Anda di halaman 1dari 23

99HAK ULAYAT DALAM MASYARAKAT HUKUM ADAT

A. Pengertian Hak Ulayat

Hak ulayat disebut juga hak pertuanan, istilah ini digunakan oleh Supomo, Sedangkan

Djojodigoeno mengggunakan istilah hak purba. Hak purba menurut agama Imam Sudiyat

adalah hak yang dimiliki oleh suatu suku (clan/gens/stam), sebuah serikat desa-desa

(dorpenband) atau biasanya oleh sebuah desa saja untuk menguasai seluruh tanah seisinya

dalam lingkungn wilayahnya.1 Hak ulayat selain disebut sebagai hak purba juga disebut

sebagai hak pertuanan yaitu hak persekutuan atas tanah untuk menguasai tanah yang

dimaksud, memnfaatkan tanah itu, memungut hasil dari tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas

tanah tersebut, juga berburu terhadap binatang yang hidup di situ.2

Istilah hak ulayat dalam bahsa Inggris ialah right of avail dan right of disposal yang

berarti berkaitan dengan hak-hak atas tanah untuk kehidupan manusia dan mempunyai nilai

religious.3

Secara yuridis hak ulayat merupakan suatu hak yng mendekt sebagai kompetensi ciri

khas yang ada pada masyarakat hukum adat berupa kewenangan maupun kekuasaan untuk

mengurus dan mengatur tentang tanah dan tanamannya dengan berlaku ke dalam maupun ke

luar masyarakat hukum adat dan merupakan hak mutlak (absolut).4

Hak ulayat mengandung dua unsur yaitu:

1. Unsur kepunyaan yang termasuk di dalam bidang hukum perdata

1
Imam Sudiyat,Hukum Adat Sketsa Asas, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. 1981, hlm 2.
2
Soerojo Widnjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas. Hlm 198.
3
Ferry Aries Suranta, penggunaan Lahan Hak Ulayat Dalam Investasi Sumber Day ALam Pertambangan DI
Indonesia,Jakarta : Gramata Publising, 2012, hlm 71.
4
Mochtar Kusumatmadja, Konsepsi Hukum Negra Nusantar Pada Konfrensi Hukum Laut III, Bandung: Alumni,2003.
Hlm 27
2. Unsur kewenangan yng mengatur penguasaan dan memimpin pengginaan tanah

bersama yang termasuk dalam bidang hukum public dan pelaksanaaannya

dilimpahkan kepada kepala persekutuan atau bersama dengan tokoh persekutuan

atau bersama dengan tokoh persekutuan yang lainnya.5

Hak ulayat dalam masyarakat hukum adat berlaku ke luar dan berlaku ke dalam :

1. Berlaku ke dalam artinya para anggota masyarakat hukum dat mempunyai

kekuasaaan untuk membuka dan menggunakan tanah yang termasuk dalam

lingkungan wilyah masyarakat hukumnya dan sebelum membuka tanah anggota

harus memberitahukan kepd penguasa adat yang bukan bersift permintaan izin

tetapi hanya pemberitahuan dan tidak diharuskan membayar sesuatu.

2. Berlaku ke luar artinya kekuatan hak ulayat berkaitan dengan orang atau bukan

anggota masyarakat hukum adat, untuk mencari nafkah, mengambil hasil hutan.

Berburu atas tanah wilayah masyarkat hukum adat, dilarang masuk tnpa seijin

penguas adat karena wajib memberikan kepada penguasa adat sesutu barang.6

Hak Ulayat berlaku ke dalam akan berakibat :

1. Memperbolehkan kepada persekutuan dan anggota-anggotanya untuk menarik

keuntungan dari tanah dan segala yang tumbuh dan hidup di atas tanah itu.

Hak ini hanya diperbolehkan untuk memenuhi keperluan hidup keluarga dan

diri sendiri bukan merupakan hak tidak terbatas.

2. Menggunakan hak untuk menarik keuntungan dari tanah dengan cara

mengolah atau mengadakan persiapan untuk mengolahnya yang akan

5
Ibida, hlm 150.
6
HAzairin, Tujuh Serangki Tentang Hukum, Jakarta: Tinta Mas, 1981, hlm 39
menimbulkan hubungan hak perseorangn yang agak tetap antara anggota

persekutuan tersebut dengan tanah yang dimaksud.

3. Persekutuan dapat menetapkan atau menyediakan tanah tersebut untuk

keperluan umum persekutuan.

