambung yang dijual bebas di apotik untuk

membantu mencegah sakit maag yang mungkin timbul.

8. Petunujuk umum diet gastritis

a. Syarat diet penyakit gastritis

Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak

merangsang, tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi,

jumlah energi pun harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien

(Hembing, 2004). Sebaliknya, asupan protein harus cukup tinggi ( 20-

25 % dari total jumlah energi yang biasa diberikan), sedangkan lemak

perlu dibatasi. Protein ini berperan dalam menetralisir asam lambung.

Bila dipaksa mengunakan lemak, pilih jenis lemak yang mengandung

asam lemak tak jenuh. Pemberian lemak dan minyak perlu

dipertimbangkan secara teliti. Lemak berlebihan dapat menimbulkan

rasa mual, rasa tidak enak diulu hati dan muntah karena tekanan dalam

lambung meningkat. Mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung

asam lemak tak jenuh secara cukup merupakan pilihan yang tepat,

sebab lemak jenis ini lebih mudah dicerna. Porsi makanan yang

diberikan dalam porsi kecil tapi sering, hindari makan secara

berlebihan. Demikian pula jumlah vitamin dan mineral yang diberikan

pun harus dalam jumlah cukup. Akan tetapi, karena keterbatasan bahan
20

makanan sumber vitamin dan mineral, biasanya pasien diberikan

vitamin dan mineral dan bentuk obat (Uripi, 2002).

b. Kebutuhan zat gizi

Jumlah energi yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan berat badan,

umur, jenis kelamin, aktivitas dan jenis penyakit.

B. Konsep stress

1. Pengertian

Stres adalah kondisi dinamis dengan rasa tegang dan cemas pada

inidividu atau kumpulan individu dikarenakan adanya ketidak seimbangan

antara tuntutan dan kemampuan respon yang dihadapkan dengan kesempatan

dan pembatas yang diinginkan dengan ditandai oleh ketegangan emosional

yang berpengaruh terhadap kondisi mental dan fisik (Kusnadi, 2003).

Stress adalah tekanan fisik maupun pikiran yang bersifat nonspesifik setiap

tuntutan beban diatasnya ( Aat, 2005).

2. Macam – macam stress

a. Quantitative overloading stress adalah stres dikarenakan seseorang

mempunyai waktu yang sedikit untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas

yang banyak yang melebihi batas kemampuannya

b. Quantitative underloading stress adalah stres dikarenakan seseorang

mempunyai waktu yang terlalu banyak untuk menyelesaikan pekerjaan


21

atau tugas yang terlalu sedikit sehingga ia banyak menganggur dan

akibatnya sangat membosankan

c. Quanlitative overloading stress adalah stres dikarenakan seseorang itu

tidak mempunyai atau kekurangan kemampuan dan keahlian untuk

menyelesaikan pekerjaan atau tugasnya

d. Quanlitative unrerloading stress adalah stres dikarenakan seseorang

itu mempunyai atau kemampuan dan keahlian yang sangat tinggi untuk

menyelesaikan pekerjaan atau tugasnya, sehingga pekerjaan atau tugasnya

dianggap terlalu rendah dan akibatnya sangat membosankan.

3. Faktor Penyebab Stress

Secara umum factor penyebab stress menurut Hartono ( 2007 ), digolongkan

menjadi beberapa kelompok yaitu :

a. Tekanan fisik seperti kerja otot/olahraga, kerja otak terlalu lama.

b. Tekanan psikologik seperti hubungan suami istri atau orang tua dengan

anak, persaingan antar saudara atau teman kerja

c. Tekanan sosial ekonomi seperti kesulitan ekonomi, perbedaan ras

4. Tingkat Stress

Adapun tingkatan stress menurut Stuart & Sundeen dalam Puji ( 2008 ) adalah :

a. Stress ringan

Pada tingkat stress ini sering terjadi pada kehidupan sehari – hari dan kodisi

ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah

berbagai keungkinan yang akan terjadi


22

b. Stress sedang

Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan

mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya

c. Stress berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung

memusatkan perhatian pada hal – hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi stres, individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada

lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.

