Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

K USIA 38 TAHUN DENGAN


SCHIZOPRENIA UNDIFFERENTIATED DIRUANG GATOT KACA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Oleh:

NELY QOMARUN NISA

J230 195 058

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN (NERS)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K USIA 38 TAHUN DENGAN
SCHIZOPRENIA UNDIFFERENTIATED DIRUANG GATOT KACA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Tanggal Dirawat : 14/ 08/2019

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. K
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tanggal Pengkajian : Selasa, 03 September 2019
No. RM : 034679
Informan : Tn. S

II. RIWAYAT PENYAKIT


Gejala awal yang ditunjukkan pasien adalah sering mendengar suara –
suara seperti ada orang yang berbicara, pasien juga mengaku sering
melihat hal – hal yang menyeramkan, dan kedua gejala tersebut selalu
muncul dimalam hari. Selain itu tanpa ada penyebab yang pasti, pasien
memiliki keinginan untuk menghancurkan barang – barang, dan setelah
menghancurkan barang – barang pasien merasa ada kelegaan dalam
dirinya. Pasien mulai dinyatakan memiliki masalah kejiwaan pada tahun
2008, pada saat itu pasien pernah dirawat di RSJ Puri Waluyo Surakarta,
kemudian beberapa bulan setelahnya pasien dibolehkan pulang, dan
dilanjutkan dengan penanganan rawat jalan. Pada tahun 2009, pasien
masuk lagi ke RSJ Puri Waluyo, kemudian beberapa bulan setelah
mendapat perawatan pasien dipulangkan lagi, dan dilanjutkan rawat
jalan lagi. Pasien sudah beberapa kali keluar – masuk rumah sakit,
menurut keluarganya pasien sudah ada 13 kali keluar – masuk rumah
sakit jiwa. Pasien dirawat di RSJD Surakarta sejak tahun 2017 tanggal
22 Desember, dan kembali dirawat tanggal 14 Agustus 2019. Selama
rentang waktu tanggal 22 Desember 2017 hingga 14 Agustus 2019,
pasien sudah 7 kali kluar-masuk RSJD Surakarta.

III. FAKTOR PRESIPITASI


Klien dirawat di RSJD Surakarta karena mengamuk, menghancurkan 2
kaca jendela, membanting hancur Hp klien itu sendiri, dan berniat
memukul ibunya sendiri. Pasien juga masih sering mendengar suara –
suara orang berbicara yang menurut pasien itu adalah suara – suara
tetangganya yang membicarakannya.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


Pasien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pernah
menjalankan pengobatan sebelumnya dan berhasil, akan tetapi tidak
diteruskan dikarenakan obat pasien habis, dan saat check up terakhir
untuk meminta obat lagi, pihak tenaga medis menyatakan pasien sudah
sembuh sehingga obat tidak diberikan lagi, akhirnya pengobatan pun
terhenti yang menyebabkan pasien sering kambuh. Menurut keluarga,
pasien sepertinya memiliki masalah pada tempat kerjanya dulu,
sehingga membuat pasien merasa tertekan. Berdasarkan keterangan dari
keluarga, tidak ada diantara orangtuanya ataupun mbahnya yang
memiliki masalah seperti pasien.

V. FISIK
1. TTV: N: 80x/menit, RR: 20x /menit, TD:110/60 mmHg, S: 36 °C
2. Ukur: TB: 170cm, BB: 66 kg
3. Tidak ada keluhan fisik
VI. GENOGRAM

Keterangan:
= Laki - laki = Meninggal

= Perempuan = Menikah

= Pasien = Keturunan

= Dalam satu rumah

Tn. K adalah pasien dengan usia 38 tahun, belum menikah, anak ke dua
dari tiga bersaudara, dan 2 saudara yang lain adalah perempuan. Pasien
tinggal bersama kedua orangtuanya, sedangkan kedua saudara
perempuan pasien sudah menikah dan tinggal dirumah mereka masing –
masing. Berdasarkan informasi yang didapat dari orangtua pasien, tidak
ada dalam keluarga pasien yang memiliki riwayat penyakit jiwa yang
dimiliki seperti pasien.

