FILSAFAT
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk
mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti
berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan
yang seakan tak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian
untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita
jangkau.
Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri:
apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya yang hakiki
yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria
apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah? Mengapa kita
mempelajari ilmu? Apakah kegunaannya sebenarnya? Berfilsafat juga berarti
berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui: Apakah
ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang seyogyanya saya ketahui dalam
kehidupan ini? Di batas manakah ilmu mulai dan di batas manakah dia berhenti?
Kemanakah saya harus berpaling di batas ketidaktahuan ini? Apakah kelebihan dan
kegunaan ilmu?
B. Filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yakni : 1. Logika
(apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah). 2. Etika (mana yang dianggap
baik dan mana yang dianggap buruk). 3. Estetika (apa yang termasuk indah dan apa
yang termasuk jelek).
D. Filsafat Ilmu
1. Ontologi Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari
obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan?
2. Epistemologi Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang
harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang
disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa
yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
3. Aksiologi Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah
moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/professional?
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
A. Penalaran
B. Logika
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan
kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan 4 5 kesimpulan
ini disebut logika. Secara lebih luas logika didefinisikan sebagai “pengkajian untuk
berpikir sacara sahih”. Cara penarikan kesimpulan berdasarkan penalaran ilmiah,
yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif merupakan penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata (khusus) menjadi kesimpulan yang
bersifat umum, sedangkan logika deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal
yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Penarikan
kesimpulan secara deduktif menggunakan pola berpikir silogisme. Disusun dari dua
buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan.
C. Sumber
1. Pengalaman
2. Wahyu
3. Otoritas
4. Berpikir deduktif
5. Berpikir induktif
6. Metode ilmiah
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan
yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan
paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme sedangkan mereka yang
mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan
empirisme. Kaum rasionalis beranggapan bahwa pengetahuan didapatkan lewat
penalaran rasional yang abstrak sedangkan kaum empirisme pengetahuan manusia
didapatkan lewat bukti konkret. Selain rasionalisme dan empirisme masih terdapat
cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan
pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Suatu masalah
dalam pikiran namun menemui jalan buntu, tiba-tiba saja muncul di benak kita yang
lengkap dengan jawabannya dan kita merasa yakin bahwa itulah jawabannya namun
kita tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya kita sampai ke sana. Intuisi bersifat
personal dan tidak bisa diramalkan. Wahyu pengetahuan yang disampaikan oleh
Tuhan kepada para nabi dan rasulrasulnya.
D. Kriteria Kebenaran
Teori Koherensi
Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyatan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap
benar. Ahli filsafat yang mengembangkan teori koherensi, diantaranya Plato (427-
347 SM) dan Aristoteles (384- 322 SM).
Teori Korespondensi
Menurut teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi dengan obyek
yang dituju oleh pernyataan tersebut. Ahli filsafat dalam aliran ini adalah
Bertrand Russel (1872-1970).
Teori Pragmatis
Menurut teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Teori ini
dicetuskan oleh Charles S. Piece (1839- 1914).
BAB III
A. Metafisika
Metafisika dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki apa hakikat di balik alam
nyata ini. Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat
berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.
C. Peluang
Berdasarkan teori keilmuan tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai
suatu kejadian. Yang ada adalah kesimpulan yang probabilistik.
EPISTEMOLOGI
B. Bahasa
C. Matematika
Raja Charles II dari Inggris mendirikan The Royal Society yang bertindak
selaku penawar bagi fanatisme di masyarakat waktu itu. Para ilmuwan pada waktu itu
bersuara mengenai toleransi beragama dan pembakaran tukangtukan sihir. Sikap
sosial seorang ilmuwan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuwan yang
dilakukan. Ilmu terbebas dari nilai. Ilmu itu sendiri netral dan para ilmuwanlah yang
memberikan nilai. Dalam menghadapi masalah sosial, seorang ilmuwan yang
mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup harus menempatkan masalah
tersebut pada proporsi yang sebenarnya dan menjelaskanya kepada masyarakat dalam
bahasa yang dapat dicerna. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh seorang ilmuwan
maka harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang
seyogyanya mereka safari. Di bidang etika, tanggungjawab seorang ilmuwan bukan
lagi memberikan informasi tetapi memberikan contoh. 14 15 C. Nuklir dan Pilihan
Moral Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuanya
untuk menindas bangsa lain meskipun yang menggunakan itu adalah bangsanya
sendiri. Einstein waktu itu memihak sekutu karena anggapanya bahwa sekutu
mewakili aspirasi kemanusiaan. Jika sekutu kalah maka yang akan muncul adalah
rezim Nazi yang tidak berperikemanusiaan. Untuk itu seorang ilmuwan tidak boleh
berpangku tangan. Dia harus memilih sikap: berpihak kepada kemanusiaan atau tetap
bungkam?. Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikan penemuwannya bila
hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang
terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan
fakta-fakta pengujian. D. Revolusi Genetika Revolusi genética merupakan babak baru
dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh
manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri. Memperlakukan manusia sebagai
kelinci pencobaan adalah sikap yang tidak bermoral dan bertentangan dengan hakikat
ilmu.
