Anda di halaman 1dari 70

Rivew Buku I

Judul Buku : Filsafat Ilmu,Sebuah Pengantar Populer


Pengarang : Jujun S. Suriasumantri
Jumlah Halaman : 384 Halaman
Penerbit : Pustaka Sinar Harapan
Tahun terbit : 2007
ISBN : 978-979-416-899-8

FILSAFAT

A. Ilmu dan Fisafat.

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk
mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti
berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan
yang seakan tak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian
untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita
jangkau.

Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri:
apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya yang hakiki
yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria
apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah? Mengapa kita
mempelajari ilmu? Apakah kegunaannya sebenarnya? Berfilsafat juga berarti
berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui: Apakah
ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang seyogyanya saya ketahui dalam
kehidupan ini? Di batas manakah ilmu mulai dan di batas manakah dia berhenti?
Kemanakah saya harus berpaling di batas ketidaktahuan ini? Apakah kelebihan dan
kegunaan ilmu?

B. Filsafat

Filsafat adalah pemikiran/penelaahan tentang sesuatu secara mendalam, menyeluruh


dan berkesinambungan. Adapun karakteristik berpikir filsafat adalah menyeluruh,
mendasar, dan spekulatif. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang
dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah
yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada
tujuannya atau absurd? Adakah hukum yang mengatur alam dan segenap satwa 1 2
kehidupan? Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala
masalah yang dapat dipikirkan oleh manusia. Ada tiga karakteristik berpikir filsafat
yang pertama adalah sifat menyeluruh. Yang kedua adalah sifat mendasar. Yang
ketiga adalah sifat spekulatif. Bidang Telaah Filsafat selaras dengan dasarnya yang
spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh
manusia. Sesuai dengan fungsinya menjawab sebagai pionir dia mempermasalahkan
hal-hal yang pokok: terjawab masalah yang satu, diapun mulai merambah pertanyaan
lain.

C. Cabang-cabang Filsafat Cabang-cabang filsafat antara lain:

1. Epistemologi (Filsafat pengetahuan); 2. Etika (Fisalfat moral); 3. Estetika (Filsafat


seni); 4. Metafisika; 5. Politik (Filsafat pemerintahan); 6. Filsafat Agama; 7. Filsafat
ilmu; 8. Filsafat pendidikan; 9. Filsafat Hukum; 10. Filsafat sejarah; 11. Filsafat
matematika.

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yakni : 1. Logika
(apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah). 2. Etika (mana yang dianggap
baik dan mana yang dianggap buruk). 3. Estetika (apa yang termasuk indah dan apa
yang termasuk jelek).
D. Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang


secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu 3 merupakan
cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis
ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmuilmu sosial, namun
karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu
sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Filsafat
ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu seperti:

1. Ontologi Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari
obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan?
2. Epistemologi Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang
harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang
disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa
yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
3. Aksiologi Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah
moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/professional?
BAB II

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

A. Penalaran

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan


makhluk hidup lain (hewan dan tumbuhan), sedangkan pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui manusia. Manusia dalam kehidupannya memerlukan
pengetahuan, karena manusia mempunyai sifat rasa ingin tahu tentang sesuatu, dan
rasa ingin tahu itu selalu berkembang dari waktu ke waktu, juga untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia yang selalu berubah dan meningkat. Penalaran merupakan
suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan
bukan dengan perasaan, tetapi tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada
penalaran. Jadi penalaran adalah kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik
tertentu dalam menemukan kebenaran. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka
penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu :

1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika.


2. Proses berfikirnya bersifat analitik.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar


pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses
berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Perasaan adalah suatu penarikan
kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Intuisi adalah suatu kegiatan berpikir
yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri pada pola pikir tertentu.

B. Logika

Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan
kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan 4 5 kesimpulan
ini disebut logika. Secara lebih luas logika didefinisikan sebagai “pengkajian untuk
berpikir sacara sahih”. Cara penarikan kesimpulan berdasarkan penalaran ilmiah,
yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif merupakan penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata (khusus) menjadi kesimpulan yang
bersifat umum, sedangkan logika deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal
yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Penarikan
kesimpulan secara deduktif menggunakan pola berpikir silogisme. Disusun dari dua
buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan.

C. Sumber

Pengetahuan Pengetahuan dapat diperoleh dari :

1. Pengalaman
2. Wahyu
3. Otoritas
4. Berpikir deduktif
5. Berpikir induktif
6. Metode ilmiah

Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan
yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan
paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme sedangkan mereka yang
mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan
empirisme. Kaum rasionalis beranggapan bahwa pengetahuan didapatkan lewat
penalaran rasional yang abstrak sedangkan kaum empirisme pengetahuan manusia
didapatkan lewat bukti konkret. Selain rasionalisme dan empirisme masih terdapat
cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan
pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Suatu masalah
dalam pikiran namun menemui jalan buntu, tiba-tiba saja muncul di benak kita yang
lengkap dengan jawabannya dan kita merasa yakin bahwa itulah jawabannya namun
kita tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya kita sampai ke sana. Intuisi bersifat
personal dan tidak bisa diramalkan. Wahyu pengetahuan yang disampaikan oleh
Tuhan kepada para nabi dan rasulrasulnya.

D. Kriteria Kebenaran

Teori Koherensi

Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyatan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap
benar. Ahli filsafat yang mengembangkan teori koherensi, diantaranya Plato (427-
347 SM) dan Aristoteles (384- 322 SM).
Teori Korespondensi
Menurut teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi dengan obyek
yang dituju oleh pernyataan tersebut. Ahli filsafat dalam aliran ini adalah
Bertrand Russel (1872-1970).
Teori Pragmatis
Menurut teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Teori ini
dicetuskan oleh Charles S. Piece (1839- 1914).
BAB III

ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI

A. Metafisika

Metafisika dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki apa hakikat di balik alam
nyata ini. Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat
berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.

B. Asumsi Determinisme, probabilistik dan pilihan bebas

Merupakan permasalahan filsafat yang rumit namun menarik. Tanpa mengenal


ketiga aspek ini akan sulit bagi kita untuk mengenal hakikat keilmuan dengan baik.
Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin
Thomas Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah
bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal. Aliran
ini merupakan lawan dari fatalisme yang menyatakn bahwa segala kejadian
ditentukan oleh nasib yang ditetapkan lebih dahulu.

C. Peluang

Berdasarkan teori keilmuan tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai
suatu kejadian. Yang ada adalah kesimpulan yang probabilistik.

D. Beberapa Asumsi dalam Ilmu Suatu permasalahan kehidupan tidak bisa


dianalisis secara cermat dan saksama hanya oleh satu disiplin keilmuan saja.
Dalam mengembangkan asumsi kita harus perhatikan beberapa hal. Pertama, asumsi
ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi
harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis. Kedua, asumsi ini
harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya bukan bagaimana keaadaan
yang seharusnya. 7 8 Asumsi yang pertama adalah mendasari telaah ilmiah
sedangkan asumsi yang kedua adalah asumsi yang mendasari telaah moral.
E. Batas-batas Penjelajahan Ilmu

Ilmu memulai penjelajahan pada pengalaman manusia dan berhenti di batas


pengalaman manusia. Ilmu membatasi lingkup penjelajahanya pada batas pengalaman
manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah
teruji kebenaranya secara empiris.
BAB IV

EPISTEMOLOGI

CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

Sejarah Pengetahuan Konsep dasar pengetahuan waktu dulu adalah


criteriakesamaan bukan perbedaan. Tetapi setelah berkembangnya abad penalaran
pada pertengahan abad ke 17 konsep dasarnya berubah dari kesamaan kepada
perbedaan berbagai pengetahuan yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi
pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur kemasyarakatan. Pohon
pengetahuan mulai dibeda-bedakan berdasarkan apa yang diketahuai, bagaimana cara
mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan.
Pengetahuan Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Setiap jenis
pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
(epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ilmu
mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita.
Usaha untuk mengetahui gejala ualam sudah dimulai sejak dulu kala melalui mitos.
Tahap selanjutnya yaitu dengan mengembangkan pengetahuan yang mempunyai
kegunaan praktis dan berakar pada pengalaman berdasarkan akal sehat yang
didukung oleh metode mencoba-coba. Perkembangan ini menyebabkan tumbuhnya
pengetahan yang disebut seni terapan. Akal sehat dan coba-coba mempunyai peranan
penting dalam usaha manusia untuk menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala
alam. Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis
mempertanyakan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos. Lalu berkembang lagi
kearah empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar itu didasarkan
kepada kenyataan pengalaman.
Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut


ilmu. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Alur berpikir yang tercakup dalam
metode ilmiah adalah sebagai berikut yaitu: 1. Perumusan Masalah 2. Penyusunan
kerangka berpikir 3. Perumusan hipotesis 4. Pengujian hipotesis 5. Penarikan
kesimpulan.

Struktur Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan yang di proses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang


memenuhi syarat-syarat keilmuan dan dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu.
Pada hakikatnya pengetahuan ilmiah mempunyai tiga fungsi yakni menjelaskan,
merencanakan dan mengontrol. Sebuah teori pada umumnya terdiri dari hukum-
hukum. Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan
antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Makin tinggi
keumuman konsep maka makin tinggi teoritis konsep tersebut. Pengetahuan ilmiah
dalam bentuk teori dan hukum harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi atau
secara idealnya harus bersifat universal. Dalam ilmu sosial untuk meramalkan
menggunakan metode proyeksi, pendekatan struktural, analisis kelembagaan atau
tahap-tahap perkembangan. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui dinamakan penelitan
murni atau penelitian dasar. Sedangkan penelitian yang bertujuan untuk
mempergunakan pengetahuan ilmiah yang telah diketahui untuk memecahkan
masalah kehidpan yang bersifat praktis dinamakan penelitian terapan. 4 Struktur
Pengetahuan Ilmiah: 1. Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup
penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. 2. Hukum
yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau
lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. 3. Prinsip yang dapat diartikan sebagai
pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang
mampu menjelaskan kejadian yang terjadi. 4. Postulat yang merupakan asumsi dasar
yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya.
BAB V

SARANA BERPIKIR ILMIAH

A. Sarana Berpikir Ilmiah


Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir.
Tersedianya sarana tersebut memungkinkan melakukan penelaahan ilmiah secara
teratur dan cermat. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat
melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa
bahasa, logika, matematika, statistika.

B. Bahasa

Bahasa dapat dicirikan sebagai serangkaian bunyi, lambang di mana


rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Rangkaian bunyi ini yang kita
kenal sebagai kata melambangkan suatu obyek tertentu. Bahasa mengalami
perkembangan oleh karena disebabkan pengalaman dan pemikiran manusia yang juga
berkembang. Dengan bahasa manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat
mengkomunikasikan apa yang sedang ia pikirkan kepada orang lain. Tanpa bahasa
maka mustahil bisa berpikir secara teratur dan dengan bahasa kita bisa melanjutkan
nilai-nilai kepada generasi berikutnya. Berbahasa dengan jelas adalah makna yang
terkandung dalam kata-kata harus diungkapkan secara tersurat untuk mencegah
pemberian makna yang lain. Berbahasa dengan jelas artinya juga mengungkapkan
pendapat atau pikiran secara jelas. Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan
pernyataan yang mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan
pemikiran dalam mendapatkan pengetahuan tersebut.

