KASUS II
KEPERAWATAN KOMUNITAS
Disusun Oleh :
Dewi (21116095)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
A. KASUS..................................................................................................................... 5
B. TAHAPAN TUTORIAL.......................................................................................... 7
A. KESMPULAN ..........................................................................................................
B. SARAN .....................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut.
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas SDM yang
dialakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui
pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat
2025. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin di capai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat bangsa, Negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi.
Suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif ditujukan pada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat. Pelayanan keperawatan berupa
bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurangnya kemauan, sehingga dengan bantuan yang diberikan
tersebut diperoleh kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari – hari secara
mandiri.
Kegiatan pelayanan diberikan dalam upaya peningkatan kesehatan ( promotif
), pencegahan penyakit ( preventif ), penyembuhan ( kuratif ), serta pemeliharaan
kesehatan ( rehabilitative ), upaya yang diberikan ditekankan kepada upaya
pelayanan kesehatan primer ( Primary Health Care/ PHC ) sesuai dengan
wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan sehingga setiap orang
yang menerima pelayanan kesehatan dapat mencapai hidup sehat dan produktif.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didalam makalah tutorial Keperawatan
Komunitas ini akan membahas bagaimana konsep asuhan keperawatan komunitas ,
imunisasi, dan perilaku hidup bersih dan sehat.
4
B. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan agar mahasiswa
mengetahui tentang struktur menganalisa kasus keperawatan.
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. Data inti:
Jumlah kepala keluarga 340 KK
Jumlah penduduk berdasarkan Jiwa 840 jiwa (95 usia bayi dan balita, 98 anak
pra sekolah dan sekolah, 135 remaja, 457
usia dewasa, 55 lansia)
5
- Jarak sumber air dengan septic tank yang kurang dari 10 meter 10,8%
- Rumah yang tidak mempunyai jendela 4,57%
- Rumah yang memiliki pencahayaan remang-remang 10,28%
- Ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan 34,5%,.
- Warga mengatakan tidak ada kegiatan gotong-royong untuk membuat
penampungan sampah
- Warga mengatakan Tempat pembuangan sampah akhir jauh berada di desa
tetangga
2. Pelayanan kesehatan / sosial
- Fasilitas kesehatan masyarakat terdapat 1 Puskesmas
- Terdapat 1 posyandu balita, terdapat 2 orang kader kesehatan.
- Terdapat 2 fasilitas pendidikan sekolah dasar, tidak terdapat petugas
kesehatan sekolah informasi didapatkan dari guru pengajar SD.
- Berdasarkan penyataaan orang tua dan guru, anak-anak SD sering
mengkonsumsi makanan manis dan jarang gosok gigi.
- Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga kesehatan di puskesmas,
program kerja belum terlaksana secara maksimal.
- Data dari puskemas Saat musim kemarau ke musim penghujan masyarakat
yang menderita diare 35,5%, penyakit thpoid 33,5% , yang menderita
ISPA 44,5% dan penderita demam berdarah 25%
- karies gigi pada murid-murid SD sebanyak 62%, kunjungan puskemas
keluhan sakit gigi pada murid SD 44,2%.
3. Ekonomi
- Pekerjaan masayarakat mayoritas petani nelayan dan buruh harian
- Kemampuan masyrakat untuk memanfaatkan layanan kesehatan terbatas
karena kesulitan secara ekonomi
- Status ekonomi yg rendah menyebabkan masyarakat kurang terpapar
dengan sumber informasi kesehatan. Dari 60 anak yg dikaji pengetahuan
kurng tentang perilaku mengkonsumsi makanan sihat dan kesehatan gigi
dan mulut dan mencuci tangan pakai sabun
- Semua KK (92%) dengan perilaku merokok dirumah, sehingga
menambah beban secara ekonomi keluarga.
4. Keamanan dan transportasi
- Sering terjadi pencurian dengan pelaku remaja
- Terdapat koramil yang berjarak 500 meter dari desa tersebut
6
- Transportasi sangat sulit karena hanya mengandalkan 1 angkot yang hanya
beroperasi satu kali dalam sehari.
- Jarak dengan sarana dan fasilitas kesehatan jauh ( 2-3 jam perjalanan)
5. Politik dan pemerintahan
- Tempat berkumpul (balai desa) dan masjid
6. Komunikasi
- Informasi kesehatan sangat kurang
- Hasil wawancara Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan
Pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat rendah
- Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (75 % KK tidak mengetahui
manfaat pemeliharaan lingkungan)
- Menurut kepala desa baru sekali dilakukan kunjungan oleh petugas
puskesmas
- Masyarakat mendapatkan informasi dari TV dan Radio
- Masyarakat dapat menggunakan Hp namun kualitas komunikasi kurang
baik
- Informasi desa didapatkan dari papan pengumuman poskamling dan
pengeras suara musholah
7. Pendidikan
- Pendidikan masyarakat mayoritas rendah rata-rata lulus SD dan SMP
- Hanya terdapat SD di desa ini, dan satu SLTP di desa tetangga.
8. Rekreasi
- Tidak ada rekreasi ataupun aktivitas olahraga yang dilakukan warga
- Sarana hiburan keluarga hanya TV dan Radio
B. TAHAPAN TUTORIAL
7
akhir jauh berada di desa tetangga.
- Berdasarkan penyataaan orang tua dan guru, anak-
anak SD sering mengkonsumsi makanan manis dan
jarang gosok gigi.
- Terdapat 2 fasilitas pendidikan sekolah dasar, tidak
terdapat petugas kesehatan sekolah informasi
didapatkan dari guru pengajar SD.
- Menurut kepala desa baru sekali dilakukan
kunjungan oleh petugas puskesmas
8
- Fasilitas kesehatan masyarakat terdapat 1
Puskesmas
- Terdapat 1 posyandu balita, terdapat 2 orang kader
kesehatan.
- Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga
kesehatan di puskesmas, program kerja belum
terlaksana secara maksimal.
- Data dari puskemas Saat musim kemarau ke
musim penghujan masyarakat yang menderita diare
35,5%, penyakit thpoid 33,5% , yang menderita
ISPA 44,5% dan penderita demam berdarah 25%
- karies gigi pada murid-murid SD sebanyak 62%,
kunjungan puskemas keluhan sakit gigi pada murid
SD 44,2%.