5. Cara mengelola stress

Stress dapat meningkatkan resiko untuk terkena serangan jantung

ataupun stroke, mengurangi daya tahan tubuh serta memicu atau

memperparah masalah pada kulit. Stress juga dapat meningkatkan produksi

asam lambung & memperlambat pencernaan. Karena stress merupakan hal

yang tidak dapat dihindari bagi sebagian orang, maka cara terbaik adalah

dengan cara mengelola stress tersebut. Caranya bisa dengan istirahat yang

cukup, olahraga secara teratur & menemukan cara yang tepat untuk

menenangkan diri seperti dengan yoga, meditasi atau tai chi. Kegiatan

tersebut dapat membantu untuk memfokuskan pikiran, menenangkan

kegelisahan & mengurangi tekanan fisik. Terapi pijat juga dapat

mengendorkan otot yang tegang & saraf yang letih.

6. Reaksi tubuh terhadap stress

a. Rambut
23

Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami

perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut

memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan

rambut

b. Mata

Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas

karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami

kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.

c. Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).

d. Daya pikir

Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang

menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.

e. Ekspresi wajah

Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak

serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan kulit

muka kedutan (tic facialis).

f. Mulut

Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selaiin

daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar


24

menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan

mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.

g. Sistem kardiovaskuler

Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu

faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah

melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang

bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi

(perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga

menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu

sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya

terasa “dingin”.

h. Sistem Pencernaan

Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem

pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih;

hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity).

Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal

dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi,

gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan

merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering

diare.

i. Sistem perkemihan
25

Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga

terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air

kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing

manis (diabetes mellitus).

7. Pengukuran stress

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres

yang dialami seseorang (Hardjana, 2000). Tingkatan stres ini diukur dengan

menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond

& Lovibond (1995). Psychometric Properties of The Depression Anxiety

Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item. DASS adalah seperangkat skala

subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari

depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur

mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk

pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status

emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat

digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian.

Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat,

sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stress Scale

42 (DASS) terdiri dari 42 item, yang dimodifikasi dengan penambahan item

menjadi 49 item, penambahannya dari item 43 - 49 yang mencakup 3

subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. Jumlah skor dari

pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59 (stress


26

ringan); 60-89 (stres sedang), 90-119 (stres berat), >120 (stres sangat berat).

Format penilaian stres berdasarkan DASS 42 (Depression Anxiety Stress Scale

42 ) terlampir (diakses dari www.wikipedia.com).

Tabel 2.1
Aspek penilaian DASS 42

No Aspek penilaian Nilai


1 Menjadi marah karena hal –hal kecil atau sepele 0 1
2 Merasa mulut terasa kerig
3 Tidak dapat melihat hal positip dari suatu kejadian
4 Merasa gangguan dalam bernafas ( nafas cepat atau sulit
bernafas)
5 Pernah merasa seperti tidak kuat lagi melakukan kegiatan
6 Cenderung beraksi berlebihan pada situasi
7 Merasa kelemahan pada anggota tubuh
8 Kesuliatn untuk bersantai
9 Merasa cemas berlebihan dalam suatu situasi namun bisa
lega jika hal situasiitu brakhir
10 Merasa psimis
11 Mudah merasa kesal
12 Banyak mengahabiskan energi karena cemas
13 Merasa sedih dan depresi
14 Merasa tidak sabaran
15 Merasa kelelahan
16 Merasa kehilangan minat pada banyak hal seperti makan
17 Merasa diri tidak layak
18 Mudah tersinggung
19 Selalu berkeringat
20 Ketakutan tanpa alasan yang jelas
21 Hidup tidak semangat
22 Sulit untuk beristirahat
23 Kesulitan dalam menelan
27