C. Matematika

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari


pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.
Tanpa itu matematika hanya kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika
mempunyai kelebihan dari bahasa verbal karena matematika mengembangkan bahasa
numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.
Dengan bahasa verbal hanya bisa mengemukakan peryataan yang bersifat kualitatif.
Sifat kuantitatif dari matematika meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu.
Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan
masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika berfungsi sebagai alat berpikir.

Matematika secara garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun


secara konsisten berdasarkan logika deduktif. Ada beberapa aliran dalam Filsafat
Matematika antara lain: Aliran Logistik (Immanuel Kant) Aliran Intusionis (Jan
Brouwer) dan Aliran Formalis (David Hilbert). D. Statistika Yang menjadi dasar teori
statistika adalah peluang. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel
yang ditelaah dalam suatu populasi. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif
tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik. Yang pada pokoknya didasarkan pada
asas yang sederhana, yakni semakin besar contoh yang diambil maka makin tinggi
pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan
kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalitas antara dua faktor
atua lebih bersifat kebetulan atau benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang
bersifat empiris. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika
membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu
kejadian secara lebih pasti dan bukan secara kebetulan.
BAB VI

AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU

A. Ilmu dan Moral

Sejak pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah moral namun


dalam perpektif yang berbeda. Sejak Copernikus (1473-1543) mengajukan teori
tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa bumi yang berputar mengelilingi
matahari dan bukan sebaliknya seperti apa yang diajarkan oleh ajaran agama maka di
sinilah timbul interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber dari ajaran agama).
Para ilmuan berusaha untuk menegakkan ilmu yang berdasarkan penafsiran alam
sebagaimana semboyan : ilmu yang bebas nilai. B. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan
Secara historis fungsi sosial dari kaum ilmuwan telah lama dikenal dan diakui.

Raja Charles II dari Inggris mendirikan The Royal Society yang bertindak
selaku penawar bagi fanatisme di masyarakat waktu itu. Para ilmuwan pada waktu itu
bersuara mengenai toleransi beragama dan pembakaran tukangtukan sihir. Sikap
sosial seorang ilmuwan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuwan yang
dilakukan. Ilmu terbebas dari nilai. Ilmu itu sendiri netral dan para ilmuwanlah yang
memberikan nilai. Dalam menghadapi masalah sosial, seorang ilmuwan yang
mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup harus menempatkan masalah
tersebut pada proporsi yang sebenarnya dan menjelaskanya kepada masyarakat dalam
bahasa yang dapat dicerna. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh seorang ilmuwan
maka harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang
seyogyanya mereka safari. Di bidang etika, tanggungjawab seorang ilmuwan bukan
lagi memberikan informasi tetapi memberikan contoh. 14 15 C. Nuklir dan Pilihan
Moral Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuanya
untuk menindas bangsa lain meskipun yang menggunakan itu adalah bangsanya
sendiri. Einstein waktu itu memihak sekutu karena anggapanya bahwa sekutu
mewakili aspirasi kemanusiaan. Jika sekutu kalah maka yang akan muncul adalah
rezim Nazi yang tidak berperikemanusiaan. Untuk itu seorang ilmuwan tidak boleh
berpangku tangan. Dia harus memilih sikap: berpihak kepada kemanusiaan atau tetap
bungkam?. Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikan penemuwannya bila
hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang
terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan
fakta-fakta pengujian. D. Revolusi Genetika Revolusi genética merupakan babak baru
dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh
manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri. Memperlakukan manusia sebagai
kelinci pencobaan adalah sikap yang tidak bermoral dan bertentangan dengan hakikat
ilmu.
BAB VII

ILMU DAN KEBUDAYAAN

A. Manusia dan Kebudayaan

Kebudayaan didefenisikan pertama kali oleh EB. Taylor pada tahun 1871 di
mana dalam bukunya Primitive Culture, kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta
kemampuan dan kebiasaan lainya yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Yang menjadi dasar dari kebudayaan adalah nilai.

Di samping nilai ini kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang
merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang di kandungnya.
Pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan yang konkret dari nilai budaya
yang bersifat abstrak: kegiatan manusia ini dapat ditangkap oleh panca indera
sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh budi manusia. Di samping itu nilai
budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh sarana kebudayaan.

B. Ilmu dan Pengembangan

Kebudayaan Nasional Ilmu merupakan pengetahuan dan pengetahuan


merupakan unsur dari kebudayaan. Dalam rangka pengembangan kebudayaan ilmu
mempunyai peranan ganda, yaitu:

1. ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terlenggaranya


pengembangan kebudayaan nasional.

2. ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu


bangsa. Dua dasar moral bagi kaum ilmuwan adalah meninggikan kebenaran dan
pengabdian secara universal. Tujuh nilai ilmiah yang terpancar dari hakikat
keilmuwan yakni:

1. kritis,
2. rasional
3. logis
4. obyektif
5. terbuka
6. menjunjung kebenaran dan
7. pengabdian universal.

Peranan ketujuh nilai ini adalah dalam hal bangsa menghadapi permasalahan
dalam bidang politik, ekonomi, dan kemasyarakatan membutuhkan pemecahan
permasalahan secara kritis, rasional, logis dan terbuka. Sedangkan sifat menjunjung
kebenaran dan pengabdian universal akan merupakan aktor yang penting dalam
pembinaan bangsa di mana seseorang lebih menitikberatkan kebenaran untuk
kepentingan golongan dibandingkan kepetingan golongan. Bukan saja seni namun
ilmu dalam hakikatnya yang murni bersifat mempersatukan.

C. Dua Pola Kebudayaan

Ada dua pola kebudayaan yang terbagi ke dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu
sosial. Raiso de‟etre yang menjadi argumentasi pembagian jurusan ini adalah asumsi
yang pertama mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam
pendidikan matematika yang mengharuskan kita mengembangakan pola pendidikan
yang berbeda pula. Asumsi yang kedua adalah yang menganggap bahwa ilmu sosial
kurang memerlukan pengetahuan matematika. Asumsi kedua ini sekarang tidak
relevan lagi karena pengembangan ilmu sosial membutuhkan bakat-bakat
matematika yang baik untuk menjadikannya pengetahuan yang bersifat kuantitatif.
BAB VIII

ILMU DAN BAHASA

A. Terminologi: Ilmu,
Ilmu Pengetahuan, dan Sains Seluruh bentuk dapat digolongkan dalam
kategori pengetahuan (knowledge) di mana masing-masing bentuk dapat dicirikan
oleh karakter obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologi
masing-masing. Salah satu bentuk knowledge ditandai dengan:
1. Obyek Ontologis yaitu pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat
dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan
pancaindra;
2. Landasan epistemologis yaitu metode ilmiah yang berupa gabungan logika
deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut
logico-hyphotetico-verifikasi;
3. Landasan aksiologi: kemaslahatan manusia artinya segenap ujud pengetahuan
itu secara `moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
B. Quo Vadis

Terminologi Ilmu untuk `science dan pengetahuan untuk knowledge, secara


defacto dalam kalangan dunia ``keilmuwan terminologi ilmu sudah sering
dipergunakan seperti dalam metode ilmiah dan ``ilmu-ilmu sosial atau ilmu-ilmu
alam.

Adapun kelemahan dari pilihan ini ialah bahwa kita terpaksa meninggalkan
kata ilmu pengetahuan dan hanya menggunakan kata ilmu saja untuk sinonim science
dalam bahasa inggris. Alternatif pertama menggunakan ilmu pengetahuan untuk
science dan pengetahuan untuk knowledge.
C. Politik Bahasa Nasional

Bahasa mempunyai dua fungsi yaitu;

(1) sebagai sarana komunikasi dan


(2) sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang
mempergunakan bahasa tersebut.

Fungsi pertama dapat disebut sebagai fungsi komunikatif dan fungsi kedua
sebagai fungsi kohesif atau integratif. Pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa
Indonesia memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dengan alasan utama
yaitu fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana yang mengintegrasikaan
berbagai suku ke dalam satu bangsa yakni Indonesia.
BAB IX

PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

A. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah


Langkah pertama dalam penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah yang berisi:
1. Menentukan latar belakang dari suatu masalah, kemudian melakukan
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
2. Pengajuan Hipotesis. Dalam hipotesis mengkaji mengenai teori-teori ilmiah
yang dipergunakan dalam analisis, pembahasan mengenai
penelitianpenelitian lain yang relevan, penyusunan kerangka berpikir dengan
mempergunakan premis-premis dan menyatakan secara tersurat postulat,
asumsi dan prinsip yang dipergunakan, lalu merumuskan hipotesis.
3. Menguji hipotesis, secara empiris melalui penelitian dan kemudian hasil
penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut:
a. menyatakan variabel-variabel yang diteliti.
b. menyatakan teknik analisa data.
c. mendeskripsikan hasil analisis data.
d. memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.
e. menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.
4. Ringkasan dan Kesimpulan.
Kesimpulan pengujian hipotesis dikembangkan menjadi kesimpulan
penelitian yang ditulis dalam bab tersendiri. Kesimpulan penelitian ini
merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari
masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan
penelitian. Seluruh laporan penelitian disarikan dalam sebuah ringkasan yang
disebut abstrak. Dalam laporan penelitian dilampirkan daftar pustaka dan
riwayat hidup peneliti.
B. Teknik Penulisan Ilmiah

Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan serta teknik
notasi. Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Komunikasi
ilmiah harus bersifat reproduktif artinya bahwa sipenerima pesan mendapatkan kopi
yang benar-benar sama dengan prototipe yang disampaikan sipemberi pesan.
Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal di mana berbeda dengan tokoh dalam
sebuah novel yang bisa berupa aku dan dia atau doktor faust. Kata ganti perorangan
hilang dan diganti universal yakni ilmuwan. Pembahasan secara ilmiah
mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebagai premis
dalam argumentasi kita. Pernyataan ilmiah yang kita gunakan harus mencatat
beberapa hal yakni kita identifikasi orang membuat pernyataan tersebut, media
komunikasi ilmiah dimana pernyataan tersebut di sampaikan, lembaga yang
menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan
dilakukan.