BAB VII
Kebudayaan didefenisikan pertama kali oleh EB. Taylor pada tahun 1871 di
mana dalam bukunya Primitive Culture, kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta
kemampuan dan kebiasaan lainya yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Yang menjadi dasar dari kebudayaan adalah nilai.
Di samping nilai ini kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang
merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang di kandungnya.
Pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan yang konkret dari nilai budaya
yang bersifat abstrak: kegiatan manusia ini dapat ditangkap oleh panca indera
sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh budi manusia. Di samping itu nilai
budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh sarana kebudayaan.
1. kritis,
2. rasional
3. logis
4. obyektif
5. terbuka
6. menjunjung kebenaran dan
7. pengabdian universal.
Peranan ketujuh nilai ini adalah dalam hal bangsa menghadapi permasalahan
dalam bidang politik, ekonomi, dan kemasyarakatan membutuhkan pemecahan
permasalahan secara kritis, rasional, logis dan terbuka. Sedangkan sifat menjunjung
kebenaran dan pengabdian universal akan merupakan aktor yang penting dalam
pembinaan bangsa di mana seseorang lebih menitikberatkan kebenaran untuk
kepentingan golongan dibandingkan kepetingan golongan. Bukan saja seni namun
ilmu dalam hakikatnya yang murni bersifat mempersatukan.
Ada dua pola kebudayaan yang terbagi ke dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu
sosial. Raiso de‟etre yang menjadi argumentasi pembagian jurusan ini adalah asumsi
yang pertama mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam
pendidikan matematika yang mengharuskan kita mengembangakan pola pendidikan
yang berbeda pula. Asumsi yang kedua adalah yang menganggap bahwa ilmu sosial
kurang memerlukan pengetahuan matematika. Asumsi kedua ini sekarang tidak
relevan lagi karena pengembangan ilmu sosial membutuhkan bakat-bakat
matematika yang baik untuk menjadikannya pengetahuan yang bersifat kuantitatif.
BAB VIII
A. Terminologi: Ilmu,
Ilmu Pengetahuan, dan Sains Seluruh bentuk dapat digolongkan dalam
kategori pengetahuan (knowledge) di mana masing-masing bentuk dapat dicirikan
oleh karakter obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologi
masing-masing. Salah satu bentuk knowledge ditandai dengan:
1. Obyek Ontologis yaitu pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat
dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan
pancaindra;
2. Landasan epistemologis yaitu metode ilmiah yang berupa gabungan logika
deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut
logico-hyphotetico-verifikasi;
3. Landasan aksiologi: kemaslahatan manusia artinya segenap ujud pengetahuan
itu secara `moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
B. Quo Vadis
Adapun kelemahan dari pilihan ini ialah bahwa kita terpaksa meninggalkan
kata ilmu pengetahuan dan hanya menggunakan kata ilmu saja untuk sinonim science
dalam bahasa inggris. Alternatif pertama menggunakan ilmu pengetahuan untuk
science dan pengetahuan untuk knowledge.
C. Politik Bahasa Nasional
Fungsi pertama dapat disebut sebagai fungsi komunikatif dan fungsi kedua
sebagai fungsi kohesif atau integratif. Pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa
Indonesia memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dengan alasan utama
yaitu fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana yang mengintegrasikaan
berbagai suku ke dalam satu bangsa yakni Indonesia.
BAB IX
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan serta teknik
notasi. Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Komunikasi
ilmiah harus bersifat reproduktif artinya bahwa sipenerima pesan mendapatkan kopi
yang benar-benar sama dengan prototipe yang disampaikan sipemberi pesan.
Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal di mana berbeda dengan tokoh dalam
sebuah novel yang bisa berupa aku dan dia atau doktor faust. Kata ganti perorangan
hilang dan diganti universal yakni ilmuwan. Pembahasan secara ilmiah
mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebagai premis
dalam argumentasi kita. Pernyataan ilmiah yang kita gunakan harus mencatat
beberapa hal yakni kita identifikasi orang membuat pernyataan tersebut, media
komunikasi ilmiah dimana pernyataan tersebut di sampaikan, lembaga yang
menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan
dilakukan.