VII. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri:
Klien menganggap tidak ada masalah dalam dirinya. Klien
menganggap dirinya baik-baik saja. Klien tidak memiliki masalah
dengan bagian tubuhnya, tidak ada bagian tubuh tertentu yang pasien
lebih sukai dari bagian yang lain. Pasien mengatakan warna rambut
mulai memutih.
b. Identitas:
Pasien mengatakan bahwa dirinya sebagai laki – laki. Sebelum
dirawat, klien mengatakan pernah bekerja sebagai pekerja pabrik dan
merasa senang kerja dipabrik karena dapat menghasilkan uang sendiri.
c. Peran:
Pasien mengatakan tugasnya dirumah sebagai anak kedua
orangtuanya, dan harus mematuhi orangtua. Pasien mengatakan
mampu mencari kerja sendiri dan ingin bekerja dipabrik
kembali.
d. Ideal diri:
Pasien berharap bisa segera pulang dan bisa kembali bekerja
dipabrik seperti sebelum dirawat di RSJD Surakarta.
e. Harga diri:
Klien mengatakan tubuhnya sudah lebih baik dan sehat, sudah
tidak memiliki keluhan, serta masih semangat untuk bekerja
diluar rumah.

2. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti:
Pasien mengatakan hanya dekat dengan kedua orangtua saja saat
dirumah, jarang keluar rumah. Saat dirumah sakit, pasien
mengatakan tidak terlalu dekat dengan teman – temannya, hanya
sekedar teman kenal saja, bukan teman akrab.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat:
Saat dirumah pasien mengatakan tidak pernah mengikuti
kegiatan apa – apa, pasien hanya diam dirumah. Menurut
orangtua pasien, Tn.K tidak pernah pergi kemana – mana dan
hanya diam dirumah. Saat di RSJ pasien juga tidak mau
mengikuti kegiatan rehabilitasi karena pasien sudah bosan
dengan kegiatan rehabilitasi, pasien juga merasa malas untuk
mengikuti kegiatan rehabilitasi.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan oranglain:
Pasien mengatakan tidak ada hambatan saat berteman atau
berkenalan dengan teman – temannya, hanya saja Tn.K lebih
senang diam dibandingkan berbincang – bincang dengan teman
– temannya.

3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan:
Klien mengatakan beragama islam, klien mengatakan agama Islam
beribahdan dengan sholat dan berdoa. Klien yakin dengan adanya
Allah SWT.
b. Kegiatan ibadah:
Pasien mengatakan tidak sholat lima kali sehari, dan menurut
pasien sholat tidak harus lima kali sehari tapi seperlunya saja.