C. Teknik Notasi Ilmiah

Kalimat yang kita kutip harus dituliskan sumbernya secara tersurat dalam catatan
kaki. Catatan kaki mulai langsung dari pinggir atau dapat dimulai setelah beberapa
ketukan tik dari pinggir asalkan dilakukan secara konsisten. Nama pengarang yang
jumlahnya sampai tiga orang dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang
lebih dari tiga orang hanya ditulis nama pertama ditambah kata etal. Kutipan yang
diambil dari halaman tertentu disebutkan halamanya dengan singkatan p (pagina) atau
hlm. (halaman). Jika kutipan itu disarikan dari beberapa halaman maka dapat ditulis
pp.1-5 atau hlm 1-5.
jika nama pengaranganya tidak ada langsung dituliskan nama bukunya atau Anom
(anoniymous) di depan nama buku tersebut. Sebuah buku yang ada diterjemahkan
harus ditulis baik pengarang maupun penterjemah buku tersebut sedangkan kumpulan
karangan cukup disebutkan nama editornya. Pengulangan kutipan dengan sumber
yang sama dilakukan dengan memakai notasi op.cit (opere citato: dalam karya yang
telah dikutip), loc. cit (loco citato: dalam tempat yang telah dikutip dan ibid (ibidem :
dalam tempat yang sama).
BAB X

PENUTUP

A. Hakikat Ilmu Arti Hakikat

Secara etimologis berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat
diartikan inti dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat
berubah-ubah, namun inti tersebut tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat Yunani
terdapat nama Thales, yang memiliki pokok pikiran bahwa hakikat segala sesuatu
adalah air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan inti segalanya. Semua hal
meskipun mempunyai sifat dan bentuk yang beraneka ragam, namun intinya adalah
satu yaitu air. Segala sesuatu berasal dari air dan akan kembali pada air.

Hakikat dapat dipahami sebagai inti-sari, bisa pula berupa sifat-sifat umum dari pada
hal sesuatu. Dipahami pula sebagai diri pribadi atau jati diri hal sesuatu. Istilah-istilah
dalam bahasa inggris seperti "substance" dan/atau "essence" yang keduanya
menunjuk suatu “essential nature" atau ultimate nature of a thing. Jadi bisa pula
dipahami sebagai inti dasar atau inti terdalam pada sesuatu. Jadi, hakikat adalah
keseluruhan unsur yang secara mutlak berada di dalam saling berhubungan sehingga
membentuk suatu kesatuan utuhmenyeluruh. Selanjutnya, pada taraf tertentu,
keseluruhan unsur itu secara bersama-sama menentukan adanya barang atau sesuatu
hal sebagaimana diripribadinya sendiri, bukan sesuatu hal yang lain. “Hakikat” dapat
dikategorikan menjadi 3 hal:

1. Hakikat Jenis (bersifat abstrak)


2. Hakikat Pribadi (bersifat Potensial)
3. Hakikat individual (bersifat kongkret)
Aspek epistemologi ilmu pengetahuan adalah persoalan bagaimana
menemukan kebenaran tentang suatu objek materi, melalui berbagai macam sudut
pandang (objek forma), metoda dan sistem. Maka berkembanglah pula berbagai
macam teori kebenaran. Sejauh mana perpedaan itu? Tetap terhubungkan dalam satu
kesatuan objek (format, metoda dan sistem). Masalah Hakikat Individual Ilmu
Pengetahuan. Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethikos” atau “ethos” berarti adat
atau kebiasaan. (berkembang menjadi ekuivalen dengan moralitas). Etika sering
diartikan dengan filsafat moral atau filsafat tingkah laku. Tradisi filsafat membagi
etika kedalam etika normatif dan kreatif (meta-etika?). Etika normatif,
mempersoalkan pengukuran perbuatan baik dan benar berdasar norma-norma
konvensional sebagai petunjuk atau penuntun prilaku. Sedangkan kreatif, cenderung
bersifat filosofis, pengukuran perbuatan baik dan benar berdasar pada analisis kritis
logis. Kedua kriteria ini dapat dijadikan pedoman, bagaimana seharusnya manusia
bertingkah laku. Hanya menurut dasar hak dan kewajiban yang seharusnya, suatu
perilaku baik dan benar.

Aspek ilmu pengetahuan adalah mengenai hakikat konkret individual ilmu


pengetahuan. Seperti halnya manusia, barulah berfungsi ketika menjadi konkret
individual, maka begitu juga halnya ilmu pengetahuan baru dapat difungsikan ketika
teori-teori ilmiah dibangun menjadi sebuah sistem teknologi.

Atas dasar Potensi ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia seharusnya


mampu dan mau untuk:

1. Mengutamakan prilaku adil dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup


dan sumber daya alam.
2. Mampu dan mau berprilaku adil terhadap sesama manusia. 3. Mampu dan mau
bersikap adil terhadap diri sendiri.
B. Kegunaan Ilmu

Apa guna ilmu pengetahuan? Pertanyaan sama dengan apa guna pengetahuan
ilmiah karena ilmu pengetahuan isinya teori (ilmiah). Secara umum, teori artinya
pendapat yang beralasan. Alasan itu dapat berupa argument logis, ini teori filsafat;
berupa argument perasaan atau keyakinan dan kadangkadang empiris, ini teori dalam
pengetahuan mistik; berupa argument logisempiris, ini teori sain.

Berbagai ilmu pengetahuan yang ada sampai sekarang ini seecara umum
berfungsi sebagai alat untuk membuat eksplanasi kenyataan. Ilmu pengetahuan
merupakan suatu system eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan
dengan system lainya dalam memahami masa lampau, sekarang , serta mengubah
masa depan. Bagaimana contohnya? Akhir tahun 1997 di Indonesia terjadi gejolak
moneter, yaitu nilai rupiah semakin murah dibandingkan dengan dolar (kurs rupiah
terhadap dolar turun). Gejala ini telah memberikan dampak yang cukup luas terhadap
kehidupan di Indonesia.

Gejalanya ialah harga semakin tinggi. Bagaimana menerangkan gejala ini?


Teori-teori ekonomi (mungkin juga politik) dapat menerangkan (mengeksplanasikan)
gejala itu. Untuk mudahnya, teori ekonomi menyatakan karena banyaknya utang luar
negeri jatuh tempo (harus dibayar), hutang itu harus dibayar dengan dolar, maka
banyak orang yang memerluakan dolar, karena banyak orang membeli dolar, maka
harga dolar naik dalam rupiah. Nah, ini baru sebagian gejala itu yang
dipeksplanasikan. Sekalipun baru sebagian, namun gejala itu telah dapat dipahami ala
kadarnya, sesuai dengan apa yang dieksplanasikan itu. Ada oranag tiga bersudara,
dua laki-laki da satu perempuan. Mereka nakal, sering mabuk, membuat keonaran,
sering bolos sekolah, tidak naik kelas, dan pindah-pindah sekolah. Mereka ditinggal
oleh kedua orang tuanya, ayah dan ibunya masing-masing kawin lagi dan pindah ke
tempat barunya masingmasing. Biaya hidup tiga bersaudara itu bersama pembantu
mereka, tidak kurang. Dapatkah anda membuat eksolanasi mengapa anak-anak itu
nakal? Anda akan dapat menjelaskan (mengeksplanasikan) jika anda menguasai teori
yang mampu menjelaskan gejala (nakal) itu. Menurut teori sain pendidikan, anak-
anak yang yang orang tuanya cerai (biasanya disebut broken home), pada umumnya
berkembang menjadi anak nakal.

Penyebabnya adalah karena anak-anak itu tidak dapat pendidikan yang baik
dari kedua orang tuanya. Padahal pendidikan dari kedua orang tuanya amat penting
dalam pertumbuhan 25 anak menuju dewasa. Itulah sebagian dari kegunaan dan
manfaat dari adanya suatu ilmu pengetahuan, dan banyak lagi contoh-contoh yang
lain yang banyak. Aksiologi adalah studi tentang nilai.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan. Etika
keilmuwan merupakan etika normative yang merunuskan pronsipprinsip etis yang
dapat dipertanggung jawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu
pengetahuan. Tujuan etika keilmuwan adalah agar seorang ilmuwan dapat
menerapkan prinsip-prinsio moral, yaitu yang baik dan dapat menghindarkan dari
yang buruk ke dalam perilaku keilmuwanya, sehingga ia dapat menjadi ilmuwan yang
dapat mempertanggungjawabkan perilaku ilmiahnya. Etika normative menetapkan
kaidah-kaidah yang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuatan-perbuatan apa
yang yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi serta menetapkan
apa yang bertentangan dengan yang seharusnya terjadi. Ilmu dengan segala tujuan
dan artinya, sampai batas-batas tertentu telah banyak membantu manusia dalam
mencapi tujuan hidup dan kehidupannya, yaitu kehidupan yang lebih baik. Sekalipun
ilmu tidak pernah mencapai kebenaran mutlak, tetapi dalam keterbatasanya ia
membantu kepentingan di dunia yang fana ini, sesuai dengan bidang masing-masing

. Ilmu menghasilkan teknologi, yang memungkinkan manusia dapat bergerak


atau bertindak dengan cermat, dan tepat, Karena ilmu merupakan hasil kerja
pengalaman, observasi, eksperimen, dan verifikasi. Dengan ilmu dan teknologi,
manusia dapat mengubah wajah dunia di mana manusia itu sendiri tinggal, mengubah
cara manusia bekerja, cara manusia berpikir. Dengan ilmu dan teknologi dituntut
manusia untuk mengadakan perubahan secara terus menerus, perbaikan dan
penemuan-penemuan baru.perkembangan industri, perkembanagn sosial budaya, juga
pengembangan industri persenjataan merupakan suatu pertanda bahwa ilmu dan
teknologi akan berkembanag terus.

Dengan ilmu dan teknologi, memungkinkan manusia untuk mengurangi


rintangan-rintangan ruang dan waktu, misalnya dengan sistem komunikasi 26
modern, di mana suatu peristiwa yang terjadi di suatu titik dunia ini, dalam waktu
yang relative singkat, dengan segera dapat diketahui ke seluruh pelosok dunia.
Beberapa contoh di bawah ini, adalah kegunaan dari ilmu dan teknologi bagi
kehidupan manusia.

