Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, disebutkan bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam yang
melimpah, potensi sumber daya manusia, peluang pasar yang besar dan
demokrasi yang relative stabil. Untuk mengelola sumber daya yang melimpah
diharapkan sistem pemerintahan Negara Indonesia mempunyai suatu sistem
birokrasi dengan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu PNS professional
yang saat ini dikenal dengan istilah ASN (Aparatus Sipil Negara).
Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN) menjelaskan bahwa ASN memiliki peranan penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa. Oleh karena itu penting
agar PNS memiliki profesionalisme dan kompetensi yang memadai untuk bisa
menjalankan tugas tersebut dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014 dan Peraturan Kepala LAN no 38 tahun


2014 mengamanatkan bahwa instansi pemerintah wajib memberikan pendidikan
dan pelatihan terintegrasi bagi calon pegawai negeri sipil (CPNS) selama 1 tahun
masa percobaan. Pendidikan dan pelatihan tersebut mengedepankan penguatan
nilai – nilai dan pembangunan karakter untuk mencetak PNS yang berkualitas
berlandaskan nilai – nilai dasar yang meliputi akuntabilitas, nasionalisme, etika
publik, komitmen mutu, dan anti korupsi yang kemudian disingkat ANEKA.
Aktualisasi dari kelima nilai dasar (ANEKA) tersebut harus dibisa
ditampakkan dalam dalam tugas pokok dan fungsi (tupoksi) di unit kerja. Dimana
setiap kegiatan yang dikerjakan harus disesuaikan dengan nilai – nilai dasar
ANEKA, tugas pokok dan fungsi serta visi dan misi unit kerja. Selain itu juga
dapat dilakukan inovasi dalam kegiatan agar terjadi peningkatan kualitas
pelayanan.
UPTD Puskesmas Tegal Selatan merupakan salah satu Puskesmas yang
terletak di Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. UPTD Puskesmas Tegal
Selatan sebagai salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Tegal
yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat.
UPTD Puskesmas Tegal Selatan memiliki visi tercapainya pelayanan kesehatan
dasar yang optimal menuju masyarakat sehat mandiri berbasis layanan prima.
Rancangan aktualisasi ini disusun berdasarkan tupoksi sebagai perawat terampil
puskesmas, yang dilandasi nilai dasar ANEKA serta visi dan misi Puskesmas.
Hasil pengamatan penulis selama menjalani masa orientasi dan bekerja di
UPTD Puskesmas Tegal Selatan serta berdiskusi dengan mentor, penulis
menemukan beberapa permasalahan yang ada di UPTD Puskesmas Tegal
Selatan yang kemudian penulis angkat menjadi isu – isu untuk dianalisis. Isu –
isu yang penulis temukan antara lain: Kurangnya kesadaran petugas tentang
penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD), Kurangnya pengetahuan pasien
tentang penggunaan mesin pendaftaran, Kurang optimalnya pencegahan
penularan penyakit Tuberculosis (TBC), Kurang optimalnya pelayanan
kesehatan jiwa, Belum optimalnya sosialisasi tentang rawat luka mandiri di
UGD.
Berdasarkan isu - isu yang ditemukan tersebut, penulis menganalisis lebih
lanjut dengan menggunakan teknik analisis isu strategis yang bersifat Aktual,
Problematik, Kekhalayan, Layak yang biasa disingkat APKL untuk kemudian
dianalis kembali berdasarkan tingkat Urgency, Seriousnes, Growth yang biasa
disingkat USG. Dari hasil analisis tersebut akan muncul masalah prioritas yang
selanjutnya akan dilakukan pemecahan masalah berupa rencana kegiatan yang
dilandasi oleh nilai-nilai dasar ASN (ANEKA) yang dituangkan dalam sebuah
rancangan aktualisasi.
Setelah dilakukan analisis dari isu – isu yang muncul, penulis menemukan
masalah prioritas yaitu Kurang Optimalnya Pencegahan Penularan Penyakit
Tuberculosis (TBC) di UPTD Puskesmas Tegal Selatan.
Dalam Permenkes RI No. 67 Tahun 2016 Tuberculosis yang selanjutnya
disingkat TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya. Penanggulangan
Tuberculosis yang selanjutnya disebut penanggulangan TB adalah segala upaya
kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi
kesehatan masyarakat. Target penanggulangan TB nasional yaitu eliminasi pada
tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050. Berdasarkan data yang
diperoleh penulis dari petugas pemegang program TB bahwa di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Tegal Selatan terdapat 32 kasus positif TB. Oleh karena itu
perlu di lakukan pengendalian faktor risiko TB sesuai yang tercantum dalam
Permenkes No. 67 Tahun 2016 Pasal 10, dimana pengendalian faktor risiko TB
digunakan untuk mencegah, mengurangi penularan dan kejadian penyakit TB.
Beberapa kegiatannya yaitu membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat,
membudayakan perilaku etika berbatuk, penerapan pencegahan dan
pengendalian infeksi TB di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan di luar Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.

B. Identifikasi Isu dan Rumusan Masalah

Rancangan Aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi beberapa isu


yang ditemukan di UPTD Puskesmas Tegal Selatan Kecamatan Tegal Selatan
Kota Tegal.

Tabel 1.1
Identifikasi Isu
KEADAAN KONDISI YANG
NO IDENTIFIKASI ISU SUMBER ISU
SAAT INI DIHARAPKAN
1. Kurangnya Pelayanan Masih adanya Semua petugas
kesadaran petugas publik petugas yang memakai alat
tentang penggunaan tidak memakai perlindungan diri
Alat Perlindungan alat (APD) saat
Diri (APD) perlindungan melaksanakan
diri (APD) saat tugasnya
menjalankan
tugasnya
2. Kurangnya Pelayanan Terdapat mesin Pasien mampu
pengetahuan pasien publik pendaftaran mengoperasikan
tentang penggunaan yang baru mesin
mesin pendaftaran pendaftaran
secara mandiri
tanpa
didampingi
petugas
3. Kurang optimalnya Pelayanan 1. Masih adanya 1. Pasien
pencegahan publik pasien Tuberculosis
penularan penyakit Tuberculosis (TBC) bisa
Tuberculosis (TBC) (TBC) yang menggunakan
datang ke masker yang
puskesmas telah
tanpa disediakan
menggunaka
n masker
2. Masih banyak 2. Pasien
pasien batuk dengan
sembarangan keluhan batuk
tidak batuk
dengan
sembarangan
4. Kurang optimalnya Pelayanan Rendahnya Kunjungan
pelayanan publik kunjungan pasien jiwa
kesehatan jiwa pasien jiwa atau meningkat
keluarga ke
puskesmas
5. Belum optimalnya Pelayanan Pasien rawat Pasien rawat
sosialisasi tentang publik jalan UGD jalan UGD
rawat luka secara dengan rawat dengan rawat
mandiri di UGD luka masih luka mampu
tinggi merawat luka
secara mandiri
1. Penetapan Isu

Dari uraian isu diatas, kemudian dianalisis berdasarkan pendekatan


APKL, yaitu Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Layak. Kemudian,
setelah diperoleh hasil dari APKL, maka dipilih isu yang menjadi prioritas
utama yang akan diidentifikasi.