24 Tidak dapat menikmati hal – hal yg sayalakukan


25 Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa
stimulasi oleh letih
26 Hilang harapan dan ptus asa
27 Merasa mudah marah
28 Mudah panik
29 Kesulitan untuk tenang
30 Takut diri terhambat oleh tugas-tugas yg tidak bisa
dilakuakn
31 Sulit untuk antusias pada banyak hal
32 Sulit mentoleransi gangguan terhadap hal – hal yg sedang
dilakukan
33 Berada pada keadaan tegang
34 Merasa tidak berharga
35 Tidak dapat memaklumi hal apapun yg menhalangi anda
untuk menyelesaikan hal yg sedang anda lakukan
36 Ketakutan
37 Tidak ada harapan untuk masa depan
38 Hidup tidak berarti
39 Mudah gelisah
40 Khawatir dengan situsai saat diri anda menjadi panik dan
mempermalukan diri sendiri
41 Gemetar
42 Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan
sesuatu

C. Hubungan stress dengan gastritis

Selain pola makan yang berantakan, penyakit gastritis juga biasa

disebabkan oleh stres. Keadaan seperti ini menyebabkan terjadinya perubahan

hormonal di dalam tubuh. Perubahan tersebut merangsang sel-sel di dalam

memproduksi asam lambung secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini

membuat lambung menjadi perih dan kembung ( Ernawati, 2008).

Stres merupakan faktor psikologis terjadinya gastritis. Stress baik primer

maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lambung dan


28

gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antar makanan

dan dinding lambung menjadi bertambah kuat (Coleman, 2001). Hal ini dapat

menyebabkan terjadinya luka dalam lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat

ditimbulkan oleh berbagai keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan

rangsangan/iritasi mukosa lambung semakin meningkat pengeluarannya,

terutama pada saat keadaan emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam

makan. Ada juga pendapat ahli yang mengatakan kalau stres dapat membuat

ketidakseimbangan emosi dan kejiwaan yang menyebabkan pola makan

seseorang menjadi tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur ini yang

menyebabkan produksi asam lambung menjadi berjalan dengan tidak semestinya.

Jika pemicu sakit maag Anda adalah stres maka penyembuhan yang harus

dilakukan adalah dengan menetralkan keadaan tersebut lewat konseling atau

pendekatan kejiwaan (Uripi,2002).

D. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada hubungan antara stress dengan gastritis di puskesmas

Basuki Rahmad tahun 2009

Ha : Ada hubungan stress dengan gastritis di puskesmas Basuki Rahmad

tahun 2009
29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian study ini adalah metode analitik dengan rancangan

Cross Sectional, dimana variabel independen (stress) dan variabel dependen

(gastritis) diukur dan dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang

bersamaan (Nursalam, 2008). Penelitian ini digunakan untuk mengetahui

hubungan stress dengan gastritis di Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu

Tahun 2009”

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada suatu penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep – konsep yang akan diamati atau diukur melalui

penelitian – penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2005 ).

Untuk mengetahui adakah hubungan stress dengan kejadian gastritis di

Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu Tahun 2009” maka peneliti membuat
30

kerangka konsep dengan dua variabel yaitu variabel independen dan dependen.

Secara skematis, kedua variabel tersebut digambarkan sebagai berikut :

Table 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Independen Variabel dependen

Stress
GASTRITIS

C. Defenisi Operasional

Tabel 3.2 Defenisi Operasional

No Defenisi Operasional Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Variabel Independen Format wawancara 0 : Stress jika skor Ordinal
Stress adalah tekanan > 29
fisik maupun pikiran Wawancar 1 : Tidak Stress jika
yang bersifat nonspesifik skore 0 – 29
setiap tuntutan beban a
diatasnya.
2 Variabel dependent : Checlist Cek 1 : Bukan gastritis Nominal
Gastritis adalah dokumen 0 : Gastritis
Diagnosis yang tertulis
pada buku status
kesehatan di puskesmas

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
31

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan ( Nursalam, 2008 ). Populasi dalam penelitian ini adalah

pasien yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Basuki Rahmad Kota

Bengkulu tahun 2009 yang menderita gastritis dari bulan Januari s.d Juli

2009 berjumlah 101 responden

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling ( Nursalam, 2008 ).

Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan

tehnik Accidental Sampling yaitu responden yang ditemui pada saat penelitian

dilakukan yang berjumlah 60 responden.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 31 Agustus s.d 2 September 2009.

2. Tempat

Di Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu

F. Tehnik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara :

1. Jenis data
32

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer diperoleh

langsung dengan menggunakan wawancara untuk memperoleh data tentang

stress.

2. Cara mengumpulkan data

Data dikumpulkan dengan cara mengisi format wawancara

3. Instrument pengumpulan data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah dengan

menggunakan format wawancara dan checklist.

G. Tehnik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

1. Tehnik pengolahan data

Untuk memperoleh pengolahan data dlakukan tehnik – tehnik pengolahan

data sebagai berikut :

a. Editing ( Pengeditan data )

Langkah ini dilakukan peneliti untuk memeriksa kembali kelengkapan

data yang diperlukan untuk mecapai tujuan penelitian maka dilakukan

pengelompokkan dan penyusunan data.

b. Coding ( Pengkodean )

Coding adalah mengalokasikan jawaban – jawaban yang ada menurut

macamnya kedalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode

– kode agar lebih muda dan sederhana.


33

c. Tabulating ( tabulasi data )

Tabulasi yaitu melakukan tabulasi dari data yang diperoleh dengan

menggunakan rumus distribusi frekuensi

d. Entri data

Data yang telah dikelompokkan kemudian dimasukkan kedalam program

statistic computer ( SPSS ).

e. Cleaning

Data yang sudah benar – benar tidak ada kesalahan dilanjutkan dengan

pengujian data dengan menggunakan uji statistic

2. Analisa Data

Data di analisis secara :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat yaitu seluruh variabel yang akan digunakan kemudian

ditampilkan ke dalam distribusi frekuensi dari masing – masing variabel

dengan menggunakan rumus :

F
P= x 100%
n

Keterangan :

P : Persentase yang ingin dicari

F : Jumlah frekuensi dari setiap alternative jawaban

n : Jumlah sampel
34

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat

hubungan stress dengan gastritis di Puskesmas Basuki Rahmad Kota

Bengkulu Tahun 2009”. variabel independen dan variabel dependent

dengan menggunakan uji statistik menggunakan rumus Chi-Square ( X2 )

dengan tingkat kepercayaan 95% atan α = 0,05.

Aturan yang berlaku pada chi-square adalah sebagai berikut :

1) Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai E ( harapan ) kurang dari 5,

maka uji yang digunakan adalah fisher exact.

2) Bila pada tabel 2x2 dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang

pakai adalah Continuity Corection.

3) Bila pada tabel lebi dari 2x2 misalnya 3 x 2, 3 x 3 maka

digunakan uji Chi – Square.

∑ (O – E)2
2
X =

Keterangan :

X : Chi – square

n : Jumlah sampel
35

O : Nilai Observasi

E : Nilai Ekspetasi

3. Kriteria pengujian

Hasil perhitungan diterjemahkan apabila X2 hitung ≥ X2 tabel atau

р < α = 0,05 maka Ho ditolak berarti hasil uji bermakna ada hubungan

stress dengan kejadian gastritis di Puskesmas Basuki Rahmad Kota

Bengkulu Tahun 2009”. Akan tetapi jika X2 hitung < X2 tabel atau р > α =

0,05 maka Ho diterima sehingga tidak menyatakan adanya hubungan

dengan kejadian gastritis di Puskesmas Basuki Rahmad tahun 2009..

4. Tehknik Penyajian Data

Setelah dianalisa, data – data disajikan dalam bentuk table distribusi

frekuensi dan narasi, kemudian di interpretasikan.


36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan stress dengan

gastritis pada padi Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu tahun 2009

dengan melakukan pengambilan data primer yaitu dengan wawancara dan data

sekunder yang diperoleh dari buku register. Penelitian dilaksanakan pada tanggal

31 Agustus 2009 sampai dengan 2 September 2009. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah Accidental sampling yang berjumlah 60 responden.