Kalimat yang kita kutip harus dituliskan sumbernya secara tersurat dalam catatan
kaki. Catatan kaki mulai langsung dari pinggir atau dapat dimulai setelah beberapa
ketukan tik dari pinggir asalkan dilakukan secara konsisten. Nama pengarang yang
jumlahnya sampai tiga orang dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang
lebih dari tiga orang hanya ditulis nama pertama ditambah kata etal. Kutipan yang
diambil dari halaman tertentu disebutkan halamanya dengan singkatan p (pagina) atau
hlm. (halaman). Jika kutipan itu disarikan dari beberapa halaman maka dapat ditulis
pp.1-5 atau hlm 1-5.
jika nama pengaranganya tidak ada langsung dituliskan nama bukunya atau Anom
(anoniymous) di depan nama buku tersebut. Sebuah buku yang ada diterjemahkan
harus ditulis baik pengarang maupun penterjemah buku tersebut sedangkan kumpulan
karangan cukup disebutkan nama editornya. Pengulangan kutipan dengan sumber
yang sama dilakukan dengan memakai notasi op.cit (opere citato: dalam karya yang
telah dikutip), loc. cit (loco citato: dalam tempat yang telah dikutip dan ibid (ibidem :
dalam tempat yang sama).
BAB X
PENUTUP
Secara etimologis berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat
diartikan inti dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat
berubah-ubah, namun inti tersebut tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat Yunani
terdapat nama Thales, yang memiliki pokok pikiran bahwa hakikat segala sesuatu
adalah air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan inti segalanya. Semua hal
meskipun mempunyai sifat dan bentuk yang beraneka ragam, namun intinya adalah
satu yaitu air. Segala sesuatu berasal dari air dan akan kembali pada air.
Hakikat dapat dipahami sebagai inti-sari, bisa pula berupa sifat-sifat umum dari pada
hal sesuatu. Dipahami pula sebagai diri pribadi atau jati diri hal sesuatu. Istilah-istilah
dalam bahasa inggris seperti "substance" dan/atau "essence" yang keduanya
menunjuk suatu “essential nature" atau ultimate nature of a thing. Jadi bisa pula
dipahami sebagai inti dasar atau inti terdalam pada sesuatu. Jadi, hakikat adalah
keseluruhan unsur yang secara mutlak berada di dalam saling berhubungan sehingga
membentuk suatu kesatuan utuhmenyeluruh. Selanjutnya, pada taraf tertentu,
keseluruhan unsur itu secara bersama-sama menentukan adanya barang atau sesuatu
hal sebagaimana diripribadinya sendiri, bukan sesuatu hal yang lain. “Hakikat” dapat
dikategorikan menjadi 3 hal:
Apa guna ilmu pengetahuan? Pertanyaan sama dengan apa guna pengetahuan
ilmiah karena ilmu pengetahuan isinya teori (ilmiah). Secara umum, teori artinya
pendapat yang beralasan. Alasan itu dapat berupa argument logis, ini teori filsafat;
berupa argument perasaan atau keyakinan dan kadangkadang empiris, ini teori dalam
pengetahuan mistik; berupa argument logisempiris, ini teori sain.
Berbagai ilmu pengetahuan yang ada sampai sekarang ini seecara umum
berfungsi sebagai alat untuk membuat eksplanasi kenyataan. Ilmu pengetahuan
merupakan suatu system eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan
dengan system lainya dalam memahami masa lampau, sekarang , serta mengubah
masa depan. Bagaimana contohnya? Akhir tahun 1997 di Indonesia terjadi gejolak
moneter, yaitu nilai rupiah semakin murah dibandingkan dengan dolar (kurs rupiah
terhadap dolar turun). Gejala ini telah memberikan dampak yang cukup luas terhadap
kehidupan di Indonesia.