Table 1.2
Analisis APKL
INDIKATOR
NO IDENTIFIKASI ISU KETERANGAN
A P K L
1. Kurangnya kesadaran petugas
Memenuhi
tentang penggunaan Alat + + + +
Syarat
Perlindungan Diri (APD)
2. Kurangnya pengetahuan pasien
Memenuhi
tentang penggunaan mesin + + + +
Syarat
pendaftaran
3. Kurang optimalnya pencegahan
Memenuhi
penularan penyakit + + + +
Syarat
Tuberculosis (TBC)
4. Kurang optimalnya pelayanan Tidak
kesehatan jiwa + + - - Memenuhi
Syarat
5. Belum optimalnya sosialisasi Tidak
rawat luka secara mandiri di + - - - Memenuhi
UGD Syarat
Keterangan:

(+) : memenuhi, (-) = tidak memenuhi

Berdasarkan metode APKL dari tabel di atas diperoleh 3 (tiga) isu


utama yang terpilih, yaitu Kurangnya kesadaran petugas tentang
penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD), Kurangnya pengetahuan
pasien tentang penggunaan mesin pendaftaran, Kurang optimalnya
pencegahan penularan penyakit Tuberculosis (TBC).
Beberapa isu tersebut kemudian dianalisis lagi dengan
menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) dengan
rentang penilaian 1 – 5. Urgency yaitu seberapa mendesak suatu isu
harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness yaitu seberapa
serius suatu isu harus dibahas yang dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan. Growth didefinisikan sebagai seberapa besar memburuknya
isu tersebut jika tidak ditangani dengan segera. Tabel indikator analisis
USG dapat dilihat pada tabel 1.3 dan parameter analisis USG dapat dilihat
pada tabel 1.4 berikut:

Table 1.3

Table Penjelasan USG

NO KOMPONEN KETERANGAN

1 2 3
1. Urgency Seberapa mendesak isu tersebut dibahas
dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta
seberapa keras tekanan waktu tersebut
untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu
2. Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas
dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
ditimbulkan masalah – masalah lain jika
masalah penyebab isu tidak dipecahkan
(bisa mengakibatkan masalah lain)
3. Growth Seberapa besar kemungkinan isu tersebut
menjadi berkembang dikaitkan dengan
kemungkinan masalah penyebab isu atau
jika dibiarkan saja maka isu tersebut
semakin memburuk
Table 1.4

Table Parameter USG

PARAMETER
SKOR
Urgency Seriousness Growth

1 2 3 4
1 Isu tidak mendesak Isu tidak begitu Isu lamban
untuk segera serius untuk berkembang
diselesaikan dibahas karena
tidak berdampak ke
hal yang lain
2 Isu kurang Isu kurang serius Isu kurang cepat
mendesak untuk untuk segera berkembang
segera diselesaikan dibahas karena
kurang berdampak
ke hal yang lain
3 Isu cukup mendesak Isu cukup serius Isu cukup cepat
untuk segera untuk segera berkembang,
diselesaikan dibahas karena segera dicegah
akan berdampak ke
hal yang lain
4 Isu mendesak untuk Isu serius untuk Isu cepat
segera diselesaikan segera dibahas berkembang untuk
karena akan segera dicegah
berdampak ke hal
yang lain
5 Isu sangat Isu sangat serius Isu sangat cepat
mendesak untuk untuk segera berkembang untuk
segera diselesaikan dibahas karena segera dicegah
akan berdampak ke
hal yang lain
Table 1.5
Indikator USG
Parameter
No Identifikasi Isu Total Peringkat
U S G
Kurangnya kesadaran
petugas tentang
1. 5 4 4 13 2
penggunaan Alat
Perlindungan Diri (APD)
Kurangnya pengetahuan
2. pasien tentang penggunaan 3 3 2 8 3
mesin pendaftaran
Kurang optimalnya
pencegahan penularan
3. 5 5 5 15 1
penyakit Tuberculosis
(TBC)
Keterangan: berdasarkan Skala Likert: 1 – 5

1 = sangat kecil, 2 = kecil, 3 = sedang, 4 = besar, 5 = sangat besar.

Dari analisis USG yang telah dilakukan, maka isu yang menjadi
prioritas pertama untuk segera diselesaikan adalah “Kurang Optimalnya
Pencegahan Penularan Penyakit Tuberculosis (TBC) di UPTD Puskesmas
Tegal Selatan”. Isu tersebut mendapat prioritas pertama untuk
diselesaikan dengan perolehan skor 15.

2. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada rancangan aktualisasi ini adalah Bagaimana


rancangan kegiatan aktualisasi dan habituasi sesuai dengan nilai – nilai
dasar ASN yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu
dan anti korupsi, serta prinsip peran dan kedudukan ASN dalam upaya
mengoptimalkan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis (TBC) di
UPTD Puskesmas Tegal Selatan.
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari rancangan aktulisasi untuk
mengoptimalkan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis (TBC) di UPTD
Puskesmas Tegal Selatan adalah Peserta Pelatihan Dasar (LATSAR) Golongan
II diharapkan mampu melaksanakan tugas dan memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan nilai – nilai dasar ASN yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan Anti korupsi (ANEKA).