VIII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Penampilan klien terlihat cukup rapih, klien menggunakan baju seragam
yang diberikan oleh rumah sakit. Klien tidak terbalik memakai baju dan
berpenampilan baik. Pasien selalu mandi 2 kali sehari, dan gosok gigi
setiap hari. Pasien juga mencuci rambutnya.
2. Pembicaraan
Klien dapat diajak diskusi dengan orang lain, klien kooperatif saat ditanya
dan dapat berbicara dengan baik. Klien berbicara dengan biasa tidak gagap
dan tidak dengan nada tinggi. Klien dapat berpindah dari kalimat satu
dengan kalimat selanjutnya dan berkaitan. Klien bisa fokus dan sesekali
melakukan kontak mata dengan lawan bicara, walaupun pasien lebih
banyak menunjukan ekspresi yang datar saat bicara atau bercerita.
3. Aktifitas motorik
Klien tidak mengalami kelainan aktivitas motorik apa pun, pasien tampak
tenang, akan tetapi pasien selalu terlihat lesu dan mengantuk. Saat ditanya
mengapa pasien tampak lesu, pasien mengatakan dirinya merasa bosan
berada di RSJ, dan saat ditanya mengapa matanya terlihat sayu seperti
kurang tidur, pasien menjawab karena belum merokok.
4. Alam perasaan
Klien merasa bosan dan suntuk karena berada di Rumah Sakit, Pasien
ingin pulang dan bekerja kembali dipabrik seperti dulu. Klien juga
mengatakan bahwa saat tidur malam melihat bayang – bayang hitam yang
memeganginya saat tidur serta mendengar suara – suara seperti
tetangganya atau orangtuanya yang sedang berbicara.
5. Afek
Pasien dapat tertawa dan tersenyum sesuai dengan situasi yang memang
lucu. Tapi saat berkomunikasi, pasien menunjukan ekspresi datar dan biasa
saja.
6. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif ketika diajak berkomunikasi dengan perawat, saat
interaksi atau komunikasi klien dapat mempertahankan kontak mata
beberapa saat dengan pewawancara. Saat berkomunikasi, pasien lebih
bersifat defensive yang mana selalu menganggap pendapatnya adalah yang
benar. Klien selalu mengatakan merokok itu tidak membahayakan dan
dapat menenangkan pasien. Selain itu, menurut pasien sholat itu tidak
harus lima waktu dan tidak perlu dihitung berapa kali, karena sholat itu
seperlunya saja.
7. Persepsi
Pasien memiliki halusinasi pendengaran. Pasien mengatakan saat
malam sering mendengar suara orang mengobrol, kadang terdengar seperti
tetangganya, kadang seperti suara orangtuanya.
8. Proses pikir
Pasien tidak berbicara berbelit – belit, dan langsung ke inti pertanyaan.
Pasien dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan topic yang ditanyakan.
9. Isi pikir
Pasien tidak memiliki masalah dalam isi pikirnya yang berhubungan
dengan waham. Pasien hanya ingin pulang, dan bekerja kembali di pabrik
10. Tingkat kesadaran
Klien dapat menyebutkan keberadaanya sekarang yaitu di RSJD Surakarta.
Klien juga dapat mengenal siapa saja orang yang ada di sekitarnya. Klien
tidak terlihat bingung dengan keberadaannya sekarang. Klien dapat
menilai waktu dan suasana yang ada dibangsal tempat klien dirawat.
11. Memori
Klien masih mengingat rumah, alamat lengkap, nama lengkap pasien,
nama teman – teman sekamarnya, dan nama perawat praktikan yang
mewawancara pasien.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien memiliki konsentrasi yang cukup baik. Klien dapat berhitung dengan
baik saat disuruh untuk menghitung klien mampu berhitung dengan baik
dan dapat berkonsentrasi.
13. Kemampuan penilaian
Klien memiliki gangguan penilaian ringan. Klien dapat memahami
yang mana sebaiknya didahulukan. Saat klien diberikan kesempatan
untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum
mandi klien memilih mandi dulu sebelum makan
14. Daya tilik diri
Daya tilik diri klien cenderung mengingkari. Klien mengatakan bahwa
dirinya baik-baik saja, tidak mendengar suara – suara saat malam hari
padahal dimalam sebelumnya pasien bercerita mendengar suara – suara
sudah dari beberapa hari yang lalu dan pasien mengaku melihat bayang –
bayang hitam yang memeganginya saat tidur.

