Anda di halaman 1dari 5

LTM 1

Komunikasi Interpersonal pada Konseling dan Penyampain Berita Buruk


Nama : Wahyu Tri Yulian Prabowo
NPM : 1806145484
Kelas : 13

I. PENDAHULUAN
seorang petuga medis tidak jarang menghadapi situasi yang dilematis terkait dengan
kondisi pasien dan keluarganya. Salah satu kondisi yang sering kali berpengaruh secara
fisik dan mental bagi penderita, keluarganya maupun masyarakat lingkungannya adalah
suatu berita buruk dalam medis yang harus disampaikan.
Yang dimaksud dengan BERITA BURUK adalah suatu situasi di mana tidak ada
harapan lagi, adanya ancaman terhadap kesejahteraan fisik dan mental seseorang, sesuatu
yang menuntut perubahan gaya hidup yang sudah menjadi kebiasaan, sesuatu yang membuat
seseorang memiliki lebih sedikit pilihan dalam hidupnya1
Atau dapat pula dikatakan bahwa BERITA BURUK adalah setiap “informasi
negatif” tentang masa depan seseorang. BERITA BURUK ini sering sekali diasosiasikan
dengan penyakit-penyakit terminal yang sudah tidak mungkin lagi disembuhkan, seperti
kanker.
Ketrampilan berkomunikasi dalam penyampaian kepada pasien dengan baik bukan
merupakan keterampilan opsional. Hal itu adalah suatu bagian penting dari praktek
profesional. Kesalahan dalam komunikasi dapat menimbulkan dampak yang serius baik
secara fisik maupun psikis bahkan dapat menimbulkan permasalahan yang harus
diselesaikan di pengadilan. Itu sebabnya penguasaan ketrampilan dalam komunikasi
khususnya dalam menyampaikan sutau berita buruk merupakan hal penting dalam praktek
medis.

Namun sebenarnya bukan itu saja. Ada beberapa situasi yang juga dikategorikan sebagai
berita buruk :
1. Diagnosis penyakit kronis (contoh : diabetes melitus).
2. Cacat atau hilangnya suatu fungsi (contoh : impotensi, hemiplegia, kebutaan, dll).
3. Adanya kebutuhan perawatan atau pengobatan yang memberatkan/ menyakitkan/
mahal.
II. PEMBAHASAN TOPIK

Sebelum berkomunikasi dengan pasien, sangat penting bagi seorang perawat


untuk mengenali pasiennya, atau paling tidak mengetahui latar belakang pasiendan
keluarganya sebab dalam hal penerimaan berita buruk, kita tidak bisa mengharapkan
reaksi yang sama dari setiap pasien. Faktor – faktor yang disebutkan di atas memang akan
sangat berpengaruh. Informasi tentang pasien, terutama usia, jenis kelamin, sosial ekonomi
dan budaya dapat diketahui dengan mempelajari rekam medis, sedangkan jenis
kepribadian dapat dinilai melalui interaksi yang dilakukan dengan pasien.

MENGAPA PENTING MENGUNGKAPKAN INFORMASI/BERITA BURUK PADA


PASIEN ?

1. Sebagian besar pasien memang ingin mengetahui apa yang sedang terjadi pada dirinya.

2. Sebagian besar pasien ingin mengetahui kemungkinan apa saja yang bisa terjadi pada
dirinya, termasuk terapi apa saja yang bisa diperoleh, prognosis, dan efek samping terapi.

3. Ketika perawat menahan informasi dari seorang pasien, berarti perawat tersebut sudah
mengurangi otonomi seorang pasien.

4. Apabila pasien akhirnya mengetahui bahwa ternyata ada informasi yang tidak
diberikan padanya, maka akan hilanglah rasa percayanya pada perawatan.

5. Menyembunyikan informasi tentang kondisi pasien dan kemungkinan yang dialami


dapat menyebabkan

HAL–HAL YANG DIANGGAP PENTING OLEH PASIEN DALAM PENYAMPAIAN


BERITA BURUk

1. Isi
Yang dimaksud di sini adalah apa saja yang dibicarakan, dan seberapa banyak
informasi atau keterangan yang diberikan oleh tenaga medis. Item ini sangat berhubungan
dengan angapan/ kepercayaan pasien terhadap kompetensi perawat di bidangnya, juga tentang
pengetahuan perawat mengenai perkembangan terbaru mengenai penyakit/ kasus mereka.
2. SUPPORT

Yang dimaksud di sini adalah aspek supportif dalam komunikasi perawat. Jadi
apakah dalam penyampaian berita buruk ini perawat bersikap baik, memberi support/
dukungan yang cukup, dll. Termasuk pula di sini apakah perawat bersedia
mengkomunikasikan hal – hal yang menyangkut diagnosis,prognosis, treatment, dll
kepada keluarga atau orang lain, dan juga menyediakan berbagai informasi yang ingin
diketahui pasien.

Aspek penting dalam memberikan support adalah mendengarkan pasien,

serta memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pasien.5

3. FASILITASI

Yang dimaksud di sini adalah kapan dan di mana informasi diberikan. Apakah
dalam ruangan dengan privacy yang cukup, tenaga medis memperhatikan pasien dengan
sungguh – sungguh (tidak sambil lalu saja).