D. Manfaat
Penulis berharap semoga rancangan aktualisasi ini bisa bermanfaat
dalam mengoptimalkan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis (TBC) di
UPTD Puskesmas Tegal Selatan adalah:
1. Bagi Peserta Diklat
a. Mampu memahami, menginternalisasi dan mengaktualisasikan nilai –
nilai dasar PNS yang meliputi Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi serta peran kedudukan ASN ketika
melaksanakan kegiatan Optimalisasi pencegahan penularan penyakit
tuberkulosis di UPTD Puskesmas Tegal Selatan Kota Tegal.
b. Menjadi tenaga kesehatan yang mampu menjalankan fungsi sebagai
pelaksana kebijakan, pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa
yang memiliki integritas dan profesional di lingkungan UPTD Puskesmas
Tegal Selatan Kota Tegal.
2. Manfaat Bagi UPTD Puskesmas Tegal Selatan
a. Rancangan aktualisasi ini diharapkan mampu meningkatkan efektifitas
dan efesiensi, inovasi, serta mutu pelayanan dalam rangka Optimalisasi
pencegahan penularan penyakit tuberkulosis (TBC) di UPTD Puskesmas
Tegal Selatan
b. Membantu meningkatkan kerja sama antara pasien dan petugas
kesehatan dalam rangka Optimalisasi pencegahan penularan penyakit
tuberkulosis (TBC) di UPTD Puskesmas Tegal Selatan

3. Manfaat Bagi Masyarakat


a. Masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal
khususnya untuk mencegah penularan penyakit tuberkulosis dengan
kegiatan optimalisasi pencegahan penularan penyakit tuberkulosis di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Tegal Selatan
b. Meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan
penularan penyakit tuberkulosis (TBC)
c. Dapat memutus mata rantai penularan penyakit tuberkulosis (TBC) di
masyarakat.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sikap dan Perilaku Bela Negara


1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara
Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur, pada
hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa dan bernegara
yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai dengan kepribadian
bangsa dan selalu mengaitkan dirinya dengan cita – cita dan tujuan hidup
bangsa Indonesia.
Kesadaran bela negara merupakan upaya untuk mempertahankan
negara dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup
bermasyarakatyang berdasarkan atas cinta tanah air. Selain itu
menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri PNS. Upaya
bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi
setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh
tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan
bangsa.
2. Analisa Perubahan Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis adalah situasi internal dan eksternal baik yang
statis (trigatra) maupun dinamis (pancagatra) yang memberikan pengaruh
pada pencapaian tujuan nasional. Analisa perubahan lingkungan strategis ini
bertujuan membekali peserta dengan kemampuan memahami konsepsi
perubahan lingkungan strategis sebagai wawasan strategis PNS. Sehingga
PNS dapat memahami modal insani dalam menghadapi perubahan
lingkungan strategis, dapat mengidentifikasi isu – isu kritikal, dan dapat
melakukan analisis isu – isu kritikal dengan menggunakan kemampuan
berpikir kritis. Dengan begitu PNS dapat mengambil keputusan yang terbaik
dalam tindakan profesionalnya.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan kepada
semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara dan syarat – syarat tentang pembelan negara. Dalam hal
ini setiap PNS sebagai bagian dari warga masyarakat tertentu memiliki hak
dan kewajiban yang sama untuk melakukan bela negara sebagaimana
diamanatkan dalam UUD Negara RI 1945 tersebut.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai – nilai bela
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai
peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga negara yang
secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima
serta secara kondisi psikis yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual
yang baik, senantiasa memelihara jiwa dan raganya, memiliki sifat – sifat
disiplin, ulet, kerja keras, dan tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku
warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Oleh sebab tiu dalam pelaksanaan latihan dasar
bagi CPNS dibekali dengan latihan – latihan seperti:
a. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik;
b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental;
c. Kegiatan baris – berbaris, apel, dan tata upacara;
d. Keprotokolan;
e. Fungsi – fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan ketangkasan dan permainan.

B. Nilai Dasar Aparatur Sipil Negara (ASN)


Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut untuk memiliki nilai-nilai dasar sebagai
seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan profesi dan
tugasnya sebagai ASN. Adapun nilai – nilai dasar yang dimaksud adalah
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi
(ANEKA).
Berdasarkan dari kelima nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika publik komitmen mutu dan Anti korupsi yang harus di
tanamkan kepada setiap ASN maka perlu di ketahui indikator – indikator dari
kelima kata tersebut, yaitu:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Dengan
demikian kepercayaan masyarakat (public trust) kepada birokrasi akan
semakin menguat karena aparaturnya mampu berperan sebagai kontrol
demokrasi, mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Adapun indikator dari nilai akuntabilitas adalah:
a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan hal tersebut.
b. Transparansi
Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan atas semua tindakan
dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/ institusi.
c. Integritas
Integritas mempunyai makna konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai – nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggungjawab
Tanggungjawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggungjawab juga dapat berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
akan kewajiban.
e. Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda maupun orang.
f. Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan
Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja, diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan
kapasitas. Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang
baik juga harus disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan
keahlian (skill) yang dimiliki.
h. Kejelasan
Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan
sistem pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.
i. Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapainya tujuan akhir.
Jenis – jenis Akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada otoritas yang
lebih tinggi.
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawabannya kepada masyarakat luas.
Tingkatan Akuntabilitas
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu :
a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder

2. Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa yang satu dengan
bangsa yang lain. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan
pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan
sekaligus menghormati bangsa lain.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai – nilai Pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan
kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa
Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri;
mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama
manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.
Nilai-nilai Pancasila tercantum pada setiap sila – sila Pancasila, antara
lain :
a. Sila 1
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan
dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam
semesta. Dengan nilai ini menyatakan bangsa indonesia merupakan
bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga
memiliki arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama,
menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak
berlaku diskriminatif antarumat beragama. Secara umum dapat dilihat
dalam penjelasan berikut ini:
1) Merupakan bentuk keyakinan yang berpangkal dari kesadaran
manusia sebagai makhluk Tuhan.
2) Negara menjamin bagi setiap penduduk untuk beribadah menurut
agama dan kepercayaan masing – masing.
3) Tidak boleh melakukan perbuatan yang anti ketuhanan dan anti
kehidupan beragama.
4) Mengembangkan kehidupan toleransi baik intern maupun antar umat
beragama.
5) Mengatur hubungan negara dan agama, hubungan manusia dengan
Sang Pencipta, serta nilai yang menyangkut hak asasi yang paling
asasi.
b. Sila 2
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran
sikap dan perilaku sesuai dengan nilai – nilai moral dalam hidup bersama
atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal
sebagaimana mestinya.Secara Umum dapat dilihat dalam penjelasan
berikut ini :
1) Merupakan bentuk kesadaran manusia terhadap potensi budi nurani
manusia dalam hubungan dengan norma-norma kebudayaan pada
umumnya.
2) Adanya konsep nilai kemanusiaan yang lengkap, adil dan bermutu
tinggi karena kemampuannya berbudaya.
3) Manusia Indonesia adalah bagian dari warga dunia, meyakini adanya
prinsip persamaan harkat dan martabat sebagai hamba Tuhan.
Mengandung nilai cinta kasih dan nilai etis yang menghargai
keberanian untuk membela kebenaran, santun, dan menghormati
harkat kemanusiaan.
c. Sila 3
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu
dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui
dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki
bangsa indonesia. Secara umum dapat dilihat dalam penjelasan berikut
ini:
1) Persatuan dan kesatuan dalam arti ideologis, ekonomi, politik, sosial
budaya dan keamanan.
2) Manifestasi paham kebangsaan yang memberi tempat bagi keragaman
budaya atau etnis.
3) Menghargai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan
masyarakat.
4) Menjujung tinggi tradisi perjuangan dan kerelaan untuk berkorban dan
membela kehormatan bangsa dan Negara.
5) Adanya nilai patriotik serta penghargaan rasa kebangsaan sebagai
realitas yang dinamis.
d. Sila 4
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah
mufakat melalui lembaga – lembaga perwakilan. Secara umum dapat
dilihat dalam penjelasan berikut ini :
1) Paham kedaulatan rakyat yang bersumber kepada nilai kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan.
2) Musyawarah merupakan cermin sikap dan pandangan hidup bahwa
kemauan rakyat adalah kebenaran dan keabsahan yang tinggi.
3) Mendahulukan kepentingan Negara dan masyarakat
4) Menghargai kesukarelaan dan kesadaran daripada memaksakan
sesuatu kepada orang lain.
5) Menghargai sikap etis berupa tanggung jawab yang harus ditunaikan
sebagai amanat seluruh rakyat baik kepada manusia maupun kepada
Tuhannya.
6) Menegakkan nilai kebenaran dan keadilan dalam kehidupan yang
bebas, aman, adil dan sejahtera.
e. Sila 5
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung
makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat
Indonesia Yang Adil dan Makmur secara lahiriah dan batiniah. Secara
umum dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini :
1) Setiap rakyat Indonesia diperlakukan dengan adil dalam bidang hukum,
ekonomi, kebudayaan, dan sosial.
2) Tidak adanya golongan tirani minoritas dan mayoritas.
3) Adanya keselarasan, keseimbangan, dan keserasian hak dan
kewajiban rakyat Indonesia
4) Kedermawanan terhadap sesama, sikap hidup hemat, sederhana dan
kerja keras.
5) Menghargai hasil karya orang lain.
6) Menolak adanya kesewenang-wenangan serta pemerasan kepada
sesama.
7) Menjujung tinggi harkat dan martabat manusia.
3. Etika Publik
Etika didefinisikan sebagai tujuan hidup yang baik bersama dan untuk
orang lain di dalam institusi yang adil. Etika lebih dipahami sebagai refleksi
atas baik/ buruk, benar/ salah yang harus dilakukan atau bagaimana
melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban
untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi
tentang standar/ norma yang menentukan baik/ buruk, benar/ salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Kode etik adalah aturan – aturan yang mengatur tingkah laku dalam
suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal
prinsip dalam bentuk ketentuan – ketentuan tertulis. Kode etik aparatur sipil
negara berdasarkan Undang – Undang ASN adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi.
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan perundangan-
undangan dan etika pemerintahan.
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien.
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapatkan atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang –
Undang ASN, yakni sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai – nilai dalam ideologi Pancasila;
b. Setia dalam mempertahankan UUD 1945;
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak memihak;
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerja publik;
h. Memiliki kemampuan menjalankan kebijakan pemerintah;
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain
yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai.
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu terhadap produk/
jasa berupa ukuran baik/buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab
pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder.
Adapun nilai-nilai komitmen mutu antara lain:
a. Efektif, yaitu berhasil guna dapat mencapai hasil sesuai dengan target;
b. Efisien, yaitu berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil
tanpa menimbulkan pemborosan;
c. Inovasi, yaitu penemuan sesuatu yang baru atau mengandung kebaruan;
d. Berorientasi mutu, yaitu ukuran baik buruk yang di persepsi individu
terhadap produk atau jasa.

5. Anti Korupsi
Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk
memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma –norma
dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara atau
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Tindak pidana
korupsi yang terdiri dari kerugian keuangan negara, suap – menyuap,
pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan
kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi. Indikator yang ada pada nilai
dasar anti korupsi meliputi:
a. Mandiri yang dapat membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
sehingga menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Pribadi
yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat;
b. Kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka tercapainya target
dari suatu pekerjaan. Jika target dapat tercapai, peluang untuk korupsi
secara materiil maupun non materiil (waktu) menjadi lebih kecil;
c. Berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau pihak yang
berwenang jika mengetahui ada pegawai yang melakukan kesalahan;
d. Disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan undang – undang
yang mengatur;
e. Peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang dirasakan
orang lain;
f. Jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran (dharma);
g. Tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas apa yang
kita kerjakan dalam bentuk apapun;
h. Sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan iklas
terhadap apa yang telah ada dan diberikan oleh Tuhan kepada kita;
i. Adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam perkataan
maupun perbuatan saat memutuskan peristiwa yang terjadi.

C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI


Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi
tantangan-tantangan global, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil
negara menjadi semakin professional. Undang-undang ini merupakan dasar
dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk membangun
aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas
dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara
yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Adapun asas-asas
manajemen ASN, antara lain:
a. Kepastian hukum;
b. Profesionalitas;
c. Proporsionalitas;
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;
g. Akuntabilitas;
h. Efektif dan efisien;
i. Keterbukaan;
j. Non diskriminatif;
k. Persatuan;
l. Kesetaraan;
m. Keadilan;
n. Kesejahteraan.
2. Pelayanan Publik
Pelayanan Publik menurut Lembaga Administrasi Negara adalah
segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah
di pusat dan daerah dan dilingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang
atau jasa baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat
pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga
negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan
publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar
dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya terkait dengan
bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan, mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan.
d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas
dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi
berbagai persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh layanan yang
mereka butuhkan harus diterapkan prinsip mudah dan murah. Hal ini perlu
ditekankan karena pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan
untuk memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan
yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan
dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya
yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan
dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut.
h. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada atasan
akan tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan secara
terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat
melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan
bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.
3. Whole Of Government
Whole of government (WoG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan – tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan
perbedaan kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat sebagai
berikut:
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan mempertimbangkan
dampak;
2) dialog atau pertukaran informasi;
3) joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) joint working, atau kolaborasi sementara;
2) joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama pada
pekerjaan besar yang menjadi urusan utama salah satu peserta
kerjasama;
3) satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk sebagai
mekanisme integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi
menjadi:
1) aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama pada
isu besar yang menjadi urusan utama salah satu peserta kerjasama;
2) union, berupa Unifikasi resmi, identitas masing-masing masih nampak;
merger, yaitu penggabungan ke dalam struktur baru

