Anda di halaman 1dari 10

1.1.

KEDUDUKAN TANAH DALAM HUKUM ADAT


Di dalam hukum adat, ada dua hal yang menyebabkan tanah itu memiliki kedudukan yang
sangat penting di dalam hukum adat, hal tersebut disebabkan oleh bebelami kerapa faktor,
yaitu:
a. Karena sifatnya
Yakni merupakan satu-satunya benda kekayaan yang meskipun mengalami keadaan yang
bagaimanapun juga akan tetapi tokh akan bersifat tetap dalam keadaannya bahkan
kadang-kadang menjadi lebih menguntungkan.
Contoh: Sebidang tanah itu dibakar, diatasnya dijatuhkan bom misalnya, tanah tersebut
tidak akan lenyap. Setelah api padam ataupun setelah pemboman selesai sebidang tanah
tanah yang dimaksud akan tetap muncul kembali tetap berwujud tanah sebagaimana
seperti pada keadaannya yang semula. Kalau dilanda banjir atau tertutup material letusan
gunung berapi malahan setelah airnya surut ataupun beberapa waktu setelah airnya surut
atau beberapa waktu kemudian setelah letusan gunung berapi tersebut berlalu muncul
kembali sebidang tanah yang lebih subur dari keadaan yang semula.
b. Karena faktanya
Yaitu kenyataannya bahwa tanah itu adalah:
1) Merupakan tempat tinggal persekutuan (masyarakat)
2) Memberikan penghidupan kepada persekutuan (masyarakat)
3) Merupakan tempat di mana warga persekutuan (masyarakat) yang telah meninggal
dunia dikuburkan
4) Merupakan pula tempat bagi danyang-danyang pelindung persekutuan (masyarakat)
dan roh-roh para leluhur persekutuan.

1.2. HAK PERSEKUTUAN ATAS TANAH


Mengingat akan fakta sebagaimana tersebut di atas, maka antara persekutuan dengan tanah
yang didudukinya itu terdapat hubungan yang erat sekali, hubungan yang mempunyai sumber
serta yang bersifat religio magis. Hubungan yang erat dan bersifat religio-magis ini
menyebabkan persekutuan memperoleh hak untuk menguasai tanah yang dimaksud,
memanfaatkannya tanah itu, memungut hasil dari tumbuh-tumbuhan dan atau pohon-
pohonan yang hidup di atas tanah tersebut serta juga berburu binatang yang hidup di situ.
Hak persekutuan atas tanah ini disebuy sebagai hak pertuanan atau hak ulayat. Hak ini oleh
Van Vollenhoven disebut sebagai Beschikkingsrecht. Istilah ini dalam bahasa Indonesia
adalah merupakan satu pengertian baru, satu dan yang lainnya dikarenakan bahasa Indonesia
(dan juga bahasa-bahasa daerah) istilah yang dipergunakan semua pengertiannya adalah
sebagai lingkungan kekuasaan sedangkan Beshikkingsrecht itu menggambarkan tentang
hubungan anatara persekutuan dengan tanah itu sendiri. Kini lazimnya digunakan kata hak
ulayat sebagai terjemahan dari Beshikkingsrecht.
Adapaun tanah yang merupakan wilayah persekutuan antara lain:
Patuanan di Ambon
Panyampeto di Kalimantan
Wewengkon di Jawa
Prabumian di Bali
Pawatasan di Kalimantan
Limpo di Buru
Ulayat di Minangkabau
Torluk Angkola
Paer Di Lombok
Golat di Batak