4. CARA PENYAMPAIAN9

Dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat harus memberikan informasi


dengan singkat, jelas, dan jujur sehingga dapat dimengerti oleh pasien. Perlu
memperhatikan intonasi yang lembut, mendengarkan pasien, memberikan support dan
meyakinkan pasien dalam menjalani terapi, tanpa melakukan kontak fisik

Teknik Penyampaian berita buruk

1. Melakukan persiapan
Persiapkan diri dengan informasi klinis yang relevan dengan berita yang akan
disampaikan.
Aturlah waktu yang memadai dengan lokasi yang privat dan nyaman. Pastikan bahwa
selama percakapan tidak ada gangguan dari staf medis lain atau pun dering telepon.
2. Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya
Mulailah diskusi dengan menanyakan apakah pasien tahu bahwa dirinya sakit parah,
3. Menanyakan seberapa besar keinginan tahu pasien tentang penyakitnya 4

Tahap selanjutnya adalah mencari tahu seberapa besar keinginan tahu pasien, orang
tua (jika pasien anak) atau keluarga. Penerimaan informasi setiap orang dapat berbeda
tergantung suku, agama, ras, sosial dan budaya masing-masing. Setiap orang mempunyai
hak untuk menolak atau menerima informasi lebih lanjut. Jika pasien menunjukkan tanda
tidak menginginkan informasi yang lebih detail, maka petugas medis harus menghormati
keinginannya dan menanyakan pada siapa informasi sebaiknya diberikan.
4. Menyampaikan berita
Sampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas, jujur, sensitif dan penuh empati.
Hindari penyampaikan seluruh informasi dalam satu kesempatan. Sampaikan informasi,
kemudian berikan jeda. Gunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami
5. Memberikan respon terhadap perasaan pasien
Setelah berita buruk disampaikan sebaiknya petugas medis diam untuk memberi jeda.
Beri waktu pasien atau keluarga untuk bereaksi. Respon pasien dan keluarga dalam
menghadapi berita buruk beragam
6. Merencanakan tindak lanjut
Buatlah rencana untuk langkah selanjutnya, ini bisa berupa:
Pemeriksaan lanjut untuk mengumpulkan tambahan informasi
Pengobatan gejala-gejala yang ada
Membantu orang tua mengatakan pada anak tentang penyakit dan pengobatannya
Tawarkan harapan yang realistis. Walaupun tidak ada kemungkinan untuk sembuh,
bangun harapan pasien dan sampaikan tentang pilihan terapi apa saja yang tersedia.
Mengatur rujukan yang sesuai
Menjelaskan rencana untuk terapi lebih lanjut
Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan dukungan secara
emosi dan praktis, misal keluarga, teman, tokoh yang disegani, pekerja sosial,
konselor spiritual, peer group, atau pun terapis profesional
Rencana tindak lanjut ini akan meyakinkan pasien dan keluarga, bahwa petugas medis
tidak meninggalkan atau mengabaikan mereka, dan petugas medis akan terlibat aktif
7. Mengkomunikasikan Prognosis
Pasien sering menanyakan mengenai prognosis, tentang bagaimana perjalanan
penyakit mereka ke depannya. Motivasinya antara lain mereka ingin mempunyai kepastian
tentang masa depan sehingga dapat merencanakan hidup mereka, atau pasien merasa
ketakutan dan berharap bahwa Petugas medis akan mengatakan penyakitnya tidak serius.

Beberapa contoh kasus yang seringkali berpotensi menimbulkan berita buruk adalah :
Janin meninggal, Kecelakaan (kehilangan anggota badan), Kasus anak (leukemia, epilepsi,
kelainan kongenital, post meningo ensefalitis), Kematian Anggota keluarga yang tengah
dirawat, Hepatitis / HBs Ag (+), Kehamilan yang tidak diinginkan (hamil diluar nikah atau
gagal KB), Idiosinkrasi terapi (sindrom Steven Johnson), Medical abuse (kasa tertinggal pada
luka jahitan, dll), Retardasi mental, Skizofrenia, dan sebagainya.

III. PENUTUP
Berita buruk adalah setiap informasi yang merugikan dan berpotensi serius untuk
mempengaruhi individu terhadap pandangan pada dirinya dan atau masa depannya dan
atau menempatkan mereka pada situasi akan perasaan tidak adanya harapan, putus asa,
ancaman terhadap kesejahteraan mental atau fisik seseorang, berisiko mengganggu kemapanan,
atau di mana suatu pesan yang diberikan menimbulkan suatu pilihan yang sempit bagi individu
dalam hidupnya.
Jadi pentingnya penyampaian berita buruk dari tenaga medis ke Pasien/keluarga pasien.
Penyampaian berita buruk kepada pasien adalah tanggung jawab petugas medis yang harus
dilakukan. Namun dalam penyampaiannya tentu tidak sembarang penyampaiannya. Harus
dengan cara-cara tertentu agar tidak terjadi salah paham dalam penangkapan kata oleh sang
pasien/keluarga.

REFERENSI
1. Wahyuliati,Tri.Skills of Communication Breaking Bad News.Wonosobo. 2016 Agustus
20
2. HS,Rohmaningtyas,dkk. Komunikasi Dokter-Pasien Menyampaikan Berita Buruk.
[online]. [cited 12 September 2018]. Available from : http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-
content/uploads/2016/08/isi-KOMUNIKASI-DOKTER-PASIEN-smt-7.pdf

Anda mungkin juga menyukai