D. PENJELASAN TEORI
Dalam Permenkes RI No. 67 Tahun 2016 Tuberculosis yang selanjutnya
disingkat TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya. Penularan penyakit
ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil
tuberculosis paru. Pada waktu penderita batuk butir – butir air ludah beterbangan
di udara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk ke dalam paru –
parunya yang kemudian bisa menyebabkan munculnya penyakit tuberculosis
(TBC).
Penanggulangan TB diselenggarakan melalui kegiatan: promosi
kesehatan, surveilans TB, pengendalian faktor resiko, penemuan dan
penanganan kasus TB, pemberian kekebalan dan pemberian obat pencegahan.
Promosi kesehatan dalam penanggulangan TB ditujukan untuk
meningkatkan komitmen para pengambil kebijakan, meningkatkan keterpaduan
pelaksanaan program dan memberdayakan masyarakat.
Surveilans TB merupakan pemantauan dan analisis sistematis terus
menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian TB atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhinya untuk mengarahkan tindakan
penanggulangan yang efektif dan efisien.
Pengendalian faktor resiko ditujukan untuk mencegah, mengurangi
penularan dan kejadian penyakit TB. Pengendalian faktor resiko dilakukan
dengan cara:

BAB III

PROFIL ORGANISASI DAN TUGAS PESERTA

A. PROFIL ORGANISASI
1. Dasar Hukum
Beberapa dasar hukum terkait dengan operasionalisasi UPTD
Puskesmas Tegal Selatan adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembanguhan Nasional;
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
f. Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN);
g. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
h. Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran
Jaminan Sosial (BPJS);
i. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1986 tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah
Tingkat II Tegal;
j. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
k. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2007 tentang Perubahan Batas
Wilayah Kota Tegal dengan Kota Brebes Provinsi Jawa Tengah di muara
Sungai Gangsa;
l. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
m. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah ;
n. Peratutan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005;
o. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal Nomor 6 tahun
1988 tentang Perubahan Batas dan Luas Wilayah Kotamadya Daerah
Tingkat II Tegal dan Memberlakukan Semua Peraturan Daerah
Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal di Wilayah Kotamadya Dearah
Tingkat II Tegal;
p. Permendagri Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
q. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
r. Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Petunjuk teknis pengelolaan
keuangan BLUD
s. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741 / Menkes / PER / VII / 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di
Kabupaten/Kota;
t. Peraturan Walikota Tegal Nomor 23Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Dana Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Dan
Jaringan Di Kota Tegal.
u. Peraturan Walikota Tegal Nomor 1Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Walikota Tegal Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah Kota
Tegal.

2. Visi, Misi, Nilai dan Tujuan Organisasi


a. Visi UPTD Puskesmas Tegal Selatan
“ Tercapainya pelayanan kesehatan dasar yang optimal menuju
masyarakat sehat mandiri berbasis layanan prima “

b. Misi UPTD Puskesmas Tegal Selatan


1) Menggerakkan pembangunan yang berwawasan kesehatan di wilayah
kerja
2) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan di wilayah kerja
3) Meningkatkan pelayanan kesehatan sebagai pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama
4) Menyelenggarakan tata kelola administrasi dan sumber daya
kesehatan
c. Tata Nilai UPTD Puskesmas Tegal Selatan
UPTD Puskesmas Tegal Selatan memilih tata nilai dan budaya kerja
yang dikembangkan dalam perilaku keseharian adalah “ASIK” dan
“CERIA”, yang merupakan akronim dari:
A = Amanah
S = Santun
I = Ikhlas
K = Kerjasama
CE = Cepat
RI = Rapi
A = Aman
3. Struktur Organisasi
(Terlampir )

4. Deskripsi Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana Prasarana dan Sumber


Daya Lainnya
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Data karyawan di UPTD Puskesmas Tegal Selatan berjumlah 51
orang terdiri dari 29 orang berstatus PNS dan 22 berstatus non PNS yang
terdiri Tenaga Sukarela sebanyak 21 orang.
Tabel 2.1
Jumlah dan Status Kepegawaian

NO KETENAGAAN JUMLAH
1 Pegawai Negeri Sipil 29
2 Tenaga Sukarela 22
Jumlah 51

Data karyawan di UPTD Puskesmas Tegal Selatan berdasarkan


data ketenagaan adalah sebagai berikut
Tabel 2.2
Data Ketenagaan Tahun 2014
NO KETENAGAAN JUMLAH
1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 1
3 Perawat 12
4 Perawat Gigi 2
5 Bidan 21
6 Analis Kesehatan 1
7 Asisten Apoteker 2
8 Nutrisionis 2
9 Kesehatan 2
Lingkungan
10 Penyuluh Kesehatan 1
Masyarakat
11 Penjaga Malam 1
12 Verifikator Keuangan 1
13 Tata Usaha 4
Jumlah 51
b. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan program dan
kegiatan, UPTD Puskesmas Tegal Selatan Kota Tegal dilengkapi dengan
berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana sebagai berikut :
1) Sarana
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
UPTD Puskesmas Tegal Selatan menggunakan sarana penunjang
yang dapat membantu meningkatkan pelayanan, diantaranya yaitu
mobil ambulance, mobil pusling, komputer, printer, mesin
pendaftaran, barcode scanner, LCD/ TV antrian, Sound system, alat2
medis, dll.

2) Prasarana
UPTD Puskesmas Tegal Selatan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan memiliki 4 unit gedung/ bangunan yaitu
puskesmas induk dan IGD, puskesmas pembantu (pustu) debong
tengah, puskesmas pembantu (pustu) debong kulon, rumah dinas
medis/ paramedic.