IX. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan: Bantuan Minimal
selalu menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Klien
tidak meilih – milih makanan. Semua makanan yang ada klien makan.
Selesai makan klien selalu merapikan alat makannya dan mengembalikan
ketempat yang sudah disiapkan.
2. BAB/BAK: Bantuan Minimal
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam hal BAB dan BAK. Klien
BAB dan BAK di WC.
3. Mandi: Bantuan Minimal
Klien mandi dengan tertib dan selalu menggosok gigi dan 2 hari sekali
keramas. Klien tidak memiliki masalah dengan bau badan karena saat
pengkajian tidak ada bau yang mencolok pada badan klien.
4. Berpakaian/Berhias: Bantuan Minimal
Cara berpakaian klien baik, cukup rapi dan baju klien terlihat bersih. Klien
selalu menggunakan baju seragam yang diberikan oleh rumah sakit dan
setiap pagi selalu ganti baju.
5. Istirahat/Tidur:
Tidur siang lama : 1 s/d 2 jam
Tidur malam : 6 s/d 8 jam
Kegiatan sebelum dan sesudah tidur: merapikan tempat tidur dan
membersihkan tubuh.
6. Penggunaan Obat: Bantuan Minimal
Pasien sudah memahami bahwa dirinya tidak boleh berhenti minum
obat. Pasien sudah mengetahui jam berapa saja pasien mendapatkan
obat dari rumah sakit. Pasien juga sudah mengetahui cara minum
obat.
7. Pemeliharaan kesehatan:
Dibutuhkan perawatan lanjutan dan perwatan dukungan
8. Kegiatan didalam rumah:
Pasien mengatakan saat dirumah dapat membantu membersihkan
rumah dengan menyapu rumah.
9. Kegiatan diluar rumah:
Pasien mengatakan biasa beli ke warung jika menginginkan sesuatu
X. MEKANISME KOPING
Pasien biasanya mengabaikan suara – suara dengan tidur dan istirahat.
XI. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Klien tidak memiliki masalah dengan lingkungan tempat klien tinggal. Klien
dapat bersosialisasi dengan semua pasien yang ada dibangsal. Akan tetapi,
klien masih memiliki masalah dalam pekerjaannya. Klien tidak ingin bekerja
hanya dirumah klien lebih suka bekerja dipabrik, sedangkan kedua
orangtuanya ingin klien hanya dirumah, karena menurut keluarga dulu klien
mengalami masalah saat dipabrik yang menyebabkan klien memiliki masalah
dalam kejiwaan.
XII. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Pengetahuan klien dan keluarga klien kurang, mengenai penyakit yang diderita
klien, pengendalian perilaku kekerasan, dan manfaat minum obat. Ketika
ditanya tentang penyakit apa yang diderita klien, klien menjawab karena
kemarin badannya sakit, dan menghancurkan jendela.
XIII. ASPEK MEDIA
Diagnosa medik : F.20.3 ( Skizofrenia tak terinci )
a. THP (Triheksilpenidine) 2mg 1 – 1 – 1 : obat untuk mengurangi efek
samping.
b. CPZ (Chlorpromazin) 25mg 1 – 0 – 0 : anti psikotik (untuk membuat
pikiran menjadi tenang dengan memblokade dopamin pada reseptor pasca
neuron diotak).
c. HLP (Haloperidol) 5mg 1 – 1 – 1: obat golongan antipsikotik yang
bermanfaat untuk mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental,
seperti skizofrenia.
XIV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi: halusinasi pendengaran dan penglihatan
2. Deficit pengetahuan
XV. ANALISIS DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Deprevasi Konfusi akut
- Klien mengatakan mendengar suara sensori
seperti tetangganya atau
orangtuanya yang mengobrol .
- Klien mengatakan sering
mendengar suara – suara tersebut
saat malam hari.
- Klien mengatakan juga saat tidur
malam melihat bayang – bayang hitam
yang memeganginya
- Klien mengatakan suara – suara yang
terdengar dan bayangan hitam yang
memeganginya saat tidur merupakan
terapi yang biasanya diberikan dari
Rumah Sakit.
- Orangtua klien juga mengatakan klien
dibawa kerumah sakit karena masih
mendengar suara – suara.

DO:
- Klien lebih banyak diam saat
berkumpul dengan teman –
temannya dibandingkan mengobrol
dengan mereka.
- Klien selalu tampak bosan dan
jenuh