Kemudian data yang diperoleh dikelompokkan dan diberi kode yang selanjutnya
37

ditabulasikan berdasarkan usia dan jenis kelamin kemudian di analisis secara

univariat dan bivariat.

B. Hasil penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan stress dengan

gastritis pada pasien di Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu Tahun 2009

Data yang terkumpul dilakukan pengolahan data dan dianalisis, selanjutnya

disajikan dalam bentuk tabel dan naratif sebagai berikut:

1. Gambaran Kejadian Gastritis Pasien di Puskesmas Basuki Rahmad

Kota Bengkulu Tahun 2009.

Tabel 4.2. Distibusi Frekuensi Gambaran Kejadian Pasien Gastriti di


Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu Tahun 2009.

No Kejadian Gastritis Frekuensi Persentase (%)


1. Gastritis 26 43,3
2. Tidak Gastritis 34 56,7
TOTAL 60 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa dari 60 responden, pasien

yang mengalami gastritis sebanyak 26 orang (43,3 %) dan pasien yang tidak

mengalami gastritis sebanyak 34 orang (56,7 %).


38

2. Gambaran kejadian stress pasien di Puskesmas Basuki Rahmad Kota

Bengkulu Tahun 2009

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi Kejadian Pada Pasien Stress di Puskesmas


Basuki Rahmad Kota Bengkulu Tahun 2009

No Kejadian Stress Frekuensi Persentase (%)


1. Stress 22 36,7
2. Tidak Stress 38 63,3
TOTAL 60 100

BeBerdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa dari 60

responden, pasien yang mengalami stress sebanyak 22 orang (36,7 %) dan

pasien yang tidak mengalami stress sebanyak 38 orang (63,3 %).

C. Hubungan stres dengan kejadian gastritis pada pasien di Puskesmas Basuki

Rahmad Kota Bengkulu Tahun 2009.

Tabel 4.3 Analisa Hubungan Stres Dengan Kejadian Gastritis Pada


Pasien di Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu Tahun
2009.

Kejadian Gastritis
Gastritis Tidak
Gastritis Total X2 Ρ
Stres
N % N % N % 10,405 0.001

Stres 16 26,7 6 10,0 22 36,7

Tidak Stres 10 16,7 28 46,7 38 63,3


Total 26 43,3 34 56,7 60 100
39

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa responden yang

mengalami stres, frekuensi tertinggi menderita gastritis yaitu sebanyak 16

orang (26,7%) dan responden yang mengalami stres dan menderita gastritis

sebanyak 6 orang (10,0%). Sedangkan responden yang tidak stres, frekuensi

tertinggi tidak menderita gastritis yaitu sebanyak 28 orang (46,7%), dan

responden yang tidak stres dan menderita gastritis sebanyak 10 orang

(16,7%).

Selanjutnya dari analisis chi-square diperoleh X² hitung = 10,405 > X²

tabel = 3,841 dengan nilai ρ = 0,001 dimana ρ < α pada taraf signifikansi 5%

(α = 0,05) dan df = 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho

ditolak, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan

kejadian gastritis pada pasien di Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu

Tahun 2009.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

mengalami stres, frekuensi tertinggi yang menderita gastritis yaitu sebanyak 16

orang (26,7%) dan responden yang mengalami stres dan menderita gastritis

sebanyak 6 orang (10,0%). Sedangkan responden yang tidak stres, frekuensi

tertinggi tidak menderita gastritis yaitu sebanyak 28 orang (46,7%), dan

responden yang tidak stres dan menderita gastritis sebanyak 10 orang (16,7%).

Menurut Ernawati (2008) penyakit gastritis juga biasa disebabkan oleh stres.

Keadaan seperti ini menyebabkan terjadinya perubahan hormonal di dalam


40

tubuh. Perubahan tersebut merangsang sel-sel di dalam memproduksi asam

lambung secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat lambung menjadi

perih dan kembung .