B. Tugas Jabatan Peserta Diklat


1. Tugas Aparatur Sipil Negara
Menurut Undang – Undang Aparatur Sipil Negara Nomor 5 Tahun
2014, ASN merupakan profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki tugas – tugas sebagai berikut:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundng – undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Menurut UU No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan, Perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang – undangan.
Perawat bertugas sebagai:
1) Pemberi Asuhan Keperawatan
2) Penyuluh dan konselor bagi klien
3) Pengelola pelayanan keperawatan
4) Peneliti keperawatan
5) Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/ atau
6) Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
2. Jabatan Fungsional
Menurut Permenpan No. 25 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional
Perawat dan Angka Kreditnya, dijelaskan bahwa Jabatan Fungsional
Perawat adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung
jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan pelayanan keperawatan
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan
lainnya yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil. Perawat berkedudukan
sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang pelayanan keperawatan pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya
di lingkungan instansi pemerintah.
Jabatan fungsional perawat terdiri atas:
1) Perawat kategori keterampilan
2) Perawat kategori keahlian
Jenjang jabatan fungsional perawat kategori keterampilan dari yang
paling rendah sampai dengan yang paling tinggi, yaitu:
1) Perawat Terampil
2) Perawat Mahir
3) Perawat Penyelia
Jenjang pangkat dan golongan ruang jabatan fungsional perawat
keterampilan adalah sebagai berikut:
1) Perawat Terampil
a) Pengatur, golongan ruang IIc
b) Pengatur Tingkat I, golongan ruang IId
2) Perawat Mahir
a) Penata Muda, golongan ruang IIIa
b) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang IIIb
3) Perawat Penyelia
a) Penata, golongan ruang IIIc
b) Penata Tingkat I, golongan ruang IIId
Rincian kegiatan Perawat Terampil adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu
2) Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif
3) Membuat media untuk peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada
individu dalam rangka melakukan upaya promotif
4) Memfasilitasi penggunaan alat – alat pengamanan atau pelindung fisik
pada pasien untuk mencegah resiko cedera pada individu dalam rangka
upaya preventif
5) Memantau perkembangan pasien sesuai dengan kondisinya (melakukan
pemeriksaan fisik, mengamati keadaan pasien) pada individu dalam
rangka upaya preventif
6) Memfasilitasi penggunaan pelindung diri pada kelompok dalam rangka
melakukan upaya preventif
7) Memberikan oksigenasi sederhana
8) Memberikan bantuan hidup dasar
9) Melakukan pengukuran antropometri
10) Melakukan fasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi
11) Memantau keseimbangan cairan dan elektrolit pasien
12) Melakukan mobilisasi posisi pasien
13) Mempertahankan posisi anatomis pasien
14) Melakukan fiksasi fisik
15) Memfasilitasi lingkungan yang mendukung istirahat
16) Memfasilitasi kebiasaan tidur pasien
17) Memfasilitasi penggunaan pakaian yang mendukung kenyamanan pada
pasien
18) Melakukan pemeliharaan diri pasien
19) Memandikan pasien
20) Membersihkan mulut pasien
21) Melakukan kegiatan kompres hangat/ dingin
22) Mempertahankan suhu tubuh saat tindakan (memasang warming
blanket)
23) Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
24) Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care)
25) Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal
26) Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan kematian
27) Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman
28) Melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan
29) Menyusun rencana kegiatan individu perawat
30) Melaksanakan kegiatan bantuan/ partisipasi kesehatan
31) Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
32) Melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu
33) Melakukan supervisi lapangan

C. Role Model
Tokoh yang menjadi panutan atau role model bagi saya
adalah Kepala UPTD Puskesmas Tegal Selatan. Beliau
lahir di Tegal tanggal 30 Desember 1968, alamat rumah
Dk. Kendayangan RT 08 Rw 02 Kecamatan Warureja.

Bagi saya beliau adalah sosok yang penuh dengan


inovasi dan selalu mengutamakan kepentingan
Gambar 3.2
pelayanan kepada pasien.Beliau mengajarkan tanggung
jawab dan profesionalisme dalam bekerja, walaupun jarak rumah dari tempat kerja
cukup jauh beliau selalu berangkat ke puskesmas dengan semangat. Selalu
mengingatkan bahwa apa yang kita peroleh berasal dari masyarakat, maka kita
harus memberikan pelayanan yang terbaik buat masyarakat.
BAB IV

RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. DAFTAR RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI DAN KETERKAITAN


DENGAN NILAI – NILAI ANEKA

1. Unit Kerja
UPTD Puskesmas Tegal Selatan
2. Identifikasi Isu
a. Kurangnya kesadaran petugas tentang penggunaan Alat Perlindungan
Diri (APD)
b. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penggunaan mesin
pendaftaran
c. Kurang optimalnya pencegahan penularan penyakit Tuberculosis (TBC)
d. Kurang optimalnya pelayanan kesehatan jiwa
e. Rendahnya pengetahuan pasien rawat jalan di UGD tentang perawatan
luka secara mandiri
3. Isu yang Diangkat
Dari beberapa isu yang diangkat oleh penulis di UPTD Puskesmas Tegal
Selatan, penulis mengambil isu tentang kurang optimalnya pencegahan
penularan penyakit Tuberculosis (TBC).
4. Gagasan Pemecahan Isu
Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh penulis untuk mengaktualisasikan
nilai dasar ASN “ANEKA” di UPTD Puskesmas Tegal Selatan dalam
rangka Optimalisasi Pencegahan Penularan Penyakit Tuberculosis (TBC)
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan skrining dini
b. Menyediakan masker bagi pasien batuk di loket pendaftaran
c. Menyediakan masker N95 bagi petugas
d. Memasang poster tentang Etika Batuk di tempat pelayanan
e. Melakukan sosialisasi tentang Etika Batuk kepada pasien TBC
f. Menyediakan tempat sampah infeksius di ruang tunggu pasien
Tabel 4.1
Rancangan Kegiatan Aktualisasi di UPTD Puskesmas Tegal Selatan

Keterkaitan Kontribusi Tahap


Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Substansi dengan Visi – Misi
Organisasi
Nilai Dasar ANEKA Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Melakukan 1. Konsultasi 1. Mentor 1. Nilai – nilai ANEKA Kegiatan skrining Kegiatan skrining
skrining dini dengan mentor Akuntabilitas dini mendukung dini bertujuan untuk
(Sumber: SKP) tentang rencana Saya konsultasi misi UPTD mengetahui lebih
kegiatan yang dengan mentor Puskesmas Tegal awal pasien yang
akan dilakukan tentang rencana Selatan yang ada di berpotensi tertular
kegiatan yang poin 3 yaitu penyakit tuberculosa
akan dilakukan Meningkatkan (TBC). Hal ini
dengan jelas dan pelayanan menguatkan nilai –
penuh tanggung kesehatan sebagai nilai yang ada di
jawab pusat pelayanan UPTD Puskesmas
kesehatan tingkat Tegal Selatan yaitu
Nasionalisme pertama, yang kerjasama, cepat
1. Pelayanan Dalam selanjutnya mampu dan aman
akan lebih menentukan mewujudkan visi
cepat dan rencana kegiatan UPTD Puskesmas
teratur yang dilakukan Tegal Selatan
sehingga saya berdiskusi Tercapainya
akan dengan mentor pelayanan
meningkatkan yang merupakan kesehatan dasar
pelayanan pengamalan Sila yang optimal
Ke IV) menuju
masyarakat sehat
Etika Publik mandiri berbasis
Saya konsultasi layanan prima
dengan mentor
dengan sikap yang
sopan dan respek
terhadap masukan
yang diberikan
2. Pasien oleh mentor.
merasa puas
2. Memulai dan keluhan 2. Saya
pelayanan tepat dapat teratasi melaksanakan
waktu tugas dengan
integritas tinggi
dan disipilin untuk
meningkatkan
kepercayaan
masyarakat
terhadap petugas.
Selain itu juga
menunjukkan
efektifitas dan
efisiensi dalam
pelayanan untuk
memberikan
layanan yang
bermutu
3. Melakukan 3. Saya memberikan
pemeriksaan pelayanan kepada
kepada pasien pasien dengan
penuh tanggung
jawab tanpa
membeda –
bedakan pasien
(Keadilan) sesuai
dengan nilai dasar
Nasionalisme:
Sila ke V. Dalam
memberikan
pelayanan saya
berpegang teguh
pada Komitmen
pelayanan dengan
berempati kepada
pasien dan
bersikap ramah
serta sopan.