XVI. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Konfusi akut b.d deprevasi sensori
XVII. INTERVENSI
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosis
Tujuan Tindakan Keperawatan
Domain 5 Setelah dilakukan Manajemen Halusinasi
Kelas 4 perawatan 1 x 24 jam a) Observasi tingkah laku yang
Kode klien dapat berhubungan dengan halusinasi.
diagnose: mengontrol halusinasi b) Bantu klien mengenal halusinasi :
00128 yang dialaminya 1. Jika dari hasil observasi
dengan kriteria hasil ditemukan tampak klien
Konfusi akut 1. Perhatian mengalami halusinasi,
b.d deprevasi 2. Konsentrasi tanyakan apakah klien
sensori 3. Orientasi mengalami mengalami halusinasi.
penurunan episode 2. Jika jawaban klien ada,
konfusi tanyakan apa yang didengar,
4. Tidak berespon pada dilihat, atau dirasakan.
halusinasi 3. Katakana bahwa perawat
5. Mematuhi instruksi percaya apa yang dialami klien
perintah verbal tetapi perawat sendiri tidak
mendengar/
melihat/merasakan.
4. Katakana klien lain juga ada
yang mengalami hal yang
sama.
5. Katakana bahwa perawat akan
membantu klien.
c) Diskusikan dengan klien waktu,
isi, frekuensi, dan situasi pencetus
munculnya halusinasi.
d) Diskusikan dengan klien apa yang
dirasakan jika halusinasi muncul.
e) Beri klien kesempatan untuk
mengungkapkan perasaannya.
f) Identifikasi dan diskusikan
dengan klien perilaku yang
dilakukan saat halusinasi muncul.
g) Diskusikan manfaat dan akibat
dari cara atau perilaku yang
dilakukan klien.
XVIII. IMPLEMENTASI
NO Hari/Tgl Implementasi Respon TTD
DX (Jam)
I Selasa, 5 Memotivasi pasien S: pasien mengatakan sudah
September mandi dan sikat mandi dan sikat gigi tadi pagi
2019 gigi jam 05.00
07.00 O: tampak pasien sudah rapi,
dan tidak ada aroma yang tidak
mengenakan yang tercium
I Membina hubungan S: pasien mengatakan mau
07.45 WIB saling percaya berdiskusi dengan perawat
dengan O:
menggunakan - Ada kontak mata namun
komunikasi sedikit
terapeutik

Mendorong pasien S: Pasien mengatakan bahwa


untuk ingin bertemu keluarganya
mengungkapkan
perasaan O:
- Ada kontak mata
- Pasien tampak sedih
I 08.00 Melakukan S: pasien mengeluhkan
pemeriksaan tanda kakinya yang terasa sakit
vital dan O:
pemeriksaan fisik Hasil pemeriksaan fisik
pasien normal, tidak ada luka atau
lesi pada kaki pasien.
Hasil pengkajian kekuatan otot
ekstremitas atas – bawah, kiri
– kanan: 5
Hasil pemeriksaan tanda vital:
TD: 120/80 mmHg
RR: 20x /menit
N: 80x /menit
S: 36.4 °C
I 10.00 WIB Mengkaji halusinasi S: Pasien mengatakan
pendengaran dan mendengar suara
penglihatan pasien orangtuanya berbicara saat
pasien malam hari dan melihat
adanya bayang – bayang
hitam yang memeganginya saat
tidur
O:
- Pasien terkadang tidak
melakukan kontak mata
- Pasien tampak lesu
- Saat berbicara ekspresi
pasien datar
Mengkaji koping S: Pasien mengatakan jika
yang mampu mendengar suara hanya
dilakukan pasien diabaikan, dan tidur.
ketika halusinasi
muncul O:
- Pasien tampak koperatif
- Pasien tampak mampu
mengabaikan suara dengan
baik
Memberitahu S: pasien mengatakan akan
pasien pentingnya tetap meminum obat saat
untuk tetap minum dirumah nanti
obat saat dirumah
sakit ataupun O: pasien tampak memahami
dirumah nantinya pentingnya obat untuk tetap
diminum oleh pasien
I 12.00 WIB Memotovasi pasien S: pasien mengatakan akan
dalam pemasukan menghabiskan makan siangnya
intake nutrisi
O: pasien tampak
menghabiskan makan siangnya
dan merapikan tempat
makannya kembali

Memberikan terapi S : pasien mengatakan bersedia


farmakologi untuk
pasien O :Terapi oral Haloperidol
3x5mg,Trihexyphenidyl
3x2mg

Menganjurkan S: pasien mengatakan akan


pasien untuk istirahat siang
istirahat
O: pasien masuk kembali ke
kamarnya dan beristirahat
dikasurnya sendiri

I Rabu, 6 Memotivasi pasien S: pasien mengatakan sudah


September mandi dan sikat mandi dan sikat gigi
2019 gigi O: tampak pasien sudah rapi,
07.00 WIB dan tidak ada aroma yang tidak
mengenakan yang tercium