Stres merupakan faktor psikologis terjadinya gastritis. Stress baik primer

maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lambung dan

gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antar makanan

dan dinding lambung menjadi bertambah kuat (Coleman, 2001). Hal ini dapat

menyebabkan terjadinya luka dalam lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat

ditimbulkan oleh berbagai keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan

rangsangan/iritasi mukosa lambung semakin meningkat pengeluarannya,

terutama pada saat keadaan emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam

makan. Ada juga pendapat ahli yang mengatakan kalau stres dapat membuat

ketidakseimbangan emosi dan kejiwaan yang menyebabkan pola makan

seseorang menjadi tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur ini yang

menyebabkan produksi asam lambung menjadi berjalan dengan tidak semestinya.

Jika pemicu sakit maag Anda adalah stres maka penyembuhan yang harus

dilakukan adalah dengan menetralkan keadaan tersebut lewat konseling atau

pendekatan kejiwaan (Uripi,2002).

Menurut Kusnadi (2003) stres adalah kondisi dinamis dengan rasa tegang

dan cemas pada inidividu atau kumpulan individu dikarenakan adanya ketidak

seimbangan antara tuntutan dan kemampuan respon yang dihadapkan dengan

kesempatan dan pembatas yang diinginkan dengan ditandai oleh ketegangan


41

emosional yang berpengaruh terhadap kondisi mental dan fisik. Orang yang

mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem pencernaannya.

Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal ini disebabkan

karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran

disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag.

Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus,

sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar

atau sebaliknya sering diare.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Penelitian

1. Hampir sebagian (43,3%) pasien yang mengalami gastritis di

Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu tahun 2009.

2. Hampir sebagian (36,7%) pasien yang mengalami stress di Puskesmas

Basuki Rahmad Kota Bengkulu tahun 2009.


42

3. Terdapat hubungan antara stress dengan kejadian gastritis dimana nilai ρ

< 0,05 berarti Ha diterima dan Ho ditolak.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian dan pembahasan, peneliti ingin memberikan

saran kepada beberapa pihak yang terkait antara lain kepada :

1. Untuk Tempat Penelitian

Diharapkan dapat meningkatkan pemberian penyuluhan khususnya tentang

penyakit gastritis. Bagi penderita gastritis agar dapat menjalani pengobatan

dan taat pada saran dari tenaga kesehatan yang diharapkan dengan

menghindari faktor resiko penyakit gastritis.

2. Untuk Institusi Pendidikan

Kepada pihak akademis diharapkan dapat melengkapi referensi tentang buku

penyakit dalam dengan edisi terbaru.

3. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjutnya.


43

DAFTAR PUSTAKA

Aat, Sarla, 2005. Perempuan Mudah Stres Dari Pada Laki-Laki. Karya Cipta.
Surabaya

Admin, 2008. Faktor Pemicu Timbulnya Gastritis. Diakses dari www.republika


online.co.id

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume I edisi 8.EGC.
Jakarta

Coleman, 2001. Hidup Sehat Dengan Menghindari Stres. Diakses dari


www.frewab. co.id
44

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu.2008. Profil kesehatan Bengkulu. Bengkulu

Ernawati, 2008. Apakah Stres Penyebab Timbulnya Gastritis. Diakses dari


www.republika online.co.id

Hadi, Mahmud. 2000. Pengobatan Pada Pasien Gastritis Akut dan Kronis. Diakses
dari i http:// www.prodia.co.id

Jovan, 2007. Faktr-faktor Penyebab Gastritis. Diakses dari www.republika


online.co.id

Kose, 2008. Tips Mencegah Sakit Mag. Diakses dari i http:// www.prodia.co.id

Kusnadi, 2003. Manajemen Stres. www//http:blogspot.com.net.id.

Long, Barbara, 1996.

Notoatmojo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Riset Keperawatan, EGC, Jakarta.

Wahidin, 2007. Stres Pemicu Dari Gastritis. Diakses dari http:// www.prodia.co.id

, 2004. Membina Masyarakat Hidup Sehat adalah Tanggung

Jawab Bersama, diakses dari blogsot.ppni indonesia.

, 2007. Buletin Kesehatan. Jakarta


45

Anda mungkin juga menyukai