2. Menyediakan 1. Konsultasi 1. Mentor 1. Saya Dilaksanakannya Kegiatan


masker bagi dengan mentor mengetahui mengkonsultasika kegiatan menyediakan dan
pasien batuk di tentang rencana dan n rencana kegiatan penyediaan masker menggunakan
loket kegiatan yang memberikan yang akan ini mampu masker bagi pasien
pendaftaran akan dilakukan arahan dilakukan dengan menunjang misi batuk di loket
(sumber: kepada jelas dan penuh UPTD Puskesmas pendaftaran
Inovasi) penulis dalam tanggung jawab Tegal Selatan yang bertujuan untuk
membuat (akuntabilitas) ada di poin 3 dan 4 mencegah
rencana dengan cara yaitu penularan penyakit
kegiatan berdiskusi Meningkatkan mulai dari awal
(Nasionalisme: pelayanan masuk puskesmas.
Sila Ke IV) dan kesehatan sebagai Hal ini menguatkan
bersikap sopan pusat pelayanan nilai – nilai yang ada
(Etika publik), kesehatan tingkat di UPTD
transparan pertama dan Puskesmas Tegal
(akuntabilitas) Menyelenggarakan Selatan yaitu Cepat
serta respek tata kelola dan Aman
terhadap masukan administrasi dan
yang diberikan sumber daya
oleh mentor. kesehatan yang
selanjutnya mampu
2. Membuat tempat 2. Tersedianya 2. Saya membuat mewujudkan visi
masker tempat tempat masker UPTD Puskesmas
masker di sebagai bentuk Tegal Selatan
loket inovasi agar Tercapainya
pendaftaran pasien lebih pelayanan
tertarik dan mau kesehatan dasar
menggunakannya yang optimal
(akuntabilitas: menuju
kepemimpinan) masyarakat sehat
namun juga tidak mandiri berbasis
memaksa pasien layanan prima
untuk
menggunakannya
(Nasionalisme:
Sila ke II). Dalam
proses
pembuatannya
saya
mempercayakan
kepada orang lain
(kepercayaan)
dengan rincian
pengeluaran yang
jelas
(transparansi)
3. Mengisi masker 3. Pasien dapat 3. Saya mengisi
di tempat yang mengambil tempat masker
sudah masker di sebagai wujud
disediakan tempat yang kepedulian dan
sudah tanggung jawab
disediakan sebagai petugas
kesehatan untuk
memberikan
layanan yang
berkelanjutan
(komitmen mutu)
kepada pasien.
Dalam
pelaksanaannya
saya tidak menarik
biaya (anti
korupsi) kepada
pasien
3. Menyediakan 1. Konsultasi 1. Mentor 1. Saya Kegiatan Kegiatan
dan dengan mentor mengetahui mengkonsultasikan menyediakan dan menyediakan dan
menggunakan tentang rencana dan rencana kegiatan menggunakan menggunakan
masker N95 kegiatan yang memberikan yang akan masker N95 bagi masker N95 bagi
bagi petugas akan dilakukan arahan dilakukan dengan petugas mampu petugas bertujuan
kepada jelas dan penuh mendukung misi untuk melindungi
penulis dalam tanggung jawab UPTD Puskesmas petugas dari
membuat (akuntabilitas) Tegal Selatan yang penularan kuman
rencana dengan cara ada di poin 3 yaitu tuberculosa (TBC).
kegiatan berdiskusi Meningkatkan Hal ini menguatkan
(Nasionalisme: pelayanan nilai – nilai yang ada
Sila Ke IV) dan kesehatan sebagai di UPTD
bersikap sopan pusat pelayanan Puskesmas Tegal
(Etika publik), kesehatan tingkat Selatan yaitu Aman
transparan pertama, yang
(akuntabilitas) selanjutnya mampu
serta respek mewujudkan visi
terhadap masukan UPTD Puskesmas
yang diberikan Tegal Selatan
oleh mentor. Tercapainya
pelayanan
2. Mengajukan 2. Bagian 2. Saya mengajukan kesehatan dasar
permintaan farmasi permintaan masker yang optimal
masker ke mengetahui ke bagian farmasi menuju
bagian farmasi dan dengan jelas masyarakat sehat
menyediakan (Akuntabilitas) mandiri berbasis
masker N95 dan ramah (etika layanan prima
bagi petugas publik) dengan
berorientasi (etika
publik) pada
kebutuhan dan
keselamatan
petugas.
3. Menyediakan 3. Petugas lebih 3. Saya menyediakan
masker N95 di mudah masker di tempat
tempat mendapatkan pelayanan sebagai
pelayanan yang masker di bentuk tanggung
kontak langsung tempat jawab
dengan pasien pelayanan (Akuntabilitas)
TBC dan kepedulian
(etika publik)
petugas kesehatan
terhadap
konsistensi
(akuntabilitas)
penerapan Standar
Prosedur
Operasional (SOP)
4. Menggunakan 4. Memberikan 4. Saya
masker N95 perlindungan menggunakan
terhadap masker N95 dalam
penularan pelayanan dengan
penyakit bagi penuh integritas
petugas (Akuntabilitas)
dan konsisten
(Akuntabilitas)
5. Poster namun tetap
terpasang di menghargai pasien
tempat yang agar pasien tidak
mudah dilihat tersinggung,
pasien sesuai dengan
sikap
Nasionalisme:
Sila ke II