I 08.00 Melakukan S: pasien mengatakan baik –


pemeriksaan tanda baik saja dan tidak
vital dan mengeluhkan apapun
pemeriksaan fisik O:
pasien Hasil pemeriksaan tanda vital:
TD: 120/80 mmHg
RR: 18x /menit
N: 98x /menit
S: 36 °C
I 10.00 Membina hubungan S: pasien mengatakan mau
saling percaya berdiskusi dengan perawat
dengan O:
menggunakan - Ada kontak mata
komunikasi - Pasien terkadang
terapiutik menundukkan pandangan

Mengkaji halusinasi S: Pasien mengatakan


pasien mendengar suara orang
berbicara setiap malam. Pasien
mengatakan sudah tidak
melihat bayang – bayang hitam
yang memeganginya saat tidur
O:
- Pasien terkadang tidak
melakukan kontak mata
- Tampak mata pasien sayu
dan kantung mata
menghitam
Memberikan S : pasien mengatakan bersedia
motivasi, anjuran untuk berbincang-bincang
dan penjelasan dengan temannya
kepada pasien O : pasien tampak kooperatif
tentang pentingnya dan bersalaman dengan teman
bersosialisasi yang lain

Mendorong pasien S: Pasien mengatakan bahwa


untuk ingin sekali pulang dan
mengungkapkan bekerja dipabrik kembali
perasaan
O:
- Raut wajah pasien sedih
- Ada kontak mata
Mengedukasi S: pasien mengatakan sakitnya
pasien mengenai hanya sakit badan biasa dan
penyakit yang akan tetap minum obat serta
dialami pasien dan istirahat yang cukup saat
tetap minum obat dirumah
serta istirahat yang O: pasien tampak menerima
cukup saat dirumah apa yang diajarkan oleh
perawat
I 12.00 WIB Memotovasi pasien S: pasien mengatakan akan
dalam intake nutrisi menghabiskan makan siangnya
O: pasien tampak
menghabiskan makan siangnya
dan merapikan tempat
makannya kembali

Memberikan terapi S : pasien mengatakan bersedia


farmakologi untuk
pasien O :Terapi oral Haloperidol
3x5mg,Trihexyphenidyl
3x2mg

Menganjurkan S: pasien mengatakan akan


pasien untuk istirahat siang
istirahat
O: pasien masuk kembali ke
kamarnya dan beristirahat
dikasurnya sendiri

I Kamis 7 Memotivasi pasien S: pasien mengatakan sudah


September mandi dan sikat mandi dan sikat gigi
2019 gigi
07.00 WIB O: tampak pasien sudah rapi,
dan tidak ada aroma yang tidak
mengenakan yang tercium
I 08.00 Melakukan S: pasien mengatakan baik –
pemeriksaan tanda baik saja dan tidak
vital dan mengeluhkan apapun
pemeriksaan fisik O:
pasien Hasil pemeriksaan tanda vital:
TD: 120/80 mmHg
RR: 20x /menit
N: 96x /menit
S: 36 °C
I 10.00 WIB Membina hubungan S: pasien mengatakan mau
saling percaya ngobrol dengan perawat
dengan O:
menggunakan - Ada kontak mata
komunikasi - Pasien kooperatif saat
terapiutik diajak mengobrol

Mendorong pasien S: Pasien mengatakan bahwa


untuk hanya ingin pulang
mengungkapkan
perasaan O:
- Raut wajah pasien sedih
- Ada kontak mata
Mengkaji halusinasi S: pasien mengatakan masih
pendengaran dan mendengar suara orang
penglihatan pasien mengobrol saat malam, tapi
pasien sudah tidak pernah melihat
bayang – bayangan
menyeramkan saat tidur
malam
O:
- Tampak pasien tidak
bersemangat
- Mata sayu
- Ada kantung mata
Memberikan S: Pasien mengatakan bersedia
edukasi terapi untuk diberikan terapi
relaksasi napas relaksasi progresif
dalam mengatasi O:
halusinasi dengar - Pasien tampak koperatif
pasien dan dapat mengikuti yang
diajarkan dengan baik
- Pasien tenang
Mengedukasi S: pasien mengatakan masih
pasien untuk senang merokok dan merokok
menjaga pola hidup membuat pasien lebih
sehat semangat