Biologi, fisika, matematika, kimia, sebagai ilmu murni telah menyumbangkan


berbagai teori dan hukum-hukumnnya kepada ilmu kedokteran sebagai ilmu terapan
(ilmu guna pakai) dalam usaha manusia. Ilmu sosial-sosial dasar seperti sosiologi,
antropologi, psikologi, dan psikologi sosial, telah menyumbangkan keserasian dalam
pergaulan antar insani (inter-personal behavior evant), di samping menyodorkan
berbagai teori dan hukum-hukumnya kepada ilmu pendidikan sebagai ilmu terapan
misalnya, bagimana seharusnya hidup bersama-sama dengan manusia lain, dan
sebagainya.
HASIL RIVIEW
1. KELEBIHAN BUKU I
 Buku ini bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat terkhususkan untuk
yang berminat unruk mempelajari filsafat ilmu
 Cara penyajian buku mempunyai daya jangkau yang bersifat lebih luas,
detail,dan sangat rinci membahas tentang segala teori mengenai bidang
filsafat ilmu.
 Banyak terdapat gambar-gambar untuk memudahkan pembaca dan
mengetahui lebih jelas dan mendetail terhadap penjelasan isi teori dan contoh-
contoh yang ditampilkan setiap teorinya
 Pembaca diajak untuk bisa memahami tentang keilmuan mengenai filsafat
ilmu
 Pembahasan isi buku lebih mendalam sehingga pembaca dapat memahami
hal-hal yang dijelaskan dalam isi buku tersebut.
 Keterkaitan Antar Bab
Setiab bab menjelaskan keterkaitan antara filsafat dengan ilmu yang disatu-
padukan oleh penulis akan tetapi penulis menjelaskan secara rinci dari awal
hingga akhir bab bahwasannya penulis menggabungkan seluruh teori dari
filsafat dan ilmu menjadi satu untuk memberikan kelengkapan dan
menyempurnakan isi buku tersebut dan teori yang ditampilkan seluruhnya
mengenai filsafat ilmu
 Kemutakhiran Isi Buku
Penulis menjelaskan seluruh isi tentang filsafat ilmu dengan detail dan sangat
rinci dan penulis menggabungkan semua teori dari ilmuan tentang filsafat dan
ilmu untuk menyempurnakan isi buku.
2. KEKURANGAN BUKU I
 Isi penulisan sangat ilmiah sehingga banyak bahasa yang awam terbaca oleh
pembaca sehingga pembaca mengharuskan menerjemahkan apa yang
dimaksud dari kalimat itu
 Buku ini terlalu banyak berisikan kutipan-kutipan yang tidak dimengerti
pembaca dan membuat pembaca sulit mengerti
 Bahasa yang disajikan dari buku tersebut penuh dengan bahasa asing sehingga
pembaca merasa malas untuk membacanya dikarenakan pembaca tidak
mengerti mengenai bahasa yang disajikan
 Kalimat didalam buku ini terlalu boros kalimat sehingga membuat pembaca
merasa sulit untuk mengambil kesimpulan dari pembahasannya
Pendapat Riviewer
Penulis menjelaskan dan menyajikan isi buku tersebut mengenai fisiologi olahraga
dengan detail dan sangat rinci dari awal hingga akhir bab dan penulis juga
memberikan sebuah gambar dan diagram didalamnya sehingga para pembaca mampu
mengerti apa yang dijelaskan oleh teori yang disebutkan oleh ilmuan masing-masing
dibidangnya. Munurut saya buku ini sangat bagus dimiliki pihak organisasi dan para
pengajar untuk memajukan dunia filsafat ilmu disetiap etimologi yang digeluti, akan
tetapi buku ini sangat direkomendasikan agar buku ini di terjemahkan terlebih dahulu
dikarenakan buku ini menyajikan dengan teks bahasa asing yang sangat merepotkan
para pembaca dikarenakan harus diterjemahkan dahulu baru para pembaca mengerti
maksud dan isi buku tersebut dan tidak semua pembaca mengerti bahasa yang
disajikan oleh penulis. Sebaiknya buku tersebut diterjemahkan terlebih dahulu
dikarenakan isi buku tersebut menggunakan teks bahasa asing yang sangat sulit
dimenger
Rivew Buku II

Judul Buku : Filsafat Ilmu


Pengarang : Amsal Baktiar
Jumlah Halaman : 280 Halaman
Penerbit : Raja Grafindo Persada
Tahun terbit : 2004
ISBN : 979-421-993-2

BAB I
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat


Pada dasarnya filsafat atau berfilsafat bukanlah sesuatu yang asing dan
terlepas dari kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin serta dapat difikirkan bisa menjadi objek filsafat apabila selalu
dipertanyakan, difikirkan secara radikal guna mencapai kebenaran. Louis
Kattsoff menyebutkan bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu
meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui
manusia, Langeveld (1955) menyatakan bahwa filsafat itu berpangkal pada pemikiran
keseluruhan serwa sekalian secara radikal dan menurut sistem, sementara
ituMulder (1966) menjelaskan bahwa tiap-tiap manusia yang mulai berfikir tentang
diri sendiri dan tentang tempat-tempatnya dalam dunia akan menghadapi beberapa
persoalan yang begitu penting, sehingga persoalan-persoalan itu boleh diberi nama
persoalan-persoalan pokok yaitu : 1) Adakah Allah dan siapakan Allah itu ?, 2)
apa dan siapakah manusia ?, dan 3) Apakah hakekat dari segala realitas, apakah
maknanya, dan apakah intisarinya ?.
Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of
Philosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara
tersirat menunjukan objek filsafat) ialah : Truth (kebenaran), Matter (materi), Mind
(pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara materi dan pikiran),
Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan),
Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan).

Pendapat-pendapat tersebut di atas menggambarkan betapa luas dan


mencakupnya objek filsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun sudut
pandang nya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek filsafat
adalah segala sesuatu yang maujud dalam sudut pandang dan kajian yang mendalam
(radikal). Secara lebih sistematis para akhli membagi objek filsafat ke dalam objek
material dan obyek formal. Obyek material adalah objek yang secara wujudnya dapat
dijadikan bahan telaahan dalam berfikir, sedangkan obyek formal adalah
objek yang menyangkut sudut pandang dalam melihat obyek material tertentu.
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah sarwa
yang ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya dapat dibagi atas
tiga persoalan pokok yaitu : 1). Hakekat Tuhan; 2). Hakekat Alam; dan 3). Hakekat
manusia, sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara
radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek material filsafat
mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh
manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat
berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat
mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan objek material
filsafat.
B. Pengertian Filsafat Ilmu
1) Pengertian Filsafat
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata “philo” berarti cinta
dan”sophia” yang berarti kebenaran, sementara itu menurut I.R. Pudjawijatna (1963 :
1) “Filoartinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu
berusaha mencapai yang diinginkannya itu . Sofia artinya kebijaksanaan , bijaksana
artinya pandai, mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat
boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan
kebijaksanaan. Sutan Takdir Alisjahbana(1981) menyatakan bahwa pekerjaan
berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia yang telah tiba di tingkat berfikir,
yang berfilsafat. Guna lebih memahami mengenai makna filsafat berikut ini akan
dikemukakan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para akhli :
a. Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 Sebelum
Masehi mengartikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang ada,
serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
b. Aristoteles (382 – 322 S.M) murid Plato, mendefinisikan filsafat sebagai
ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
Dia juga berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala
benda.
c. Cicero (106 – 43 S.M). filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang
maha agung dan usaha-usaha mencapai hal tersebut.
d. Al Farabi (870 – 950 M). seorang Filsuf Muslim mendefinidikan Filsafat
sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya
yang sebenarnya.
e. Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan Filsafat sebagai ilmu pokok
dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat
persoalan yaitu :
f. Metafisika (apa yang dapat kita ketahui).
g. Etika (apa yang boleh kita kerjakan).
h. Agama ( sampai dimanakah pengharapan kita)
i. Antropologi (apakah yang dinamakan manusia).
j. H.C Webb dalam bukunya History of Philosophy menyatakan bahwa filsafat
mengandung pengertian penyelidikan. Tidak hanya penyelidikan hal-hal
yang khusus dan tertentu saja, bahkan lebih-lebih mengenai sifat – hakekat
baik dari dunia kita, maupun dari cara hidup yang seharusnya kita
selenggarakan di dunia ini.
k. Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosophy mengemukakan
beberapa pengertian filsafat yaitu :
 Philosophy is an attitude toward life and universe (Filsafat adalah sikap
terhadap kehidupan dan alam semesta).
 Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquiry
(Filsafat adalahsuatu metode berfikir reflektif dan pengkajian secara
rasional)
 Philosophy is a group of problems (Filsafat adalah sekelompok masalah).
 d. Philosophy is a group of systems of thought (Filsafat adalah
serangkaian sistem berfikir)

2) Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari „alima –
ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan
sebagai Idroku syai bi haqiqotih(mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa
Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan
dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science(berasal dari bahasa lati
dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga
diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada
makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini
akan dikemukakan beberapa pengertian :
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), Science is knowledge arranged in a system, especially obtained
by observation and testing of fact (An English reader’s dictionary), Science is a
systematized knowledge obtained by study, observation, experiment” (Webster’s
super New School and Office Dictionary), Science is the complete and consistent
description of facts and experience in the simplest possible term”(Karl
Pearson), Science is a sistematized knowledge derives from observation, study, and
experimentation carried on in order to determinethe nature or principles of what
being studied” (Ashley Montagu), Science is the system of man’s knowledge on
nature, society and thought. It reflect the world in concepts, categories and laws, the
correctness and truth of which are verified by practical experience(V. Avanasyev)
sementara itu The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya
pengertian ilmu adalah sebagai berikut :
Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap
pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu mengacu
pada ilmu seumumnya. Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan
ilmiah yang mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus.

3) Pengertian Filsafat Ilmu


Dilihat dari segi katanya filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai filsafat yang berkaitan
dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan
secara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan
dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk memahami secara lebih khusus
apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu, maka diperlukan pembatasan yang dapat
menggambarkan dan memberi makna khusus tentang istilah tersebut.
Para ahli telah banyak mengemukakan definisi/pengertian filsafat ilmu dengan sudut
pandangnya masing-masing, dan setiap sudut pandang tersebut amat penting guna
pemahaman yang komprehensif tentang makna filsafat ilmu, berikut ini
akan dikemukakan beberapa definisi filsafat ilmu :
 The philosophy of science is a part of philosophy which attempts to do for
science what philosophy in general does for the whole of human experience
(Peter Caws)
 The philosophy of science attemt, first, to elucidate the elements involved in the
process of scientific inquiry-observational procedures, patterns of argument,
methods of representation and calculation, metaphysical presupposition, and
so on, and then to evaluate the grounds of their validity from the points of
view of formal logic, practical methodology anf metaphysics (Steven R.
Toulmin).
 Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific
thinking and tries to determine the value and significance of scientific
enterprise as a whole (L. White Beck).
 Philosophy of science.. that philosophic discipline which is the systematic
study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and
presupposition, and its place in the general scheme of intelectual discipline
(A.C. Benyamin).
 Philosophy of science.. the study of the inner logic of scientific theories, and
the relations between experiment and theory, i.e of scientific method (Michael
V. Berry).
Pengertian-pengertian di atas menggambarkan variasi pandangan beberapa akhli
tentang makna filsafat ilmu. Peter Caw memberikan makna filsafat ilmu sebagai
bagian dari filsafat yang kegiatannya menelaah ilmu dalam kontek keseluruhan
pengalaman manusia, Steven R. Toulmin memaknai filsafat ilmu sebagai suatu
disiplin yang diarahkan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur
penelitian ilmiah, penentuan argumen, dan anggapan-anggapan metafisik guna
menilai dasar-dasar validitas ilmu dari sudut pandang logika formal, dan metodologi
praktis serta metafisika. Sementara itu White Beck lebih melihat filsafat ilmu sebagai
kajian dan evaluasi terhadap metode ilmiah untuk dapat difahami makna ilmu itu
sendiri secara keseluruhan, masalah kajian atas metode ilmiah juka dikemukakan
olehMichael V. Berry setelah mengungkapkan dua kajian lainnya yaitu logika teori
ilmiah serta hubungan antara teori dan eksperimen, demikian juga
halnya Benyamin yang memasukan masalah metodologi dalam kajian filsafat ilmu
disamping posisi ilmu itu sendiri dalam konstelasi umum disiplin intelektual
(keilmuan).
C. Tujuan Filsafat Ilmu
Tujuan Filsafat ilmu adalah :
1. Memahami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeleuruh kita
dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejatah pertumbuhan, perkembangan dan pertumbuhan ilmu
diberbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara histories.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam memahami studi
di perguruan tingggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmian
dan non ilmiah.
4. Mendorong pada calon ilmuwan untuk konsisten dalam mendalalmi ilmu
dan mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan
agama tidak ada pertentangan.
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