Penyebabnya adalah karena anak-anak itu tidak dapat pendidikan yang baik
dari kedua orang tuanya. Padahal pendidikan dari kedua orang tuanya amat penting
dalam pertumbuhan 25 anak menuju dewasa. Itulah sebagian dari kegunaan dan
manfaat dari adanya suatu ilmu pengetahuan, dan banyak lagi contoh-contoh yang
lain yang banyak. Aksiologi adalah studi tentang nilai.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan. Etika
keilmuwan merupakan etika normative yang merunuskan pronsipprinsip etis yang
dapat dipertanggung jawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu
pengetahuan. Tujuan etika keilmuwan adalah agar seorang ilmuwan dapat
menerapkan prinsip-prinsio moral, yaitu yang baik dan dapat menghindarkan dari
yang buruk ke dalam perilaku keilmuwanya, sehingga ia dapat menjadi ilmuwan yang
dapat mempertanggungjawabkan perilaku ilmiahnya. Etika normative menetapkan
kaidah-kaidah yang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuatan-perbuatan apa
yang yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi serta menetapkan
apa yang bertentangan dengan yang seharusnya terjadi. Ilmu dengan segala tujuan
dan artinya, sampai batas-batas tertentu telah banyak membantu manusia dalam
mencapi tujuan hidup dan kehidupannya, yaitu kehidupan yang lebih baik. Sekalipun
ilmu tidak pernah mencapai kebenaran mutlak, tetapi dalam keterbatasanya ia
membantu kepentingan di dunia yang fana ini, sesuai dengan bidang masing-masing
BAB I
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
2) Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari „alima –
ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan
sebagai Idroku syai bi haqiqotih(mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa
Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan
dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science(berasal dari bahasa lati
dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga
diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada
makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini
akan dikemukakan beberapa pengertian :
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), Science is knowledge arranged in a system, especially obtained
by observation and testing of fact (An English reader’s dictionary), Science is a
systematized knowledge obtained by study, observation, experiment” (Webster’s
super New School and Office Dictionary), Science is the complete and consistent
description of facts and experience in the simplest possible term”(Karl
Pearson), Science is a sistematized knowledge derives from observation, study, and
experimentation carried on in order to determinethe nature or principles of what
being studied” (Ashley Montagu), Science is the system of man’s knowledge on
nature, society and thought. It reflect the world in concepts, categories and laws, the
correctness and truth of which are verified by practical experience(V. Avanasyev)
sementara itu The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya
pengertian ilmu adalah sebagai berikut :
Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap
pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu mengacu
pada ilmu seumumnya. Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan
ilmiah yang mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus.
Lantas dia berpikir bahwa segala sesuatu bisa diragukan, tetapi ia tidak bisa
meragukan akan pikirannya. Dengan kata lain ia meyakini dan mengetahui bahwa
dirinya ragu-ragu dan berpikir. Ungkapannya yang populer dan sekaligus fondasi
keyakinan dan pengetahuannya adalah ” Saya berpikir (baca : ragu-ragu), maka saya
ada “.
Argumentasinya akan realita menggunakan silogisme kategoris bentuk
pertama, namun tanpa menyebutkan premis mayor. Saya berpikir, setiap yang
berpikir ada, maka saya ada.
Dalam dunia Islam adalah Imam al Ghazzali yang pernah skeptis terhadap realita,
namun iapun selamat dan menjadi pemikir besar dalam filsafat dan tashawwuf.
Perkataannya yang populer adalah ” Keraguan adalah kendaraan yang mengantarkan
seseorang ke keyakinan “.
Filusuf Ilahi Mulla Shadra ra. berkata, “Sesungguhnya ruh manusia jika lepas
dari badan dan berhijrah menuju Tuhannya untuk menyaksikan tanda-tanda-Nya yang
sangat besar, dan juga ruh itu bersih dari kamaksiatan-kemaksiatan, syahwat dan
ketarkaitan, maka akan tampak padanya cahaya makrifat dan keimanan kepada Allah
dan malakut-Nya yang sangat tinggi. Cahaya itu jika menguat dan mensubstansi,
maka ia menjadi substansi yang qudsi, yang dalam istilah hikmah teoritis oleh para
ahli hikmat disebut dengan akal efektif dan dalam istilah syariat kenabian disebut ruh
yang suci. Dengan cahaya akal yang kuat, maka terpancar di dalamnya -yakni ruh
manusia yang suci- rahasia-rahasia yang ada di bumi dan di langit dan akan tampak
darinya hakikat-hakikat segala sesuatu sebagimana tampak dengan cahaya sensual
mata (alhissi) gambaran-gambaran konsepsi dalam kekuatan mata jika tidak terhalang
tabir. Tabir di sini -dalam pembahasan ini- adalah pengaruh-pengaruh alam tabiat dan
kesibukan-kesibukan dunia, karena hati dan ruh -sesuai dengan bentuk ciptaannya-
mempunyai kelayakan untuk menerima cahaya hikmah dan iman jika tidak
dihinggapi kegelapan yang merusaknya seperti kekufuran, atau tabir yang
menghalanginya seperti kemaksiatan dan yang berkaitan dengannya “
Kemudian beliau melanjutkan, “Jika jiwa berpaling dari ajakan-ajakan tabiat dan
kegelapan-kegelapan hawa nafsu, dan menghadapkan dirinya kepada Alhaq dan alam
malakut, maka jiwa itu akan berhubungan dengan kebahagiaan yang sangat tinggi dan
akan tampak padanya rahasia alam malakut dan terpantul padanya kesucian (qudsi)
Lahut .” (al-Asfar al-Arba‟ah jilid 7 halaman 24-25).