O: pasien masih sering


ketahuan mengajak rokok
teman – temannya.
I 12.00 WIB Memotovasi pasien S: pasien mengatakan akan
dalam pemasukan menghabiskan makan siangnya
nutrisi O: pasien tampak
menghabiskan makan siangnya
dan merapikan tempat
makannya kembali

Memberikan terapi S : pasien mengatakan bersedia


farmakologi untuk
pasien O :Terapi oral Haloperidol
3x5mg,Trihexyphenidyl
3x2mg

Menganjurkan S: pasien mengatakan akan


pasien untuk istirahat siang
istirahat
O: pasien masuk kembali ke
kamarnya dan beristirahat
dikasurnya sendiri
XIX. EVALUASI
Hari/Tgl Diagnosa Evaluasi TTD
(Jam)
Selasa, 5 Konfusi akut S: pasien mengeluhkan kakinya yang
September b.d deprevasi terasa sakit. Pasien mengatakan bahwa
2019 sensori ingin bertemu keluarganya. Pasien
14.00 mengatakan mendengar suara
orangtuanya berbicara saat malam hari
dan melihat adanya bayang – bayang hitam
yang memeganginya saat tidur

O:
- Pasien tampak percaya pada perawat
- Pasien koperaktif
- Hasil pemeriksaan fisik normal, tidak
ada luka atau lesi pada kaki pasien.
- Hasil pengkajian kekuatan otot
ekstremitas atas – bawah, kiri – kanan:
5
- Hasil pemeriksaan tanda vital:
TD: 120/80 mmHg
RR: 20x /menit
N: 80x /menit
S: 36.4 °C
- Pasien terkadang tidak melakukan
kontak mata
- Pasien tampak bosan
- Saat berbicara ekspresi pasien datar

A: masalah belum teratasi


P:lanjutkan intervensi
- Bina hubungan saling percaya
- Dukung ekspresi perasaan pasien
- Bantu dalam mengembangkan
koping
- Kolaborasi dalam pemberian obat
Rabu , 06 Konfusi akut S: Pasien mengatakan ingin pulang.
September b.d deprevasi Pasien mengatakan masih mendengar
2019 sensori suara orang berbicara setiap malam.
14.00 Pasien mengatakan sudah tidak melihat
bayang – bayang hitam yang memeganginya
saat tidur
O:
- Pasien koperaktif
- Pasien tampak percaya pada perawa
- Pasien terkadang tidak melakukan
kontak mata
- Saat berbicara ekspresi pasien datar
- Tampak masih ada kantung mata yang
menghitam pada pasien