- Pendidikan masyarakat mayoritas rendah rata-rata
lulus SD dan SMP
- Hanya terdapat SD di desa ini, dan satu SLTP di
desa tetangga.
2. Bagaimana cara mengatasi karies gigi pada murid SD? (Dina ulya)
Jawaban Sementara :
9
Dengan memberikan pendidikan kesehatan sejak dini mengenai kebersihan
gigi (Ulia)
Jawaban Sementara :
Membuat papan larangan tentang larangan membuang sampah sembarangan
Memberi teguran terhadap warga yang membuang sampah sembarangan
(Annisa)
Jawaban Sementara :
Anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit (Fera )
Jawaban Sementara :
Air bersih, adanya tempat buang sampah, dan makanan sehat untuk keluarga
(Dewi)
Jawaban Sementara :
Harus cukup mendapat penerangan dan harus cukup pertukaran udara didalam
rumah (Indah)
Jawaban Sementara :
Memberikan promosi kesehatan berupa pendidikan kesehatan tentang manfaat
PHBS pada masyarakat, melakukan kegiatan yang memicu semangat warga
10
dalam meningkatkan PHBS seperti adanya lomba kebersihan lingkungan antar
rumah. (Dina Ekadasi)
Jawaban Sementara :
Air yang tidak tercemar, jarak antar sumber air dan tempat pembuangan
limbah jauh (Dina Ulya)
11
kebiasaan-kebiasan yang sehat untuk
terhindar dari ancaman penyakit kulit harus
memperhatikan salah satunya dengan
perilaku hidup sehat dengan memiliki
kebiasaan pemakaian alat mandi. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan
membiasakan menggunakan alat mandi milik
sendiri, dan tidak menggunakan nya
bersamaan atau bergantian dengan orang lain
4. PHBS kebiasaan pemakaian alat tidur
Menurut Laily (2012), menjaga kebersihan
tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi
parasit, mengingat parasit mudah menular
pada kulit. Salah satu upaya mencegah
penyakit kulit yakni dengan perilaku hidup
bersih dan sehat dengan memiliki kebiasaan
pemakaian alat tidur, dapat dilakukan dengan
cara: membiasakan pemakaian alat tidur
sendiri dan tidak menggunakan nya
bersamaan dengan orang lainnya
5. PHBS kebiasaan penggunaan pakaian
Menurut Mubarak (2012), yang masuk dalam
kriteria kebiasaan penggunaan pakaian dalam
kategori baik yakni, dengan memakai
pakaian sehari-hari dengan mengganti nya
setiap hari, dan tidak memakai secara
bergantian pakaian yang belum dicuci
dengan orang lainnya, serta tidak menumpuk
pakaian kotor atau dibiarkan lama
bergantungan bersamaan dengan pakaian
kotor orang lain.
6. PHBS kebiasaan mencuci rambut
Dengan mencuci rambut secara teratur lebih
dari 2kali/minggu maka akan membersihkan
kulit kepala dan memberikan rasa nyaman
12
serta terhindar dari kutu dan bakteri,
sehingga terhindar dari berbagai penyakit
serta berupaya mencegah penyakit kulit,
dengan salah satu pencegahan penyakit kulit
yakni dengan berprilaku hidup bersih dan
sehat dengan memiliki kebiasaan mencuci
rambut secara rutin menggunakan shampoo
7. PHBS kebiasaan menjaga kebersihan
lingkungan
13
kesehatan gigi dapat diperoleh secara optimal.
Meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya
pemeriksaan gigi dan mulut anak secara rutin 6
bulan sekali.
Adapun cara-caranya:
14
rumah tangga? a. Bagi Rumah Tangga :
1) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak
mudah sakit.
2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3) Anggota keluarga giat bekerja.
b. Bagi Masyarakat:
1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan
sehat.
15
Akbar Pekanbaru. Vol 4, No 4, Oktober 2017
7 Bagaimana cara
mengatasi rendahnya 1. Lomba kebersihan lingkungan yang
PHBS di masyarakat ? diprakarsai oleh pemerintah
2. Peran proaktif LSM lingkungan untuk
memberdayakan masyarakat dalam
pengelolaan sampah
3. Kesadaran budaya (lingkungan sacral/suci)
4. Olahraga yang teratur
5. Membuang sampah pada tempatnya
6. Tidak meludah sembarangan
7. Memberantas jentik nyamuk
8 Apa syarat-syarat air Pengaturan air yang kurang baik dapat menyebakan
untuk rumah tangga? kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan
16
bahkan menyulut konflik. Manusia dan mahluk
hidup lainnya memerlukan air tidak hanya dari
jumlah (kuantitas) saja, tetapi juga ketersediaan air
bersih (kualitas) yang tidak tercemar. Kalau ditinjau
dari segi kuantitasnya saja, maka tidak akan dapat
memecahkan kebutuhan air bagi manusia. Kualitas
air ditentukan oleh konsentrasi bahan kimia yang
terlarut di dalam air. Permasalahan kualitas air dapat
di timbulkan oleh proses alamiah maupun ulah
manusia. Ada beberapa parameter kualitas air bersih
seperti kaitannya dengan pengaruh terhadap erosi,
sedimentasi, suhu air, kimia, dan biologi. Jika
kualitas air tidak dipenuhi, maka air dapat menjadi
penyebab timbulnya penyakit. Air yang kotor sangat
berbahaya bagi tubuh manusia.
17
4. Pernyataan sementara (skema alur proses asuhan keperawatan
komunitas)
Sasaran
Perawat (
Masyarakat ( Individu,
Mahasiswa )
Keluarga & Kelompok )
Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Komunitas
MMD
18
telah diberi imunisasi akan terlindungi dan terhindar dari kesakitan,
kecacatan atau kematian.(2).
Diperkirakan1,7 juta kematian atau 5% terjadi pada balita di Indonesia
adalah akibat PD3I. WHO memperkirakan kasus TBC di Indonesia
merupakan nomor 3 terbesar di dunia setelah Cina dan India dengan
asumsi prevalensi BTA (+) 130 per 100.000 penduduk. Sejak tahun
1991, kasus pertusis muncul sebagai kasus yang sering dilaporkan
diIndonesia, sekitar 40% kasus pertusis menyerang balita. Kemudian
insiden tetanus di Indonesia untuk daerah perkotaan sekitar 6-7 per-1000
kelahiran hidup, sedangkan di pedesaan angkanya lebih tinggi sekitar 2-
3 kalinya yaitu 11-23 per-1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian
kira-kira 60.000 bayi setiap tahunnya. Selanjutnya, Hepatitis B
diperkirakan menyebabkan sedikitnya satu juta kematian pertahun.