A. Landasan Ilmu pada Zaman Yunani


1. Thales (624-546 SM); ia digelari sebagai bapak Filsafat karena orang yang
mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan ” Apa sebenarnya asal-usul semesta
ini ?”. pertanyaan ini dijawab dengan rasional. Maka dari pernyataan Thales
tersebut bahwa di berdasarkan pada rasional bukan pada mitos atau mistis.
2. Anaximandros (610-540 SM); ia bependapat bahwa esesnsi dari alam adalah
sutu hal yang tidak dapat dirasakan oleh pancaindra.
3. Heraklitos (540-480 SM); ia manyatak bahwa yang mendasar dalam alam
semesta ini bukanlah bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api.
4. Parminides (515-440 SM); menurut dia realitas merupakan keseluruhan yang
bersatu tidak bergerak dan tidak berubah.
5. Phitagoras (580-500 SM); ia berpendapat bahwa segala sesuatu atau realitas
dapat diukur dengan bilangan dan bersifat rasional.
6. Tokoh Sofis : Protagoras dan Gorgias, mereka berpendapat bahwa manusia
merupakan ukuran kebenaran dan ukuran kebenaran itu bersifat relative sesuai
dengan waktu dan peruabahan alam atau juga disebut dengan teori relativisme.
7. Socrates, Plato dan Aristoteles; mereka menentang segala teori kebenaran yang
diunngkapkan oleh kaum sofis. Menurut mereka terdapat kebenaran bjektif
yang bersumber kepada manusia. Mereka berusaha menyeimbangkan antara
filsafat dan ilmu pengatahuan yang nantinya akan berkembang pesat menjadi
beberapa objek kajian ilmiah.

B. Perkembangan Ilmu Zaman Islam


Rene Descartes termasuk pemikir yang beraliran rasionalis. Ia cukup berjasa
dalam membangkitkan kembali rasionalisme di barat. Muhammad Baqir Shadr
memasukkannya ke dalam kaum rasionalis. Ia termasuk pemikir yang pernah
mengalami skeptisme akan pengetahuan dan realita, namun ia selamat dan bangkit
menjadi seorang yang meyakini realita. Bangunan rasionalnya beranjak dari keraguan
atas realita dan pengetahuan. Ia mencari dasar keyakinannya terhadap Tuhan, alam,
jiwa dan kota Paris. Dia mendapatkan bahwa yang menjadi dasar atau alat keyakinan
dan pengetahuannya adalah indra dan akal. Ternyata keduanya masih perlu
didiskusikan, artinya keduanya tidak memberika hal yang pasti dan meyakinkan.

Lantas dia berpikir bahwa segala sesuatu bisa diragukan, tetapi ia tidak bisa
meragukan akan pikirannya. Dengan kata lain ia meyakini dan mengetahui bahwa
dirinya ragu-ragu dan berpikir. Ungkapannya yang populer dan sekaligus fondasi
keyakinan dan pengetahuannya adalah ” Saya berpikir (baca : ragu-ragu), maka saya
ada “.
Argumentasinya akan realita menggunakan silogisme kategoris bentuk
pertama, namun tanpa menyebutkan premis mayor. Saya berpikir, setiap yang
berpikir ada, maka saya ada.
Dalam dunia Islam adalah Imam al Ghazzali yang pernah skeptis terhadap realita,
namun iapun selamat dan menjadi pemikir besar dalam filsafat dan tashawwuf.
Perkataannya yang populer adalah ” Keraguan adalah kendaraan yang mengantarkan
seseorang ke keyakinan “.

Filusuf Ilahi Mulla Shadra ra. berkata, “Sesungguhnya ruh manusia jika lepas
dari badan dan berhijrah menuju Tuhannya untuk menyaksikan tanda-tanda-Nya yang
sangat besar, dan juga ruh itu bersih dari kamaksiatan-kemaksiatan, syahwat dan
ketarkaitan, maka akan tampak padanya cahaya makrifat dan keimanan kepada Allah
dan malakut-Nya yang sangat tinggi. Cahaya itu jika menguat dan mensubstansi,
maka ia menjadi substansi yang qudsi, yang dalam istilah hikmah teoritis oleh para
ahli hikmat disebut dengan akal efektif dan dalam istilah syariat kenabian disebut ruh
yang suci. Dengan cahaya akal yang kuat, maka terpancar di dalamnya -yakni ruh
manusia yang suci- rahasia-rahasia yang ada di bumi dan di langit dan akan tampak
darinya hakikat-hakikat segala sesuatu sebagimana tampak dengan cahaya sensual
mata (alhissi) gambaran-gambaran konsepsi dalam kekuatan mata jika tidak terhalang
tabir. Tabir di sini -dalam pembahasan ini- adalah pengaruh-pengaruh alam tabiat dan
kesibukan-kesibukan dunia, karena hati dan ruh -sesuai dengan bentuk ciptaannya-
mempunyai kelayakan untuk menerima cahaya hikmah dan iman jika tidak
dihinggapi kegelapan yang merusaknya seperti kekufuran, atau tabir yang
menghalanginya seperti kemaksiatan dan yang berkaitan dengannya “
Kemudian beliau melanjutkan, “Jika jiwa berpaling dari ajakan-ajakan tabiat dan
kegelapan-kegelapan hawa nafsu, dan menghadapkan dirinya kepada Alhaq dan alam
malakut, maka jiwa itu akan berhubungan dengan kebahagiaan yang sangat tinggi dan
akan tampak padanya rahasia alam malakut dan terpantul padanya kesucian (qudsi)
Lahut .” (al-Asfar al-Arba‟ah jilid 7 halaman 24-25).

C. Kemajuan Ilmu Zaman Renaissance dan Modern

Kemajuan ilmu pada masa Renaisance tidak dapat dilepaskan dari


kecemerlangan peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah berkuasa di Andalusia
(Spanyol) dan hampir mnguasai seluruh daratan dan lautan Eropa pada saat itu. Ibn
Rusyd adalh tokoh Bapak Filsafat Islam Modern yang menjadi sumber inspirasi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada masa renaissance ini.
Pada masa renaissance banyak ditemukan berbagai teori, alat dan bahan yang
memudahkan manusia untuk mengetahui tentang alam dan sekitarnya. Seperti
ditetapkannya bahwa bentuk bumi ini bulat, bagaimana persinggungan antara satu
planet dengan plent yang lain, bagaimana tentang teori penciptaan bumi dan galaksi
Bima Sakti.

Adapaun perkembangan yang paling mutakhir pada masa modern ialah


ditemukannya berbagai alat yang dapat mempermudah aktivitas manusia, seperti
mesin pembuat benang, mesin uap, telegraf, telepon dan sebagainya.
Dari perkembangan imu pada masa modrn ini semuanya bermula pad filsafat, dan
induk dari sebuah ilmu pengetahun itu sendiri adalah filsafat, meskipun pada
perkembangannya filsafat itu sendiripun merupakan sebuah ilmu, dan dibedakan
dalam beberapa bidang kajian filsafat.

D. Kemajuan Ilmu Zaman Kontemporer


Dalam bab terdahulu telah dikemukakan ciri-ciri dari suatu ilmu, ciri-ciri
tersebut pada prinsipnya merupakan suatu yang normatif dalam suatu disiplin
keilmuan. Namun dalam perkembangannya ilmu khususnya teknologi sebagai
aplikasi dari ilmu telah banyak mengalami perubahan yang sangata cepat, perubahan
ini berdampak pada pandangan masyarakat tentang hakekat ilmu, perolehan ilmu,
serta manfaatnya bagi masyarakat, sehingga ilmu cenderung dianggap sebagai satu-
satunya kebenaran dalam mendasari berbagai kebijakan kemasyarakatan, serta telah
menjadi dasar penting yang mempengaruhi penentuan prilaku manusia. Keadaan ini
berakibat pada karakterisasi ciri ilmu modern, adapun ciri-ciri tersebut adalah :
1. Bertumpu pada paradigma positivisme. Ciri ini terlihat dari pengembangan
ilmu dan teknologi yang kurang memperhatikan aspek nilai baik etis maupun
agamis, karena memang salah satu aksioma positivisme adalah value
free yang mendorong tumbuhnya prinsip science for science.
2. Mendorong pada tumbuhnya sikap hedonisme dan konsumerisme. Berbagai
pengembangan ilmu dan teknologi selalu mengacu pada upaya untuk
meningkatkan kenikmatan hidup , meskipun hal itu dapat mendorong
gersangnya ruhani manusia akibat makin memasyarakatnya budaya
konsumerisme yang terus dipupuk oleh media teknologi modern seperti iklan
besar-besaran yang dapat menciptakan kebutuhan semu yang oleh Herbert
Marcuse didefinisikan sebagai kebutuhan yang ditanamkan ke dalam masing-
masing individu demi kepentingan sosial tertentu dalam represinya (M.
Sastrapatedja, 1982 : 125)
3. Perkembangannya sangat cepat . Pencapaian sain ddan teknologi modern
menunjukan percepatan yang menakjubkan , berubah tidak dalam waktu
tahunan lagi bahkan mungkin dalam hitungan hari, ini jelas sangat berbeda
denngan perkembangan iptek sebelumnya yang kalau menurut Alfin Tofler
dari gelombang pertama (revolusi pertanian) memerlukan waktu ribuan tahun
untuk mencapai gelombang ke dua (revolusi industri, dimana sebagaimana
diketahui gelombang tersebut terjadi akibat pencapaian sains dan teknologi.

4. Bersifat eksploitatif terhadap lingkungan. Berbagai kerusakan lingkungan


hidupdewasa ini tidak terlepas dari pencapaian iptek yang kurang
memperhatikan dampak lingkungan.
BAB III
PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

A. Defenisi dan Jenis Pengetahuan


Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge dalam encyclopedia of philosopy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief) sedangkan secara
terminology menurut Drs sidi gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau
hasil pekerjaan tahu, pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,
mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi fikiran dengan
demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari hasil usaha manusia untuk tahu,
dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.

Burhanudin salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada 4


yaitu :

1. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan


dengan istilah common sense, dan sering diartikan sebagai good sense.
2. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science yang
diartikan sebagai pengetahuan yang kuantitatif dan objektif.
3. Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
yang bersifat kontemplatif dan spekulatif, pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
4. Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan
lewat utusannya, pengetahuan agama bersifat mutlak dn wajib diyakini
oleh parapemeluk agama.

Dari sejumlah pengertian yang ada sering ditemukan kerancuan antara pengertian
pengetahuan dan ilmu, kedua kata tersebut dianggap memiliki kesamaan arti bahkan
ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi kata majemuk yang
mengandung arti tersendiri. Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu disamakan
artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Pengetahuan terbagi menjadi
2 yaitu prailmiah dan ilmiah, pengetahuan pra ilmiah adalah pengetahuan yang belum
memiliki syarat syarat ilmiah pada umumnya, sebaliknya pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang harus memilki syarat syarat ilmiah. Syarat syarat yang dimiliki
oleh pengetahuan ilmiah adalah : harus memiliki objek tertentu (formal dan material)
dan harus bersistem (runtut) selain itu pengetahuan ilmiah harus memiliki metode
tertentu dengan sifatnya yang umum, metodenya berupa metode deduksi, induksi dan
analisis.