Dari sejumlah pengertian yang ada sering ditemukan kerancuan antara pengertian
pengetahuan dan ilmu, kedua kata tersebut dianggap memiliki kesamaan arti bahkan
ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi kata majemuk yang
mengandung arti tersendiri. Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu disamakan
artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Pengetahuan terbagi menjadi
2 yaitu prailmiah dan ilmiah, pengetahuan pra ilmiah adalah pengetahuan yang belum
memiliki syarat syarat ilmiah pada umumnya, sebaliknya pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang harus memilki syarat syarat ilmiah. Syarat syarat yang dimiliki
oleh pengetahuan ilmiah adalah : harus memiliki objek tertentu (formal dan material)
dan harus bersistem (runtut) selain itu pengetahuan ilmiah harus memiliki metode
tertentu dengan sifatnya yang umum, metodenya berupa metode deduksi, induksi dan
analisis.
a. Realisme,
teori ini mempunyai pandangan yang realistis terhadap alam pengetahuan,
ajaran realism percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara ada hal hal yang
hanya terdapat didalam dan tentang dirinya sendiri serta yang hakikatnya
tidak terpengaruh oleh seseorang.
b. Idealisme,
ajaran idealism menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil, premis pokok yang
diajukan oleh idealism adalah jiwa mempunyai kedudukan utama dalam alam
semesta, idealism tidak mengingkari adanya materi, namun materi adalah
suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat.
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan, persoalnnya dari mana pengetahuan
itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu diperoleh, dalam hal ini ada beberapa
pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain :
a. Empirisme,
menurut aliran ini manusia mendapatkan pengetahuan dari pengalamannya,
manusia bisa mendapatkan nya melalui indera, pengetahuan inderawi bersifat
parsial, itu disebabkan adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang
lain, sehingga john locke (1632-1704) bapa empiris britania mengemukakan
teori tabula rasa (sejenis buku catatan kosong). Jadi dalam empirisme sumber
utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diterima oleh
indera, akal tidak banyak berfungsi kalaupun ada hanya sebatas ide yang kabur.
Kelemahan aliran ini adalah : indera terbatas, indera kadang menipu, objek yang
menipu, berasal dari indera dan objek sekaligus.
b. Rasionalisme,
aliran ini menyatakan bahwaakal adalah dasar kepastian pengetahuan,
pengetahuan yang benar diperoleh melalui akal manusia memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Bagi aliran ini kelemahan
aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi
seandainya akal digunakan.
c. Intuisi,
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi, kemampuan ini mirip dengan insting tetapi berbeda dengan kesadaran
dan kebebasannya, kemampuan pengembangan kemampuan ini memerlukan
suatu usaha. Menurutnya intuisi bersifat lahiriah pengetahuan simbolis yang
pada dasarnya bersifat analisis menyeluruh dan mutlak dan tanpa dibantu
penggambaran secara simbolis.
d. Wahyu,
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat
perantara para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa
upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya.
Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang
membedakan mereka dengan manusia lainnya. Bagi manusia tidak adajalan lain
kecuali menerima dan membenarkan semua yang berasal dari Nabi.
Kepercayaan inilah yang merupakan titik tolak dalam agama dan lewat
pengkajian selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu.
Sedangkan ilmu pengetahuan sebaliknya, yaitu dimulai mengkaji dengan riset,
pengalaman, dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.
C. Ukuran Kebenaran
Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai
kebanaran, namun masalahnya tidak hanya sampai disitu saja, problem kebenaran
inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya epistimologi, telaah epistimologi
terhadap kebenaran membawa kita pada sebuah kesimpulan bahwa perlu dibedakan
adanya 3 jenis yaitu kebenaran epistimologis, kebenaran ontologis dan kebenaran
semantik. Kebenaran epistimologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan
pengetahuan manusia, kebenaran dalam arti ontologis adalah kebenaran sebagai sifat
dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan, kebenaran
dalam arti semantic adalah kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata
dan bahasa.
Para filosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu yang berguna dan ilmu
yang tidak berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka kategorikan kepada ilmu
ilmu duniawi seperti ilmu kedokteran, fisika, kimia, geografi, logika, etika, bersama
disiplin yang khusus mengenai ilmu keagamaan. Ilmu sihir, alkemi dan numerologi
(ilmu nujum dengan menggunakan bilangan) dimasukkan kedalam golongan cabang-
cabang ilmu yang tidak beguna. Klasifikasi ini memberikan makna implisit menolak
adanya sekularisme, karena wawasan Yang Kudus tidak menghalang-halangi orang
untuk menekuni ilmu-ilmu pengetahuan dinuawi secara teoritis dan praksis.