5. Saya
menyampaikan
kegiatan yang
akan dilakukan
kepada koordinator
pelayanan klinis
dengan jelas dan
sopan agar
5. Memasang koordinator
poster di tempat pelayanan klinis
pelayanan memberikan
kepercayaan
kepada saya untuk
melakukan
kegiatan tersebut.
Saya respek
dengan apa yang
disampaikan oleh
koordinator
pelayanan klinis
dan melakukan
musyawarah
dalam
pengambilan
keputusan
(Nasionalisme:
Sila ke IV)

6. Saya memasang
poster di tempat
pelayanan dengan
bantuan rekan
kerja agar lebih
efektif dan efisien
serta memberikan
kepercayaan
kepada rekan kerja
untuk
memasangnya
sebagai wujud
Nasionalisme:
Sila ke III

4. Membuat 1. Konsultasi 1. Mentor 1. Saya Dilaksanakannya Dengan adanya


leaflet tentang dengan mentor mengetahui mengkonsultasikan kegiatan kegiatan pembuatan
etika batuk tentang rencana dan rencana kegiatan pembuatan leaflet leaflet menunjukkan
(sumber: kegiatan yang memberikan yang akan tentang etika batuk bahwa penulis
Inovasi) akan dilakukan arahan dilakukan dengan mampu menunjang mampu bekerja
kepada jelas dan penuh misi UPTD sesuai dengan nilai
penulis dalam tanggung jawab Puskesmas Tegal – nilai yang ada
membuat (akuntabilitas) Selatan yang ada di UPTD Puskesmas
rencana dengan cara poin 1 yaitu Tegal Selatan yaitu
kegiatan berdiskusi Menggerakkan amanah, ikhlas,
(Nasionalisme: pembangunan kerjasama dan rapi
Sila Ke IV) dan yang berwawasan
bersikap sopan kesehatan di
(Etika publik), wilayah kerja yang
transparan selanjutnya mampu
(akuntabilitas) mewujudkan visi
serta respek UPTD Puskesmas
terhadap masukan Tegal Selatan
yang diberikan Tercapainya
oleh mentor. pelayanan
kesehatan dasar
2. Mencari 2. Pasien 2. Saya mencari yang optimal
referensi materi mendapatkan referensi materi menuju
etika batuk informasi tentang etika batuk masyarakat sehat
tentang etika dari sumber yang mandiri berbasis
batuk jelas layanan prima
berdasarkan
sumber yang
jelas

3. Membuat 3. Leaflet yang 3. Saya membuat


konsep leaflet dihasilkan konsep leaflet
tersusun dengan efektif
secara dan efisien
sistematis menggunakan
dan mampu gambar yang
menarik mampu menarik
pasien untuk pembaca
membacanya (kepemimpinan),
namun tetap
dengan bahasa
yang sopan dan
tetap menghargai
pasien sebagai
wujud dari
Nasionalisme:
Sila ke II

4. Mencetak leaflet 4. Leaflet yang 4. Saya mencetak


dihasilkan dengan
berkualitas menggunakan
printer (komitmen
mutu: inovasi)
untuk memberikan
palayanan yang
berorientasi pada
mutu dengan
rincian biaya yang
jelas dan
transparan
5. Melakukan 1. Konsultasi 1. Mentor 1. Saya Dilaksanakannya Dengan adanya
penyuluhan dengan mentor mengetahui mengkonsultasikan kegiatan kegiatan
tentang etika tentang rencana dan rencana kegiatan pembuatan leaflet penyuluhan
batuk kepada kegiatan yang memberikan yang akan tentang etika batuk menunjukkan bahwa
pasien akan dilakukan arahan dilakukan dengan mampu menunjang penulis mampu
tuberculosis kepada jelas dan penuh misi UPTD bekerja sesuai
(TBC) penulis dalam tanggung jawab Puskesmas Tegal dengan nilai – nilai
membuat (akuntabilitas) Selatan yang ada di yang ada UPTD
rencana dengan cara poin 1 yaitu Puskesmas Tegal
kegiatan berdiskusi Menggerakkan Selatan yaitu
(Nasionalisme: pembangunan santun, kerjasama
Sila Ke IV) dan yang berwawasan dan rapi
bersikap sopan kesehatan di
(Etika publik), wilayah kerja yang
transparan selanjutnya mampu
(akuntabilitas) mewujudkan visi
serta respek UPTD Puskesmas
terhadap masukan Tegal Selatan
yang diberikan Tercapainya
oleh mentor. pelayanan
kesehatan dasar
2. Menyiapkan alat 2. Sosialisasi 2. Saya menyiapkan yang optimal
yang digunakan yang akan alat yang akan menuju
untuk sosialisasi disampaikan digunakan dalam masyarakat sehat
lebih sosialisasi secara mandiri berbasis
maksimal konsisten dan layanan prima
bemutu agar
sosialisasi yang
disampaikan lebih
efektif dan efisien
serta mampu
menumbuhkan
kepercayaan
masyarakat
terhadap petugas

3. Melakukan 3. Pasien 3. Saya


sosialisasi tuberculosa menyampaikan
kepada pasien (TBC) materi dengan
tuberculosis mengetahui integritas dan
(TBC) tentang tentang etika tanggung jawab.
etika batuk batuk Dalam
sehingga penyampaiannya
tidak batuk saya tetap
secara menghargai (etika
sembarangan publik) privasi
pasien dan respek
terhadap
pertanyaan yang
disampaikan
pasien sebagai
wujud
Nasionalisme:
Sila ke II
6.

B. JADWAL RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN AKTUALISASI


Tabel 4.2
Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi

Portofolio / Bukti
Tanggal
No Kegiatan Kegiatan
27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

1. Membuat Notulen
leaflet tentang konsultasi dan
stunting diskusi,
Leaflet tentang
stunting
dokumentasi

2. Membuat Notulen
lembar balik konsultasi dan
tentang diskusi, Lembar
stunting balik tentang
stunting

3. Mensosialisasi Notulen
pencegahan konsultasi,
stunting Surat undangan,
kepada Ibu daftar hadir,
Hamil notulen,
dokumentasi
4. Pemberian Surat
Tablet pemberitahuan,
Tambah daftar penerima,
Darah untuk surat serah
remaja Putri terima,
(SMA) dokumentasi
5. Mensosialisasi Notulen
kan konsultasi, Surat
Pencegahan undangan,
Stunting daftar hadir,
kepada ibu notulen,
balita dokumentasi
6. Mendemonstr Surat undangan,
asikan cara daftar hadir,
pengukuran notulen,
Panjang dokumentasi
badan dan
tinggi badan
balita pada
kader
posyandu

Keterangan : (Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)

Keterangan :

Anda mungkin juga menyukai