Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN TUTORIAL

KASUS II
KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun Oleh :

Insri Ramadanti (21116072) Indah Maya Sari (21116097)

Dina Ulyarati(21116074) Dina Ekadasi O. (21116098)

Vina Puspita (21116193) Annisa Afianria (21116104)

Fera Chaprialin (21116094) Ulia Ulan Dari (21116105)

Dewi (21116095)

Dosen Pembimbing : Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018/2019
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Segala Puji bagi Allah SWT karna berkat rahmat dan hidayahnyalah kami semua
dapat menyelesaikan LaporanTutorial Keperawatan Komunitas. Kami ucapkan
terimakasih kepada orang tua yang telah memberi motivasi, dan dosen pembimbing
yang telah memberi arahan hingga Laporan ini selesai. Semoga apa yang kami tulis
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Palembang, Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN KASUS ............................................................................................... 5

A. KASUS..................................................................................................................... 5
B. TAHAPAN TUTORIAL.......................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 40

A. KESMPULAN ..........................................................................................................
B. SARAN .....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 41

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut.
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas SDM yang
dialakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui
pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat
2025. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin di capai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat bangsa, Negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi.
Suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif ditujukan pada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat. Pelayanan keperawatan berupa
bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurangnya kemauan, sehingga dengan bantuan yang diberikan
tersebut diperoleh kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari – hari secara
mandiri.
Kegiatan pelayanan diberikan dalam upaya peningkatan kesehatan ( promotif
), pencegahan penyakit ( preventif ), penyembuhan ( kuratif ), serta pemeliharaan
kesehatan ( rehabilitative ), upaya yang diberikan ditekankan kepada upaya
pelayanan kesehatan primer ( Primary Health Care/ PHC ) sesuai dengan
wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan sehingga setiap orang
yang menerima pelayanan kesehatan dapat mencapai hidup sehat dan produktif.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didalam makalah tutorial Keperawatan
Komunitas ini akan membahas bagaimana konsep asuhan keperawatan komunitas ,
imunisasi, dan perilaku hidup bersih dan sehat.

4
B. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan agar mahasiswa
mengetahui tentang struktur menganalisa kasus keperawatan.

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. KASUS TUORIAL KOMUNITAS

Tim Perawat Kesehatan Masyarakat Puskesmas akan Melaksanakan Program Asuhan


Keperawatan Komunitas Di Desa Sumberejo Kecamatan Sukaharja. Metode
pengkajian yang digunakan adalah wawancara, observasi dan pengumpulan data
sekunder. Hasil pengkajian didapatkan:

I. Data inti:
Jumlah kepala keluarga 340 KK

Jumlah penduduk berdasarkan Jiwa 840 jiwa (95 usia bayi dan balita, 98 anak
pra sekolah dan sekolah, 135 remaja, 457
usia dewasa, 55 lansia)

II. Data Subsistem Komunitas


1. Lingkungan fisik
Hasil Observasi pemukiman penduduk padat
- Penduduk memiliki ternak dan kandang ternak terdapat didalam rumah
yaitu 1,41%.
- Jarak pembuangan sampah dengan rumah kurang dari 2 meter 30,29%
- Masyarakat yang tidak mempunyai tempat pembuangan sampah
sementara 29,14%.
- Masyarakat membuang sampah sembarang tempat 18,86%
- Tempat penampungan sampah masyarakat yang masih terbuka 58,29%
- Tempat penampungan air milik masyarakat dalam kondisi terbuka 24,3%,
dan didapatkan jentik-jentik nyamuk pada penampungan air 13,5%.
- Kondisi air berwarna 1,14%
- Sumber air untuk aktifitas rumah tangga berasal dari sungai 55,5%

5
- Jarak sumber air dengan septic tank yang kurang dari 10 meter 10,8%
- Rumah yang tidak mempunyai jendela 4,57%
- Rumah yang memiliki pencahayaan remang-remang 10,28%
- Ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan 34,5%,.
- Warga mengatakan tidak ada kegiatan gotong-royong untuk membuat
penampungan sampah
- Warga mengatakan Tempat pembuangan sampah akhir jauh berada di desa
tetangga
2. Pelayanan kesehatan / sosial
- Fasilitas kesehatan masyarakat terdapat 1 Puskesmas
- Terdapat 1 posyandu balita, terdapat 2 orang kader kesehatan.
- Terdapat 2 fasilitas pendidikan sekolah dasar, tidak terdapat petugas
kesehatan sekolah informasi didapatkan dari guru pengajar SD.
- Berdasarkan penyataaan orang tua dan guru, anak-anak SD sering
mengkonsumsi makanan manis dan jarang gosok gigi.
- Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga kesehatan di puskesmas,
program kerja belum terlaksana secara maksimal.
- Data dari puskemas Saat musim kemarau ke musim penghujan masyarakat
yang menderita diare 35,5%, penyakit thpoid 33,5% , yang menderita
ISPA 44,5% dan penderita demam berdarah 25%
- karies gigi pada murid-murid SD sebanyak 62%, kunjungan puskemas
keluhan sakit gigi pada murid SD 44,2%.
3. Ekonomi
- Pekerjaan masayarakat mayoritas petani nelayan dan buruh harian
- Kemampuan masyrakat untuk memanfaatkan layanan kesehatan terbatas
karena kesulitan secara ekonomi
- Status ekonomi yg rendah menyebabkan masyarakat kurang terpapar
dengan sumber informasi kesehatan. Dari 60 anak yg dikaji pengetahuan
kurng tentang perilaku mengkonsumsi makanan sihat dan kesehatan gigi
dan mulut dan mencuci tangan pakai sabun
- Semua KK (92%) dengan perilaku merokok dirumah, sehingga
menambah beban secara ekonomi keluarga.
4. Keamanan dan transportasi
- Sering terjadi pencurian dengan pelaku remaja
- Terdapat koramil yang berjarak 500 meter dari desa tersebut

6
- Transportasi sangat sulit karena hanya mengandalkan 1 angkot yang hanya
beroperasi satu kali dalam sehari.
- Jarak dengan sarana dan fasilitas kesehatan jauh ( 2-3 jam perjalanan)
5. Politik dan pemerintahan
- Tempat berkumpul (balai desa) dan masjid
6. Komunikasi
- Informasi kesehatan sangat kurang
- Hasil wawancara Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan
Pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat rendah
- Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (75 % KK tidak mengetahui
manfaat pemeliharaan lingkungan)
- Menurut kepala desa baru sekali dilakukan kunjungan oleh petugas
puskesmas
- Masyarakat mendapatkan informasi dari TV dan Radio
- Masyarakat dapat menggunakan Hp namun kualitas komunikasi kurang
baik
- Informasi desa didapatkan dari papan pengumuman poskamling dan
pengeras suara musholah
7. Pendidikan
- Pendidikan masyarakat mayoritas rendah rata-rata lulus SD dan SMP
- Hanya terdapat SD di desa ini, dan satu SLTP di desa tetangga.
8. Rekreasi
- Tidak ada rekreasi ataupun aktivitas olahraga yang dilakukan warga
- Sarana hiburan keluarga hanya TV dan Radio

B. TAHAPAN TUTORIAL

1. Identifikasi istilah dengan mengidentifikasi data subjektif dan data


objektif

No Jenis data Data

1 Data Subjektif - Warga mengatakan tidak ada kegiatan gotong-


royong untuk membuat penampungan sampah
- Warga mengatakan Tempat pembuangan sampah

7
akhir jauh berada di desa tetangga.
- Berdasarkan penyataaan orang tua dan guru, anak-
anak SD sering mengkonsumsi makanan manis dan
jarang gosok gigi.
- Terdapat 2 fasilitas pendidikan sekolah dasar, tidak
terdapat petugas kesehatan sekolah informasi
didapatkan dari guru pengajar SD.
- Menurut kepala desa baru sekali dilakukan
kunjungan oleh petugas puskesmas

2 Data Objektif - Hasil Observasi pemukiman penduduk padat


- Penduduk memiliki ternak dan kandang ternak
terdapat didalam rumah yaitu 1,41%.
- Jarak pembuangan sampah dengan rumah kurang
dari 2 meter 30,29%
- Masyarakat yang tidak mempunyai tempat
pembuangan sampah sementara 29,14%.
- Masyarakat membuang sampah sembarang tempat
18,86%
- Tempat penampungan sampah masyarakat yang
masih terbuka 58,29%
- Tempat penampungan air milik masyarakat dalam
kondisi terbuka 24,3%, dan didapatkan jentik-
jentik nyamuk pada penampungan air 13,5%.
- Kondisi air berwarna 1,14%
- Sumber air untuk aktifitas rumah tangga berasal
dari sungai 55,5%
- Jarak sumber air dengan septic tank yang kurang
dari 10 meter 10,8%
- Rumah yang tidak mempunyai jendela 4,57%
- Rumah yang memiliki pencahayaan remang-
remang 10,28%
- Ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan 34,5%,.

8
- Fasilitas kesehatan masyarakat terdapat 1
Puskesmas
- Terdapat 1 posyandu balita, terdapat 2 orang kader
kesehatan.
- Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga
kesehatan di puskesmas, program kerja belum
terlaksana secara maksimal.
- Data dari puskemas Saat musim kemarau ke
musim penghujan masyarakat yang menderita diare
35,5%, penyakit thpoid 33,5% , yang menderita
ISPA 44,5% dan penderita demam berdarah 25%
- karies gigi pada murid-murid SD sebanyak 62%,
kunjungan puskemas keluhan sakit gigi pada murid
SD 44,2%.
- Pendidikan masyarakat mayoritas rendah rata-rata
lulus SD dan SMP
- Hanya terdapat SD di desa ini, dan satu SLTP di
desa tetangga.