Sedangkan Al Ghazali secara filosofis membagi ilmu kedalam ilmu syar’iyah dan
ilmuaqliyyah. Oleh Al-Ghazali ilmu yang terakhir ini disebut juga sebagai ilmu ghair
syar’iyyah.Begitu juga Quthb Al-Din membedakan jenis ilmu menjadi ulum
hikmy dan ulum ghair hikmy. Ilmu nonfilosofis menurutnya dipandang sinonim
dengan ilmu religius, karena dia menganggap ilmu itu berkembang dalam satu
peradaban yang memiliki syari’ah (hukum wahyu). Sedangkan Dr Muhammad Al
Bahi membagi ilmu dari sumbernya terbagi menjadi 2 yaitu ilmu yang bersumber dari
Tuhan dan ilmu yang bersumber dari manusia. Al-Jurjani membagi ilmu kepada ilmu
Qadim dan ilmu Hadis. Ilmu Qadim adalah ilmu Allah yang jelas sangat berbeda
dari ilmu Hadist yang dimiliki manusia sebagai hamba-Nya.
DASAR-DASAR ILMU
A. Ontologi
Term ontologi pertamakali dikenalkan oleh rodolf goclenius pada tahun 1636
M, untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis, dalam
perkembangannya Rudolf Wolf membagi metafisika menjadi 2 yaitu metafisika
umum dan metafisika khusus, metafisika umum dimaksuidkan sebagai istilah lain
ontology, dengan demikian metafisika umum atau ontology adalah cabang filsafat
yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu
yang ada, sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi
dan teologi. Didalam pemahaman ontology dapat diketemukan pandangan pandangan
pokok pemikiran sebagai berikut :
a. Monoisme,
paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari seluruh kenyataan
hanyalah satu saja, tidk mungkin dua, faham ini kemudian terbagi 2 yaitu :
materialism yang menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan
rohani aliran ini sering juga disebut naturalism, yang kedua yaitu idealisme
aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua
berasal dari ruh yaitu sesuati yang tidak berbentuk dan menempati ruang.
b. Dualisme,
aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat yaitu hakekat
materi dan hakekat ruhani , benda dan ruh, jasad dan spirit. Umumnya manusia
tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualism ini, karena
setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indera kita, sedang
kenyataan bathin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
c. Pluralime,
paham ini berpandangan bahwa segenap bentuk merupakan kenyataan,
prularisme bertolak dari keseluruhan danmengakui bahwa segenap macam
bentuk itu semuanya nyata.
d. Nihilisme,
sebuah doktrin yang tidak mengakui validits alternative yang positif, istilah
nihilism sebenarnya sudah ada sejak yunani kuno.
e. Agnotisisme
yaitu mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat benda, baik
hakekat materi maupun hakikat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum
dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkrit akan adanya
kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
B. Epistimologi
Epistimologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, pengandaian dan dasar dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh oleh
manusia melalui akal, indera dan lain lain meiliki metode tersendiri dalam teori
pengetahuan diantaranya adalah :
a. Metode induktif,
yaitu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi
disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum, dalam induksi setelah
diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan hal hal lain seperti ilmu
mengajarkan kita bahwa kalau logam dipanaskan maka akan mengembang
b. Metode deduktif,
yaitu metode yang menyimpulkan bahwa data data empiric diolah lebih lanjut
dalam suatu sistem pernyataan yang runtut, hal yang harus ada dalam metode
deduktis adalah perbandingan logis antara kesimpulan kesimpulan itu sendiri.
c. Metode positivisme,
metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual dan dan
positif, ia mengenyampingkan segala persoalan diluar yang ada sebagai
fakta.menurut comte perkembangan pemikiran manusia melaui 3 tahap yaitu,
teologis, metafisis dan positif.
d. Metode kontemplatif,
metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda
beda, harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan
intuisi, pengetahuan yang didapat melalui intuisi ini bias diperoleh dengan cara
berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al Ghazali.
e. Metode dialektis,
metode ini mula mula berarti metode Tanya jawab untuk mencapai kejernihan
filsafat namun plato mengartikannya sebagai diskusi logika.
C. Aksiologi
Pengertian aksiologi yang dikutip penulis berasal dari buku jujun s suriasumantri
yang berartisebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh.
Dari definisi mengenai aksiologi, terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama
adalah mengenai nilai, niai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai, teori tentang nilai
dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Makna etika dipakai
dalam 2 bentuk arti, pertama etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan perbuatan manusia, arti kedua etika merupakan suatu
predikat yang dipakai untk membedakan hal hal, perbuatan perbuatan atau manusia
manusia yang lain.
1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit
seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas
mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau
nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti
nilainya atau nilai dia.
3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member nilai atau
dinilai.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori
tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi.
Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak
terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan
pengetahuan.
Simbol-simbol : Things that stand for other things atau sesuatu yang
menyatakan sesuatu yang lain, jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu
system simbol-simbol, hal tersebut mengandung makna bahwa ucapan si
pembicara di hubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian
dalam dunia praktis
Simbol-simbol vokal : bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan
dari kerja sama berbagai organ atau alat tubh dengan system pernapasan
Simbol-simbol vokal arbitrer : arbitrer = „mana suka” misalnya untuk
menyatkan jenis binatang yang disebut Equus Caballu, orang Inggris
menyebutnya horse, orang Perancis menyebutnya Cheval dan orang Indonesia
menyebutnya Kuda semuanya merupakan sejenis persetujuan yang tidak
diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara sesame anggota
masyarakat yang memberi setiap makna tertentu.
Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer
Dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergau
satu sama lainnya.
1. Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa
dan psikolinguistikmelihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan
pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa
fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa
adalah sebagai berikut :
• Fungsi Instrumental : penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat
materi seperti makan, minum, dan sebagainya.
• Fungsi Regulatoris : penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah
laku.
• Fungsi Interaksional : penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan
pemikiran antara seseorang dan orang lain.
• Fungsi personal : seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan
dan pikiran.
• Fungsi Heuristik : penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir
fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
• Fungsi Imajinatif : Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi
seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai
dengan realita (dunia nyata).
• Fungsi Representasional : pengunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran
dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.
a. bahasa agama adalah kalam ilahi yang terabadikan ke dalam kitab suci.
b. Kedua, bahasa agama merupakan ungkapan serta perilaku keagamaan dari
seseorang atau sebuah kelompok social.
Dengan kata lain, bahasa agama dalam konteks ke dua ini merupakan wacana
keagamaan yang dilakukan oleh umat beragama maupun sarjana ahli agama,
meskipun tidak selalu menunjuk serta menggunakan ungkapan-ungkapan kitab suci.
Walaupun ada erbedaan antara kedua bahasa ini namun keduanya merupkan sarana
untuk menyampikan sesuatu dengan gaya bahasa yang khas.
B. Matematika
Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa kebanyakan dari
masalah yang digadapinya tidak mempunyai pengukuran yang mempergunakan
bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan.
C. Statistik
1. Pengertian Statistik
Secara etimologi, kata “statistic” berasal dari kata status (bahasa latin) yang
mempunyai persamaan dengan dengan arti kata state (bahasa inggris), yang dalam
bahasa Indonesia di terjemahkan dengan Negara
Pada mulanya, kata “statistic” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data),
baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data
kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu
Negara”. Namun pada perkembangannya, arti kata statistic hanya dibatasi pada
kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja)
Dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam
pengertian.
• Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistic, yaitu
kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.
• Kedua, sebagai kegiatan statistik kadang atau kegiatan perstatistikan.
• Ketiga, kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistic yaitu cara-cara tertentu
yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur
menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan
keterangan yang berupa angkaitu dapat berbicara atau dapat memberikan makna
tertentu.
• Keempat, istilah statistik dewasa ini juga dapat diberi pengertian sebagai “ilmu
statistik”. Ilmu statistik tidak lain adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan
memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan
statistik. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan
yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.
2. Sejarah Perkembangan Statistik
Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara deduktif dan
berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses
logika deduktif dan logika induktif.
Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala sesuatu yang berkaitan erat
dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa. Seperti berpikir sistematis dalam
menggapai ilmu dan pengetahuan.
Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, maka seseorang tidak
dapat melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan teratur.
Tujuan dari pengumpulan data statistika dapat dibagi ke dalam dua golongan besar :
• Secara kasar dapat dirumuskan sebagai tujuan kegiatan praktis dan kegiatan
kelimuan.
• Kedua tujuan sebenarnya tidak mempunyai perbedaan yang hakiki karena kegiatan
keilmuan merupakan dasar dari kegiatan praktis.
• Dalam bidang statistika, perbedaan yang penting dari kedua kegiatan ini dibentuk
oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan praktis hakikat alternative yang sedang
dipertimbangkan telah diketahui, paling tidak secara prinsip, di mana konsekuensi
dalam memilih salah satu dari alternative tersebut dapat di exaluasi berdasarkan
serangkaian perkembangan yang akan terjadi.
Hipotesis. Untuk menerangkan fakta yang diobservasi dugaan yang sudah ada
dirumuskan dalam sebuah hipotesis, atau teori, yang menggambarkan sebuah pola
yang menurut anggapan ditemukan dalam tata tersebut. Dalam tahap kedua ini,
statistika membantu kita dalam mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan
menyajikan hasil observasi dalam mengembangkan hipotesis
Ramalan. Dari hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi. Jika teori yang
dikemukakan itu memenuhi syarat deduksi akan merupakan sesuatu pengetahuan
yang baru, yang belum diketahui sebelumnya secara empiris, tetapi dideduksikan dari
teori. Nilai dari suatu teori tergantung dari kemampuan ilmuan yang menghasilkan
pengetahuan baru tersebut. Fakta baru ini disebut ramalan, bukan dalam pengertian
menuju hari depan, namun menduga apa yang akan terjadi berdasarkan syarat-syarat
tertentu.