B. Hakikat dan Sumber Pengetahuan


Hakikat pengetahuan yang meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana memperoleh
pengetahuan tersebut.

Ada 2 teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu yaitu :

a. Realisme,
teori ini mempunyai pandangan yang realistis terhadap alam pengetahuan,
ajaran realism percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara ada hal hal yang
hanya terdapat didalam dan tentang dirinya sendiri serta yang hakikatnya
tidak terpengaruh oleh seseorang.
b. Idealisme,
ajaran idealism menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil, premis pokok yang
diajukan oleh idealism adalah jiwa mempunyai kedudukan utama dalam alam
semesta, idealism tidak mengingkari adanya materi, namun materi adalah
suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat.
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan, persoalnnya dari mana pengetahuan
itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu diperoleh, dalam hal ini ada beberapa
pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain :

a. Empirisme,
menurut aliran ini manusia mendapatkan pengetahuan dari pengalamannya,
manusia bisa mendapatkan nya melalui indera, pengetahuan inderawi bersifat
parsial, itu disebabkan adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang
lain, sehingga john locke (1632-1704) bapa empiris britania mengemukakan
teori tabula rasa (sejenis buku catatan kosong). Jadi dalam empirisme sumber
utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diterima oleh
indera, akal tidak banyak berfungsi kalaupun ada hanya sebatas ide yang kabur.
Kelemahan aliran ini adalah : indera terbatas, indera kadang menipu, objek yang
menipu, berasal dari indera dan objek sekaligus.
b. Rasionalisme,
aliran ini menyatakan bahwaakal adalah dasar kepastian pengetahuan,
pengetahuan yang benar diperoleh melalui akal manusia memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Bagi aliran ini kelemahan
aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi
seandainya akal digunakan.
c. Intuisi,
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi, kemampuan ini mirip dengan insting tetapi berbeda dengan kesadaran
dan kebebasannya, kemampuan pengembangan kemampuan ini memerlukan
suatu usaha. Menurutnya intuisi bersifat lahiriah pengetahuan simbolis yang
pada dasarnya bersifat analisis menyeluruh dan mutlak dan tanpa dibantu
penggambaran secara simbolis.
d. Wahyu,
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat
perantara para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa
upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya.
Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang
membedakan mereka dengan manusia lainnya. Bagi manusia tidak adajalan lain
kecuali menerima dan membenarkan semua yang berasal dari Nabi.
Kepercayaan inilah yang merupakan titik tolak dalam agama dan lewat
pengkajian selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu.
Sedangkan ilmu pengetahuan sebaliknya, yaitu dimulai mengkaji dengan riset,
pengalaman, dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.

C. Ukuran Kebenaran

Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai
kebanaran, namun masalahnya tidak hanya sampai disitu saja, problem kebenaran
inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya epistimologi, telaah epistimologi
terhadap kebenaran membawa kita pada sebuah kesimpulan bahwa perlu dibedakan
adanya 3 jenis yaitu kebenaran epistimologis, kebenaran ontologis dan kebenaran
semantik. Kebenaran epistimologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan
pengetahuan manusia, kebenaran dalam arti ontologis adalah kebenaran sebagai sifat
dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan, kebenaran
dalam arti semantic adalah kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata
dan bahasa.

Dalam pembahasannya penulis membahas kebenaran epistimologis karena


kebenaran yang lainnya secara inheren akan masuk dalam kategori kebenaran
epistimologis, teori yang menjelaskan epistimologis adalah sebagai berikut :

1. Teori korespondensi, atau the correspondence theory of truth,


menurut teori ini kebenaran itu apabila ada kesesuaian antara arti yang
dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh
pernyataan itu. Suatu proposisi atau pengertian adalah benar apabila terdapat
suatu fakta yang diselaraskannya, yaitu apabila ia menyatakan apa adanya,
kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang berselaras dengan
realitas yang serasi dengan situasi akal
2. Teori koherensi tentang kebenaran, atau teori konsistensi atau the consistence of
truth yang sering pula dinamakan the coherence of truth,
menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan
dengan sesuatu yang lain yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara
antara putusan putusan itu sendiri dengan kata lain kebenaran ditegakkan atas
hubungan antara putusan yang baru itu dengan dengan putusan putusan lainnya
yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu.
3. Teori Fragmatisme tentang kebenaran, atu the fragmatic theory of truth.
Menurut teori ini benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori semata mata
tergantung kepada azas manfaat, sesuatu dianggap benar jika mendatangkan
manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat. Menurut
teori ini suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia, teori hipotesa
atau ide adalah benar apabila ia membawa pada akibat yang memuaskan,
apabila ia berlaku dalam praktik apabila ia mempunyai nilai praktis, jadi
kebenaran adalah sesuatu yang berlaku.
4. Agama sebagai teori kebenaran,
Manusia sebagai makhluk pencarikebenaran salah satu cara untuk menemukan
suatu kebenaran adalah melalui agama, agama dengan karakteristiknya sendiri
memberikan jawaban atas persoalan asasi yang dipertanyakan manusia baik
tentang alam, manusia maupun tentang Tuhan, agama mengedepankan wahyu
yang bersumber dari Tuhan. Dengan demikian suatu hal dianggap benar apabila
sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak,
oleh karena itu sangat wajar bila Imam Al Ghazali merasa tidak puas dengan
penemuan penemuan akalnya dalam mencari suatu kebenaran, akhirnya Al
Ghazali sampai kepada kebenaran dalam tasawuf, tasawuf lah yang
menghilangkan keragu raguan tentang segala sesuatu.
D. Klasifikasi dan Hierarki Ilmu

Para filosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu yang berguna dan ilmu
yang tidak berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka kategorikan kepada ilmu
ilmu duniawi seperti ilmu kedokteran, fisika, kimia, geografi, logika, etika, bersama
disiplin yang khusus mengenai ilmu keagamaan. Ilmu sihir, alkemi dan numerologi
(ilmu nujum dengan menggunakan bilangan) dimasukkan kedalam golongan cabang-
cabang ilmu yang tidak beguna. Klasifikasi ini memberikan makna implisit menolak
adanya sekularisme, karena wawasan Yang Kudus tidak menghalang-halangi orang
untuk menekuni ilmu-ilmu pengetahuan dinuawi secara teoritis dan praksis.
Sedangkan Al Ghazali secara filosofis membagi ilmu kedalam ilmu syar’iyah dan
ilmuaqliyyah. Oleh Al-Ghazali ilmu yang terakhir ini disebut juga sebagai ilmu ghair
syar’iyyah.Begitu juga Quthb Al-Din membedakan jenis ilmu menjadi ulum
hikmy dan ulum ghair hikmy. Ilmu nonfilosofis menurutnya dipandang sinonim
dengan ilmu religius, karena dia menganggap ilmu itu berkembang dalam satu
peradaban yang memiliki syari’ah (hukum wahyu). Sedangkan Dr Muhammad Al
Bahi membagi ilmu dari sumbernya terbagi menjadi 2 yaitu ilmu yang bersumber dari
Tuhan dan ilmu yang bersumber dari manusia. Al-Jurjani membagi ilmu kepada ilmu
Qadim dan ilmu Hadis. Ilmu Qadim adalah ilmu Allah yang jelas sangat berbeda
dari ilmu Hadist yang dimiliki manusia sebagai hamba-Nya.

Karena semua bentuk pengetahuan yang bersifat empiris, rasionalis, dan


iluminasioris ketiganya bersumber dari manusia yang bersifat relative. Relativitas itu
tidak saja dari pemikiran tetapi juga perangkat yang dimiliki oleh manusia dalam
memperoleh pengetahuan seperti panca indera, akal dan wahyu. Oleh karena itu,
hanya adanya wawasan Yang Kudus-lah yang membedakan pemikiran Islam dengan
Barat.
BAB IV

DASAR-DASAR ILMU
A. Ontologi

Ontologi merupakan salah satu lapangan penyelidikan kefilsafatan yang


paling kuno. Dalam persoalan ontology orang menghadapi persoalan bagaimanakah
kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini ? pertama kali orang dihadapkan
pada adanya 2 macam kenyataan, yang pertama kenyataan yang berupa materi yang
kedua kenyataan yang berupa rohani.

Term ontologi pertamakali dikenalkan oleh rodolf goclenius pada tahun 1636
M, untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis, dalam
perkembangannya Rudolf Wolf membagi metafisika menjadi 2 yaitu metafisika
umum dan metafisika khusus, metafisika umum dimaksuidkan sebagai istilah lain
ontology, dengan demikian metafisika umum atau ontology adalah cabang filsafat
yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu
yang ada, sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi
dan teologi. Didalam pemahaman ontology dapat diketemukan pandangan pandangan
pokok pemikiran sebagai berikut :

a. Monoisme,
paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari seluruh kenyataan
hanyalah satu saja, tidk mungkin dua, faham ini kemudian terbagi 2 yaitu :
materialism yang menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan
rohani aliran ini sering juga disebut naturalism, yang kedua yaitu idealisme
aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua
berasal dari ruh yaitu sesuati yang tidak berbentuk dan menempati ruang.
b. Dualisme,
aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat yaitu hakekat
materi dan hakekat ruhani , benda dan ruh, jasad dan spirit. Umumnya manusia
tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualism ini, karena
setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indera kita, sedang
kenyataan bathin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
c. Pluralime,
paham ini berpandangan bahwa segenap bentuk merupakan kenyataan,
prularisme bertolak dari keseluruhan danmengakui bahwa segenap macam
bentuk itu semuanya nyata.
d. Nihilisme,
sebuah doktrin yang tidak mengakui validits alternative yang positif, istilah
nihilism sebenarnya sudah ada sejak yunani kuno.
e. Agnotisisme
yaitu mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat benda, baik
hakekat materi maupun hakikat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum
dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkrit akan adanya
kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.

B. Epistimologi

Epistimologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, pengandaian dan dasar dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh oleh
manusia melalui akal, indera dan lain lain meiliki metode tersendiri dalam teori
pengetahuan diantaranya adalah :

a. Metode induktif,
yaitu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi
disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum, dalam induksi setelah
diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan hal hal lain seperti ilmu
mengajarkan kita bahwa kalau logam dipanaskan maka akan mengembang
b. Metode deduktif,
yaitu metode yang menyimpulkan bahwa data data empiric diolah lebih lanjut
dalam suatu sistem pernyataan yang runtut, hal yang harus ada dalam metode
deduktis adalah perbandingan logis antara kesimpulan kesimpulan itu sendiri.
c. Metode positivisme,
metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual dan dan
positif, ia mengenyampingkan segala persoalan diluar yang ada sebagai
fakta.menurut comte perkembangan pemikiran manusia melaui 3 tahap yaitu,
teologis, metafisis dan positif.
d. Metode kontemplatif,
metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda
beda, harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan
intuisi, pengetahuan yang didapat melalui intuisi ini bias diperoleh dengan cara
berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al Ghazali.
e. Metode dialektis,
metode ini mula mula berarti metode Tanya jawab untuk mencapai kejernihan
filsafat namun plato mengartikannya sebagai diskusi logika.