Sedangkan untuk kasus polio, data terakhir dilaporkan secara total
terdapat 295 kasus polio yang tersebar di 10 Provinsi dan 22
kabupaten/kota di Indonesia. Demikian juga dengan Kasus campak,
angka kejadiannya tercatat 30.000 kasus pertahun yang dilaporkan.
Kasus PD3I yang sangat menjadi perhatian yang besar akhir- akhir ini
adalah dilaporkan beberapa daerah di Indonesia dinyatakan telah terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri. Angka kematian akibat difteri di
Indonesia sekitar 15%dan terus mengalami peningkatan.(1, 3)
Morbiditas
Data RISKESDASmencatat, tahun2007 cakupan imunisasi dasar
lengkap diIndonesia rata-rata 41,6 %. Kemudian meningkatpada tahun
2010 dengan rata-rata cakupan53,8 %. Tahun 2013 rata-rata cakupan
imunisasidasar lengkap kembali meningkat yaitu59,2%, sedangkan
target Renstra (88%). Sedangkanuntuk propinsi Sumatera Barat
padatahun 2013 cakupan imunisasi dasar lengkapmasih dibawah target
yaitu baru mencapai84,51%.(3-5)
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi
penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan
kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular,
yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. Setiap
bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang
19
terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis.hepatitis
B, dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang
diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat
perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada
lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan
imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa
campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita.
Pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka
kematian balita.(6)
Mortalitas
Setiap tahun di dunia terdapat 1 dari 5 anak meninggal akibatdiare
(UNICEF, 2009).Pada tahun 2012 di dunia sebanyak 2.195 anak
meninggal setiap hari akibat diare (CDC, 2012). Berdasarkan pada
Riskesdas tahun 2013 di Indonesia period prevalence diare adalah
sebanyak 3,5% lebih kecil dibanding Riskesdas tahun 2007
sebanyak 9%. Penurunan prevalensi ini diasumsikan pada tahun
2007 pengumpulan data tidak dilakukan secara serentak, sementara
tahun 2013 pengumpulan data dilakukan secara serentak
(Riskesdas, 2013). Prevalensi diare di Indonesia pada usia >15
tahun adalah sebanyak 30,1%, sedangkan prevalensi diare pada usia
<15 tahun sebanyak 21,9% (Riskesdas, 2013).
Morbiditas
Berdasarkan pada Riskesdas tahun 2013 bahwa Propinsi Jawa
Timur menduduki posisi ke 11 jumlah prevalensi diare terbanyak
dari 33 propinsi yang ada di Indonesia (Riskesdas, 2013).
Salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang wilayah kecamatannya
ditetapkan KLB (kejadian luar biasa) adalah Kabupaten
Bondowoso. Kejadian diare di Kabupaten Bondowoso sampai
dengan bulan September tahun 2015 sebanyak 22.791 penderita
diare. Kejadian diare di Kabupaten Bondowoso terbanyak terjadi di
Kecamatan Tlogosari, Kecamatan Cermee, dan Kecamatan
Wonosari. Penderita diare sampai bulan September tahun 2015 di
20
Kecamatan Cermee sebanyak 1.741 penderita diare dengan cakupan
terbanyak berada di Desa Solor. Pada tahun 2013 di Kecamatan
Cermee ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) diare.
Morbiditas
Berdasarkan data diatas, pelayanan kesehatan gigi dan mulut belum
menjadi prioritas masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Selain itu, masih banyak puskesmas yang belum
memiliki sistem pencatatan pelaporan yang baik untuk pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, hal ini dapat dilihat dari laporan yang
masuk, masih ada beberapa puskesmas yang tidak mengirimkan
laporan. Oleh sebab itu, perlu adanya peningkatan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut melalui kegiatan promotif dan preventif
serta peningkatan kapasitas dan penempatan tenaga kesehatan yang
mempunyai kapabilitas dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
serta peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan gigi
dan mulut yang masih kurang saat ini.
21
6. Merumuskan tujuan pembelajaran
- Konsep Rumah Sehat
- Konsep PHBS
- Kebersihan Gigi dan Mulut
- POA (Planning of Action)
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga. Menurut Dinkes (2005), secara umum rumah dapat
dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria yaitu: (1) memenuhi kebutuhan fisiologis
22
meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang gerak yang cukup, dan terhindar dari
kebisingan yang mengganggu; (2) memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy
yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah; (3)
memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan cukup sinar matahari
pagi; (4)memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir (Notoatmodjo, 2003).
Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum
komponen rumah dan sarana sanitasi tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan
perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Minimum yang memenuhi
kriteria sehat pada masing-masing parameter adalah sebagai berikut: (1) minimum
dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar
tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, dan
pencahayaan; (2) minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih,
jamban (sarana pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan
sarana pembuangan sampah; (3) perilaku sanitasi rumah adalah usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik yang
digunakan (Dinas Kesehatan, 2005).
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan
jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya
kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir
penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu
rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya
permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan
karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena rumah dibangun
berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).
23
maka akan menyebabkan terjadinya berbagai masalah kesehatan seperti
meningkatkannya angka kesakitan penyakit berbasis lingkungan seperti diare,
terjadinya masalah sosial dan masalah kenyamanan dan keindahan daerah. Salah satu
bentuk upaya pengelolaan sanitasi lingkungan adalah penerapan rumah sehat yang
mencakup sanitasi dasar seperti penyediaan air bersih, penggunaan jamban,
pembuangan limbah dan sampah.
2.3.2 Dinding
Dinding rumah yang terbuat dari tembok adalah baik. Pada dasarnya dinding
yang terbuat dari tembok untuk kondisi geografis beriklim tropis khususnya kurang
cocok karena selain mahal dari segi ekonomi juga kurang mendapatkan penerangan
alamiah yang cukup apalagi bila ventilasinya tidak optimal.
2.3.3 Atap
Atap rumah yang terbuat dari genteng umumnya dipakai untuk daerah
perkotaan maupun pedesaan. Atap dari genteng sangat cocok untuk daerah beriklim
tropis seperti di Indonesia ini karena dapat menciptakan suhu yang sejuk dalam
24
rumah. Atap dari seng dan asbes sebaiknya tidak digunakan, karena selain mahal juga
menimbulkan suhu panas didalam rumah (Mukono, 2000).
2.3.4 Ventilasi
Ventilasi rumah memiliki banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga pertukaran aliran udara dalam rumah tersebut agar tetap segar dan optimal.
Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan untuk penghuni rumah tersebut
tetap terjaga. Kurangnya ventilasi dalam rumah akan menyebabkan kurangnya O2
dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun akan meningkat. Fungsi
kedua adalah untuk membebaskan udara dari bakteri-bakteri, terutama bakteri
patogen. Ada dua macam ventilasi yakni ventilasi alamiah dan ventilasi buatan.
2.3.5 Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan pencahayaan dari cahaya yang cukup dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk dalam rumah akan menyebabkan
berkembangnya beberapa bakteri, karena dalam hal ini pencahayaan yang kurang
akan menjadi media yang sangat baik untuk berkembang biaknya bakteri-bakteri
tersebut khususnya bakteri patogen. Serta akan menimbulkan beberapa masalah
kesehatan atau penyakit.
25
Minimal cahaya yang masuk adalah lebih dari 60 lux dan tidak menyilaukan
sehingga cahaya matahari dapat membunuh bakter-bakteri patogen (Kusnoputranto
dan Suzanna, 2000).
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak
kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius
penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan
dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan
tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam
panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2000).
Macam-macam sumber air minum antara lain : (1). Air permukaan adalah
air yang terdapat pada permukaan tanah. Misalnya air sungai, air rawa dan danau;
(2). Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau
air tanah dalam. Air dalam tanah adalah air yang diperoleh pengumpulan air pada
lapisan tanah yang dalam. Misalnya air sumur, air dari mata air; (3). Air angkasa yaitu
air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju (Slamet, 2002). Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah: (1). mengambil air dari
sumber air yang bersih; (2). mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih
dan tertutup serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air; (3). memelihara
atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan sumber
pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti
septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter; (4).
mengunakan air yang direbus; (5). mencuci semua peralatan masak dan makan
dengan air yang bersih dan cukup (Depkes RI, 2000).
26
2.2.7 Sarana Pembuangan Tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya
penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui tinja antara lain penyakit
diare. Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah : (1).
tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya; (2). tidak mengotori air permukaan
di sekitarnya; (3). tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya; (4). kotoran tidak
boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau
perkembangbiakan vektor penyakit lainnya; (5). tidak menimbulkan bau; (6).
pembuatannya murah; (7). mudah digunakan dan dipelihara (Notoatmodjo, 2003).
27
Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat
didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat menimbulkan
wabah; (8). Jamban kimia : Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic
soda sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam
kendaraan umum misalnya dalam pesawat udara, dapat pula digunakan dalam
rumah. Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan
meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat
dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang
memenuhi syarat sanitasi (Entjang, 2000)
Anak balita yang berasal dari keluarga yang menggunakan jamban yang
dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di
desa. Sedangkan keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1%
diare terjadi di kota dan 8,9% di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluarga
yang mempergunakan sungai sebagai tempat pembuangan tinja, yaitu 17% di kota
dan 12,7 di desa (Entjang, 2000).
Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab.
Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, paling tidak perlu diplester dan
akan lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan (Depkes,
2002). Jenis lantai rumah tinggal mempunyai hubungan yang bermakna pula dengan
kejadian diare pada anak balita, Hal ini ditinjau dari jenis alas atau bahan dasar
penutup bagian bawah, dinilai dari segi bahan dan kedap air. Lantai dari tanah lebih
baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit pada penghuninya, oleh karena itu perlu
dilapisi dengan lapisan yang kedap air (disemen, dipasang keramik, dan teraso).
Lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah untuk mencegah masuknya air
ke dalam rumah (Sanropie, 1989).
2.2.9 Sampah
Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak terpakai lagi
oleh manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan
28
manusia dan dibuang. Pengelolaan sampah yang baik adalah dengan cara
dikumpulkan dan kemudian dilakukan pengangkutan. Pengumpulan sampah menjadi
tanggung jawab masing-masing rumah tangga yang dalam hal ini menghasilkan
sampah. Selanjutnya untuk kemudian dilakukan pemusnahan. Hal ini dilakukan untuk
sampah yang berbentuk sampah padat, yakni bisa dilakukan pembakaran dalam
tungku pembakaran, ditimbun dalam tanah, maupun dibuat pupuk. Dengan demikian
akan tercipta lingkungan dalam rumah yang bersih dan menyehatkan (Evierni dkk,
2010).
Cara lain adalah dengan membuat kolam oksidasi. Pada umumnya cara ini
adalah memanfaaatkan cahaya langsung dari sinar matahari, ganggang, bakteri dan
oksigen dalam pembersihan secara alamiah. Cara selanjutnya adalah dengan membuat
saluran irigasi yakni dengan membuat parit terbuka untuk saluran pembuangan air
limbah. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar air limbah meresap terlebih dahulu
kedalam parit-parit terbuka yang dalam hal ini terbuat dari galian tanah sehingga
lingkungan sekitar tidak akan tercemar (Evierni, 2010).
2.3.12 Kelembaban
Kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya tahan
tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri.
Kelembaban dianggap baik jika memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40%
atau lebih dari 70%. Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi
udara yang tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah
sehingga kelembaban udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban
29
udara tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki
peran besar dalam patogenesis penyakit pernafasan (Vita Oktaviani, 2005).
30
bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama. Dengan demikian
kualitas udara tidak bebas dalam ruangan sangat bervariasi. Apabila terdapat udara
yang tidak bebas dalam ruangan, maka bahan pencemar udara dalam konsentrasi yang
cukup memiliki kesempatan untuk memasuki tubuh penghuninya.
Dampak dari adanya pencemar udara dalam ruang rumah terhadap kesehatan
dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan kesehatan
secara langsung dapat terjadi setelah terpajan, antara lain yaitu iritasi mata, iritasi
hidung dan tenggorokan, serta sakit kepala, mual dan nyeri otot (fatigue), termasuk
asma, hipersensitivitas pneumonia, flu dan penyakit–penyakit virus lainnya.
Sedangkan gangguan kesehatan secara tidak langsung dampaknya dapat terjadi
beberapa tahun kemudian setelah terpajan, antara lain penyakit paru, jantung, dan
kanker, yang sulit diobati dan berakibat fatal (Menkes, 2011).
31
(CO2), Timbal (Plumbum=Pb), asap rokok (Environmental Tobacco Smoke/ETS),
Asbes, Formaldehid (HCHO), Volatile Organic Compound (VOC); (3).
Kualitas biologi terdiri dari parameter: bakteri dan jamur.
Udara dengan kadar kelembapan yang terlalu tinggi serta sirkulasi udara yang
tidak tepat dan jarak kerapatan antar bangunan yang terlalu rapat akan mampu
merangsang tumbuh dan berkembangnya mikrobiologi seperti virus, bakteri, jamur,
dan protozoa. Virus, bakteri dan jamur dapat menyebabkan infeksi dan reaksi alergik
pada lingkungan dalam ruangan tertutup. Infeksi oleh bakteri tertentu seperti penyakit
legionnaire dapat disebarkan melalui AC yang menggunakan cooling towers. Sistem
ventilasi yang buruk tersebut akan membantu pertumbuhan organisme mikrobiologi.
Sedangkan pemaparan untuk waktu yang lama oleh jamur dan mikroorganisme
lainnya dapat menyebabkan alergi atau reaksi asmatik bagi penghuni ruangan ber-AC
(Arjani Ida, 2011).
32
Gangguan kulit : kulit kering dan kulit gatal, (6) Gangguan saluran pencernaan :
diare/mencret, (7) Lain-lain : Gangguang perilaku, gangguan saluran kencing, sulit
belajar, dll (Corie, dkk. 2005).
Mikroba pencemar udara dapat berupa khamir dan kapang. Khamir adalah
fungi (jamur) bersel satu ; berbentuk bulat oval, atau silindris, berdiameter 3-5
nanomilimeter, sebagian berkembang biak dengan membentuk tunas dan membelah
diri. Habitat khamir umumnya ada pada makanan. Kapang adalah jamur berfilamen.
Satu filamen disebut hifa; kelompok hifa yang tumbuh pada suatu media disebut
miselium. Hifa terbentuk dari spora jamur. Spora berdiameter 3-30 nanomilimeter.
Habitat kapang umumnya pada kayu dan kertas.
Fungi menyebabkan penyakit pada manusia melalui salah satu dari empat cara
berikut: (1) reaksi alergi karena terpapar oleh spora atau sel vegetatif fungi yaitu
demam, asma, atau penyakit pada paru-paru yang berlangsung lama dan parah, (2)
keracunan akibat racun yang diproduksi fungi dimonal aflatoksin dapat
mengakibatkan kanker hati, (3) mycoses, yaitu infeksi jamur dalam tubuh seperti
histoplasmosis, candidiasis, superfisial mycoses (rambut, kulit, kuku), intermediate
mycoses (saluran nafas, jaringan bawah kulit), systemic mycoses (jaringan organ
dalam); atau fungi merusak persediaan makanan sehingga menyebabkan kelaparan .
Salah satu jenis kapang patogen yang sering mencemari udara di dalam ruangan
adalah Aspergillus. Kapang tersebut dapat menyebabkan pulmonary aspergillosis
karena menghirup udara yang terkontaminasi kapang Aspergillus. Aspergillus
merupakan mikroorganisme multisel berfilamen. Bersifat heterotrofik, dan dapat
ditemukan pada media organik tak hidup. Kapang dapat digunakan sebagai indikator
pencemaran udara.
Bakteri, kapang, serbuk sari, dan virus adalah jenis-jenis kontaminan biologis.
Jenis kontaminan ini berkembang biak dalam air yang menggenang di dalam pipa
saluran air, alat pelembab udara, wadah drainase, atau pada genangan air di
langitlangit, karpet, atau penyekatan. Kadangkala, kotoran serangga dan burung
dapat menjadi sumber kontaminasi. Gejala fisik yang biasa dijumpai akibat
kontaminan biologis adalah batuk, dada sesak, demam, menggigil, nyeri otot, dan
reaksi alergi seperti iritasi membran mukosa dan kongesti saluran nafas atas. Salah
satu bakteri kontaminan udara dalam ruang, Legionella, menyebabkan Legionnaire’s
Disease dan Pontiac Fever (Laila Fitria, 2008).
33
Dalam kondisi normal, di dalam udara mengandung banyak debu yang telah
tercemar oleh bermacam-macam mikroba, misalnya yang bersifat saprofit dan tidak
berbahaya. Apabila segelas air jernih ditaruh di atas meja tanpa penutup, maka dalam
3-4 hari air dalam gelas tersebut akan mulai tampak keruh. Dalam keadaan khusus,
udara dapat menjadi medium penyebaran beberapa penyakit karena droplet, tetes
kecil, yang dikeluarkan dari mulut ketika batuk, bersin, atau pada saat berbicara yang
secara tidak langsung tercemar oleh mikroba patogen (Indyah Arty, 2005). Kualitas
udara didalam ruangan sangat mempengaruhi kenyamanan penghuni ruangan
tersebut. Kualitas udara yang buruk akan menimbulkan dampak negatif berupa
keluhan gangguan kesehatan. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap
tubuh terutama daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara
meliputi organ adalah sebagai berikut : (1) Iritasi selaput lendir : Iritasi mata, mata
pedih, mata merah, mata berair, (2) Iritasi hidung : bersin, gatal, iritasi tenggorokan
sakit menelan, batuk kering, (3) Gangguan neurotoksik : sakit kepala, lemah/capai,
mudah tersinggung, sulit konsentrasi, (4) Gangguang paru-paru dan pernafasan :
batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak nafas, rasa berat di dada, (5) Gangguan kulit :
kulit kering dan kulit gatal, (6) Gangguan saluran pencernaan : diare/mencret, (7)
Lain-lain : Gangguang perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar, dll (Corie,
dkk. 2005).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sudarmaji, 2005) bahwa jamur dan
kuman adalah dua variabel yang signifikan terhadap timbulnya gangguan kesehatan
pada ruangan dalam rumah, yakni : (1) Jamur berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan kesehatan berupa iritasi hidung yang berarti bahwa semakin banyak
jumlah koloni jamur dalam ruangan maka resiko 16,463 kali lebih besar untuk
terjadinya iritasi hidung, (2) Kuman berpengaruh terhadap terjadinya gangguan
kesehatan berupa mual yang berarti semakin banyak jumlah koloni kuman dalam
ruangan mempunyai resiko 1,008 kali lebih besar untuk dapat terjadinya resiko
terjadinya mual.
34
2.6.1 Rumah Tipe Sederhana
Rumah yang tidak bersusun dengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 70 m2 ,
dibangun diatas kapling tanah seluas 54 m2 sampai dengan 200 m2 dengan biaya
pembangunan per m2 tidak melebihi dari harga satuan per m2 tertinggi untuk
pembangunan rumah dinas tipe C yang berlaku.
Rumah yang tidak bersusun diangun diatas tanah dengan luas kavling 54 m2
sampai dengan 600 m2, biaya pembangunan per meter persegi tidak melebihi dari
harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan rumah dinas tipe C sampai dengan
harga per meter persegi tertinggi untuk rumah dinas tipe A yang berlaku da rumah
tidak bersusun yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling antara 200 m 2 sampai
dengan 600 m2 dan pembangunan per meter perseginya tidak tidak lebih kecil atau
sama dengan harga satuan per meter persegi tertinggi untuk pembangunan
perumahan tipe C yang berlaku. Luas lantai bangunan rumah disesuaikan dengan
KDB dan KLB yang diijinkan dalam rencana tata ruang yang berlaku.
Rumah yang tidak bersusun yang dibangun diatas kavling tanah seluas 54 m 2
sampai dengan 2000 m2, biaya pembangunan per m2 tidak melebihi harga satuan per
m2 tertinggi untuk pembangunan rumah dinas tipe A yang berlaku dan tidak bersusun
yang dibangun diatas tanah dengan luas kavling 600 m2 sampai dengan 2000 m2 dan
pembangunan per meter perseginya tidak lebih kecil atau sama dengan harga satuan
per meter persegi tertinggi untuk pembangunan perumahan tipe A yang berlaku,
dengan luas lantai anguna rumah disesuaikan dengan KDB dan KLB yang diijinkan
dalam rencana tata ruang yang berlaku.
1 Pengertian
Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah
a. Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
35
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan
Masyarakat.
b. PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat.
c. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar bagi
perorangan, kelompok dan masyarakat dengan cara membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi guna
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan
advokasi, bina suasana dan melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat
sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatannya.
PHBS dapat dilakukan di rumah tangga, sekolah, tempat umum, tempat kerja
dan institusi kesehatan.
1) PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBS serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
2) PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat.
3) PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja,
pemilik dan pengelola usaha/ kantor, agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja
sehat.
4) PHBS di tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu
untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-
tempat umum sehat.
5) PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi
Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan.
36
2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di
rumah tangga yaitu:
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga
para medis lainnya). Setiap persalinan dari ibu hamil harus ditolong oleh
tenaga kesehatan karena:
a. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam
membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih
terjamin.
b. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong
oleh atau dirujuk ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
c. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah
terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya
2) Memberi bayi ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga
bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan
bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena
mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
Bayi disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit setelah
melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan
pendarahan, berikan ASI dari kedua payudara secara bergantian. ASI
Eksklusif diberikan pada bayi usia 0-6 bulan, hanya diberi ASI saja tanpa
memberikan tambahan makanan atau minuman lain, sementara selain ASI
diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk lumat
dan jumlah yang sesuai dengan perkembangan umur bayi. Pemberian ASI
tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.
Pemberian ASI juga harus memperhatikan bahwa ibu harus yakin
mampu menyusui bayinya dan mendapat dukungan dari keluarga agar
upaya pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan bisa berhasil.
37
3) Menimbang bayi dan balita
Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1
bulan sampai 5 tahun di Posyandu untuk memantau pertumbuhannya
setiap bulan. Setelah bayi dan balita ditimbang, catat hasil penimbangan di
Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau Kartu Menuju Sehat (KMS)
maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik (lihat
perkembangannya).
38
a. Tidak mencemari sumber air minum (Jarak antara sumber air
minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
b. Tidak berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan
tikus.
d. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
7) Memberantas jentik di rumah
Keluarga perlu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3 M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus
Menghindari gigitan nyamuk). 3 M Plus adalah tiga cara plus yang
dilakukan pada saat PSN yaitu :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air
seperti bak mandi, tatakan kulkas, alas pot kembang.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang
bak kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat
menampung air hujan.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang
dapat menampung air.
d. Plus menghindari gigitan nyamuk yaitu dengan menggunakan
kelambu, memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk,
menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar,
mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai,
menabur larvasida di tempat yang sulit dikuras dan
memelihara ikan pemakan jentik di kolam.
39
Adapun porsi ideal sayur dan buah tiap hari untuk menjaga tubuh tetap
sehat yaitu mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau
sebaliknya setiap hari. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak
kandungan dari gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan
mentah atau dikukus.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Setiap anggota keluarga diharapkan melakukan aktivitas fisik secara
bertahap sampai mencapai 30 menit setiap hari, bisa dilakukan sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan, berupa kegiatan sehari-hari dan
olahraga. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat menyehatkan
jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya
10) Tidak merokok di dalam rumah
Bahaya merokok di dalam rumah yaitu asap rokok yang mengandung
zat-zat nikotin, tar dan zat berbahaya lainnya terhisap oleh perokok pasif
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit antara lain jantung dan
pembuluh darah.
40
d.Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu
bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.
Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Pendidkan kesehatan gigi dan
mulut merupakan suatu proses Pendidikan yang timbul atas dasar kebutuhan
kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk menghasilkan kesehatan gigi dan
mulut yang baik dan meningkatkan taraf hidup (Pramono, 2014).
Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan
perwatan secara berkala. Perawtan dapa dimulai dari memperhatian diet
makanan, jangan terlalu banyak makanan yang mengandung gula dan makanan
yang lengket. Pembersihan plak dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat
gigi, Teknik dan caranya jangan sampai merusak struktur gigi dan gusi.
41
Pembersihan karang gigi dan penambahan gigi yang berlubang oleh dokter gigi,
serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Kunjungan
berkala ke dokter gigi hendaknya dilakukan teratur setiap enam bulan sekali baik
ada keluhan ataupun tidak ada keluhan. Dengan perawatan yang tepat pada gigi,
maka akan dapat menghindari berbagai masalah gigi dan gusi seperti gigi
berlubang dan karang gigi serta masalah bau mulut (Djuwita, 2013).
Pada manusia dapat diketahui 4 (empat) macam gigi yang terdapat pada mulut
disertai dengan arti definisi dan pengertian antara lain sebagai berikut :
1. Gigi seri
Dikenal dengan istilah’’incisivus’’, adalah gigi yang memiliki satu akar yang
berfungsi untuk memotong dan mengerat makanan atau benda lainnya.
Jumlahnya ada 8, dengan pembagian 4 berada di rahang atas dan 4 berada di
rahang bawah. Gigi seri susu mulai tumbuh pada bayi berkisar antara usia 4
hingga 6 bulan, kemudian diganti dengan gigi seri permanen pada usia 5
hingga usia 6 tahun pada rahang bawah dan pada usia 7 hingga 8 tahun pada
rahang atas (pramono,2014).
2. Gigi taring
Dikenal dengan istilah ,,caninus’’ adalah gigi yang memiliki satu akar dan
memiliki fungsi untuk mengoyak makanan atau benda lainnya. Jumlahnya ada
4, dengan pembagian 2 ditiap rahang, 1 di kiri dan 1 di kanan. Gigi susu
caninus ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 11 hingga 13
tahun. Selanjutnya adalah gigi graham. Gigi geraham terdiri atas dua bagian,
antra lain sebagai berikut :
3. Gigi graham kecil
Dikenal dengan istilah ‘’pra-mola’’, adalah gigi gerakan kecil adalah gigi
punya dua akar yang berfungsi untuk menggilas dan mengunyah makanan
atau benda lainnya.umunya tumbuh pada usia 10 hingga usia 11 tahun dan
menggantikan posisi dari gigi molar susu. Bersama gigi molar, gii ini
berfungsi untuk melumatkan makanan, dan pada proses orthodontic
(pramono, 2014)
4. Gigi graham
Dikenal d3engan istilah ‘’Molar’’, adalah gigi yang memiliki tiga akar yang
memiliki fungsi untuk melumat dan mengunyah makanan atau benda-benda
42
lainnya. Gigi molar susu berjumlah 8 seperti gigi premolar. Sedangkan gigi
molar permanen tumbuh di belakang gigi premolar setelag gigi molar susu
lepas dan digantikan oleh gigi premolar. Jumlah gigi dari gigi molar permanen
adalah 12, dengan pembagian 6 di tiap rahang, 3 di tiap sisi kanan dari kiri.
Gigi molar permanen inilah yang paling banyak keluhan karena umunya
mudah berlubang, sehingga dokter gigi menganjurkan minimal setiap 6 bulan
sekali cek kesehatan gigi (pramono, 2014).
Pada bagian gigi manusia terstruktur / tersusun ada 4 (empat) jaringan yait :
1. Mahkota : merupakan bagian yang menonjol dari rahang.
2. Leher : merupakan bagian yang terletak antra mahkota dengan bagian akar
gigi.
3. Akar : merupakan bagian yang tertanam di dalam rahang.
Tanda-tanda gigi mulai berlubang adalah dimulai dengan munculnya plak putih
seperti kapur pada permukaan gigi. Selanjutnya, warnanya akan berubah
menjadi cokelat, kemudian mulai membentuk lubang. Spot kecokletan yang
buram menunjukkan proses demineralisasi yang sedang aktif. Oleh sebab itu,
diperlukan pemeriksaan ruitn untuk mendeteksi dini timbulnya lubang.
Apabila kerusakan telah mencapai dentin ( dentin merupakan bentuk pokok dari
gigi yang melindungi daerah akar gigi), biasanya mengeluh sakit atau timbul
ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas atau dingin. Gejala gigi
berlubang umumnya, adalah sakit gigi, gigi menjadi sensitif setelah makan atau
minum manis, asam, panas atau dingin. Terlihat atau terasa adanya lubang pada
gigi, nyeri ketika menggigit dan bau mulut (Halitosis) (Saputra,2013).
43
1. Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat
mempertinggi faktor resiko terkena karies. Amelogenesis imferfekta,
dapat timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang. Disamping itu ada
penyakit dimana enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis
imperfekta adalah ketidak sempurnaan pembentyukan dentin. Pada
kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies.
2. Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau
alur dalam gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga
sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.
3. Mulut merupakan tempat berkembangnya banyak bakteri, namun
hanya sedikit bakteri penyebab karies yaitu streptococcus mutanas dan
lactobacilli. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan
adalah lactobacillus achidophilus, actinomyees viscosus, nocardia spp,
dan strepcoccus mutanas.
4. Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik
dapat mempengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang
mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut
dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan Ph. Ph
dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses
sebelumnya telah melarutkan mineral gigi (Sriyono, 2009).
Selain 4 faktor diatas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies
yaitu:
1. Air liur dapat menjadi penyeimbang lingkungan asam pada mulut.
Terdapat keadaan dimana air liur mengalami gangguan produksi,
seperti pada diabetes mellitus.
2. Obat-obatan seperti antihistamin dan anti depresan dapat
mempengaruhi produksi air liur. Terapi radiasi pada kepala dan leher
dapat merusak sel pada kelenjar liur.
3. Penggunaan tembakau dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau
adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontics, seperti dapat
menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi
akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami
demineralisasi.
4. Karies botol susu adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak
pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang
44
atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga. Sering muncul pada
anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis(misalnya susu) dengan
botolnya. Sering pula disebabkan oleh pemberian makana pada anak-
anak dengan cairan manis.
5. Ada juga karies yang merajarela atau karies yang menjalar kesemua
gigi. Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia,
kebersihan mulut yang buruk,pengonsumsi gula yang tinggi, dan
pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering. Bila
karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher,
ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi (Pramono,2014).
5 Fungsi gigi
Secara histologis, jaringan gigi dan mulut berasal dari mesoderm dan ektoderm,
yang memiliki 3 fungsi utama yaitu :
6 Manfaat gigi
1. Supaya gigi tetap bersih
2. Untuk menambah percaya diri karena memiliki gigi putih, bersih, dan
senyum yang sehat
3. Agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut
4. Dapat berfungsi dengan baik
45
3. Batasi mengkonsumsi makan manis, makanan manis dan lengket mudah
melekat pada gigi yang bilamana tidak langsung dibersihkan akan
membentuk plak dan akhirnya menyebabkan kerusakan gigi. Upaya yang
dapat di lakukan adalah dengan menyikat gigi segera setelah
mengkonsumsi makanan tersebut.
4. Pasta gigi pilihan dengan perpaduan bahan alami da ilmiah, pemilihan
pasta gigi yang tepat juga membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut.
pasta gigi yang mengandung perpaduan bahan alami ( jeruk nipis, garam
dan daun sirih ) unuk merawat kesehatan gigi dan mulut secara alami, dan
bahan ilmiah ( kalsium dan fluoride ) sebagai perlindungan maksimum agar
gigi tidak mudah berlubang.
5. Periksa gigi secara rutin, jagalah kebersihan gigi dan mulut dengan
memeriksakan gigi dan mulut ke dokter gigi setidaknya setiap enam bulan
sekali dengan catatan rutin ( Djuwita, 2013 )
46
Jarak pembuangan sampah dengan rumah kurang dari 2 meter 30,29%
Masyarakat yang tidak mempunyai tempat pembuangan sampah
sementara 29,14%.
Masyarakat membuang sampah sembarang tempat 18,86%
Tempat penampungan sampah masyarakat yang masih terbuka 58,29%
Warga mengatakan tidak ada kegiatan gotong-royong untuk membuat
penampungan sampah
Warga mengatakan Tempat pembuangan sampah akhir jauh berada di
desa tetangga
2. Resiko Terjadinya Peningkatan Karies Gigi Akibat Jarang Gosok Gigi Didesa
Sumberejo Kecamatan Sukaharja Berhubungan Dengan Ketidaktahuan Dan
Ketidakkemauan Murid Murid Sd Tentang Menggosok Gigi Ditandai
Dengan :
Karies Gigi Pada Murid-Murid Sd Sebanyak 62%
Kunjungan Puskemas Keluhan Sakit Gigi Pada Murid Sd 44,2%.
47
Setelah Dilakukan program asuhan keperawatan komunitas Kegiatan
Kunjungan Puskesmas Diharapkan Murid Murid Sd Desa Sumberejo
Kecamatan Sukaharja Mau Dan Tau Untuk Menerapkan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Agar Mengurangi Resiko Terjadinya Karies Gigi.
Tujuan jangkapendek :
48
E. PLANNING OF ACTION (POA)
No Dx.keperawatan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat PJ Msy. PJ Mhs. Dana
1. Resiko tinggi Penyuluhantentang Masyarakat 24 Juni 2019 BalaiDesa sumber rejo Bapak Budi Vina Puspita Sumbanganm
terjadinya penyakit PHBS sumber rejo asyarakat
(10.00 – 11.00 WIB)
berhubungan dengan (dampakmerokok,
lingkungan yang tidak didalamrumah,
sehat serta PHBS yang akibatdaritidakmencucit
kurang di desa sumber angandengansabun,
rejo dampaktidakmenggunak
an air
bersihterutamapadaangg
otakeluarga
Demonstrasikancucitan MasyarakatD 24Juni(11.00 WIB) BalaiDesa sumber rejo BapakBudi Dina Ekadasi
gandengan 6 langkah esa seumber
yang benar rejo
Konselingmasalah MasyarakatD 25 juni (13.00 – BalaiDesa sumber rejo IbuNani Indah Maya sari Sumbanganm
PHBS esa seumber 15.00 WIB) asyarakat
rejo
2. Kurang nya Penyuluhantentangpenti Masyarakat 25 juni (09.00- 10.00 BalaiDesa sumber rejo IbuNani Indri ramadanti Sumbanganm
pengetahuan tentang ngnya merawat gigi dan desa sumber WIB) asyarakat
perawatan kesehatan mulut rejo
gigi dan mulut
Mendemostrasikan cara MasyarakatD 25 juni (09.00- 10.00 Puskesmas IbuNani Dina ulya ratih Puskesmas
berhubungan dengan
menggosok gigi yang esa seumber WIB)
jarang menggosok KelurahanDesa
baik dan benar rejo
gigi sumber rejo
50
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Potensial rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Sumberejo
Kecamatan Sukaharja berhubungan dengan masyarakat sebagian besar
Masyarakat membuang sampah sembarangan ditandai dengan
Jarak pembuangan sampah dengan rumah kurang dari 2 meter 30,29%
Masyarakat yang tidak mempunyai tempat pembuangan sampah
sementara 29,14%.
Masyarakat membuang sampah sembarang tempat 18,86%
Tempat penampungan sampah masyarakat yang masih terbuka 58,29%
Warga mengatakan tidak ada kegiatan gotong-royong untuk membuat
penampungan sampah
Warga mengatakan Tempat pembuangan sampah akhir jauh berada di
desa tetangga
2. Resiko Terjadinya Peningkatan Karies Gigi Akibat Jarang Gosok Gigi Didesa
Sumberejo Kecamatan Sukaharja Berhubungan Dengan Ketidaktahuan Dan
Ketidakkemauan Murid Murid Sd Tentang Menggosok Gigi Ditandai
Dengan:
Tujuan jangkapendek :
52
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan komunitas adalah suatu bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan merupakan bantuan sosial, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan dalam meningkatkan dedrajat
kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, dan ditujukan
kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
B. SARAN
Dengan terselesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang dapat memahami
konsep Keperawatan Komunitas dengan baik serta hubungannya dengan ilmu
keperawatan yang telah ditekuni.hal tersebut ditunjukan agar mahasiswa .
53
DAFTAR PUSTAKA
Nur Widayati : Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2 Mei 2014: 196–205
Nunun Nurhajati, Jurnal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Masyarakat Desa
Samir Dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat .2015
Meigy Adella,Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Anak Di Panti Asuhan Al-
Akbar Pekanbaru. Vol 4, No 4, Oktober 2017
Koes Irianto. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health). Bandung : Alfabeta
Koes Irianto. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health). Bandung : Alfabeta
54