1.3. CIRI-CIRI HAK PERSEKUTUAN ATAS TANAH


Van Vollenhoven De Indonesir En Zijn Grond menyatakan bahwa terdapat 6 ciri hak
persekutuan atas tanah ulayat:
a) Persekutuan dan anggotanya berhak untuk memanfaatkan tanah, memungut hasil
serta segala sesuatu yang ada di dalam tanah dan tumbuh serta yang hidup di atas
tanah ulayat.
b) Hak Individual diliputi hak persekutuan. Dalam hubungan antara hak persekutuan
dengan hak individu terkenal teori Prof.Dr.Mr.Barend Ter Haar.B.Zn yang disebut
teori bola yang dinyatakan:
Hubungan antara hak persekutuan dan Hak individu bersifat timbale balik. Semakin
lemah hak indivu maka semakin kuat hak persekutuan atas tanah itu dan sebaliknya
semakin lemah hak persekutuan maka semakin kuat hak individu atas tanah tersebut.
c) Pimpinan persekutuan dapat menentukan untuk meyatakan dan menggunakan bidang-
bidang tanah tertentu ditetapkan untuk kepentingan umum. Dan terhadap tanah ini
tidak diperkenankan peletakan tanah perorangan.
d) Orang asing yang mau menarik tanah-tanah ulayat harus terlebih dahulu meminta ijin
dari kepala persekutuan desa dan harus membayar uang pengakuan dan setelah panen
harus membayar uang sewa.
e) Persekutuan bertanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi di atas lingkungan
ulayat tersebut
f) Larangan mengasingkan tanah

1.4.SIFAT DAN JENIS HAK PERSEKUTUAN


Jenis hak ulayat sendiri terbagi menjadi dua, yaitu hak ulayat berlapis satu yang terdapat
pada persekutuan desa dan hak ulayat berlapis. Sifat hak ulayat sendiri terdiri dari 2 macam,
yaitu:
1) Berlaku ke dalam
Hak ulayat menjamin kehidupan daripada anggota-anggotanya yang ada dalam
lingkungan ulayat tersebut, karena itu, tiap-tiap anggota berhak mengambil hasil dari
tanah dan binatang serta tumbuh-tumbuhan atau pohon-pohonan yang ada di atas
ulayat tersebut.
Hubungan kepentingan persektuan dengan perorangan adalah timbale balik dan
mempunyai daya kekuatan yang sama. Hal inilah yang dinamakan Prof Ter Haar
sebagai teori bola.
Tetapi di Tapanuli Selatan ada kemungkinan tanah perseorangan itu dicabut haknya.
Ini terjadi karena orang yang mengolahnya adalah orang-orang penumpang dan
mereka meninggalkan lingkungan ulayat. Tanah mereka ini akan dibagikan kepada
orang-orang miskin. Hak pakai atas tanah ini disebut SALIPI NA TARTAR.
Dalam hl anggota-anggota persekutuan dalam menggunakan haknya atas tanah serta
isi lingkungan ulayat misalnya mereka berhak berburu, mengambil hasil hutan dan
lain-lain. Apabila seorang anggota persekutuan telah menggunakan haknya terhadap
sebidang tanah ataupun pohon tersebut maka sejak itu kekuasaan anggota-anggota
persekutuan lainnya untuk menggunakan haknyaatas obyek yang sama terlepas buat
sementara. Dan dalam keadaan ini hak persekutuan masih tetap meliputi hak
perseorangan tadi.
Apabila tanda-tanda yang diberikan oleh orang tadi telah hapus atau hilang maka hak
dari anggota persekutan yang lain terhadap obyek yang tadi timbul kembali, dan
dalam keadaan ini hak persekutuan pun timbul kembali. Karena itu bagi anggota
persekutuan yang akan menggunakan haknya atas sebidang tanah ataupun pohon
haruslah terlebih dahulu memberi tanda pada tanah ataupun pada pohon tersebut.
Apabila sebidang tanah telah memiliki tanda tersebut maka orang lain tidak boleh
member tanda atas tanah tersebut. Tetapi apabila nanti dia tidak mengolah tanah
tersebut maka orang lain boleh mengambilnya. Jadi sebenarnya anggota persekutuan
yang telah member tanda pertama tadi hanyalah mempunyai hak terdahulu
(VOORKEUSCH RECHT) atas tanah tersebut.
Terhadap kepentingan persekutuan juga juga hak ulayat dapat berlaku misalnya
persekutuan dapat menentukan dari tanah-tanah yang digunakan untuk pbuat
perkuburan, swah-sawah desa dan untuk tanah bengkok. Tanah-tanah Bengkok ini
adalah tanah yang diberikan kepada pegawai persekutuan selama ia menjabat
jabatannya. Dari tanah ini ia berhak untuk mengambil hasil. Tanah Bengkok
(AMBTS VELDEN) berbeda dengan tanah yang dihadiahkan raja kepada pegawai
bawahannya yang berjasa. Tanah Bengkok di Batak disebut Sabana Bolak, Galung
Arajan di Sulawesi Selatan, Dusun Dati Raja di Ambon, dan Bukti di Bali.
2) Sifat Berlaku keluar
Beschikkingsrecht juga dapat berlaku terhadap orang-orang luar yaitu orang yang
bukan merupakan anggota persekutuan. Apabila orang luar ingin memasuki tanah
persekutuan, mereka harus terlebih dahulu mendapat izin dari kepala persekutuan.
Sebelum Permohonan mereke diijinkan, terlebih dahulu mereka harus member
sesuatu (membayar pancang) misalnya di Aceh (orang luar yang hendak memasuki
persekutuan harus membayar uang pemasukan) dan di Jawa disebut Mesi dan
kemudian memberikan ganti rugi. Apabila dalam persekutuan mereka akan mengelola
tanah, mereka hanya akan diberi hak menikmati (GENOOTSRECHT) yang diberikan
hanya dalam satu kali panen saja dan tidak boleh menjadi ahli waris atau membeli
tanah.
Di daerah Angkola mereka yang datang dari luar diperbolehkan untuk membuka
dusun dalam lingkungan ulayat di bawah pimpinan seorang raja. Dusun yang mereka
dirikan itu dinamakan Huta Na Ro dan rajanya disebut RAJA SIBOAN RIPE. Setelah
pendatang ini mengambil panen, maka sebagai pengakuan bahwa mereka pendatang
mereka harus membayar uang sewa kepada persekutuan.
Di dalam persekutuan kemungkinan terjadi perkawinan antara anggota persekutuan
dengan pendatang. Dalam keadaan ini mungkin orang pendatang mendapat tanah
sebagai hadiah perkawinan. Apabila terjadi hal seperti ini maka kedudukan orang
pendatang yang kawin itu atas tanah yang dihadiahkan kepadanya maka
kedudukannya lebih kuat dari hak semula yang diberikannya (hanya sebagai hak
menikmati); setelah perkawinan menjadi hak milik.