C. Aksiologi

Pengertian aksiologi yang dikutip penulis berasal dari buku jujun s suriasumantri
yang berartisebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh.

Dari definisi mengenai aksiologi, terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama
adalah mengenai nilai, niai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai, teori tentang nilai
dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Makna etika dipakai
dalam 2 bentuk arti, pertama etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan perbuatan manusia, arti kedua etika merupakan suatu
predikat yang dipakai untk membedakan hal hal, perbuatan perbuatan atau manusia
manusia yang lain.

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and


valuation:

1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit
seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas
mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau
nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti
nilainya atau nilai dia.
3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member nilai atau
dinilai.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori
tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.

Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam


mpemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam
kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan
simbolik atau pun fisik material.
BAB V
SARANA ILMIAH
A. Bahasa

Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi.
Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak
terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan
pengetahuan.

Unsur-unsur dalam bahasa :

 Simbol-simbol : Things that stand for other things atau sesuatu yang
menyatakan sesuatu yang lain, jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu
system simbol-simbol, hal tersebut mengandung makna bahwa ucapan si
pembicara di hubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian
dalam dunia praktis
 Simbol-simbol vokal : bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan
dari kerja sama berbagai organ atau alat tubh dengan system pernapasan
 Simbol-simbol vokal arbitrer : arbitrer = „mana suka” misalnya untuk
menyatkan jenis binatang yang disebut Equus Caballu, orang Inggris
menyebutnya horse, orang Perancis menyebutnya Cheval dan orang Indonesia
menyebutnya Kuda semuanya merupakan sejenis persetujuan yang tidak
diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara sesame anggota
masyarakat yang memberi setiap makna tertentu.
 Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer
 Dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergau
satu sama lainnya.
1. Fungsi Bahasa

Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa
dan psikolinguistikmelihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan
pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa
fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.

Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa
adalah sebagai berikut :

• Fungsi Instrumental : penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat
materi seperti makan, minum, dan sebagainya.
• Fungsi Regulatoris : penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah
laku.
• Fungsi Interaksional : penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan
pemikiran antara seseorang dan orang lain.
• Fungsi personal : seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan
dan pikiran.
• Fungsi Heuristik : penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir
fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
• Fungsi Imajinatif : Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi
seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai
dengan realita (dunia nyata).
• Fungsi Representasional : pengunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran
dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.

2. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menuasai criteria maupun


langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan menguasai hal tersebut tujuan yang
akan digapai akan terwujud. Di samping menguasai langkah-langkah tentunya
kegiatan ini dibantu oleh sarana berupa bahasa, logika matematika, dan statistika.

3. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama

Ada dua pengertian mendasar tentang bahasa agama

a. bahasa agama adalah kalam ilahi yang terabadikan ke dalam kitab suci.
b. Kedua, bahasa agama merupakan ungkapan serta perilaku keagamaan dari
seseorang atau sebuah kelompok social.

Dengan kata lain, bahasa agama dalam konteks ke dua ini merupakan wacana
keagamaan yang dilakukan oleh umat beragama maupun sarjana ahli agama,
meskipun tidak selalu menunjuk serta menggunakan ungkapan-ungkapan kitab suci.
Walaupun ada erbedaan antara kedua bahasa ini namun keduanya merupkan sarana
untuk menyampikan sesuatu dengan gaya bahasa yang khas.

B. Matematika

Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan


matematika, baik matematika sangat sederhana hanya menghitung satu, dua, tiga,
maupun yang sampai sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa. Demikian pula
ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan matematika, baik
matematika sebagai pengembanagn aljabar maupun statistika. Hampir dapat
dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang
berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan

1. Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaain


pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
“artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.
Tampa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
Dalam hal ini matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik, dan informative
dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.

2. Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena


penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti
halnya yang terdapat dalam ilmu empirik, melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi
(penjabaran-penjabaran) pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang
ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang
didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Misalnya: jika
diketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan
C, maka A tidak ada hubungan dengan C.

3. Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika memberikan kontribusi


yang cukup besar. Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih
ditandai dengan penggunaan lambang-lambang bilangan untuk perhitungan dan
pengukuran, di samping hal lain seperti bahasa, metode, dan lainnya. Hal ini sesuai
dengan objek ilmu alam, yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati dan dilakukan
penelaahan yang berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek
penelaahan yang kompleks dan sulit dalam melakukan pengamatan, di samping objek
penelaahan yang tak berulang maka kontribusi matematika tidak mengutamakan
kepada lambang-lambang bilangan.

Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa kebanyakan dari
masalah yang digadapinya tidak mempunyai pengukuran yang mempergunakan
bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan.
C. Statistik

1. Pengertian Statistik

Secara etimologi, kata “statistic” berasal dari kata status (bahasa latin) yang
mempunyai persamaan dengan dengan arti kata state (bahasa inggris), yang dalam
bahasa Indonesia di terjemahkan dengan Negara

Pada mulanya, kata “statistic” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data),
baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data
kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu
Negara”. Namun pada perkembangannya, arti kata statistic hanya dibatasi pada
kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja)

Dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam
pengertian.

• Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistic, yaitu
kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.
• Kedua, sebagai kegiatan statistik kadang atau kegiatan perstatistikan.
• Ketiga, kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistic yaitu cara-cara tertentu
yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur
menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan
keterangan yang berupa angkaitu dapat berbicara atau dapat memberikan makna
tertentu.
• Keempat, istilah statistik dewasa ini juga dapat diberi pengertian sebagai “ilmu
statistik”. Ilmu statistik tidak lain adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan
memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan
statistik. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan
yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.
2. Sejarah Perkembangan Statistik

Statistika yang relatif sangat muda dibandingkan dengan matematika berkembang


dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun belakangan ini.
Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun eksperimen, dilakukan lebih
cermat dan teliti dengan menggunakan teknik-teknik statistika yang
diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan. Di Indonesia sendiri kegiatan dalam
bidang penelitian sangat meningkat, baik kegiatan akademik maupun pengambilan
keputusan telah memberikan momentum yang baik untuk pendidikan statistika.

3. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan Statistika

Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara deduktif dan
berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses
logika deduktif dan logika induktif.

Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berpikir deduktif,


sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi
keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.

Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala sesuatu yang berkaitan erat
dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa. Seperti berpikir sistematis dalam
menggapai ilmu dan pengetahuan.

Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, maka seseorang tidak
dapat melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan teratur.

4. Tujuan Pengumpulan Data Statistik

Tujuan dari pengumpulan data statistika dapat dibagi ke dalam dua golongan besar :

• Secara kasar dapat dirumuskan sebagai tujuan kegiatan praktis dan kegiatan
kelimuan.
• Kedua tujuan sebenarnya tidak mempunyai perbedaan yang hakiki karena kegiatan
keilmuan merupakan dasar dari kegiatan praktis.
• Dalam bidang statistika, perbedaan yang penting dari kedua kegiatan ini dibentuk
oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan praktis hakikat alternative yang sedang
dipertimbangkan telah diketahui, paling tidak secara prinsip, di mana konsekuensi
dalam memilih salah satu dari alternative tersebut dapat di exaluasi berdasarkan
serangkaian perkembangan yang akan terjadi.

5. Statistika dan Cara Berpikir Induktif

Pengambilan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuag


permasalahan mengenai banyaknya kasus yang kita hadapi. Dalam hal ini statistikka
memberikan jalan keluar untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum
dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika
mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik
tersebut, yakni makin besar contoh yang diambil, maka makin tinggi pula tingkat
ketelitian kesimpulan tersebut.

6. Peranan Statistika dalam Tahap-tahap Metode Keilmuan

Observasi. Ilmuwan melakukan observasi mengenai apa yang terjadi, mengumpilkan


dan mempelajari fakta yang berhubungan dengan masalah yang sedang di selidikinya.
Peranan statistika dalam hal ini, statistika dapat mengemukakan secara terperinci
tentang analisis mana yang akan dihasilkan dari observasi tersebut.

Hipotesis. Untuk menerangkan fakta yang diobservasi dugaan yang sudah ada
dirumuskan dalam sebuah hipotesis, atau teori, yang menggambarkan sebuah pola
yang menurut anggapan ditemukan dalam tata tersebut. Dalam tahap kedua ini,
statistika membantu kita dalam mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan
menyajikan hasil observasi dalam mengembangkan hipotesis
Ramalan. Dari hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi. Jika teori yang
dikemukakan itu memenuhi syarat deduksi akan merupakan sesuatu pengetahuan
yang baru, yang belum diketahui sebelumnya secara empiris, tetapi dideduksikan dari
teori. Nilai dari suatu teori tergantung dari kemampuan ilmuan yang menghasilkan
pengetahuan baru tersebut. Fakta baru ini disebut ramalan, bukan dalam pengertian
menuju hari depan, namun menduga apa yang akan terjadi berdasarkan syarat-syarat
tertentu.

Pengujuan kebenaran. Ilmuwan lalu mengumpulkan fakta untuk menguji kebenaran


ramalan yang dikembangkan dari teori. Mulai thap ini, keseluruhan tahap-tahap
sebelumnya berulang seperti sebuah siklus. Jika teorinya didukung sebuah data, teori
tersebut mengalami pengujian dengan lebih berat, dengan jalan membuat lamaran
yang lebih spesifik dan mempunyai jangkauan lebih jauh, dimana ramalan ini
kebenarannya diuji kembali sampai akhirnya ilmuwan tersebut menemukan beberapa
penyimpangan yang memerlukan beberapa perubahan dalam teorinya.

7. Penerapan Statistika

Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan dalam
bidang managemen. Statistika diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi,
kebijaksanaan penanaman modal, control kualitas, seleksi pegawai, kerangka
percobaan industry, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan risiko dalam pemberian
kredit, dan masih banyak lagi. Singkatnya statistika adalah alat yang dapat
dipergunakan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam penelaahan secara
empiris hampir disemua bidang.

D. Logika

Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.


Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti
setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu.
Hukum-hukum pikiran beserta mekanismenya dapat digunakan secara sadar dalam
mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu.