Hak ulayat berlaku ke lur berakibat :

1. Larangan terhadap orang luar untuk menarik keuntungan dari tanah tersebut

kecuali dengan ijin terlebih dahulu dengan car membayar uang pengakuan

atau disebut juga dengan uang pancang, uang pemasukan istilah untuk daerah

Aceh, mesi istilah untuk daerah Jawa dan kemudian memberikan ganti rugi.7

2. Larangan, pembatasan atau berbgai peraturan yang mengikat orang-orang

untuk mendapatkan hak-hak perseorangan atas tandah pertanian.8

Pelaksanaan dari hak ulayat terletak di tangan persekutuan. Kepala persekutuan

bertugas mengatur cara penggunaan tanah oleh warga ataupun persekutuan menjaga

persekutuan dari orang luar. Kepala persekutuan mempunyai pembantu dalam tugasnya

berkaitan dengan hak ulayat yang disebut wali tanah yang ditemukan di beberapa daerah

seperti Ambon dikenl dengan sebutan tuan tanah, di Sumba, Borneo dan daerha lainnya.

Eksitensi hak ulayat dengn berpegang pada konsepsi yang bersumber pada hukum

adat, terdapat tig kriteria penentu eksitensi hak ulayat yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Subjek hak ulayat, yaitu masyarkat hukum adat yang memenuhi karakteristik

tertentu.

2. Objek hak ulayat, yaitu tanah wilayah yang merupakan lebensraum mereka.

7
Ibid.
8
Ibid.
3. Adanya wewenang tertentu dari masyarakat adat untuk mengelola tnah

wilayahnya, termasuk menentukan hubungan hukum dan perbuatan hukum yang

berkenaan dengan persediaan serta pelestarian tanah wilayahnya.9

Menurut ketentuan dan kriteria yang terdapat dalam UUPA masih ada masyarakat

adat dan masih berlangsung hak ulayt meliputi unsur-unsur sebagi berikut :

1. Masyarakat hukum adat;

2. Wilayah tembat hak ulayat;

3. Hubungan keterkaitn dan ketergantungan masyarakat hukum adat dengan

wilayahnya;

4. Adanya kewenangan untuk mengatur secara bersama-sam pemanfaatan tanah,

perairan, tanaman serta binatang-binatang yang ada di wilayah hukum yang

bersangkutan berdasarkan hukum adat yang masih berlaku dan ditaati oleh

masyarakatnya.

B. Ciri-Ciri Dan Berlakunya Hak Ulayat

Suatu tanah dimiliki dan dikuasai oleh persekutuan atau masyarakat hukum adat

apabila memiliki ciri-ciri sebgai berikut :

1. Persekutuan dan anggotanya berhak untuk memanfaatkn tanah, memungut

hasil dan mempergunkan dari segal sesuatu yang ada dalam tanah dan yang

tumbuh serta hidup di atas tanah liar yang berada di lingkungan persekutuan

hukum yang bersngkutan.10

9
Mari S.W. Sumardjono, “Hak Ulayat Yang Dilematis”, Kompas, 07 April 1995, Alinea ke 18
10
Imam Sudiyat, Hukum Skets. Hlm 2.
2. Orang di luar persekutuan boleh mempergunakan, memanfaatkan dan

mengambil hasil dari tanah di lingkungan persekutuan yang merupakan hak

ulayat apabila telah mendapatkan ijin dari penguasa persekutuan tersebut, tanpa

ijin persekutuan hal ini dianggap melakukan pelanggaran.11

3. Anggota persekutun diperbolehkn mengambil manfaat, menggunakan dan

mengambil hasil dari hak ulayat dengan restriksi, yaitu hanya untuk keperluan

keluarga sendiri.12

4. Persekutuan hukum bertanggung jawab penuh terhadap segala hal yang terjadi

di dalam wilayah persekutuan, terutama tindakan yang berupa tindakan

melawan hukum atau delik.13

5. Hak ulayat dilarang untuk diasingkan, dilepaskan dan dipindah tangankan

untuk selamanya.14

6. Hak ulayat meliputi tnah yang sudah digarap yang merupkan hak perorangan.15

C. Hak Ulayat Dalam Perundang-Undangan

Hak ulayat diakui dan dilindungi keberadaanya oleh pemerintah yang tertuang

dalam UUPA dan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepal Badan Pertanahan Nomor 5

Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum

Adat (selanjutnya disebut Permen Agraria Nomor 5 Tahun 1999).

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok

Agraria (UUPA)

a. Pasal 3 UUPA

11
Ibid.
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Ibid.
Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan

hak ulayat dan hak-hak yang serupa dari masyarakat-masyarakat hukum adat,

sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga

sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan

bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang dan peraturan-

peraturan lin yang lebih tinggi.

b. Pasal 5 UUPA

Hukum agrarian yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah

hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan

Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia

serta dengn peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-Undang ini dan

dengan peraturan Perundang-Undangan lainnya, segala sesuatu dengan

mengindahkn unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.

2. Permen Agrria Nomor 5 Tahun 1999

Pada tahun 1999 Menteri Negara Negara Agraria mengeluarkan Peraturan

Mentri Negara Agraria/Kepala Badan Pertahanan Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Pasal 2

menyatakan kriteria penentu tentang keberadaan hak ulayat :

i. Adanya masyarakat Hukum adat tertentu

ii. Adnya Hak Ulayat tertentu menjadi lingkungan hidup dan tempat

mengambil keperluan hidup masyarkat hukum adat


iii. Adanya tatanan hukum adat mengenai penguruan, penguasaan, dan

penggunaaan tanah ulayat yang berlaku dan itaati oleh masyarakat hukum

adat.

3. Pengakuan Hak Ulayat Dalam Dunia Internasional

a. The united Nations Charters (1945)

b. The Universal Decralation Of Human Right (1948)

c. The United Ntions Covention on The Pervention and Panishment of The

Crime Of Genosida

d. Technical Review of The UN Draft Declaration on The Rights Of

Indigenous People, as agreed upon by members of the working Group t

its Eleventh Session, UN Dac, E/CN, 4 Sub. 21/1994/Add.1 (20 April

1994)

e. ILO Convection Nomor 107 year 1957 Concerning the Protection and

Integration of Indigenous and Other Tribal nd Semi Tribal Population in

Independent Countries ( Konveksi Organisasi Perburuhn Dunia 107

berkenaan dengan Perlindungan dan Integrasi Masyarakat Adat dan

Masyarakat Kesukuan dan Semi Kesukuan di Negara-negara Merdeka)

f. United Nations Declaration on the Right of Indigenous Peoples

(UNDRIP) yang disahkn pada tanggal 13 September 2007

g. Internasional Convenant on Civil and Political Rights/ICCP (konvensi

Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik)


h. International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights/ )

ICESCR ( Konvenan Internasional tentang hak-hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya)

i. International Convention on Elimination of All Forms of Racial

Discrimination/ICERD ( Konvensi Internasional tentang Penghapusan

Segala Bentuk Diskriminasi Ras).

D. Objek Hak Ulayat

Objek hak ulayat adalah wilayah tempat hak ulayat berlangsung dalam hubungan hukum

tertentu. Oleh karena itu, terdapat hubungan berkaitan dan ketergantungn masyarakat hukum

adat wilayahnya dan bahwa pemanfaatan hasil dari tanah, perairan, tanaman dan binatang

yang berada di wilayah masyarakat hukum adat yang bersangkutan adalah hanya untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bukan untuk tujuan komersial. 16 Adapun yang termasuk

hak ulayt adalah :

 Tanah yaitu daratan yang didiami dan dikuasai oleh persekutuan yang bersangkutan.

 Air yitu perairan seperti : kali, danau, pantai beserta perairan lainnya yang berada di

wilayah persekutuan.

 Tumbuh-tumbuhan yang hidup secara liar berupa pohon buah-buhan, pohon-pohon

untuk kyu pertukangan atau kayu bakar dan ;lain sebgainya yang hidup di wilayah

persekutuan.

 Binatang yang hidup liar dan bebas di lingkungan persekutuan.

Pemanfaatan tanah ulayat di beberapa daerah tidak sama. Adapun cara

pemanfaatn tanah ulayat yaitu :


16
Ferry Aries Suranta, Penggunn Lahan Hak. Hlm 72.
 Hak persekutuan paling kokoh terhadap tanah-tanah yang telah kembali

kepada desa tanpa ada yang menguasainya dn tanah yang telah dibagikan

kepada pendatang baru namun tidak boleh mengadakan transaksi dengan

tanah dan tidak boleh melalaikan kewajibannya yaitu mengelola tanah

tersebut.

 Hak ulayat bertindak secara intensif terhadap tanah-tanah yang merupakan

tanah yang dikuasai oleh penduduk secara turun temurun.

 Tanah yang dikembalikan dan tanah yang dikuasai oleh penduduk inti desa

dilarang untuk diadakan transaksi tanah seperti menjual, menggadaikan dan

lain sebagainya.

Hak seorang warg persekutuan :

a. Mengumpulkan hasil hutan, seperti kayu, buah-buahan, rotan dan

sebagainya.

b. Memburu binatang liar yang hidup di wilayh persekutuan.

c. Mengambil hasil pohon yang tumbuh liar di wilayah persekutuan.

d. Membuka tanah dan kemudian mengerjakannya terus menerus.

e. Mengusahakan selanjutnya mengurusnya suatu kolam ikan.

Hak-hak Masyarakt Hukum Adat dibedakan menjadi dua yaitu :

 Kewenangan atas wilayah masyarakat hukum adat, dan hak milik atas

tanah yang berasal dari hak adat :

 Secara tertulis, surat tanah, surat waris, peta, laporan sejarah

dokumen serah terima.


 Alat pembuktian lisan (pengakuan masyarakat secara lisan)

 Alat pembuktian secara fisik (kuburan nenek moyang,dll)

 Kewenangan Kelembagn Adat dilkukan dengan beberapa kemungkinan

 Pengakuan masyarakat adat oleh masyarakat adat itu sendiri

 Pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat oleh lembga

yudikatif berdasarkan keputusan pengadilan

 Pengakuan keberadaan masyarakat adat oleh suatu Dewan

Masyarakat Adat yang dipilih oleh Masyarakat Adat.

E. Pengaruh Kekuasaan Kerajaan Dan Pemerintah Hindia Belanda Terhadap Hak Ulayat

Kekuasaan kerajaan dan pemerintah Hindia Belanda memberikan pengaruh yang sangat

besar terhadap hak ulayat, yaitu :

 Pengaruh positif. Sebagai salah satu cara penegasan wilayah kekuasaan penguasa,

raja-raja terdahulu, hakim-hakim kerajaan, hakim pemerintah Hindia Belanda atau

pejabat pamong praja lainnya mengeluarkan surat-surat prikukuh atau piagam.

 Pengaruh negatif dari kekuasaan kerajaan-kerajaan dan pemerintah Hindia Belanda

adalah :

 Perkosaan. Pada jaman kerajaan atu pemerinthn Hindia Belanda, hak ulayat

tidak diindahkan oleh raja atau pemerintah colonial. Tanah hak ulayat diambil

paksa untuk kepentingan raja, kepala persekutuan doganti dengan hamba

kerajaan sehingga hak persekutuan dalam menggunakan hak ulayat lenyap.


 Perlunakan. Sistem apanage oleh kerajaan-kerajaan. Yaitu sebuh system

pemberian tanah oleh raja kepada pejabat kerajaan teretnetu sebagai tanah

jabatan untuk menjamin penghasilan pejabat yang bersangkutan.

 Pembatasan. Pemerintah colonial ataupun raja membuat ketentuan yng mana

mewajibkan anggota persekutun untuk mennam jenis tanamn tertentu yang

diperlukan oleh raja ataupun pemerintah colonial.17

HAK-HAK PERORANGAN DALAM MASYARAKAT HUKUM ADAT

A. Pengertian Dan Ciri-Ciri Hak Perorangan

Hak ulayat di beberapa tempat masih kuat namun di tempat lain sudah lemah. Hal ini

terjadi karena semakin maju dan bebas penduduk dalam usaha-usaha pertaniannya, semakin

lemah hak ulayat maka dengan sendirinya hak perorangan akan berkembang dengan pesat. 18

Hak perorangan adalah suatu hak yang diberikan warga desa ataupun orang luar atas

sebidang tanah yang berada di wilayah hak ulayat persekutuan hukum yang bersangkutan.19

Adapun jenis-jenis hak perorangan yang terpenting yaitu :

1. Hak milik, hak yasan (inlands bezitrecht)

2. Hak wenang pilih, hak kinacek, hak mendahulu (voorkeursrecht)

3. Hak imbalan jabatan (ambtelijk profit recht)

4. Hak wnang beli (naastingsrecht)

5. Hak menikmati hasil (gebotrecht)

6. Hak pakai (gebruiksrecht) dan hak menggarap/mengolah (ontginingsrecht)

17
Ibid.
18
Imam Sudiyat, Hukum Adat Sjetsa Asas, Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 1981, hlm. 2
19
Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas, hlm.201
Hak ulayat dan hak perorangan ada hubungan timbal balik yang saling mengisi. 20 Hubungan

antar individu dengan tanahnya sangat erat, semakin erat dan semakin dekat hubungan individu

dengan tanahnya semakin kurang berlakunya kekuatan hak ulayat di tanah tersebut. Apabila

hubungan individu dengan tanahnya merenggang dan lemah maka hubungan hak ulayat drngan

tanah tersebut semakin kuat. Individu yang sudah tidak mengurus atau tidak memelihara

tanahnya maka tanah tersebut kembali kepada kekuasaan hak ulayat.

A. Hak Yasan

Hak milik merupakan istilah yang dalam UUPA mengenai kepemilikan atas tanah. Masing-

masing daerah menyebut hak milik atas tanah dengan sebutan yang berbeda-beda. Adapun

penyebutan tersebut antar lain :

1. Di Jawa Barat disebut dengn yasa atau milik;

2. Di Jawa Tengah disebut dengan yasa atau pusaka.

Bahasa Belanda menyebut hak milik atas tanah dengan istilah inlands beziterecht yang berarti

bahwa pemiliknya berkuasa penuh atas tanahnya yang bersangkutan sepeerti halnya ia

menguasai rumah, ternak, sepeda atau lain-lain benda miliknya. 21 Hak milik atas tanah

merupakan hak yang dimiliki oleh warga persekutuan untuk dapat berkuasa penuh terhadap

tanah yang telah dibuka, dikerjakan dan didiami olehnya. Warga yang memiliki hak milik dapat

berkuasa penuh atas tanahnya namun tetap harus dihormati :

1. Hak ulayat desa;

2. Kepentingan-kepentingan orang laon yang memiliki tanah;

20
Soerojo Wignjodipoero,Pengantar dan Asas-Asas, hlm.198

21
Ibid., hlm.202.
3. Peraturan-peraturan adat seperti kewajiban memberi izin orang lain masuk dalam

tanahnya selama tanah tersebut tidak dipergunakan dan tidak dipagari.22

Hak milik dalam hukum adat memberikan kewenangan penuh kepada pemiliknya. Pemilik

berhak sepenuhnya terhadap tanah miliknya namun tetap harus memperhatikan ketentuan bahwa

hak milik atas tanah dalam hukum adat bersifat ososial. Apabila tanah tidak berfungsi baik bagi

pemilik atau anggota masyarakat hukum adat tersebut, maka hak milik akan dicabut oleh

punguas tanah (kepala adat) sebagai wakil dari masyarakatnya, sehingga tanah tersebut kembali

seperti semula yakni menjadi hak bersama atau hak ulayat.

Warga masyarakat hukum adat akan memperoleh hak milik atas tanahnya apabila dia

mengadakan bentuk usaha tertentu atau menggarap tanah tersebut. Penggarapan tanah ulayat

oleh anggota persekutuan dapat dilakukan secara bersama-sama di bawah pimpinan kepala

persekutuan atau dilakukan secara perorangan oleh anggota persekutuan. Hak ulayat berangsur-

angsur dapat berubah menjadi hak perorangan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Sistem bluburan, milik komunal dengan sistem pembagian periodik;

2. Matok galeng, gilir wong;

3. Matok galeng, matok wong;

4. Pewarisan disertai pembatasan;

5. Tebok dengan seleksi;

6. Pemegang tanah boleh menjual tanah kepada pentebok dengan syarat restriktif;

7. Pemegang tanah boleh menjual tanahnya kepada pantebok warga desa yang paling

banyak baru mempunyai satu bidang tanah;

22
Ibid.
8. Tanah tersebut boleh dijual kepada warga desa lain tetapi harus ada jugul (pengganti)nya

di desa penjual.23

Selain yang disebutkan di atas suatu milik dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :

1. Membuka tanah hutan atau tanah belukar.

Di lingkungan wilayah persekutuan, setiap anggota persekutuan mempunyai hak untuk membuka

hutan atau belukar termasuk hak ukayat persekutuan. Tata cara pembukaan tanah :

 Memperoleh ijin dari kepala persekutuan untuk memilih sebidang tanah;

 Menempatkan tanda-tanda batas (sawen berupa janur kunin atau kepala kerbau);

 Memberi sedekah berupa selamatan sekedar menurut adat kebiasaan setempat.24

Hal ini akan menciptakan hubungan hukum antara si pembuka tanah dengan tanahnya dan orng

lain akan tau bahwa tanah tersebut sudah ada yang memiliki, orang lain tidak boleh

mengganggunya. Pembukaan tanah akan menjadi terang, kongkrit dan religious,

Tanah yang telah dibuka tersebut harus benar-benar dimanfaatkan untuk kepentingan somah baik

digunakan sebagai tanah pertanian atau pekaeangan. Warga yang bersangkutan juga harus dapat

membuktikan hal tersebut. Apabila tanah tersebut dibiarkan saja dan tidak diurus maka kepala

persekutuan akan menegurnya yang kemudianakan ditindaklanjuti dengan memberikan

alternatif kepada yang membuka tanah tersebut akan tetap menggarap tanah tersebut atau

menyerahkannya kembalikepada persukuan untuk digarap oleh warga yang lainnya.25

2. Mewaris tanah

23
Imam Sudiyat, Hukum Adat. Hlm.5.
24
Ibid, hlm. 9.
25
Ibid, hlm 10.
Meninggalnya seseorang pasti meninggalkan harta warisan bagi para ahli warisnya. Pembagian

harta waris dapat dilakukan secara langsung setelah pewaris meninggal namun juga dapat

menunggu beberapa saat dari hari meninggalnya pewaris. Hal ini tergantung dari masing-masing

hukum adat mengaturnya. Walaupun hak ulayat di suatu daerah sudah lemah, tidak berarti

hukum waris adat di daerah tersebut ikut melemah. Ada kalanya harta yang dimiliki seseorang

(pewaris) dibagikan (dioper) kepada ahli waris atau bukan ahli waris sebelum pewaris

meninggal.

Hukum waris adat mengatur mengenai bentuk-bentuk pengoperan harta kekayaan, yaitu :

a. Konsepsi

Konsepsi pewarisan menurut hukum adat menyimpulkan tiga asas pokok, yaitu:

1) Pemindahan, oenerusan dan pengoperan harta kekayaan dari seseorang kepada generasi

selanjutnya;

2) Perpindahan itu dapat terjadi selama pemilik masih hidup atau dimukai saat ia masih hidup

yang berakhir ketika meninggal;

3) Dikenal adanya lembaga hidup waris.26

b. Pembagian semasa hidup

Pembagian dilakukan ketika pewaris masih hidup dan anak-anaknya mulai hidup mandiri. Harta

waris yang dibagikan dapat berupa tanah pertanian, pekarangan, ternak dan sebagainya. Hal ini

bukan hibah atau schenking.27

26
Ibid.
27
Ibid, hlm. 11.
1) Pembagian diberbagai paguyuban. Pembagian hukum waris pada persekutuan hukum

genealogis mempunyai cara yang berbeda satu sama lainnya, tergantung dari bentuknya, sebagai

berikut :

 Parental. Harta warisan akan dibagikan kepada seluruh anak daro pewaris tanpa

membedakan laki-laki maupun perempuan mendapat harta warisan dari oramh tuanya.

Jika si anak mwninggal terlebih dahulu maka si anak akan digantikan oleh anaknya

(cucunya) dan mendapat bagian sesuai dengan yang seharusnya diterima oleh si anak

yang telah meninggal terlebih dahulu. Apabila pewaris tidak memiliki anak, harta

bersama yang dimiliknya akan dibagikan kepada kerabat yang masih hidup dan harta

bawaan akan dibagikan kepada kerabat dan saudara laki-laki pewaris.28

 Patrilineal. Ahli waris adalah anak laki-laki karena anak perempuan sudah keluar dari

clannya. Apabila pewaris tidak mempunyai anak maka harta akan jatuh ke tangan bapak

pewaris dan saudara laki-laki pewaris.29

 Matrilineal. Semua anak menjadi ahli waris ketika yang mennggal adalah ibunya karena

secara institusional bapaknya masih tetap tinggal dalam clan matrilinealnya semula.

Apabila ayahnya yang meniggal maka ahli warisnya adalah saudara perempuannya yang

perempuan beserta anak-anak mereka (kemenakan pewaris laki-laki)30

c. Amanat terakhir dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

 Penetapan sebagiaan tertentu dari harta peninggalan kepada ahli waris tertentu yang

biasanya dilakukan di hadapan dan dengan persetujuan semua ahli waris baik secara

terang-terangan maupun secara diam-diam.31

28
Ibid, hlm. 12.
29
Ibid, hlm.13.
30
Ibid, hlm 13.
31
Ibid.
 Pemberian suatu ketetapan yang mengikat semua ahliwaris untuk menghindari

kemungkinan timbulnya konflik diantara mereka. Pembagian dilakukan ketika pewaris

sudah mendekati ajalnya dengan cara menguraikan seluruh aktiva dan pasiva pewaris dan

bagian masing-masing ahliwaris ditentukan oleh pewaris sesuai kehendaknya sendiri.32

 Pembuatan surat wasiat/testament dengan ketentuan sesuai dengan BW.

3. Menerima tanah karena pembelian, penukaran atau hadiah. Ketika hak ulayat di suatu

wilayah masih kuat maka penjualan tanah dibatasi namun ketika hak ulayat di suatu

wilayah sudah lemah maka penjualan tanah, penukaran tanah dan pemberian tanah

sebagai hadiah dapat dengan bebas dilakukan dengan sepengetahuan kepala persekutuan

agar hak dan kewajiban menjadi jelas

4. Daluarsa (verjaring). Daluarsa dalam hukum adat tidak disebutkan dengan jelas

melainkan hanya menggunakan jangka waktu yang dalam hal-hal tertentu dipandang

cukup lama untuk mempengaruhi tetap berlangsungnya atau lenyapnya suatu hak atau

kewajiban, Daluarsa dalam hal ini akan ditentukan oleh hakim di wilayah yang

bersangkutan.33

Hak milik atas tanah dapat berbentuk, sebagai berikut :

1. Sawah. Hak milik atas sawah akan tanggal apabila sawah tersebut terlantar sehingga

pematangnya rusak. Sawah dapat berupa :

 Sawah langit yaitu sawah yang pengairannya tergantung pada musim hujan;

32
Ibid.
33
Ibid,hlm 14.
 Sawah biasa yaitu sawah yang pengairannya dilakukan melalui bendar-bendar alam yang

sudah ada;

 Sawah bendar yaitu sawah yang pengairannya dilakukan melalui bendar yang dibuat

(memerlukan biaya yang besar);

 Sawah gemburan yaitu sawah yang pengairannya berasal dari waduk;

 Sawah ladang yaitu sawah yang tidak memerlukan pengairan.

2. Tebat atau empang merukan tempat memelihara ikan. Hak milik akan tanggal apabila

airnya kering atau tebah tertimbun tanah sehingga menjadi rata dengan tanah

sekelilingnya;

3. Pekarangan berbatas merupakan pekarangan dari rumah warga persekutuan. Hak milik

akan tanggal apabila pemiliknya tidak dapat membuktikan batas-batas dari pekarangan

tersebut;

4. Kebun tanaman muda merupakan kebun yang ditanami tanaman yang memberikan hasil

dalam jangka waktu satu kali panen. Hak milik akan tanggal apabila tanaman tersebut

tidak dipelihara;

5. Kebun tanaman tua ialah kebun yang ditanami tanaman yang memberikan hasil setelah

jangka waktu lebih dari satu tahun. Hak milik akan tanggal apbila tanaman tersebut tidak

dipelihara namun hak milik atas tanaman masih dimiliki oleh yang menanamnya.

Seseorang yang memiliki hak milik atas tanah harus memanfaatkan atau menggarap tanah

tersebut Apabila tanah tersebut dibiarkan atau ditelantarkan, tidak diurus, konsekuensinya adalah

hak milik tersebut akan berubah menjadi hak ulayat atau hak bersama, kembali seperti semula.
B. Hak Keuntugan Jabatan

Hak keuntungan jabatan atau disebut ambtelijk pofitrecht oleh pemerinttah Hindia Belanda

merupakan hak seorang pamong desa atas tanah jabatan yang ditunjuk untuknya.34 Hak ini

dibeberapa wilayah di Indonesia mempunyai penyebutan yang berbeda-beda antar lain :

1. Di Jawa disebut tanah bengkok/lungguh;

2. Di Bali disebut bukti;

3. Di Ambon disebut dusun dati raja;

4. Di Sulawesi Selatan disebut galung arajang;

5. Di Batak disebut sabana bolak.

Hak ini memberikan kewenangan bagi yang memegangnya untuk menikmati hasil dari tanah dari

tanah itu selama ia memegang suatu jabatan tertentu. Pemberian hak ini digunakan untuk

menjamin penghasilan para pejabat tersebut. Isi hak tersebut adalah :

1. Pejabat yang bersangkytan boleh mengejarkan tanah tersebut;

2. Menyewakannya kepada orang lain;

3. Tidak boleh menjual atau menggadaikan tanah tersebut Apabila ia diberhentikan dari

jahatnya, tanah tersebut kembali ke hak bersama, hak ulayat, hak purba atau tanah

tersebut berpidah ke tangan pejabat penggantinya.

Pemengang hak keuntungan jabatan boleh menarik hasil dari tanah selama ia memegang jabatan

namun tidak menjual atau menggadaikan tanah tersebut karena ia turun jabatan tanah hak

tersebut akan berpindah kepada penggantinya.35 UU Desa menyebut hak ini dengan istilah tanah

bengkok. Pengaturan mengenai tanah bengkok dapat ditemui dalam Peraturan Pemerintah
34
Imam Sudiyat, Hukum Adat., hlm. 16.
35
R. Van Dujk, Pengantar Hukum Adat., hml 74.
Nomor 47 tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya

disebut PP Nomor 47 Tahun 2015) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007

tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa (selanjutnya disebut Permendagri Nomor 4 Tahun

2007).

Pasal 100 ayat (3) PP Nomor 47 Tahun 2015 menyebutkan bahwa hasil pengelolaan tanah

bengkok atau sebutan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan untuk tambahan

tunjangan kepala desa dan perangkat Desa selain penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa.

Pasal 15 Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 menyatakan :

(1) Kekayaan desa yang berupa tanah desa tidak diperolehkan dilakukan pelepasan hak

kepemilikan kepada pihak lain, kecuali diperlukan untuk kepentingan umum;

(2) Pelepasan hak kepemilikan tanah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah

mendapat ganti rugi sesuai harga yang menguntungkan Desa dengan memperhatikan harga pasar

dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP);

(3) Penggatian ganti rugi berupa uang harus digunakan untuk membeli tanah lain yang lebih baik

dan berlokasi di desa setempat;

(4) Pelepasan hak kepemilikan tanah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan Keputusan Kepala Desa;

(5) Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan setelah mendapat

persetujuan BPD dan mendapat ijin tertulis dari Bupati/alikota dan Gubernur.
Apabila tanah bengkok masih dalam keadaan ditanami tanaman dan terjadi pergantian pejabat

yang memegang hak atas tanah bengkok bagaimana dengan hasil tanaman tersebut ? Siapakah

yang berhak menikmati hasil tanaman tersebut ?

Menurut Imam Sudiyat terdapat dua kemungkinan yaitu :

1. Apabila tanaman sudah mendekati masa panen maka yang berhak memetik dan

menikmati hasilnya adalah pejabat lama;

2. Apabila saat panen masih jauh maka yang berhak memetik dan menikmati hasil tanaman

tersebut adalah pejabat baru.

C. Hak Wenang Beli

Hak wenang beli atau disebut naastingrecht merupakan hak seseorang yang lebih diutamakan

daripada yang lain untuk mendapat kesempatan membeli tanah pertanian, pekarangan, kolam

ikan dengan harga yang telah ditetapkan oleh orang lain dengan mengesampingkan orang lain. 36

Hak ini dimiliki oleh :

1. Keluarga, saudara atau keturunan sedarah (parental, matrilinial, bilateral) pemilik tanah

terhadap orang selain saudara pemilik tanah;

2. Anggota persekutuan terhadap orang di luar persekutuan;

3. Pemilik tanah atas bidang tanah yang berbatasan dengan tanah yang akan dijua dengan

mengesmpingkan pemilik tanah lain yang tidak berbatasan;

4. Apabila terjadi pembukaan tanah secara besar-besaran, maka terkadang hak wenang beli

itu diberikan juga kepada orang-orang yang ikut bekerja.

36
B. Ter Haar Bzn, Asas-Asas dan Tatanan. Hlm 68.
D. Hak Wenang Pilih, Kinacek, Mendahului

Hak wenang pilih atau disebut juga hak wenang didahulukan atau disebut dengan istilah

voorkeurrecht oleh pemerintah Hindia Belanda sedangkan di daerah Kalimantan disebut dengan

istilah burukan. Ini merupakan hak yang diperoleh seorang warga persekutuan untuk

didahulukan untuk mengolah sebidang tanah dengan menempatkan tanda laangan dapat berupa

pagar atau yang lainnya pada tanah tersebut.37

Hak wenang pilih terbagi dalam tiga bentuk, yaitu :

1. Hak yang diperoleh dari seseorang, lebih utama dari yang lain, unuk mengolah sebidang

tanah yang telah dipilihnya dengan meninggalkan tanda wal pengolahan tanah atau

memancangkan tanda larangan di atas tanah tersebut dengan ijin kepala desa.

2. Hak pengolahan yang diperoleh seorang pemilik tanah pertanian atas tanah belukar yang

terletak berbatasan dengan tanahnya.

3. Hak yang diperoleh pengolah tanah, lebih utama dari yang lain untuk mengerjakan

sawah/ladang yang berangsur-angsur membelukar kembali setelah panen.

E. Hak Pakai dan Hak Menggarap atau Mengolah

Hak menggarap dan hak menikmati hasil adalah hak yang dapat diperoleh, baik oleh warga

persekutuan hukum sendiri maupun orang asing atau bukan warga masyarakat setempat, dengan

persetujuan para pemimpin persekutuan untuk mengolah sebidang tanah selama 1 (satu) atau

beberapa kali panen. Hak menikmati hasil dapat berkembang menjadi hak milik setekah digarap
37
Soerojo Wignjodiporo, Pengantar dan Asas-Asas. Hlm 205.
selama beberapa kali masa panen secara berturut-turut.Sama seperti hak perorangan lainnya

apabila tanah tidak diolah atau ditinggalkan maka tanah tersebut akan kembali ke hak ulayat.

Hak pakai adalah hak yang dimiliki anggota persekutuan untuk menggarap atau mengolah

tanah/sawah untuk waktu tertentu dan pada akhir waktu itu tanah harus diserahkan kepada

anggota persekutuan yang lain atau persekutuan.38

38
Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas. Hlm 203.

Anda mungkin juga menyukai