1.5. OBJEK HAK ULAYAT


Yang menjadi objek hak ulayat meliputi:
a. Tanah (daratan)
b. Air (perairan) seperti misalnya kali, danau, pantai
c. Tumbuhan-tumbuhan yang hidup secara liar
d. Binatang yang hidup di atas lingkungan ulayat(hidup liar, bebas di hutan)

Karena pengaruh dari berbagai tempat, maka berlakunya hak ulayat pada tiap daerah adalah
berbeda. Juga dalam suasana lingkungan ulayat dapat berlaku ulayat pada tiap-tiap daerah
mungkin bebrbeda sesuai dengan tempatnya. Misal di Jawa hak ulayat itu nampak jelas
berlakunya terhadap tanah-tanah yang belum dibuka (dasar sungai yang menjadi kering, pulau-
pulau yang baru muncul, dan tanah delta (AANSLIBING).

Di samping hal-hal tersebut hak ulayat juga dapat berlaku terhadap tanah milik anggota ulayat.
Misal, bilamana pemilik tanah itu meninggal tanpa keturunan maka pimpinan ulayat boleh
mengangkat pemilik baru terhadap tanah itu yang sama kekuasaannya dengan pemilik lama.
Tetapi apabila hak milik atas tanah tersebut adalah hak milik atas tanah pertanian yang sudah
ditanami sehingga tanah itu telah berupa suatu kebun maka pemilik boleh menggadaikan atau
menjual tanahnya. Tanah seperti ini jarang kembali kena hak ulayat.
Macam-macam Hak Perorangan Atas Tanah:

1) Hak Milik Atas Tanah


Bahwa warga yang mendiami tanah itu berhak sepenuh-penuhnya atas tanahnya tetapi
dengan ketentuan wajib menghormati:
a. Hak ulayat desanya
b. Kepentingan-kepentingan orang lain yang memiliki tanah
c. Peraturan-peraturan adat

Dilihat dari pembatasannya maka hak milik atas tanah dapat dibedakan menjadi :

1. Hak milik terikat : misalnya “milik kommunal atas tanah” atau “hak
pertuanan tanah desa” (tanah milik bersama).
2. Hak menikmati : hak yang diberikan pada seseorang untuk
menggunakan tanah atau memungut hasil tanah hanya untuk masa satu
kali panen saja.
3. Hak usaha : suatu hak yang dimiliki seseorang untuk menganggap
bahwa sebidang tanah tertentu sebagai tanah miliknya asal saja ia
memenuhi kewajiban serta menghormati pembatasan-pembatasan
yang melekat pada hak itu berdasarkan peraturan untuk tanah pertikelir
disebelah barat sungai cimanuk. (Stb. 1912 No. 422 jo 613).
4. Hak terdahulu : hak yang diberikan kepada seseorang untuk
mengusahakan tanah dimana orang tersebut didahulukan daripada
orang lain. Hak terdahulu juga diberikan kepada orang yang tanahnya
berbatasan dengan tanah belukar. Apabila seorang anggota masyarakat
satu desa mengusahakan tanah diluar tanah tempat tinggalnya disebut
NGADON, dnn orang tersebut harus membayar sewa kepada kepala
desa.
5. Hak terdahulu untuk beli : hak yang diberikan kepada seseorang untuk
membeli sebidang tanah dengan mengesampingkan orang lain.
6. Hak memungut hasil karena jabatan : hak atas tanah yang diberikan
kepada kepala persekutuan atau pembesar desa lainnya atau pengurus
masyarakat selama dia menjadi pengurus masyarakat.
2) Transaksi-transaksi Tanah

Adanya pemisahan yang tegas maka Hak Ulayat dan berbagai hak-hak perorangan
atas tanah seperti uraian diatas digolongkan sebagai HUKUM
TANAH TIDAK BERGERAK sedangkan transaksi-transaksi tanah dimasukkan dalam
golongan HUKUM TANAH YANG BERGERAK. Macam transaksi tanah ada 2
macam, yaitu:

1. Traansaksi tanah yang bersifat perbuatan hukum sepihak, seperti:


pendirian suatu desa/dusun; pembukaan tanah oleh seorang warga
persekutuan.
2. Transaksi tanah yang bersifat perbuatan hukum dua pihak, inti
transaksinya pengoperan dan penyerahan disertai dengan pembayaran
kontan dari pihak lain pada saat itu. Dalam hukum tanah perbuatan
hukum ini disebut transaksi jual.

Transaksi-transaksi tersebut supaya merupakan perbuatan hukum yang sah dalam artian
mendapat perlindungan hukum, maka wajib dilakukan dengan bantuan Kepala
Persekutuan sehingga perbuatan menjadi terang. Untuk lebih jelasnya pemaparan tentang
masing-masing tanah sebagai berikut:

a) Menjual Gadai : yang menerima tanah berhak untuk mengerjakan tanah itu serta
untuk memungut penghasilan dari tanah itu. Tidak boleh menjual lepas tanah
tersebut.
b) Menjual Lepas : yang membeli lepas memperoleh hak milik atas tanah yang
dibelinya, dan pembayaran dilakukan dihadapan Kepala Persekutuan.
c) Menjual Tahunan : merupakan bentuk menyewakan tanah. Transaksi ini diluar
jawa tidak begitu dikenal dan lamanya tidak tertentu.

