Karena pengaruh dari berbagai tempat, maka berlakunya hak ulayat pada tiap daerah adalah
berbeda. Juga dalam suasana lingkungan ulayat dapat berlaku ulayat pada tiap-tiap daerah
mungkin bebrbeda sesuai dengan tempatnya. Misal di Jawa hak ulayat itu nampak jelas
berlakunya terhadap tanah-tanah yang belum dibuka (dasar sungai yang menjadi kering, pulau-
pulau yang baru muncul, dan tanah delta (AANSLIBING).
Di samping hal-hal tersebut hak ulayat juga dapat berlaku terhadap tanah milik anggota ulayat.
Misal, bilamana pemilik tanah itu meninggal tanpa keturunan maka pimpinan ulayat boleh
mengangkat pemilik baru terhadap tanah itu yang sama kekuasaannya dengan pemilik lama.
Tetapi apabila hak milik atas tanah tersebut adalah hak milik atas tanah pertanian yang sudah
ditanami sehingga tanah itu telah berupa suatu kebun maka pemilik boleh menggadaikan atau
menjual tanahnya. Tanah seperti ini jarang kembali kena hak ulayat.
Macam-macam Hak Perorangan Atas Tanah:
Dilihat dari pembatasannya maka hak milik atas tanah dapat dibedakan menjadi :
1. Hak milik terikat : misalnya “milik kommunal atas tanah” atau “hak
pertuanan tanah desa” (tanah milik bersama).
2. Hak menikmati : hak yang diberikan pada seseorang untuk
menggunakan tanah atau memungut hasil tanah hanya untuk masa satu
kali panen saja.
3. Hak usaha : suatu hak yang dimiliki seseorang untuk menganggap
bahwa sebidang tanah tertentu sebagai tanah miliknya asal saja ia
memenuhi kewajiban serta menghormati pembatasan-pembatasan
yang melekat pada hak itu berdasarkan peraturan untuk tanah pertikelir
disebelah barat sungai cimanuk. (Stb. 1912 No. 422 jo 613).
4. Hak terdahulu : hak yang diberikan kepada seseorang untuk
mengusahakan tanah dimana orang tersebut didahulukan daripada
orang lain. Hak terdahulu juga diberikan kepada orang yang tanahnya
berbatasan dengan tanah belukar. Apabila seorang anggota masyarakat
satu desa mengusahakan tanah diluar tanah tempat tinggalnya disebut
NGADON, dnn orang tersebut harus membayar sewa kepada kepala
desa.
5. Hak terdahulu untuk beli : hak yang diberikan kepada seseorang untuk
membeli sebidang tanah dengan mengesampingkan orang lain.
6. Hak memungut hasil karena jabatan : hak atas tanah yang diberikan
kepada kepala persekutuan atau pembesar desa lainnya atau pengurus
masyarakat selama dia menjadi pengurus masyarakat.
2) Transaksi-transaksi Tanah
Adanya pemisahan yang tegas maka Hak Ulayat dan berbagai hak-hak perorangan
atas tanah seperti uraian diatas digolongkan sebagai HUKUM
TANAH TIDAK BERGERAK sedangkan transaksi-transaksi tanah dimasukkan dalam
golongan HUKUM TANAH YANG BERGERAK. Macam transaksi tanah ada 2
macam, yaitu:
Transaksi-transaksi tersebut supaya merupakan perbuatan hukum yang sah dalam artian
mendapat perlindungan hukum, maka wajib dilakukan dengan bantuan Kepala
Persekutuan sehingga perbuatan menjadi terang. Untuk lebih jelasnya pemaparan tentang
masing-masing tanah sebagai berikut:
a) Menjual Gadai : yang menerima tanah berhak untuk mengerjakan tanah itu serta
untuk memungut penghasilan dari tanah itu. Tidak boleh menjual lepas tanah
tersebut.
b) Menjual Lepas : yang membeli lepas memperoleh hak milik atas tanah yang
dibelinya, dan pembayaran dilakukan dihadapan Kepala Persekutuan.
c) Menjual Tahunan : merupakan bentuk menyewakan tanah. Transaksi ini diluar
jawa tidak begitu dikenal dan lamanya tidak tertentu.
Terdapat perbedaan antara memperduai bersama gadai dengan tanggungan, sebagai berikut:
Terdapat pula suatu transaksi yang banyak terdapat dalam praktik, yaitu apa yang biasa disebut
di Jawa dengan istilah TITIP.
“TITIP adalah suatu transaksi yang memberi ijin kepada orang yang tidak berhak untuk
menggunakan tanahnya sekaligus mengurus untuknya”.
Tolib Setyadi, S.H., M.Pd., M.H., (2009), “Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian
Kepustakaan”, Penerbit Alfabeta, Bandung.