1) Aturan Cara Berpikir yang Benar

Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat
terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar, logis-dialektis, juga dibutuhkan
kondisi-kondisi tertentu:

a. Mencintai kebenaran

Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa
menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meningkatkan mutu
penalarannya; manggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai “ruh-ruh” yang
akan menyelewengkannya dari yang benar. Misalnya, menyederhanakan kenyataan,
menyempitkan cakrawala/perspektif, berpikir terkotak-kotak. Cinta terhadap
kebenaran diwujudkan dalam kerajinan (jauh dari kemalasan, jauh dari takut sulit,
dan jauh dari kecerobohan) serta diwujudkan dengan kejujuran, yakni disposisiatau
sikap kejiwaan(dan pikiran) yang selalu siap sedia menerima kebenaran meskipun
berlawanan dengan prasangka dan keinginan/kecenderungan pribadi atau
golongannya.
b. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda kerjakan

Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intelek
kita adalah suatu usaha terus menerus mengejar kebenaran yang diselingi dengan
diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Untuk mencapai
kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai macam langkah dan kegiatan.

c. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang Anda katakan

Pikiran diungkapkan ke dalam kata-kata. Kecermatan pikiran diungkapkan ke dalam


kecermatan kata-kata, karenanya kecermatan ungkapan pikiran ke dalam kata
merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi. Anda senantiasa perlu menguasai
ungkapan pikiran kedalam kata tersebut. Waspadalah terhadap term-term ekuivokal
(bentuk sama, tetapi arti berbeda), analogis (bentuk sama, arti sebagian sama
sebagian berbeda). Ketahuilah pula perbedaan kecil arti (nuansa) dari hal-hal yang
Anda katakan.

d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya

Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas
berbeda. Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih mempunyai bentuk sama,
namun tidak identik. Disinilah perlu dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan. Karena
realitas begitu luas, perlu diadakan pembagian ( klasifikasi). Peganglah suatu prinsip
pembagian yang sama, jangan sampai Anda menjumlahkan bagian atau aspek realitas
prinsip klasifikasi yang sama.

e. Cintailah definisi yang tepat

Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap


sebagaimana yang akan diungkapkan atau yang dimaksudkan. Karenanya jangan
segan membuat definisi. Definisi artinya pembatasan, yakni membuat jelas batas-
batas sesuatu. Hindari uraian-uraian yang tidak jelas artinya.

f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa Anda menyimpulkan begini atau begitu

Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi-implikasi, dan


konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan (assertion), pernyataan, atau
kesimpulan yang Anda buat. Jika bahan yang ada tidak cukup atau kurang cukup
untuk menarik kesimpulan, hendaknya orang menahan diri untuk tidak membuat
kesimpulan atau membuat pembatasan-pembatasan (membuat reserve) dalam
kesimpulan.
g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta
sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga mengenali
sebab-sebab kesalahan pemikiran (penalaran)

Dalam belajar logika Ilmiah (scientific) Anda tidak hanya mau tahu hukum-hukum,
prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran sekadar untuk tahu saja. Anda perlu juga;

1. Dalam praktik, menjadi cakap dan cekatan berpikir sesuai dengan hukum, prinsip,
bentuk berpikir yang betul, tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses perubahan
keadaan. Logika ilmiah melengkapi dan mengantar kita untuk menjadi cakap dan
sanggup berpikir kritis, yakni berpikir secara menentukan karena menguasai
ketentuan-ketentuan berpikir yang baik.
2. Selanjutnya sanggup mengenali jenis-jenis, macam-macam, nama-nama, sebab-
sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup menghindari, juga menjelaskan segala
bentuk dan sebab kesalahan dengan semestinya.

2) Klasifikasi

Sebuah konsep klasifikasi, seperti “panas” atau “dingin”, hanyalah menempatkan


objek tertentu dalam sebuah kelas. Pertimbangan yang berdasarkan klasifikasi tentu
saja lebih baik daripada tak ada pertimbangan sama sekali. Misal; terdapat tiga puluh
lima orang yang melamar pekerjaan yang membutuhkan kemampuan tertentu, dan
perusahaan yang akan menerima mempunyai psikolog harus menetapkan cara-cara
pelamar dalam memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ahli psikologi tersebut
membuat klasifikasi kasar berdasarkan keterampilan, kemampuan dibidang
matematika, stabilitas emosional, dan sebagainya. Ketiga puluh lima orang tersebut
dibandingkan dengan pengetahuan yang berdasarkan klasifikasi kuat, lemah dan
sedang, kemudian ditempatkan dalam urutan berdasarkan kemampuannya masing-
masing.
3) Aturan Defenisi

Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu
yang dikehendaki seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain. Dengan kata
lain menjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk membahas tentang
hakikatnya.

Sedangkan pengertian definisi secara terminologi adalah sesuatu yang menguraikan


makna lafadz kulli yang menjelaskan karakteristik khusus pada diri individu. Penulis
member pengertian defenisi sebagai pengurai makna lafadz kulli karena lafadz
ju’Itidak mempunyai pengertian terminology dengan adanya perubahan karasteristik
yang konsisten menyertainya.

Definisi yang baik adalah jami’ wa mani (menyeluruh dan membatasi). Hal ini
sejalan dengan kata definisi itu sendiri, yaitu definite (membatasi). Salah satu contoh
yang sering di ungkapkan adalah manusia adalah binatang yang berakal. Binatang
adalah genus sedangkan berakal adalah differensia, jadi defenisi yang valid dalam
logika perlu batasan yang jelas antara objek-objek yang didefenisikan.
BAB VI

TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU

A. Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah


pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahandan
ketakutan baru bagi kehidupan manusia ibarat cerita raja midas yang menginginkan
setiap yang disentuhnya menjadi emas ternyata ketika keinginan dikabulkan dia tidak
smakin senang tetapi semakin gila.Ternyata teknologi layar mampu membius
manusia untuk tunduk kepada layar dan mengabaikan yang lain. Jika manusia tidak
sadar akan hal ini maka dia akan kesepian dan kehilangan sesuatu yang amat penting
dalam dirinya yakni kebersamaan hubungn kekeluargaan,dan,sosialyang,hangat.

Karena itu, wajar kemudian timbul kontroversi di berbagai negara apakah


pengembanan rekayasa genetik untuk manusia dibolehkan atau tidak. Bagi negara-
negara liberal rekayasa genetik untuk manusia diperbolehkan bahkan didukung oleh
pemerintah sedangkan para negara-negara yang konserpatif pengembangan fekayasa
yang menjurus kepada perubahan manusia secara total amat ditentang. Pemusnahan
embriao manusia tidak jadi diklon dianggap sebuah bentuk kekejian yang tidak
normal

Bila memacu pada pengertian diatas, pengetahuan merupakan mengetahui


sesuatu tanpa ada ragu. Misalkan bila cuaca gelap pasti akan turun hujan. Pernyataan
tersebut kita yakini tanpa ragu walaupun orang yang kita anggap pintar akan
mengatakan bila cuaca gelap pasti akan panas. Kita akan tetap pada pendirian kita
karena kita mengetahui hal tersebut tanpa ragu. Hal ini yang disebut pengetahuan
yang sebatas hanya mengetahui tanpa ragu (sekedar tahu), akan tetapi berlanjut
kepada timbul pernyataan mengapa hal itu bias terjadi atau penyebab dari hal itu.
Jawaban dari pertanyan atas peristiwa yang telah dicontohkan diatas, itu baru
merupakan sebuah ilmu. Jadi ilmu itu tidak hanya sebatas tahu, tapi bagaimana kita
memahami dari pengetahuan tersebut.

B. Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia

Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu
memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitasdan menjaga tradisi yang
sudah mapan (ritual) cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu
mencari yang baru. Tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan
ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu
memberi ketenangandansekaligus, kemudahan, bagi kehidupan,di,dunia.

Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu hampir semua kitab suci
menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin. Adapun menurut
ilmu, gempa bumi terjadi akibat pergeseran lempengan bumi atau tersumbatnya lava
gunung berapi oleh karena itu para ilmuan harus mencari ilmu dan teknologi untuk
mendektes, kapan gempa akan terjadi dan bahkan kala perlu mencari cara
mengatasinya.

Disini ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi
harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih
abadi kalo visi ini yang diyakini oleh para ilmuwan dan agamawan maka harapan
kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa tentu saja pemikiran-pemikiran
seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan yang
lebih cerah.
HASIL RIVIEW Buku II
1. KELEBIHAN BUKU II
1. Buku ini bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat terkhususkan untuk
filssafat ilmu agar masyarakat mengenal bidang keilmuan kedokteran dengan
berbagai aspeknya
2. Cara penyajian buku mempunyai daya jangkau yang bersifat lebih luas,
detail,dan sangat rinci membahas tentang segala teori mengenai bidang
fisiologi dan anatomi.
3. Banyak terdapat gambar-gambar system kerja system pernafasan
4. Pembaca diajak untuk bisa memahami tentang keilmuan mengenai fisiologi
5. Pembahasan isi buku lebih mendalam mengenai keilmuan dibidang fisiologi
sehingga pembaca dapat memahami hal-hal yang dijelaskan dalam isi buku
tersebut.

A. Keterkaitan Antar Bab


Setiab bab menjelaskan keterkaitan antara fisiologi dengan olahraga yang
disatu-padukan oleh penulis akan tetapi penulis menjelaskan secara rinci dari
awal hingga akhir bab bahwasannya penulis menggabungkan seluruh teori dari
ilmuan fisiologi dan olahraga menjadi satu untuk memberikan kelengkapan
dan menyempurnakan isi buku tersebut dan teori yang ditampilkan seluruhnya
mengenai fisiologi olahraga.
B. Kemutakhiran Isi Buku
Penulis menjelaskan seluruh isi tentang fisiologi dan olahraga dengan detail
dan sangat rinci dan penulis menggabungkan semua teori dari ilmuan tentang
fisiologi dan olahraga untuk menyempurnakan isi buku.
KELEMAHAN BUKU II
 Isi penulisan sangat ilmiah sehingga banyak bahasa yang awam terbaca oleh
pembaca sehingga pembaca mengharuskan menerjemahkan apa yang
dimaksud dari kalimat itu
 Buku ini terlalu banyak membahas tentang fisiologi dan tak memiliki batasan
ilmu dan lembih menggunakan bahasa – bahasa ilmiah
 Bahasa yang disajikan dari buku tersebut penuh dengan bahasa asing
sehingga pembaca merasa malas untuk membacanya dikarenakan pembaca
tidak mengerti mengenai bahasa yang disajikan
 Kalimat didalam buku ini terlalu boros kalimat sehingga membuat pembaca
merasa sulit untuk mengambil kesimpulan dari pembahasannya
 Buku ini memiliki tebal 1046 halaman yang sudah dipastikan melihat buku
tersebut itu saja pembaca sudah malas untuk membacanya dikarena ketebalan
buku sangat tebal dan huruf yang tidak konsisten yang membuat pembaca
merasa bosan dan jenuh
Implikasi Terhadap
A. Teori
Teori yang diambil oleh penulis sangat meluas dan banyak menjelaskan
secara detail dan rinci mengenai fisiologi olahraga
B. Program Pembangunan di Indonesia
Buku ini sangat cocok dikhususkan organisasi dibidang keolahragaan
untuk membangun sumber daya manusia yang dikhususkan pada dunia
olahraga untuk membangun dan memajukan bidan olahraga di negara ini
Analisi Rivewer
Bahwa penulis menjelaskan dan menyajikan isi buku tersebut mengenai
fisiologi dengan detail dan sangat rinci dari awal hingga akhir bab dan penulis juga
memberikan sebuah gambar dan diagram didalamnya sehingga para pembaca mampu
mengerti apa yang dijelaskan oleh teori yang disebutkan oleh ilmuan masing-masing
dibidangnya. Munurut saya buku ini sangat bagus dimiliki bagi pihak yang ingin
mengemban didunia kedokteran begitu juga organisasi kesehatan dan para pelatih
untuk memajukan dunia olahraga disetiap cabang olahraga yang digeluti.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar Amsal

S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan, 2009. 27

Anda mungkin juga menyukai