A: Masalah teratasi sebagian


- Bina hubungan saling percaya
- Dukung ekspresi perasaan pasien
- Bantu dalam mengembangkan
koping
- Kolaborasi dalam pemberian obat
Kamis , Konfusi akut S: Pasien mengatakan sudah
07 b.d deprevasi mempraktikan relaksasi nafas dalam.
September sensori pasien mengatakan masih mendengar
2019 suara orang mengobrol saat malam,
tapi sudah tidak pernah melihat bayang
14.00 – bayangan menyeramkan saat tidur
malam
O: Terlihat ada kontak mata
Pasien terlihat mempraktikan relaksasi
nafas dalam
Wajah pasien masih tampak lesu dan
kantung mata yang menghitam masih
ada
A: Masalah teratasi sebagian
P:Lanjutkan intervensi
- Bina hubungan saling percaya
- Dukung ekspresi perasaan pasien
- Bantu dalam mengembangkan
koping
- Kolaborasi dalam pemberian obat
XX. PEMBAHASAN
Pada kasus asuhan keperawatan diatas, didiagnosa pasien mengalami
Skizofrenia Tak Terinci (F.20.3) yang disertai gejala positif yaitu
halusinasi pendengaran dan penglihatan. Pasien mengatakan sering
mendengar suara orang – orang berbicara dan terdengar seperti suara
tetangganya atau orangtuanya saat malam hari. Sedangkan halusinasi
penglihatan yang dialami pasien adalah melihat bayang – bayang hitam
dengan sosok mengerikan saat pasien tidur dimalam hari. Tindakan yang
diberikan kepasien adalah pendekatan dan bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan komunikasi terapeutik. Kemudian untuk menangani
halusinasi pasien, Tn. K diajarkan bagaimana cara mengabaikan
halusinasinya tersebut dengan bersosialisasi atau berbincang – bincang
dengan temannya, bernyanyi, serta dengan relaksasi napas dalam bila suara
– suara itu terdengar.
Menurut Laws dkk. (2018) Skizofrenia adalah sekelompok reaksi
psikotik yang mempengaruhi berbagai individu termasuk berfikir dan
komunikasi, menerima dan menginterprestasikan realitas, merasakan dan
memajukan emosi serta perilaku dengan sikap yang tidak bisa diterima
secara sosial.
Skizofrenia dibagi menjadi dua bagian gejala yaitu gejala positif dan
gejala negative (Wahab dkk. 2016).
a. Termasuk gejala positif adalah:
1) Disorganisasi pikiran dan bicara : penderita bisa menceritakan
keadaan sedih denngan mimic muka yang gembira atau
sebaliknya.
2) Waham : penderita merasa dirinya seorang pahlawan atau orang
besar dan bertindak seperti pahlawan atau orang besar.
3) Halusinasi : melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada
4) Agitasi atau mengamuk : hal ini sering membuat penderita
dikurung atau dipasung.
b. Termasuk gejala negative adalah:
1) Tidak ada dorongan kehendak atau inisiatif atau apatis.
2) Menarik diri dari pergaulan social : penderita merasa senang jika
tidak menjalani kehidupan social.
3) Tidak menunjukan reaksi emosional.

Menurut Subramaniam dkk. (2018) Skizofrenia tak terinci adalah


skizofrenia yang memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia, tidak
memenuhi untuk kriterianskizofrenia paranoid, hebefrenik dan katatonik, tidak
memenuhi criteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

Pada kasus Tn. K yang mempermudah interaksi adalah pasien yang


kooperatif dan ingin diajak untuk berdiskusi, dan bercerita, serta komunikasi
yang timbal – balik antara perawat dengan Tn.K. sedangkan, hal yang sangat
dirasakan menghambat perawat saat berinterkasi dengan pasien adalah ketika
pasien menjawab pertanyaan tampak tidak ingin sepenuhnya langsung jujur
kepada perawat, pasien harus ditanyakan lebih dalam lagi hingga akhirnya
pasien ingin jujur kepada perawat mengenai keadaan dan perasaan yang
dirasakan pasien.

Disitulah pentingnya penggunaan komunikasi terapeutik. Komunikasi


terapeutik merupakan suatu komunikasi yang sangat memperhatikan
kemampuan berbahasa, karena sifatnya yang ditujukan untuk memberi terapi
kepada pasien/klien atau lawan bicara. Komunikasi terapeutik sendiri
merupakan bagian dari komunikasi interpersonal dalam dunia kesehatan
khususnya bidang keperawatan yang membutuhkan rasa percaya/kepercayaan
(trust), sikap suportif (supportiveness), dan sikap terbuka (open mindedness)
dari masing-masing pihak (Kusuma, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, A.W. (2016). Studi Deskriptif Kualitatif Terapeutik Antara


Perawat dan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta.
UIN.20/DSH/PP.00.9/114/2016.

Laws K. R., etc. 2018. Cognitive Behavioural Therapy for


Schizophrenia – outcomes for functioning distress and quality of life: a meta -
analysis

Nanda Internasional. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. Edisi 11. EGC.

Subramaniam, S., Sasmita, N. P., & Lesmana, C. B. (2018).Prevalensi


Efek Samping Farmakologis terhadap penderita skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Bangli, Provinsi Bali.E- Jurnal Medika , Vol. 7 No. 1 ISSN: 2303-1395
Hal 1.

Wahab A, Alaudin N, Wahab S. The hyperactivity of efferent auditory


system in patients with schizophrenia: A transient evoked otoacoustic
emissions study. Psychiatry Invest, 2016

Anda mungkin juga menyukai