Disamping transaksi-transaksi jual sebagaimana telah diuraikan, terdapat pula transaksi-


transaksi yang bukan termasuk jual, yaitu seperti:

1. Pewarisan tanah atau penghibahan tanah


2. Pemberian tanah atau penghadiahan tanah
3) Transaksi-transaksi yang Ada Hubungannya Dengan Tanah
Dalam transaksi ini obyeknya bukan tanah akan tetapi hanya mempunyai hubungan
dengan tanah, dimana dalam hukum adat dikenal transaksi-transaksi yang berhubungan
dengan tanah mencakup:
1. Pembagian bagi hasil (deelbouw overeenkomst)
Perjanjian bagi hasil merupakan hubungan hukum antara seseorang
yang berhak atas tanah dengan pihak lain dimana pihak lain ini
diperkenankan memberikan sebagian, sepertiga hasil tanahnya kepada
pemilik tanah.
2. Sewa tanah
Suatu transaksi yang mengijinkan orang lain untuk mengerjakan
tanahnya atau untuk tinggal ditanahnya dengan membayar sesudah tiap
panen atau sesudah tiap bulan atau tiap tahun uang sewa yang tetap.
3. Penjaminan
Transaksi terjadi apabila seseorang yang mempunyai hutang kepada
orang lain dan berjanji bahwa selama belum melunasi hutangnya ia
tidak akan mengadakan transaksi tentang tanahnya kecuali dengan
pemberi utang.
4. Penumpang rumah dan penumpang pekarangan
5. Memperduai atau sewa bersama-sama gadai
Transaksi gabungan antara transaksi tanah dengan transaksi yang
berhubungan dengan tanah.

Terdapat perbedaan antara memperduai bersama gadai dengan tanggungan, sebagai berikut:

Memperduai bersama gadai Tanggungan


Merupakan transaksi tanah. Bukan merupakan transaksi tanah melainkan
transaksi yang berhubungan dengan tanah.
Dibutuhkan bantuan Kepala Persekutuan. Tidak perlu bantuan Kepala Persekutuan tetapi
apabila kemudian utangnya itu dilunasi dengan
cara penggadaian tanahnya maka diperlukan
bantuan Kepala Persekutuan.
Hak atas tanah berpindah dari pemlik tanah Hak atas tanah tetap pada pemilik tanah.
kepada penggadai tanah.
Wanprestasi dari yang menggadaikan tanah Wanprestasi dari peminjama uang, yang
yang dapat dituntut tanah yang digadaikan meminjamkann uang dapat menuntut
supaya diserahkan. pembayaran jumlah uang yang diutangkan.
Wanprestasi mengenai penyerahan hasil tanah Wnaprestasi mengenai bayar bunga pinjaman
separuh misalnya MARO, maka iin biasanya memberi hak untuk menuntut
mengerjakan tanah yang digadaikan apat pengembalian.
dicabut.
Jika tanah yang digadaikan karenaa bencana Jika tanah yang dijadikan tanggungan
alam gempa bumi dan lainnya, penggadai lenyap/hanyut karena bencana alam, hak
tanah tidak dapat menuntut apa-apa dari menuntut pembayaran kembali uang pinjaman
pemilik tanah. masih tetap ada.

Terdapat pula suatu transaksi yang banyak terdapat dalam praktik, yaitu apa yang biasa disebut
di Jawa dengan istilah TITIP.

“TITIP adalah suatu transaksi yang memberi ijin kepada orang yang tidak berhak untuk
menggunakan tanahnya sekaligus mengurus untuknya”.

Sebab mengadakan transaksi TITIP ini biasanya adalah:

1. Untuk sementara meninggalkan tempat kediamannya dimana tanahnya itu berada


sehingga tidak dapat sendiri menggunakan tanah tersebut. Biasanya dititipkan kepadda
keluarga atau warga setempat untuk menggunakan tanahnya dan sekaligus memelihara
tanah itu.
2. Tanah milik keluarga misalnya sawah harta peninggalan yang tidak dibagi karena
mungkin semua anggota keluarga yang memiliki tanah mengerjakan dan memelihara
tanah dimaksud, maka tanah itu dititipkan kepada seorang keluarga (ahli waris).
Daftar Pustaka

Tolib Setyadi, S.H., M.Pd., M.H., (2009), “Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian
Kepustakaan”, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai