Anda di halaman 1dari 4

Keluaran urin >9,0 ml/kg/jam 0

0,1-0,9 ml/kg/jam 5
0,1 ml/kg/jam 18
Berat lahir >999 gram 0
750-999 gram 10
<750 gram 17
Kecil masa kehamilan ≥persentil 3 0
<persentil 3 12
Nilai Apgar pada menit 0
≥7
ke-5
<7 18

Komponen SNAPPE II terdiri dari sembilan variabel yaitu : tekanan arteri


rata-rata, suhu tubuh, rasio tekanan parsial oksigen berbanding fraksi oksigen
(PaO2/FiO2), pH serum, adanya kejang, keluaran urin berat lahir, kecil masa
kehamilan, dan nilai Apgar pada menit ke lima. Tekanan darah berhubungan dengan
sirkulasi dan perfusi pada neonatus. Tekanan darah yang rendah dapat
mengakibatkan syok pada neonatus. Keadaan hipoperfusi atau syok akan
mengakibatkan metabolisme menurun yang berakibat suhu tubuh menurun, dan
keluaran urin menurun.

Risiko kematian neonatus meningkat pada keadaan pH serum yang rendah


(asidosis). Neonatus kurang bulan dengan berat lahir sangat rendah, kecil masa
kehamilan, dan asfiksia neonatorum akan meningkatkan risiko gawat napas dan
terjadinya hipoksia jaringan. Keadaan ini akan mengakibatkan sindrom gawat napas
yang ditandai dengan penurunan rasio tekanan parsial oksigen berbanding fraksi
oksigen dan penurunan pH serum. Hipoksia pada otak akan menimbulkan kejang dan
sering bersifat multipel apabila hipoksia berlangsung lama.

Score for Neonatal Acute Physiology Perintal Extension II secara empiris


menentukan derajat berat sakit neonatus dari penilaian sembilan parameter fisiologis
neonatus yang dirawat di NICU. Sistem skoring pada SNAPPE II lebih sederhana,
akurat, dan mydah diterapkan.

D. INDIKASI KELUAR NICU

Yang termasuk pada kelompok neonatus risiko tinggi adalah :

1. Bayi prematur dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu


C. KRITERIA MASUK BERDASARKAN DIAGNOSA
1. Kegawatan pada Neonatus
Kegawatan pada neonatus merupakan keadaan yang berdampak pada
kematian atau kecacatan neonatus. Kegawatan terjadi akibat kegagalan
adaptasi neonatus pada keadaan ekstra uterin terutama pada bayi kurang
bulan atau bayi cukup bulan dengan adanya banyak faktor risiko infeksi atau
kegawatan.
Neonatus dengan faktor risiko tinggi mengalami kegawatan akan
membutuhkan ruang perawatan intensif. Faktor risiko tersebut berhubungan
dengan kondisi ibu, proses persalinan, dan faktor dari neonatus itu sendiri.
Faktor ibu yang memengaruhi yaitu : umur ibu kurang dari 16 bulan tahun
atau lebih dari 40 tahun, diabetes, hipertensi, pendarahan, ibu dengan
penyakit menular seksual, kehamilan ganda, cairan amnion yang kurang atau
berlebihan, dan ketuban pecah dini. Proses persalinan yang bisa
memengaruhi kondisi neonatus adalah fetal distress/asfiksia, aspirasi
monekeum, belita tali pusat, persalinan forsep, dan presentasi bokong atau
presentasi abnormal lainnya. Neonatus dengan risiko tinggi yaitu : umur
kehamilan kurang dari 37 minggu atau lebih dari 42 minggu, berat lahir
kurang dari 2500 gram, kecil masa kehamilan, resusitasi saat persalinan,
kelainan kongenital, gawat napas, infeksi, kejang, hipoglikemia, dan
memerlukan tunjangan suportif cairan, oksigen, tranfusi darah atau lainnya.
Penggunaan sarana pelayanan intensif diharapkan mampu
mengurangi angaka kematian neonatus, meskipun demikian tidak selalu
neonatus yang dirawat di NICU terhindar dari kematian. Beberapa kelainan
atau kondisi neonatus yang sering dirawat di NICU yaitu : anemia, apneu,
bradikardia, hidrosefalus, pendarahan intarakranial, hiperlbilirubinemia,
enterokolitis, nekrotikal, patent ductus arteriosus (PDA), gawat napas,
sepsis, transient tachypnea of the newborn, dan kondisi klinis lainnya.
Perawatan neonatus di ruang intensif diindikasikan untuk neonatus dengan :
asfiksia, kegawatan pada pernapasan, prematuritas dan berat lahir sangat
rendah, kejang, pendarahan intrakranial, syok, hiperbilirubenia yang
memerlukan transfusi tukar, eterokolitis nekrotika dan sepsis. Neonatusyang
dirawat di ruang intensif dicurigai mengalami sepsis neonatorum karena
memiliki gambaran klinisyang luas.
Sepsis neonatus dapat menimbulkan kerusakan otak yang disebabkan
oleh meningitis, syok septik atau hipoksemia, dan juga kerusakan oragan-
organ lainnya seperti gangguan fungsi jantung, paru-paru, hati, dan lain-lain.
Sepsis neonatorum ini sering tidak terdeteksi dan menyebabkan kematian
dalam waktu yang singkat (Kardana, 2011; Rohsiswatmo, 2005). Gambaran
klinis bayi sepsis neonatorum tidak spesifik. Gambaran klinis sepsis
neonatorum dikelompokkan menjadi empat variabel inflamasi (Tabel 2.2)
Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Sepsis pada Neonatus

Variabel Klinis

- Suhu tubuh yang tidak stabil


- Laju nadi > 180 x/menit atau < 100x/menit
- Laju nafas > 60 x/menit dengan retraksi/desaturasi oksigen
- Letargi
- Intoleransi glukosa (plasma glukosa > 10 mmol/L)
- Intoleransi minum

Variabel Hemodinamik

- Tekanan darh < 2SD menurut usia bayi


- Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (bayi usia 1 hari)
- Tekanan laktat plasma > 3 mmol/L

Variabel inflamsi

- Pengisian kembali kapiler/capillary refill > 3 detik


- Asam laktat plasma > 3 mmol/L

Variabel inflamasi

- Leukositosis (> 34.000/ml³)


- Leukopenia (< 5000/ ml³)
- Netrofil muda > 10%
- Imatur neotrofil : total neotrofil (I:T rational) > 0,2
- Trombositopenia < 100.000/ml
- CRP > 10 mg/dl atau > 2 SD atas nilai normal
- Procalcitonin > 8,1 mg/dl atau > 2SD dari nilai normal
- IL-6 atau IL -8> 70 pg/ml
- 16 S Rrna gene PCR : positif
Sumber : Haque, 2005

Sistem Skoring sebagai Alat Duga Kematian Neonatus

1. Perkembangan sistem skoring


Penilaian derajat keparahan penyakit diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan prognosis mengenai perjalanan penyakit, mekanisme fisiologi
spesifik suatu penyakit serta penatalaksanaanya. Penilaian ini akan
memberikan informasi yang sesuai sehingga antara rumah sakit dan bayi
(orangtua bayi) mempunyai persepsi yag sama.
Sistem skoring diharapkan mempertimbangkan kondisi fisiologi,
klinis neonatus, dan tempat demografis. Sistem skoring untuk menentukan
derajat keparahan penyakit dikembangkan secara luas. Beberapa sifat sistem
skoring keparahan penyakit neonatal yang baik yaitu : (1) Kemudahan
penggunaan; (2) Kemampuan untuk diterpkan pada awal pemeriksaan atau
rawat inap; (3) Kemampuan untuk menduga kematian, mordibitas, atau biaya
untuk neonatus; (4) Kegunaan untuk semua kelompok neonatus. Secara
umum kemungkinan masing-masing sistem skoring sulit untuk memenuhi
semua sifat. Berbagai pendekatan digunakan untuk menyusun beberapa
kondisi yang dipakai untuk memberika skor/penilaian.
Beberapa skor alat duga kematian neonatus dirancang untuk
meonatus. Pilihan variabel yang dimasukkan dalam skor tersebut benar-benar
dapat mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi mordibitas neonatus.
Beberapa sistem skoring diantaranya : Clinical Risk Index of Babies

Anda mungkin juga menyukai