2. Merumuskan dan mengidentifikasi permasalahan dengan pertanyaan


5W1H
1. Bagaimana penatalaksanaan kurangnya PHBS ? (Indri)
Jawaban Sementara :
Menjaga lingkungan agar tetap bersih dan menjaga kesehatan diri sendiri
(Dewi)

2. Bagaimana cara mengatasi karies gigi pada murid SD? (Dina ulya)

Jawaban Sementara :

9
Dengan memberikan pendidikan kesehatan sejak dini mengenai kebersihan
gigi (Ulia)

3. Bagaimana cara mengatasi masyarakat yang membuang sampah


sembarangan? (Dina Ekadasi)

Jawaban Sementara :
Membuat papan larangan tentang larangan membuang sampah sembarangan
Memberi teguran terhadap warga yang membuang sampah sembarangan
(Annisa)

4. Apa manfaat PHBS bagi rumah tangga? (Indah )

Jawaban Sementara :
Anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit (Fera )

5. Apa faktor yang mendukung tentang PHBS? (Vina)

Jawaban Sementara :
Air bersih, adanya tempat buang sampah, dan makanan sehat untuk keluarga
(Dewi)

6. Apa syarat-syarat rumah sehat? (Annisa )

Jawaban Sementara :
Harus cukup mendapat penerangan dan harus cukup pertukaran udara didalam
rumah (Indah)

7. Bagaimana cara mengatasi rendahnya PHBS di masyarakat ? (Fera)

Jawaban Sementara :
Memberikan promosi kesehatan berupa pendidikan kesehatan tentang manfaat
PHBS pada masyarakat, melakukan kegiatan yang memicu semangat warga

10
dalam meningkatkan PHBS seperti adanya lomba kebersihan lingkungan antar
rumah. (Dina Ekadasi)

8. Apa syarat-syarat air untuk rumah tangga? (Ulia)

Jawaban Sementara :
Air yang tidak tercemar, jarak antar sumber air dan tempat pembuangan
limbah jauh (Dina Ulya)

3. Brainstorm Possible Hypotesis (menjawab pertanyaan berdasarkan


sumber) dengan diagnose keperawatan

No Pertanyaan Jawaban Berdasarkan Sumber

1 Bagaimana 1. PHBS kebiasaan cuci tangan


penatalaksanaan Cuci tangan sangat berguna untuk
kurangnya PHBS ? membunuh kuman penyakit yang ada di
tangan.Dengan memiliki kebiasaan mencuci
tangan menggunakan sabun antiseptik, maka
tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman
serta terhindar dari berbagai penyakit, salah
satunya penyakit kulit
2. PHBS kebiasaan memotong kuku

Menjaga kebersihan kuku sangatlah penting


dalam mempertahankan personal hygiene
karena berbagai kuman dapat masuk kedalam
kuku. Karena kuku yang kotor dapat
membahayakan kontaminasi dan
menimbulkan penyakit-penyakit tertentu,
salah satunya penyakit kulit

3. PHBS kebiasaan pemakaian alat mandi


Untuk selalu memelihara kebersihan kulit

11
kebiasaan-kebiasan yang sehat untuk
terhindar dari ancaman penyakit kulit harus
memperhatikan salah satunya dengan
perilaku hidup sehat dengan memiliki
kebiasaan pemakaian alat mandi. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan
membiasakan menggunakan alat mandi milik
sendiri, dan tidak menggunakan nya
bersamaan atau bergantian dengan orang lain
4. PHBS kebiasaan pemakaian alat tidur
Menurut Laily (2012), menjaga kebersihan
tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi
parasit, mengingat parasit mudah menular
pada kulit. Salah satu upaya mencegah
penyakit kulit yakni dengan perilaku hidup
bersih dan sehat dengan memiliki kebiasaan
pemakaian alat tidur, dapat dilakukan dengan
cara: membiasakan pemakaian alat tidur
sendiri dan tidak menggunakan nya
bersamaan dengan orang lainnya
5. PHBS kebiasaan penggunaan pakaian
Menurut Mubarak (2012), yang masuk dalam
kriteria kebiasaan penggunaan pakaian dalam
kategori baik yakni, dengan memakai
pakaian sehari-hari dengan mengganti nya
setiap hari, dan tidak memakai secara
bergantian pakaian yang belum dicuci
dengan orang lainnya, serta tidak menumpuk
pakaian kotor atau dibiarkan lama
bergantungan bersamaan dengan pakaian
kotor orang lain.
6. PHBS kebiasaan mencuci rambut
Dengan mencuci rambut secara teratur lebih
dari 2kali/minggu maka akan membersihkan
kulit kepala dan memberikan rasa nyaman

12
serta terhindar dari kutu dan bakteri,
sehingga terhindar dari berbagai penyakit
serta berupaya mencegah penyakit kulit,
dengan salah satu pencegahan penyakit kulit
yakni dengan berprilaku hidup bersih dan
sehat dengan memiliki kebiasaan mencuci
rambut secara rutin menggunakan shampoo
7. PHBS kebiasaan menjaga kebersihan
lingkungan

Lingkungan yang baik adalah lingkungan


yang dalam keadaan bersih dan tidak lembab.
Karena lingkungan yang kotor dan lembab
merupakan salah satu faktor penyebab
penyakit kulit. Masyarakat sebaiknya sering
melakukan gotong royong untuk
membersihkan lingkungan sekitar mereka.

Sumber :Amatiria, Gustop.2015.Perilaku Hidup


Bersih Dan Sehat (PHBS) Dalam Upaya
Mencegah Penyakit Kulit Pada Santri Di Pondok
Pesantren Nurul Huda.Vol XI No. 01, Hal. 7 - 14.
Lampung : Jurnal Keperawatan

2 Bagaimana cara Meningkatkan penyuluhan tentang pemberian


mengatasi karies gigi makan manis, lunak dan lengket yaitu dengan
pada murid SD? pengendalian asupan gula yang tinggi,
memperbanyak makanan yang berserat, menghindari
makanan lunak dan lengket seperti cokelat agar tidak
terjadi karies gigi serta menghindari pemberian susu
formula maupun ASI pada waktu tidur siang atau
malam dalam jangka waktu yang lama agar tidak
terjadi karies. Meningkatkan penyuluhan tentang
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut anak seperti
sikat gigi minimal dua kali sehari pada waktu setelah
makan dan sebelum tidur malam dengan
menggunakan pasta gigi berfl ourid sehingga

13
kesehatan gigi dapat diperoleh secara optimal.
Meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya
pemeriksaan gigi dan mulut anak secara rutin 6
bulan sekali.

Sumber : Nur Widayati : Jurnal Berkala


Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 196–205

3 Bagaimana cara Dengan pengelolaan sampah


mengatasi masyarakat
Yang di maksud dengan pengelolaan sampah disini
yang membuang
adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan,
sampah sembarangan?
sampai dengan pemusnahan atau pengolahan
sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak
menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup.

Adapun cara-caranya:

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah


Mengadakan tempat khusus untuk
mengumpulkan sampah kemudian dari masing-
masing tempat pengumpulan sampah tersebut
harus diangkut ketempat penampungan
sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke
tempat penampungan akhir (TPA)
b. Pemusnahan dan pengelolaan sampah dengan
cara sebagai berikut :
- Ditanam (landfill)
- Dibakar (incineration)
- Dijadikan pupuk (composting)

Sumber : Soekidjo Notoadmodjo. 2007.


Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta :
Rineka Cipta

4 Apa manfaat PHBS bagi Manfaat PHBS Bagi RumahTangga

14
rumah tangga? a. Bagi Rumah Tangga :
1) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak
mudah sakit.
2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3) Anggota keluarga giat bekerja.

4) Pengeluaran biaya rumah


tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk
menambah pendapatan keluarga.

b. Bagi Masyarakat:
1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan
sehat.

2) Masyarakat mampu mencegah dan


menanggulangi masalah –masalah kesehatan.

3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan


yang ada.
4) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya
Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)

(Departemen Pekerjaan Umum, 2007:113)

Sumber : Nunun Nurhajati, Jurnal Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Masyarakat Desa
Samir Dalam Meningkatkan Kesehatan
Masyarakat

5 Apa faktor yang Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana


mendukung tentang prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat
PHBS? misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah,
tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan
bergizi dan sebagainya .

Sumber: Meigy Adella,Perilaku Hidup Bersih


Dan Sehat (PHBS) Anak Di Panti Asuhan Al-

15
Akbar Pekanbaru. Vol 4, No 4, Oktober 2017

6 Apa syarat-syarat rumah Di dalam membangun dan menjaga kebersihan


sehat? rumah harus diperhatikan beberapa ketentuan
sebagai berikut, rumah sehat yang diajukan oleh
Winslow :

1. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis


2. Harus memenuhi kebutuhan psikologis
3. Harus dapat menghindarkan terjadinya
kecelakaan
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya
penyakit

Sumber : Koes Irianto. 2014. Ilmu Kesehatan


Masyarakat (Public Health). Bandung : Alfabeta

7 Bagaimana cara
mengatasi rendahnya 1. Lomba kebersihan lingkungan yang
PHBS di masyarakat ? diprakarsai oleh pemerintah
2. Peran proaktif LSM lingkungan untuk
memberdayakan masyarakat dalam
pengelolaan sampah
3. Kesadaran budaya (lingkungan sacral/suci)
4. Olahraga yang teratur
5. Membuang sampah pada tempatnya
6. Tidak meludah sembarangan
7. Memberantas jentik nyamuk

Sumber : I Nyoman Wardi. Pengelolaan Sampah


Berbasis Sosial Budaya: Upaya Mengatasi
Masalah Lingkungan Di Bali. Volume 11, No 1,
Februari 2011, Hlm 167-177

8 Apa syarat-syarat air Pengaturan air yang kurang baik dapat menyebakan
untuk rumah tangga? kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan

16
bahkan menyulut konflik. Manusia dan mahluk
hidup lainnya memerlukan air tidak hanya dari
jumlah (kuantitas) saja, tetapi juga ketersediaan air
bersih (kualitas) yang tidak tercemar. Kalau ditinjau
dari segi kuantitasnya saja, maka tidak akan dapat
memecahkan kebutuhan air bagi manusia. Kualitas
air ditentukan oleh konsentrasi bahan kimia yang
terlarut di dalam air. Permasalahan kualitas air dapat
di timbulkan oleh proses alamiah maupun ulah
manusia. Ada beberapa parameter kualitas air bersih
seperti kaitannya dengan pengaruh terhadap erosi,
sedimentasi, suhu air, kimia, dan biologi. Jika
kualitas air tidak dipenuhi, maka air dapat menjadi
penyebab timbulnya penyakit. Air yang kotor sangat
berbahaya bagi tubuh manusia.

Sumber : Koes Irianto. 2014. Ilmu Kesehatan


Masyarakat (Public Health). Bandung : Alfabeta

17
4. Pernyataan sementara (skema alur proses asuhan keperawatan
komunitas)

Alur Praktik Keperawatan Komunitas

Sasaran
Perawat (
Masyarakat ( Individu,
Mahasiswa )
Keluarga & Kelompok )

Temu Kenal dengan Perawat (


Masyarakat ( PTD ) Mahasiswa )
Terminal

Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Komunitas

Pengkajian Diagnosa Perencanaan Pelaksanaan


Keperawatan ( Intervensi ) Pelaksanaan
( Implementasi )
( Implementasi )

MMD

Sumber :Mubarak W.I , Chayatin. N & Santoso B. A ( 2012 )

5. More Info (Data Penunjang)


a) Data Mortalitas dan Morbiditas Imunisasi
 Mortalitas
Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di duniameninggal karena berbagai
penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa
penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah
dengan munisasi (PD3I) antara lain: Difteri, Tetanus, Hepatitis B,
radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang

18
telah diberi imunisasi akan terlindungi dan terhindar dari kesakitan,
kecacatan atau kematian.(2).
Diperkirakan1,7 juta kematian atau 5% terjadi pada balita di Indonesia
adalah akibat PD3I. WHO memperkirakan kasus TBC di Indonesia
merupakan nomor 3 terbesar di dunia setelah Cina dan India dengan
asumsi prevalensi BTA (+) 130 per 100.000 penduduk. Sejak tahun
1991, kasus pertusis muncul sebagai kasus yang sering dilaporkan
diIndonesia, sekitar 40% kasus pertusis menyerang balita. Kemudian
insiden tetanus di Indonesia untuk daerah perkotaan sekitar 6-7 per-1000
kelahiran hidup, sedangkan di pedesaan angkanya lebih tinggi sekitar 2-
3 kalinya yaitu 11-23 per-1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian
kira-kira 60.000 bayi setiap tahunnya. Selanjutnya, Hepatitis B
diperkirakan menyebabkan sedikitnya satu juta kematian pertahun.
Sedangkan untuk kasus polio, data terakhir dilaporkan secara total
terdapat 295 kasus polio yang tersebar di 10 Provinsi dan 22
kabupaten/kota di Indonesia. Demikian juga dengan Kasus campak,
angka kejadiannya tercatat 30.000 kasus pertahun yang dilaporkan.
Kasus PD3I yang sangat menjadi perhatian yang besar akhir- akhir ini
adalah dilaporkan beberapa daerah di Indonesia dinyatakan telah terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri. Angka kematian akibat difteri di
Indonesia sekitar 15%dan terus mengalami peningkatan.(1, 3)

 Morbiditas
Data RISKESDASmencatat, tahun2007 cakupan imunisasi dasar
lengkap diIndonesia rata-rata 41,6 %. Kemudian meningkatpada tahun
2010 dengan rata-rata cakupan53,8 %. Tahun 2013 rata-rata cakupan
imunisasidasar lengkap kembali meningkat yaitu59,2%, sedangkan
target Renstra (88%). Sedangkanuntuk propinsi Sumatera Barat
padatahun 2013 cakupan imunisasi dasar lengkapmasih dibawah target
yaitu baru mencapai84,51%.(3-5)
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi
penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan
kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular,
yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. Setiap
bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang

19
terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis.hepatitis
B, dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang
diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat
perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada
lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan
imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa
campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita.
Pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka
kematian balita.(6)

b) Data Mortalitas dan Morbitas PHBS

 Mortalitas
Setiap tahun di dunia terdapat 1 dari 5 anak meninggal akibatdiare
(UNICEF, 2009).Pada tahun 2012 di dunia sebanyak 2.195 anak
meninggal setiap hari akibat diare (CDC, 2012). Berdasarkan pada
Riskesdas tahun 2013 di Indonesia period prevalence diare adalah
sebanyak 3,5% lebih kecil dibanding Riskesdas tahun 2007
sebanyak 9%. Penurunan prevalensi ini diasumsikan pada tahun
2007 pengumpulan data tidak dilakukan secara serentak, sementara
tahun 2013 pengumpulan data dilakukan secara serentak
(Riskesdas, 2013). Prevalensi diare di Indonesia pada usia >15
tahun adalah sebanyak 30,1%, sedangkan prevalensi diare pada usia
<15 tahun sebanyak 21,9% (Riskesdas, 2013).

 Morbiditas
Berdasarkan pada Riskesdas tahun 2013 bahwa Propinsi Jawa
Timur menduduki posisi ke 11 jumlah prevalensi diare terbanyak
dari 33 propinsi yang ada di Indonesia (Riskesdas, 2013).
Salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang wilayah kecamatannya
ditetapkan KLB (kejadian luar biasa) adalah Kabupaten
Bondowoso. Kejadian diare di Kabupaten Bondowoso sampai
dengan bulan September tahun 2015 sebanyak 22.791 penderita
diare. Kejadian diare di Kabupaten Bondowoso terbanyak terjadi di
Kecamatan Tlogosari, Kecamatan Cermee, dan Kecamatan
Wonosari. Penderita diare sampai bulan September tahun 2015 di

20
Kecamatan Cermee sebanyak 1.741 penderita diare dengan cakupan
terbanyak berada di Desa Solor. Pada tahun 2013 di Kecamatan
Cermee ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) diare.

c) Data Mortalitas Dan Morbilitas Karies gigi


 Mortalitas
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang telah
dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun 2016 yaitu tumpatan gigi
tetap sebanyak 953 kasus, Sedangkan tindakan untuk pencabutan
gigi tetap sebanyak 942 kasus, dengan rasio untuk tumpatan
dibandingkan dengan pencabutan gigi sebesar 1%. Berdasarkan
data pada tahun 2016, telah dilaksanakan upaya pelayanan UKGS
di sekolah dasar, dimana 16.801 siswa SD telah diperiksa dari
16.801 siswa SD yang ada. Dari jumlah yang diperiksa tersebut,
31.06% atau 5.218 perlu mendapatkan perawatan dan yang telah
mendapatkan perawatan sebanyak 4.506 siswa SD atau sekitar
86.4%.

 Morbiditas
Berdasarkan data diatas, pelayanan kesehatan gigi dan mulut belum
menjadi prioritas masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Selain itu, masih banyak puskesmas yang belum
memiliki sistem pencatatan pelaporan yang baik untuk pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, hal ini dapat dilihat dari laporan yang
masuk, masih ada beberapa puskesmas yang tidak mengirimkan
laporan. Oleh sebab itu, perlu adanya peningkatan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut melalui kegiatan promotif dan preventif
serta peningkatan kapasitas dan penempatan tenaga kesehatan yang
mempunyai kapabilitas dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
serta peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan gigi
dan mulut yang masih kurang saat ini.

21
6. Merumuskan tujuan pembelajaran
- Konsep Rumah Sehat
- Konsep PHBS
- Kebersihan Gigi dan Mulut
- POA (Planning of Action)

7. Mengumpulkan informasi tambahan Belajar Mandiri Mencari Jawaban


Dari Hal Yg Belum Diketahui Pada Tahap 5 Berdasarkan Referensi Atau
Informasi Pakar

8. Mensitensis dan menguji informasi baru


Membuat rencana keperawatan komunitas (Rencana Asuhan Kep.
Komunitas Pleanning Of Action )

LEARNING OBJEKTIF (LO)

A. KONSEP RUMAH SEHAT

2.1 Pengertian Rumah Sehat

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga. Menurut Dinkes (2005), secara umum rumah dapat
dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria yaitu: (1) memenuhi kebutuhan fisiologis

22
meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang gerak yang cukup, dan terhindar dari
kebisingan yang mengganggu; (2) memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy
yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah; (3)
memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan cukup sinar matahari
pagi; (4)memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir (Notoatmodjo, 2003).

Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum
komponen rumah dan sarana sanitasi tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan
perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Minimum yang memenuhi
kriteria sehat pada masing-masing parameter adalah sebagai berikut: (1) minimum
dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar
tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, dan
pencahayaan; (2) minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih,
jamban (sarana pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan
sarana pembuangan sampah; (3) perilaku sanitasi rumah adalah usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik yang
digunakan (Dinas Kesehatan, 2005).

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan
jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya
kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir
penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu
rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya
permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan
karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena rumah dibangun
berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).

2.2 Pengelolaan Rumah


Menurut (Soemirat, 2007) bahwa kesehatan lingkungan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan masyarakat. Untuk dapat mengelola kualitas lingkungan terhadap
ataupun kesehatan masyarakat perlu dihayati hubungannya dengan manusia, yaitu
ekologi manusia. Konsekuensi dari pengelolaan sanitasi lingkungan yang tidak baik

23
maka akan menyebabkan terjadinya berbagai masalah kesehatan seperti
meningkatkannya angka kesakitan penyakit berbasis lingkungan seperti diare,
terjadinya masalah sosial dan masalah kenyamanan dan keindahan daerah. Salah satu
bentuk upaya pengelolaan sanitasi lingkungan adalah penerapan rumah sehat yang
mencakup sanitasi dasar seperti penyediaan air bersih, penggunaan jamban,
pembuangan limbah dan sampah.

Menurut WHO, 2001, perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan


sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep
tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor resiko dan
berorientasi pada lokasi bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan
pemeliharaan rumah serta lingkungan sekitarnya. Unsur yang melibatkan apakah
rumah tersebut memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk
memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta membuang kotoran manusia maupun
limbah lainnya.

2.3 Syarat-syarat Pengelolaan Rumah Sehat


2.3.1 Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan terhadap suhu dalam rumah yang
optimal, pencahayaan yang optimal, ventilasi yang memenuhi persyaratan dan
tersedianya ruang yang optimal untuk bermain anak. Suhu ruangan dalam rumah yang
ideal yaitu berkisar antara 18-20°C, dan suhu tersebut sangat dipengaruhi oleh udara
luar, pergerakan udara, dan kelembaban udara dalam ruangan. Pencahayaan harus
cukup pada waktu siang maupun malam hari. Pada malam hari pencahayaan yang
ideal adalah cahaya yang bersumber dari listrik atau lampu sedangkan pada waktu
pagi hari pencahayaan yang ideal adalah cahaya yang bersumber dari sinar matahari.

2.3.2 Dinding
Dinding rumah yang terbuat dari tembok adalah baik. Pada dasarnya dinding
yang terbuat dari tembok untuk kondisi geografis beriklim tropis khususnya kurang
cocok karena selain mahal dari segi ekonomi juga kurang mendapatkan penerangan
alamiah yang cukup apalagi bila ventilasinya tidak optimal.

2.3.3 Atap
Atap rumah yang terbuat dari genteng umumnya dipakai untuk daerah
perkotaan maupun pedesaan. Atap dari genteng sangat cocok untuk daerah beriklim
tropis seperti di Indonesia ini karena dapat menciptakan suhu yang sejuk dalam

24
rumah. Atap dari seng dan asbes sebaiknya tidak digunakan, karena selain mahal juga
menimbulkan suhu panas didalam rumah (Mukono, 2000).

2.3.4 Ventilasi
Ventilasi rumah memiliki banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga pertukaran aliran udara dalam rumah tersebut agar tetap segar dan optimal.
Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan untuk penghuni rumah tersebut
tetap terjaga. Kurangnya ventilasi dalam rumah akan menyebabkan kurangnya O2
dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun akan meningkat. Fungsi
kedua adalah untuk membebaskan udara dari bakteri-bakteri, terutama bakteri
patogen. Ada dua macam ventilasi yakni ventilasi alamiah dan ventilasi buatan.

Ventilasi alamiah adalah di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut


terjadi secara alamiah melalui jendela, lubang angin maupun lubang yang berasal dari
dinding dan sebagainya. Ventilasi buatan adalah ventilasi yang menggunakan alat
khusus untuk mengalirkan udara, misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara
(AC). Ventilasi yang baik berukuran 10% sampai 20% dari luas lantai. Ventilasi yang
baik akan memberikan udara segar dari luar, suhu optimum 22-24°C dan kelembapan
60% (Kusnoputranto dan Suzanna, 2000).

2.3.5 Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan pencahayaan dari cahaya yang cukup dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk dalam rumah akan menyebabkan
berkembangnya beberapa bakteri, karena dalam hal ini pencahayaan yang kurang
akan menjadi media yang sangat baik untuk berkembang biaknya bakteri-bakteri
tersebut khususnya bakteri patogen. Serta akan menimbulkan beberapa masalah
kesehatan atau penyakit.

Cahaya dapat digolongkan menjadi dua yakni: cahaya alamiah yang


bersumber dari sinar matahari dan cahaya buatan yang bersumber dari lampu. Cahaya
matahari sangat penting karena dapat membunuh bakteri patogen dalam rumah. Perlu
diperhatikan ketika membuat jendela sebaiknya diusakahan agar sinar matahari dapat
masuk ke dalam ruangan secara langsung atau tidak terhalang oleh bangunan lain.
Fungsi jendela selain sebagai jalan pertukaran udara dalam rumah juga sebagai jalan
masuknya cahaya. Cahaya bbuatan menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah
seperti lampu, minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.

25
Minimal cahaya yang masuk adalah lebih dari 60 lux dan tidak menyilaukan
sehingga cahaya matahari dapat membunuh bakter-bakteri patogen (Kusnoputranto
dan Suzanna, 2000).

2.3.6 Sarana Penyediaan Air


Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian
besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air,
untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan
air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan
sebagainya. Pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang
memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-kegunaan air
tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Untuk keperluan air
minum dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2003).

Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak
kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius
penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan
dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan
tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam
panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2000).

Macam-macam sumber air minum antara lain : (1). Air permukaan adalah
air yang terdapat pada permukaan tanah. Misalnya air sungai, air rawa dan danau;
(2). Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau
air tanah dalam. Air dalam tanah adalah air yang diperoleh pengumpulan air pada
lapisan tanah yang dalam. Misalnya air sumur, air dari mata air; (3). Air angkasa yaitu
air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju (Slamet, 2002). Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah: (1). mengambil air dari
sumber air yang bersih; (2). mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih
dan tertutup serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air; (3). memelihara
atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan sumber
pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti
septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter; (4).
mengunakan air yang direbus; (5). mencuci semua peralatan masak dan makan
dengan air yang bersih dan cukup (Depkes RI, 2000).

26
2.2.7 Sarana Pembuangan Tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya
penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui tinja antara lain penyakit
diare. Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah : (1).
tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya; (2). tidak mengotori air permukaan
di sekitarnya; (3). tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya; (4). kotoran tidak
boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau
perkembangbiakan vektor penyakit lainnya; (5). tidak menimbulkan bau; (6).
pembuatannya murah; (7). mudah digunakan dan dipelihara (Notoatmodjo, 2003).

Macam-macam tempat pembuangan tinja, antara lain: (1).Jamban cemplung :


Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Jamban ini dibuat dengan
jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80 ± 120 cm sedalam 2,5
sampai 8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan mengotori
air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber minum sekurang-kurangnya 15 meter; (2).
Jamban air : Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah
sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukkanya sama seperti pembusukan
tinja dalam air kali; (3). Jamban leher angsa: Jamban ini berbentuk leher angsa
sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari
kakus tidak tercium. Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air,
baru masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya; (4).
Jamban bor : Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih
kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan
sementara. Kerugiannya bila air permukaan banyak mudah terjadi pengotoran tanah
permukaan (meluap); (5). Jamban keranjang : Tinja ditampung dalam ember atau
bejana lain dan kemudian dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak
dapat meninggalkan tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik
lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi disepanjang perjalanan
ke tempat pembuangan. Penggunaan jenis jamban ini biasanya menimbulkan bau;
(6). Jamban parit : Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30 - 40 cm untuk tempat
defeacite. Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan jamban parit
sering mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang
berhubungan dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan
pencegahan pencapaian tinja oleh hewan; (7). Jamban empang / gantung : Jamban ini
semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan, kali, rawa dan sebagainya.

27
Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat
didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat menimbulkan
wabah; (8). Jamban kimia : Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic
soda sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam
kendaraan umum misalnya dalam pesawat udara, dapat pula digunakan dalam
rumah. Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan
meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat
dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang
memenuhi syarat sanitasi (Entjang, 2000)

Anak balita yang berasal dari keluarga yang menggunakan jamban yang
dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di
desa. Sedangkan keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1%
diare terjadi di kota dan 8,9% di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluarga
yang mempergunakan sungai sebagai tempat pembuangan tinja, yaitu 17% di kota
dan 12,7 di desa (Entjang, 2000).

2.2.8 Jenis Lantai Rumah


Syarat rumah yang sehat jenis lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau
dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai rumah dapat terbuat dari: ubin atau
semen, kayu, dan tanah yang disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan
berdebu dapat menimbulkan sarang penyakit (Notoatmodjo, 2003).

Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab.
Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, paling tidak perlu diplester dan
akan lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan (Depkes,
2002). Jenis lantai rumah tinggal mempunyai hubungan yang bermakna pula dengan
kejadian diare pada anak balita, Hal ini ditinjau dari jenis alas atau bahan dasar
penutup bagian bawah, dinilai dari segi bahan dan kedap air. Lantai dari tanah lebih
baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit pada penghuninya, oleh karena itu perlu
dilapisi dengan lapisan yang kedap air (disemen, dipasang keramik, dan teraso).
Lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah untuk mencegah masuknya air
ke dalam rumah (Sanropie, 1989).

2.2.9 Sampah
Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak terpakai lagi
oleh manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan

28
manusia dan dibuang. Pengelolaan sampah yang baik adalah dengan cara
dikumpulkan dan kemudian dilakukan pengangkutan. Pengumpulan sampah menjadi
tanggung jawab masing-masing rumah tangga yang dalam hal ini menghasilkan
sampah. Selanjutnya untuk kemudian dilakukan pemusnahan. Hal ini dilakukan untuk
sampah yang berbentuk sampah padat, yakni bisa dilakukan pembakaran dalam
tungku pembakaran, ditimbun dalam tanah, maupun dibuat pupuk. Dengan demikian
akan tercipta lingkungan dalam rumah yang bersih dan menyehatkan (Evierni dkk,
2010).

2.3.10 Air Limbah


Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
limbah rumah tangga. Pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang
dapat membahayakan kesehatan manusia serta mencemari lingkungan hidup. Cara
pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan cara yang sederhana yakni dengan
melakukan pengenceran terlebih dahulu. Pengenceran ini dilakukan untuk
menurunkan konsentrasi dari air limbah itu sendiri, kemudian baru dibuang.

Cara lain adalah dengan membuat kolam oksidasi. Pada umumnya cara ini
adalah memanfaaatkan cahaya langsung dari sinar matahari, ganggang, bakteri dan
oksigen dalam pembersihan secara alamiah. Cara selanjutnya adalah dengan membuat
saluran irigasi yakni dengan membuat parit terbuka untuk saluran pembuangan air
limbah. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar air limbah meresap terlebih dahulu
kedalam parit-parit terbuka yang dalam hal ini terbuat dari galian tanah sehingga
lingkungan sekitar tidak akan tercemar (Evierni, 2010).

2.3.11 Kepadatan Hunian Tempat Tidur


Luas ruang tidur minimal 8 meter dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari
dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah 5 tahun (Depkes RI,
1999).

2.3.12 Kelembaban
Kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya tahan
tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri.
Kelembaban dianggap baik jika memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40%
atau lebih dari 70%. Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi
udara yang tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah
sehingga kelembaban udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban

29
udara tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki
peran besar dalam patogenesis penyakit pernafasan (Vita Oktaviani, 2005).

2.3.13 Memberikan Kebutuhan Psikologis


Kebutuhan psikologis berfungsi untuk menjamin privacy bagi penghuni rumah.
Perlu adanya kebebasan untuk kehidupan keluarga yang tinggal dalam rumah tersebut
secara normal. Penataan ruang dalam rumah sebaiknya diatur agar memenuhi rasa
keindahan dan kenyamanan. Selain itu diperlukan adab sopan santun dalam
lingkungan perumahan agar tercipta keharmonisan dalam pergaulan (Kusnoputranto
dan Suzanna, 2000).

2.3.14 Memberi Perlindungan/Pencegahan terhadap Bahaya Kecelakaan


Dalam Rumah
Konstruksi rumah yang kuat sebaiknya tidak menggunakan asbes, hal ini
bertujuan untuk menghindari bahaya kebakaran dan pencegahan kemungkinan
kecelakaan misalnya jatuh atau kecelakaan mekanik lainnya. Tiga indikator rumah
rumah sehat yang dinilai yakni meliputi, higiene rumah, sarana sanitasi dan perilaku
penghuni dengan rician sebagai berikut: (1). Kelompok higiene rumah meliputi:
langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang
tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan; (2). Kelompok
sarana sanitasi meliputi: sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana
pembuangan sampah, dan sarana pembuangan air limbah; (3). Kelompok perilaku
penghuni meliputi: membuka jendela kamar tidur, membuka jendela keluarga,
membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke jamban dan
membuang sampah pada tempat samapah (Evierni, 2010).

2.4 Kualitas Udara dalam Ruangan


Kualitas udara di dalam ruang rumah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain, bahan bangunan (misal; asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan
pelapis untuk furniture serta interior (pada pelarut organiknya), kepadatan hunian,
kualitas udara luar rumah (ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd),
formaldehid, debu, dan kelembaban yang berlebihan. Selain itu, kualitas udara juga
dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah seperti dalam hal penggunaan energi tidak
ramah lingkungan, penggunaan sumber energi yang relatif murah seperti batubara dan
biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian), perilaku
merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan kimia pembersih,
dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan polutan yang dapat

30
bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama. Dengan demikian
kualitas udara tidak bebas dalam ruangan sangat bervariasi. Apabila terdapat udara
yang tidak bebas dalam ruangan, maka bahan pencemar udara dalam konsentrasi yang
cukup memiliki kesempatan untuk memasuki tubuh penghuninya.

Gangguan kesehatan akibat pencemaran udara dalam ruang rumah sebagian


besar terjadi di perumahan yang cenderung menggunakan energi untuk memasak
dengan energi biomasa. Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution)
terutama rumah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya
orang lebih banyak menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan di dalam rumah
sehingga rumah menjadi sangat penting sebagai lingkungan mikro yang berkaitan
dengan risiko dari pencemaran udara.

Dampak dari adanya pencemar udara dalam ruang rumah terhadap kesehatan
dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan kesehatan
secara langsung dapat terjadi setelah terpajan, antara lain yaitu iritasi mata, iritasi
hidung dan tenggorokan, serta sakit kepala, mual dan nyeri otot (fatigue), termasuk
asma, hipersensitivitas pneumonia, flu dan penyakit–penyakit virus lainnya.
Sedangkan gangguan kesehatan secara tidak langsung dampaknya dapat terjadi
beberapa tahun kemudian setelah terpajan, antara lain penyakit paru, jantung, dan
kanker, yang sulit diobati dan berakibat fatal (Menkes, 2011).

Sumber pencemaran udara dalam ruangan dapat dirinci menjadi 5 bagian


sumber yakni : (1) rokok, pestisida, bahan pembersih ruangan, (2) pencemaran dari
luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor, cerobong asap
dapur karena penempatan lokasi ventilasi yang tidak tepat, (3) pencemaran dari bahan
bangunan seperti formaldehide, lem, asbestos, fiberglas, dan bahan lainny, (4)
pencemaran mikroba meliputi bakteri, jamur, virus, protozoa yang dapat ditemukan di
saluran udara dan alat pendingin ruangan beserta seluruh sistemnya, (5) kurangnya
udara segar yang masuk karena gangguan ventilasi udara dan kurangnya perawatan
sistem peralatan ventilasi (Keman Soedjajadi, 2005).

Persyaratan kualitas udara dalam ruang rumah menurut (Menkes, 2011)


meliputi : (1). Kualitas fisik, terdiri dari parameter: partikulat (Particulate
Matter/PM2,5dan PM10), suhu udara, pencahayaan, kelembaban, serta pengaturan
dan pertukaran udara (laju ventilasi); (2). Kualitas kimia, terdiri dari parameter: Sulfur
dioksida (SO2), Nitrogendioksida (NO2), Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida

31
(CO2), Timbal (Plumbum=Pb), asap rokok (Environmental Tobacco Smoke/ETS),
Asbes, Formaldehid (HCHO), Volatile Organic Compound (VOC); (3).
Kualitas biologi terdiri dari parameter: bakteri dan jamur.

2.5 Hubungan Cemaran Mikrobiologi Udara terhadap Gangguan Kesehatan

Udara dengan kadar kelembapan yang terlalu tinggi serta sirkulasi udara yang
tidak tepat dan jarak kerapatan antar bangunan yang terlalu rapat akan mampu
merangsang tumbuh dan berkembangnya mikrobiologi seperti virus, bakteri, jamur,
dan protozoa. Virus, bakteri dan jamur dapat menyebabkan infeksi dan reaksi alergik
pada lingkungan dalam ruangan tertutup. Infeksi oleh bakteri tertentu seperti penyakit
legionnaire dapat disebarkan melalui AC yang menggunakan cooling towers. Sistem
ventilasi yang buruk tersebut akan membantu pertumbuhan organisme mikrobiologi.
Sedangkan pemaparan untuk waktu yang lama oleh jamur dan mikroorganisme
lainnya dapat menyebabkan alergi atau reaksi asmatik bagi penghuni ruangan ber-AC
(Arjani Ida, 2011).

Mikroba yang tersebar dalam ruangan dikenal dengan istilah bioaerosol.


Bioaerosol di dalam ruangan dapat berasal dari lingkungan luar dan kontaminasi dari
dalam ruangan. Bioaerosol dari lingkungan luar dapat berupa jamur yang berasal dari
organisme yang membusuk, tumbuh-tumbuhan yang mati dan bangkai binatang,
bakteri Legionella yang berasal dari soil-borne yang menembus kedalam ruang, alga
yang tumbuh dekat koam/danau dan masuk ke dalam ruangan melaui hembusan angin
dan jentik-jentik serangga di luar ruangan dapat menembus bangunan tertutup.
Kontaminasi yang berasal dari dalam ruangan banyak terjadi pada kelembapan udara
antara 25%-75%. Pada kisaran ini spora jamur akan meningkat dan terjadi
peningkatan pertumbuhan jamur dan sumber kelembapan di dalam atau disekitar
ruangan misalnya tandon air dan bak air di kamar mandi.

Kualitas udara didalam ruangan sangat mempengaruhi kenyamanan penghuni


ruangan tersebut. Kualitas udara yang buruk akan menimbulkan dampak negatif
berupa keluhan gangguan kesehatan. Dampak pencemaran udara dalam ruangan
terhadap tubuh terutama daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan
udara meliputi organ adalah sebagai berikut : (1) Iritasi selaput lendir : Iritasi mata,
mata pedih, mata merah, mata berair, (2) Iritasi hidung : bersin, gatal, iritasi
tenggorokan sakit menelan, batuk kering, (3) Gangguan neurotoksik : sakit kepala,
lemah/capai, mudah tersinggung, sulit konsentrasi, (4) Gangguang paru-paru dan
pernafasan : batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak nafas, rasa berat di dada, (5)

32
Gangguan kulit : kulit kering dan kulit gatal, (6) Gangguan saluran pencernaan :
diare/mencret, (7) Lain-lain : Gangguang perilaku, gangguan saluran kencing, sulit
belajar, dll (Corie, dkk. 2005).

Mikroba pencemar udara dapat berupa khamir dan kapang. Khamir adalah
fungi (jamur) bersel satu ; berbentuk bulat oval, atau silindris, berdiameter 3-5
nanomilimeter, sebagian berkembang biak dengan membentuk tunas dan membelah
diri. Habitat khamir umumnya ada pada makanan. Kapang adalah jamur berfilamen.
Satu filamen disebut hifa; kelompok hifa yang tumbuh pada suatu media disebut
miselium. Hifa terbentuk dari spora jamur. Spora berdiameter 3-30 nanomilimeter.
Habitat kapang umumnya pada kayu dan kertas.

Fungi menyebabkan penyakit pada manusia melalui salah satu dari empat cara
berikut: (1) reaksi alergi karena terpapar oleh spora atau sel vegetatif fungi yaitu
demam, asma, atau penyakit pada paru-paru yang berlangsung lama dan parah, (2)
keracunan akibat racun yang diproduksi fungi dimonal aflatoksin dapat
mengakibatkan kanker hati, (3) mycoses, yaitu infeksi jamur dalam tubuh seperti
histoplasmosis, candidiasis, superfisial mycoses (rambut, kulit, kuku), intermediate
mycoses (saluran nafas, jaringan bawah kulit), systemic mycoses (jaringan organ
dalam); atau fungi merusak persediaan makanan sehingga menyebabkan kelaparan .
Salah satu jenis kapang patogen yang sering mencemari udara di dalam ruangan
adalah Aspergillus. Kapang tersebut dapat menyebabkan pulmonary aspergillosis
karena menghirup udara yang terkontaminasi kapang Aspergillus. Aspergillus
merupakan mikroorganisme multisel berfilamen. Bersifat heterotrofik, dan dapat
ditemukan pada media organik tak hidup. Kapang dapat digunakan sebagai indikator
pencemaran udara.

Bakteri, kapang, serbuk sari, dan virus adalah jenis-jenis kontaminan biologis.
Jenis kontaminan ini berkembang biak dalam air yang menggenang di dalam pipa
saluran air, alat pelembab udara, wadah drainase, atau pada genangan air di
langitlangit, karpet, atau penyekatan. Kadangkala, kotoran serangga dan burung
dapat menjadi sumber kontaminasi. Gejala fisik yang biasa dijumpai akibat
kontaminan biologis adalah batuk, dada sesak, demam, menggigil, nyeri otot, dan
reaksi alergi seperti iritasi membran mukosa dan kongesti saluran nafas atas. Salah
satu bakteri kontaminan udara dalam ruang, Legionella, menyebabkan Legionnaire’s
Disease dan Pontiac Fever (Laila Fitria, 2008).

33
Dalam kondisi normal, di dalam udara mengandung banyak debu yang telah
tercemar oleh bermacam-macam mikroba, misalnya yang bersifat saprofit dan tidak
berbahaya. Apabila segelas air jernih ditaruh di atas meja tanpa penutup, maka dalam
3-4 hari air dalam gelas tersebut akan mulai tampak keruh. Dalam keadaan khusus,
udara dapat menjadi medium penyebaran beberapa penyakit karena droplet, tetes
kecil, yang dikeluarkan dari mulut ketika batuk, bersin, atau pada saat berbicara yang
secara tidak langsung tercemar oleh mikroba patogen (Indyah Arty, 2005). Kualitas
udara didalam ruangan sangat mempengaruhi kenyamanan penghuni ruangan
tersebut. Kualitas udara yang buruk akan menimbulkan dampak negatif berupa
keluhan gangguan kesehatan. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap
tubuh terutama daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara
meliputi organ adalah sebagai berikut : (1) Iritasi selaput lendir : Iritasi mata, mata
pedih, mata merah, mata berair, (2) Iritasi hidung : bersin, gatal, iritasi tenggorokan
sakit menelan, batuk kering, (3) Gangguan neurotoksik : sakit kepala, lemah/capai,
mudah tersinggung, sulit konsentrasi, (4) Gangguang paru-paru dan pernafasan :
batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak nafas, rasa berat di dada, (5) Gangguan kulit :
kulit kering dan kulit gatal, (6) Gangguan saluran pencernaan : diare/mencret, (7)
Lain-lain : Gangguang perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar, dll (Corie,
dkk. 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sudarmaji, 2005) bahwa jamur dan
kuman adalah dua variabel yang signifikan terhadap timbulnya gangguan kesehatan
pada ruangan dalam rumah, yakni : (1) Jamur berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan kesehatan berupa iritasi hidung yang berarti bahwa semakin banyak
jumlah koloni jamur dalam ruangan maka resiko 16,463 kali lebih besar untuk
terjadinya iritasi hidung, (2) Kuman berpengaruh terhadap terjadinya gangguan
kesehatan berupa mual yang berarti semakin banyak jumlah koloni kuman dalam
ruangan mempunyai resiko 1,008 kali lebih besar untuk dapat terjadinya resiko
terjadinya mual.

2.6 Tipe-tipe Rumah


Penggolongan mengenai tipe rumah telah diatur dalam (Menteri Negara dan
Perumahan Rakyat, 1992) tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan
Permukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang mengatur mengenai
Rumah Sederhana, Rumah Menengah dan Rumah Mewah adalah :

34
2.6.1 Rumah Tipe Sederhana

Rumah yang tidak bersusun dengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 70 m2 ,
dibangun diatas kapling tanah seluas 54 m2 sampai dengan 200 m2 dengan biaya
pembangunan per m2 tidak melebihi dari harga satuan per m2 tertinggi untuk
pembangunan rumah dinas tipe C yang berlaku.

2.6.2Rumah Tipe Menengah

Rumah yang tidak bersusun diangun diatas tanah dengan luas kavling 54 m2
sampai dengan 600 m2, biaya pembangunan per meter persegi tidak melebihi dari
harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan rumah dinas tipe C sampai dengan
harga per meter persegi tertinggi untuk rumah dinas tipe A yang berlaku da rumah
tidak bersusun yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling antara 200 m 2 sampai
dengan 600 m2 dan pembangunan per meter perseginya tidak tidak lebih kecil atau
sama dengan harga satuan per meter persegi tertinggi untuk pembangunan
perumahan tipe C yang berlaku. Luas lantai bangunan rumah disesuaikan dengan
KDB dan KLB yang diijinkan dalam rencana tata ruang yang berlaku.

2.6.3 Rumah Tipe Mewah

Rumah yang tidak bersusun yang dibangun diatas kavling tanah seluas 54 m 2
sampai dengan 2000 m2, biaya pembangunan per m2 tidak melebihi harga satuan per
m2 tertinggi untuk pembangunan rumah dinas tipe A yang berlaku dan tidak bersusun
yang dibangun diatas tanah dengan luas kavling 600 m2 sampai dengan 2000 m2 dan
pembangunan per meter perseginya tidak lebih kecil atau sama dengan harga satuan
per meter persegi tertinggi untuk pembangunan perumahan tipe A yang berlaku,
dengan luas lantai anguna rumah disesuaikan dengan KDB dan KLB yang diijinkan
dalam rencana tata ruang yang berlaku.

B. KONSEP PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

1 Pengertian
Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah
a. Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari

35
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan
Masyarakat.
b. PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat.
c. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar bagi
perorangan, kelompok dan masyarakat dengan cara membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi guna
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan
advokasi, bina suasana dan melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat
sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatannya.
PHBS dapat dilakukan di rumah tangga, sekolah, tempat umum, tempat kerja
dan institusi kesehatan.
1) PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBS serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
2) PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat.
3) PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja,
pemilik dan pengelola usaha/ kantor, agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja
sehat.
4) PHBS di tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu
untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-
tempat umum sehat.
5) PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi
Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan.

36
2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di
rumah tangga yaitu:
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga
para medis lainnya). Setiap persalinan dari ibu hamil harus ditolong oleh
tenaga kesehatan karena:
a. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam
membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih
terjamin.
b. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong
oleh atau dirujuk ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
c. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah
terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya
2) Memberi bayi ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga
bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan
bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena
mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
Bayi disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit setelah
melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan
pendarahan, berikan ASI dari kedua payudara secara bergantian. ASI
Eksklusif diberikan pada bayi usia 0-6 bulan, hanya diberi ASI saja tanpa
memberikan tambahan makanan atau minuman lain, sementara selain ASI
diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk lumat
dan jumlah yang sesuai dengan perkembangan umur bayi. Pemberian ASI
tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.
Pemberian ASI juga harus memperhatikan bahwa ibu harus yakin
mampu menyusui bayinya dan mendapat dukungan dari keluarga agar
upaya pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan bisa berhasil.

37
3) Menimbang bayi dan balita
Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1
bulan sampai 5 tahun di Posyandu untuk memantau pertumbuhannya
setiap bulan. Setelah bayi dan balita ditimbang, catat hasil penimbangan di
Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau Kartu Menuju Sehat (KMS)
maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik (lihat
perkembangannya).

4) Menggunakan air bersih


Air bersih adalah air yang secara fisik dapat dibedakan melalui indera
kita (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):
a. Air tidak berwarna, harus bening/ jernih.
b. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah,
busa dan kotoran lainnya.
c. Air tidak berasa.
d. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk,
atau bau belerang.
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun merupakan suatu
intervensi kesehatan yang paling hemat tapi sangat bermanfaat karena
dapat membunuh kuman penyakit yang ada di tangan sehingga tangan
menjadi bersih dan bebas dari kuman, mencegah penularan penyakit
seperti disentri, flu burung, flu babi, typhus, dll.
Aktivitas yang dianjurkan untuk cuci tangan yaitu :
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang,
memegang binatang, berkebun, dll)
b. Setelah buang air besar.
c. Setelah menceboki bayi atau anak.
d. Sebelum makan dan menyuapi anak.
e. Sebelum memegang makanan.
f. Sebelum menyusui bayi.
6) Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia. Jamban yang sehat harus memenuhi
persyaratan

38
a. Tidak mencemari sumber air minum (Jarak antara sumber air
minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
b. Tidak berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan
tikus.
d. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
7) Memberantas jentik di rumah
Keluarga perlu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3 M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus
Menghindari gigitan nyamuk). 3 M Plus adalah tiga cara plus yang
dilakukan pada saat PSN yaitu :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air
seperti bak mandi, tatakan kulkas, alas pot kembang.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang
bak kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat
menampung air hujan.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang
dapat menampung air.
d. Plus menghindari gigitan nyamuk yaitu dengan menggunakan
kelambu, memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk,
menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar,
mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai,
menabur larvasida di tempat yang sulit dikuras dan
memelihara ikan pemakan jentik di kolam.

8) Makan buah dan sayur setiap hari


Sayur dan buah merupakan sumber nutrisi antioksidan dengan
kandungan vitamin dan mineral. Buah dan sayur juga kaya akan senyawa
fitokimia anti-kanker serta serat.

39
Adapun porsi ideal sayur dan buah tiap hari untuk menjaga tubuh tetap
sehat yaitu mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau
sebaliknya setiap hari. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak
kandungan dari gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan
mentah atau dikukus.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Setiap anggota keluarga diharapkan melakukan aktivitas fisik secara
bertahap sampai mencapai 30 menit setiap hari, bisa dilakukan sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan, berupa kegiatan sehari-hari dan
olahraga. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat menyehatkan
jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya
10) Tidak merokok di dalam rumah
Bahaya merokok di dalam rumah yaitu asap rokok yang mengandung
zat-zat nikotin, tar dan zat berbahaya lainnya terhisap oleh perokok pasif
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit antara lain jantung dan
pembuluh darah.

3 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Jika di dalam lingkungan masyarakat, semua rumah tangga
menerapkan PHBS maka akan diperoleh manfaat sebagai
berikut :
1) Bagi Rumah Tangga
a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c. Anggota keluarga giat bekerja.
d. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi
gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah
pendapatan keluarga.
2) Bagi Masyarakat
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
b.Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalahmasalah
kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

40
d.Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu
bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.

3) Bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota


a. Peningkatan persentasi Rumah Tangga ber-PHBS menunjukkan
kinerja dan citra pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik.
b.Biaya yang tadinya dialokasikan untuk menanggulangi
masalahmasalah kesehatan dapat dialihkan untuk pengembangan
lingkungan yang tertata rapi dan sehat serta penyediaan sarana
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
c. Provinsi dan kabupaten/ kota dapat dijadikan pusat pembelajaran
bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.

C. KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT


1 Pengertian kesehatan gigi dan mulut

Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Pendidkan kesehatan gigi dan
mulut merupakan suatu proses Pendidikan yang timbul atas dasar kebutuhan
kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk menghasilkan kesehatan gigi dan
mulut yang baik dan meningkatkan taraf hidup (Pramono, 2014).

Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, baik sehat


secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua
menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini
dapat diacapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan gigi dan mulut merupakan
suatu keadaan diamana gigi dan mulut berada dalam kondisi bebas adanya bau
mulut, kekuatan gusi dan gigi yang baik, tidak adanya plak dan karang gigi, gigi
dalam keadaan putih dan bersih, serta memiliki kekuatan yang baik (Pramono,
2014).

Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan
perwatan secara berkala. Perawtan dapa dimulai dari memperhatian diet
makanan, jangan terlalu banyak makanan yang mengandung gula dan makanan
yang lengket. Pembersihan plak dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat
gigi, Teknik dan caranya jangan sampai merusak struktur gigi dan gusi.

41
Pembersihan karang gigi dan penambahan gigi yang berlubang oleh dokter gigi,
serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Kunjungan
berkala ke dokter gigi hendaknya dilakukan teratur setiap enam bulan sekali baik
ada keluhan ataupun tidak ada keluhan. Dengan perawatan yang tepat pada gigi,
maka akan dapat menghindari berbagai masalah gigi dan gusi seperti gigi
berlubang dan karang gigi serta masalah bau mulut (Djuwita, 2013).

2 Anatomi dan fisiologi gigi

Pada manusia dapat diketahui 4 (empat) macam gigi yang terdapat pada mulut
disertai dengan arti definisi dan pengertian antara lain sebagai berikut :

1. Gigi seri
Dikenal dengan istilah’’incisivus’’, adalah gigi yang memiliki satu akar yang
berfungsi untuk memotong dan mengerat makanan atau benda lainnya.
Jumlahnya ada 8, dengan pembagian 4 berada di rahang atas dan 4 berada di
rahang bawah. Gigi seri susu mulai tumbuh pada bayi berkisar antara usia 4
hingga 6 bulan, kemudian diganti dengan gigi seri permanen pada usia 5
hingga usia 6 tahun pada rahang bawah dan pada usia 7 hingga 8 tahun pada
rahang atas (pramono,2014).
2. Gigi taring
Dikenal dengan istilah ,,caninus’’ adalah gigi yang memiliki satu akar dan
memiliki fungsi untuk mengoyak makanan atau benda lainnya. Jumlahnya ada
4, dengan pembagian 2 ditiap rahang, 1 di kiri dan 1 di kanan. Gigi susu
caninus ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 11 hingga 13
tahun. Selanjutnya adalah gigi graham. Gigi geraham terdiri atas dua bagian,
antra lain sebagai berikut :
3. Gigi graham kecil
Dikenal dengan istilah ‘’pra-mola’’, adalah gigi gerakan kecil adalah gigi
punya dua akar yang berfungsi untuk menggilas dan mengunyah makanan
atau benda lainnya.umunya tumbuh pada usia 10 hingga usia 11 tahun dan
menggantikan posisi dari gigi molar susu. Bersama gigi molar, gii ini
berfungsi untuk melumatkan makanan, dan pada proses orthodontic
(pramono, 2014)
4. Gigi graham
Dikenal d3engan istilah ‘’Molar’’, adalah gigi yang memiliki tiga akar yang
memiliki fungsi untuk melumat dan mengunyah makanan atau benda-benda

42
lainnya. Gigi molar susu berjumlah 8 seperti gigi premolar. Sedangkan gigi
molar permanen tumbuh di belakang gigi premolar setelag gigi molar susu
lepas dan digantikan oleh gigi premolar. Jumlah gigi dari gigi molar permanen
adalah 12, dengan pembagian 6 di tiap rahang, 3 di tiap sisi kanan dari kiri.
Gigi molar permanen inilah yang paling banyak keluhan karena umunya
mudah berlubang, sehingga dokter gigi menganjurkan minimal setiap 6 bulan
sekali cek kesehatan gigi (pramono, 2014).

Pada bagian gigi manusia terstruktur / tersusun ada 4 (empat) jaringan yait :
1. Mahkota : merupakan bagian yang menonjol dari rahang.
2. Leher : merupakan bagian yang terletak antra mahkota dengan bagian akar
gigi.
3. Akar : merupakan bagian yang tertanam di dalam rahang.

3 Tanda dan gejala gigi berlubang


1. Tanda Gigi Berlubang

Tanda-tanda gigi mulai berlubang adalah dimulai dengan munculnya plak putih
seperti kapur pada permukaan gigi. Selanjutnya, warnanya akan berubah
menjadi cokelat, kemudian mulai membentuk lubang. Spot kecokletan yang
buram menunjukkan proses demineralisasi yang sedang aktif. Oleh sebab itu,
diperlukan pemeriksaan ruitn untuk mendeteksi dini timbulnya lubang.

2. Gejala Gigi Berlubang

Apabila kerusakan telah mencapai dentin ( dentin merupakan bentuk pokok dari
gigi yang melindungi daerah akar gigi), biasanya mengeluh sakit atau timbul
ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas atau dingin. Gejala gigi
berlubang umumnya, adalah sakit gigi, gigi menjadi sensitif setelah makan atau
minum manis, asam, panas atau dingin. Terlihat atau terasa adanya lubang pada
gigi, nyeri ketika menggigit dan bau mulut (Halitosis) (Saputra,2013).

4 Penyebab terjadinya kerusakan gigi


Ada empat hal utama dari kerusakan gigi yaitu:

43
1. Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat
mempertinggi faktor resiko terkena karies. Amelogenesis imferfekta,
dapat timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang. Disamping itu ada
penyakit dimana enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis
imperfekta adalah ketidak sempurnaan pembentyukan dentin. Pada
kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies.
2. Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau
alur dalam gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga
sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.
3. Mulut merupakan tempat berkembangnya banyak bakteri, namun
hanya sedikit bakteri penyebab karies yaitu streptococcus mutanas dan
lactobacilli. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan
adalah lactobacillus achidophilus, actinomyees viscosus, nocardia spp,
dan strepcoccus mutanas.
4. Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik
dapat mempengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang
mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut
dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan Ph. Ph
dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses
sebelumnya telah melarutkan mineral gigi (Sriyono, 2009).
Selain 4 faktor diatas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies
yaitu:
1. Air liur dapat menjadi penyeimbang lingkungan asam pada mulut.
Terdapat keadaan dimana air liur mengalami gangguan produksi,
seperti pada diabetes mellitus.
2. Obat-obatan seperti antihistamin dan anti depresan dapat
mempengaruhi produksi air liur. Terapi radiasi pada kepala dan leher
dapat merusak sel pada kelenjar liur.
3. Penggunaan tembakau dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau
adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontics, seperti dapat
menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi
akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami
demineralisasi.
4. Karies botol susu adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak
pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang

44
atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga. Sering muncul pada
anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis(misalnya susu) dengan
botolnya. Sering pula disebabkan oleh pemberian makana pada anak-
anak dengan cairan manis.
5. Ada juga karies yang merajarela atau karies yang menjalar kesemua
gigi. Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia,
kebersihan mulut yang buruk,pengonsumsi gula yang tinggi, dan
pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering. Bila
karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher,
ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi (Pramono,2014).

5 Fungsi gigi
Secara histologis, jaringan gigi dan mulut berasal dari mesoderm dan ektoderm,
yang memiliki 3 fungsi utama yaitu :

a. Pengunyahan (mastikasi) yang meliputi, memotong, merobek, dan melumat


b. Keindahan (estetika)
c. Berbicara (phonetic) (Saputra,2013)

6 Manfaat gigi
1. Supaya gigi tetap bersih
2. Untuk menambah percaya diri karena memiliki gigi putih, bersih, dan
senyum yang sehat
3. Agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut
4. Dapat berfungsi dengan baik

7 Cara Perawatan Gigi dan Mulut yang Tepat.


1. Lakukan dengan cara yang tepat, pilihlah sikat gigi dengan bulu sikat yang
lembut dan rapat. Kemudian terapkan cara menyikat gigi yang benar, yaitu
menyikat dari arah gusi ke ujung gigi dengan gerakan berulang dan tidak
terlalu keras.
2. Disiplin, segala sesuatu yang telah di lakukan secara rutin. Akan
memberikan perubahan yang berarti. Rajin menyikat gigi dengan cara
yang benar dan di waktu yang tepat yaitu minimal dua kali sehari yaitu
sesuadah sarapan pagi dan sebelum tidur malam

45
3. Batasi mengkonsumsi makan manis, makanan manis dan lengket mudah
melekat pada gigi yang bilamana tidak langsung dibersihkan akan
membentuk plak dan akhirnya menyebabkan kerusakan gigi. Upaya yang
dapat di lakukan adalah dengan menyikat gigi segera setelah
mengkonsumsi makanan tersebut.
4. Pasta gigi pilihan dengan perpaduan bahan alami da ilmiah, pemilihan
pasta gigi yang tepat juga membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut.
pasta gigi yang mengandung perpaduan bahan alami ( jeruk nipis, garam
dan daun sirih ) unuk merawat kesehatan gigi dan mulut secara alami, dan
bahan ilmiah ( kalsium dan fluoride ) sebagai perlindungan maksimum agar
gigi tidak mudah berlubang.
5. Periksa gigi secara rutin, jagalah kebersihan gigi dan mulut dengan
memeriksakan gigi dan mulut ke dokter gigi setidaknya setiap enam bulan
sekali dengan catatan rutin ( Djuwita, 2013 )

8 Langkah-langkah menggosok gigi dengan benar


1. Tempatkan sikat pada sudut 45o terhadap gusi
2. Lakukan gerakan menyikat ringan dari kanan ke kiri dan sebaliknya
3. Lakukan hal yang sama di bagian dalam dan bagian luar gigi
4. Sikat bagian permukaan gigi geraham yang Anda gunakan untuk
mengunyah
5. Sikat bagian dalam gigi depan secara vertikal dan ringan dengan gerakan
atas ke bawah
6. Sikat setidaknya dua kali sehari dan jika mungkin setelah makan
7. Menyikat gigi setidaknya selama tiga menit
8. Jangan menyikat gigi segera setelah makan makanan atau minuman yang
asam. Efek gabungan dari asam dan menyikat dapat menggerus email gigi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Potensial rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Sumberejo
Kecamatan Sukaharja berhubungan dengan masyarakat sebagian besar
Masyarakat membuang sampah sembarangan ditandai dengan

46
 Jarak pembuangan sampah dengan rumah kurang dari 2 meter 30,29%
 Masyarakat yang tidak mempunyai tempat pembuangan sampah
sementara 29,14%.
 Masyarakat membuang sampah sembarang tempat 18,86%
 Tempat penampungan sampah masyarakat yang masih terbuka 58,29%
 Warga mengatakan tidak ada kegiatan gotong-royong untuk membuat
penampungan sampah
 Warga mengatakan Tempat pembuangan sampah akhir jauh berada di
desa tetangga

Tujuan jangka panjang :


Setelah dilakukan kegiatan masyarakat bersama dan tindakan keperawatan
selama 1 minggu diharapkan masyarakat mau dan mampu untuk
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari berbagai
macam penyakit.

Tujuan Jangka Pendek :

1. Masyarakat mampu memahami penyuluhan perilaku hidup bersih dan


sehat
2. Masyarakat mau membuang sampah pada tempatnya serta membuat
tempat pembuangan sampah sementara
3. Masyarakat diharapkan tetap menjaga kebersihan dilingkungan
sekitar
4. Masyarakat mau menambah pengetahuan dengan berkonsultasi
tentang manfaat perilaku hidup bersih dan sehat dan akibat jika tidak
melakukannya

2. Resiko Terjadinya Peningkatan Karies Gigi Akibat Jarang Gosok Gigi Didesa
Sumberejo Kecamatan Sukaharja Berhubungan Dengan Ketidaktahuan Dan
Ketidakkemauan Murid Murid Sd Tentang Menggosok Gigi Ditandai
Dengan :
 Karies Gigi Pada Murid-Murid Sd Sebanyak 62%
 Kunjungan Puskemas Keluhan Sakit Gigi Pada Murid Sd 44,2%.

Tujuan Jangka Panjang :

47
Setelah Dilakukan program asuhan keperawatan komunitas Kegiatan
Kunjungan Puskesmas Diharapkan Murid Murid Sd Desa Sumberejo
Kecamatan Sukaharja Mau Dan Tau Untuk Menerapkan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Agar Mengurangi Resiko Terjadinya Karies Gigi.

Tujuan jangkapendek :

1. Murid Murid Sd Desa Sumberejo Kecamatan Sukaharja Mampu


Memahami Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
2. Murid Murid Sd Desa Sumberejo Kecamatan Sukaharja Mampu
Melakukan/ Menerapkan Gosok Gigi Sebelum Melakukan Neraktivitas
3. Murid Murid Sd Desa Sumberejo Kecamatan Sukaharja Diharapkan Tetap
Menjaga Kebersihan Mulut
4. Murid Murid Sd Desa Sumberejo Kecamatan Sukaharja Mau Menambah
Pengetahuan Dengan Berkonsultasi Tentang Manfaat Dari Sikat Gigi

48
E. PLANNING OF ACTION (POA)
No Dx.keperawatan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat PJ Msy. PJ Mhs. Dana

1. Resiko tinggi Penyuluhantentang Masyarakat 24 Juni 2019 BalaiDesa sumber rejo Bapak Budi Vina Puspita Sumbanganm
terjadinya penyakit PHBS sumber rejo asyarakat
(10.00 – 11.00 WIB)
berhubungan dengan (dampakmerokok,
lingkungan yang tidak didalamrumah,
sehat serta PHBS yang akibatdaritidakmencucit
kurang di desa sumber angandengansabun,
rejo dampaktidakmenggunak
an air
bersihterutamapadaangg
otakeluarga

Demonstrasikancucitan MasyarakatD 24Juni(11.00 WIB) BalaiDesa sumber rejo BapakBudi Dina Ekadasi
gandengan 6 langkah esa seumber
yang benar rejo

Gotongroyongmasyarak MasyarakatD 25 Juni 2019 LingkunganSekitarDe BapakBudi Fera Chaprialin Sumbanganm


atdesa esasumber sa sumber rjo asyarakat
(06.00 – 08.00
rejo WIB)

Konselingmasalah MasyarakatD 25 juni (13.00 – BalaiDesa sumber rejo IbuNani Indah Maya sari Sumbanganm
PHBS esa seumber 15.00 WIB) asyarakat
rejo

2. Kurang nya Penyuluhantentangpenti Masyarakat 25 juni (09.00- 10.00 BalaiDesa sumber rejo IbuNani Indri ramadanti Sumbanganm
pengetahuan tentang ngnya merawat gigi dan desa sumber WIB) asyarakat
perawatan kesehatan mulut rejo
gigi dan mulut
Mendemostrasikan cara MasyarakatD 25 juni (09.00- 10.00 Puskesmas IbuNani Dina ulya ratih Puskesmas
berhubungan dengan
menggosok gigi yang esa seumber WIB)
jarang menggosok KelurahanDesa
baik dan benar rejo
gigi sumber rejo

50
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Potensial rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Sumberejo
Kecamatan Sukaharja berhubungan dengan masyarakat sebagian besar
Masyarakat membuang sampah sembarangan ditandai dengan
 Jarak pembuangan sampah dengan rumah kurang dari 2 meter 30,29%
 Masyarakat yang tidak mempunyai tempat pembuangan sampah
sementara 29,14%.
 Masyarakat membuang sampah sembarang tempat 18,86%
 Tempat penampungan sampah masyarakat yang masih terbuka 58,29%
 Warga mengatakan tidak ada kegiatan gotong-royong untuk membuat
penampungan sampah
 Warga mengatakan Tempat pembuangan sampah akhir jauh berada di
desa tetangga

Tujuan jangka panjang :


Setelah dilakukan kegiatan masyarakat bersama dan tindakan keperawatan
selama 1 minggu diharapkan masyarakat mau dan mampu untuk
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari berbagai
macam penyakit.

Tujuan Jangka Pendek :

1. Masyarakat mampu memahami penyuluhan perilaku hidup bersih dan


sehat
2. Masyarakat mau membuang sampah pada tempatnya serta membuat
tempat pembuangan sampah sementara
3. Masyarakat diharapkan tetap menjaga kebersihan dilingkungan sekitar
4. Masyarakat mau menambah pengetahuan dengan berkonsultasi tentang
manfaat perilaku hidup bersih dan sehat dan akibat jika tidak
melakukannya

2. Resiko Terjadinya Peningkatan Karies Gigi Akibat Jarang Gosok Gigi Didesa
Sumberejo Kecamatan Sukaharja Berhubungan Dengan Ketidaktahuan Dan
Ketidakkemauan Murid Murid Sd Tentang Menggosok Gigi Ditandai
Dengan:

 Karies Gigi Pada Murid-Murid Sd Sebanyak 62%


 Kunjungan Puskemas Keluhan Sakit Gigi Pada Murid Sd 44,2%.

Tujuan Jangka Panjang :

Setelah Dilakukan program asuhan keperawatan komunitas Kegiatan


Kunjungan Puskesmas Diharapkan Murid Murid Sd Desa Sumberejo
Kecamatan Sukaharja Mau Dan Tau Untuk Menerapkan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Agar Mengurangi Resiko Terjadinya Karies Gigi.

Tujuan jangkapendek :

1. Murid Murid Sd Desa Sumberejo Kecamatan Sukaharja Mampu


Memahami Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
2. Murid Murid Sd Desa Sumberejo Kecamatan Sukaharja Mampu
Melakukan/ Menerapkan Gosok Gigi Sebelum Melakukan Neraktivitas
3. Murid Murid Sd Desa Sumberejo Kecamatan Sukaharja Diharapkan Tetap
Menjaga Kebersihan Mulut
4. Murid Murid Sd Desa Sumberejo Kecamatan Sukaharja Mau Menambah
Pengetahuan Dengan Berkonsultasi Tentang Manfaat Dari Sikat Gigi

52
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keperawatan komunitas adalah suatu bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan merupakan bantuan sosial, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan dalam meningkatkan dedrajat
kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, dan ditujukan
kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

B. SARAN
Dengan terselesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang dapat memahami
konsep Keperawatan Komunitas dengan baik serta hubungannya dengan ilmu
keperawatan yang telah ditekuni.hal tersebut ditunjukan agar mahasiswa .

53
DAFTAR PUSTAKA

Amatiria, Gustop.2015.Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dalam Upaya


Mencegah Penyakit Kulit Pada Santri Di Pondok Pesantren Nurul Huda.Vol
XI No. 01, Hal. 7 - 14. Lampung : Jurnal Keperawatan

Nur Widayati : Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 196–205

Soekidjo Notoadmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta :


Rineka Cipta

Nunun Nurhajati, Jurnal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Masyarakat Desa
Samir Dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat .2015

Meigy Adella,Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Anak Di Panti Asuhan Al-
Akbar Pekanbaru. Vol 4, No 4, Oktober 2017

Koes Irianto. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health). Bandung : Alfabeta

I Nyoman Wardi. Pengelolaan Sampah Berbasis Sosial Budaya: Upaya Mengatasi


Masalah Lingkungan Di Bali. Volume 11, No 1, Februari 2011, Hlm 167-177

Koes Irianto. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health). Bandung : Alfabeta

54

Anda mungkin juga menyukai