7. Penerapan Statistika
Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan dalam
bidang managemen. Statistika diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi,
kebijaksanaan penanaman modal, control kualitas, seleksi pegawai, kerangka
percobaan industry, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan risiko dalam pemberian
kredit, dan masih banyak lagi. Singkatnya statistika adalah alat yang dapat
dipergunakan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam penelaahan secara
empiris hampir disemua bidang.
D. Logika
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat
terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar, logis-dialektis, juga dibutuhkan
kondisi-kondisi tertentu:
a. Mencintai kebenaran
Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa
menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meningkatkan mutu
penalarannya; manggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai “ruh-ruh” yang
akan menyelewengkannya dari yang benar. Misalnya, menyederhanakan kenyataan,
menyempitkan cakrawala/perspektif, berpikir terkotak-kotak. Cinta terhadap
kebenaran diwujudkan dalam kerajinan (jauh dari kemalasan, jauh dari takut sulit,
dan jauh dari kecerobohan) serta diwujudkan dengan kejujuran, yakni disposisiatau
sikap kejiwaan(dan pikiran) yang selalu siap sedia menerima kebenaran meskipun
berlawanan dengan prasangka dan keinginan/kecenderungan pribadi atau
golongannya.
b. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda kerjakan
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intelek
kita adalah suatu usaha terus menerus mengejar kebenaran yang diselingi dengan
diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Untuk mencapai
kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai macam langkah dan kegiatan.
Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas
berbeda. Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih mempunyai bentuk sama,
namun tidak identik. Disinilah perlu dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan. Karena
realitas begitu luas, perlu diadakan pembagian ( klasifikasi). Peganglah suatu prinsip
pembagian yang sama, jangan sampai Anda menjumlahkan bagian atau aspek realitas
prinsip klasifikasi yang sama.
Dalam belajar logika Ilmiah (scientific) Anda tidak hanya mau tahu hukum-hukum,
prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran sekadar untuk tahu saja. Anda perlu juga;
1. Dalam praktik, menjadi cakap dan cekatan berpikir sesuai dengan hukum, prinsip,
bentuk berpikir yang betul, tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses perubahan
keadaan. Logika ilmiah melengkapi dan mengantar kita untuk menjadi cakap dan
sanggup berpikir kritis, yakni berpikir secara menentukan karena menguasai
ketentuan-ketentuan berpikir yang baik.
2. Selanjutnya sanggup mengenali jenis-jenis, macam-macam, nama-nama, sebab-
sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup menghindari, juga menjelaskan segala
bentuk dan sebab kesalahan dengan semestinya.
2) Klasifikasi
Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu
yang dikehendaki seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain. Dengan kata
lain menjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk membahas tentang
hakikatnya.
Definisi yang baik adalah jami’ wa mani (menyeluruh dan membatasi). Hal ini
sejalan dengan kata definisi itu sendiri, yaitu definite (membatasi). Salah satu contoh
yang sering di ungkapkan adalah manusia adalah binatang yang berakal. Binatang
adalah genus sedangkan berakal adalah differensia, jadi defenisi yang valid dalam
logika perlu batasan yang jelas antara objek-objek yang didefenisikan.
BAB VI
Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu
memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitasdan menjaga tradisi yang
sudah mapan (ritual) cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu
mencari yang baru. Tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan
ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu
memberi ketenangandansekaligus, kemudahan, bagi kehidupan,di,dunia.
Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu hampir semua kitab suci
menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin. Adapun menurut
ilmu, gempa bumi terjadi akibat pergeseran lempengan bumi atau tersumbatnya lava
gunung berapi oleh karena itu para ilmuan harus mencari ilmu dan teknologi untuk
mendektes, kapan gempa akan terjadi dan bahkan kala perlu mencari cara
mengatasinya.
Disini ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi
harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih
abadi kalo visi ini yang diyakini oleh para ilmuwan dan agamawan maka harapan
kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa tentu saja pemikiran-pemikiran
seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan yang
lebih cerah.
HASIL RIVIEW Buku II
1. KELEBIHAN BUKU II
1. Buku ini bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat terkhususkan untuk
filssafat ilmu agar masyarakat mengenal bidang keilmuan kedokteran dengan
berbagai aspeknya
2. Cara penyajian buku mempunyai daya jangkau yang bersifat lebih luas,
detail,dan sangat rinci membahas tentang segala teori mengenai bidang
fisiologi dan anatomi.
3. Banyak terdapat gambar-gambar system kerja system pernafasan
4. Pembaca diajak untuk bisa memahami tentang keilmuan mengenai fisiologi
5. Pembahasan isi buku lebih mendalam mengenai keilmuan dibidang fisiologi
sehingga pembaca dapat memahami hal-hal yang dijelaskan dalam isi buku
tersebut.
Bakhtiar Amsal