Anda di halaman 1dari 3

Pengangkatan anak

Indonesia merupakan negara yang memiliki budaya dan adat yang beranekaragam
sehingga menyebabkan perbedaan hukum atau aturan di setiap daerah. Dalam hukum adat di
Indonesia mengatur hampir semua elemen kehidupan seperti perkawinan, tanah, waris,
kedudukan anak, termasuk juga pengangkatan anak atau adopsi. Surojo Wignjodipuro dalam
bukunya yang berjudul Pengantar dan Asas-Asas Hukum adat menyebutkan bahwa
Mengangkat anak (adopsi) adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain kedalam
keluarga sendiri, sehingga antara orang yang memungut anak dan anaj yang dipungut timbul
suatu hubungan kekeluargaan yang sama seperti yang ada antara orang tua dengan anak
kandung sendiri. Latar belakang dilakukannya pengangkatan anak antara lain karena :

 tidak mempunyai anak

 belas kasihan terhadap anak-anak tersebut, disebabkan orang tua si anak tidak mampu
memberikan nafkah kepadanya ataupun karena anak itu yatim piatu.

 Sebagai pemancing bagi yang tidak punya anak, untuk dapat mempunyai anak
kandung.

 Untuk menambah jumlah keluarga

 Dengan maksud agar anak yang diangkat mendapat pendidikan yang baik.

 faktor kekayaan

 Untuk menyambung keturunan dan mendapatkan pewaris bagi yang tidak


mempunyaia n a k k a n d u n g .

 Adanya hubungan keluarga, maka orang tua kandung dari si anak tersebut meminta
suatukeluarga supaya dijadikan anak angkat.

 Diharapkan anak dapat menolong di hari tua dan menyambung keturunan bagi yang
tidak mempunyai anak.

Tujuan pengangkatan anak termuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonsia No.
54 Tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan anak Pasal 2 yaitu pengangkatan anak
bertujuan untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak
dan perlindungan anak, yang dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dari segi caranya, pengangkatan anak dapat dibedakan menjadi :

o Pengangkatan anak langsung. Pengangkataan anak langsung dapat dilakukan


dengan cara mengangkat anak bukan warga keluarga, mengangkat anak dari
kalangan keluarga, dan mengangkat anak dari kalangan keponakan-keponakan.

o Pengangkatan anak tidak langsung. Pengangkatan anak tidak langsung adalah


pengangkatan anak yang dilakukan karena perkawinan.

Pengangkatan anak dalam sistem parental

Kedudukan anak dalam keluarga yang bersistem parental adalah meneruskan


keturunan berdasarkan garis kedua orang tua. Sistem parental adalah sistem yang paling
banyak digunakan di Indonesia, daerah yang menggunakannya adalah Jawa dan Sulawesi.
Dalam hal pengangkatan anak dalam sistem parental, proses pengangkatan anak jarang
dilakukan dengan sepengetahuan dari kepala desa dan cara yang digunakan adalah cara
mengangkat anak dari kalangan keponakan-keponakan. Anak yang diangkat biasanya masih
memiliki hubungan keluarga dengan orang tua angkatnya dan tanpa disertai dengan
pembayaran uang atau penyerahan sejumalah barang tertentu kepada orang taua kandung
anak yang diangkta tersebut. Tetapi, di Jawa Timur dilakukan pemberian uang sebesar 17 ½
sen yang bernama rongwang segobang dan di Minihasa terdapat parade yaitu anak yang
diangkat diberi tanda tertentu sebagai pengakuan bahwa telah mengangkat keponakan
tersebut sebagai anak. Sebab-sebab untuk mengangkat keponakan sebgai anak angkat antara
lai karena :

 Tidak memiliki anak sendiri, sehingga mengangkat keponakan merupaka jalan


untuk mendapat keturunan

 Belum dikaruniai anak, sehingga diharapkan dengan mengangkat keponakn


akan mempercepat kemungkinan untuk mendapatkan anak.

 Terdorong karena rasa kasihan terhadap keponakn tersebut, misalnya karena


hidupnya yang kurang terurus.
Anak yang sudah diadopsi orang lain, berakibat hubungan dengan orang tua
kandungnya menjadi putus. Kedudukan orang tua kandung telah digantikan oleh orang tua
angkat. Namun dalam sistem parental seperti didaerah Jawa perbuatan pengangkatan anak
tidak memutuskan pertalian keluarga antar anak yang diangkat tersebut dengan orang tua
kandungnya. Hanya hubungan dalam arti kehidupan sehari-hari sudah ikut orang tua
angkatnya dan orang tua kandung tidak boleh ikut campur dalam hal urusan perawatan,
pemeliharaan dan pendidikan anak angkat tersebut. Karena hubungan antara anak angkat
dengan orang tua kandungnya tidak terputus, dalam hal kewarisan selain mendapat warisan
dari orang tua angkatnya tetapi anak tersebut berhak juga atas warisan dari orang tua
kandungnya.

Daftar pustaka:

 Wignjodipuro Surojo. Pengantar dan asas-asas hukum adat. Jakarta: PT Toko gunung
agung, 1995.

 Muhammad Bushar. Pokok-pokok hukum adat. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2006.

 Christiawan Tian. Kedudukan Anak Angkat Dalam Sistem Hukum Nasional.


http://www.academia.edu/11802767/Makalah_Kedudukan_Anak_Angkat_Dalam_Sis
tem_Hukum_Nasional. Diakses pada 16 November 2016.

 Hukum online. 2011. Anak Angkat, Prosedur dan Hak warisnya.


http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl107/anak-angkat,-prosedur-dan-hak-
warisnya. Diakses pada 16 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai