(FIX) Sist. Pencernaan Parotitis
(FIX) Sist. Pencernaan Parotitis
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan dan menyusun makalah “Asuhan Keperawatan
Gangguan pada Sistem Pencernaan: Parotitis” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, serta
pihak-pihak lain yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu guna untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II Ibu Hotnida Erlin Situmorang, S.Kep., Ns.,
M.Ng. Oleh sebab itu penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dalam rangka menambah wawasan seorang perawat serta bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 3
1.2 Tujuan .................................................................................................................................... 4
1.3 Manfaat .................................................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................................... 5
2.1 Anatomi Fisiologi Kelenjar Saliva ........................................................................................ 5
2.2 Definisi .................................................................................................................................. 7
2.3 Etiologi .................................................................................................................................. 9
2.4 Patofisiologi ......................................................................................................................... 12
2.5 Pathaway.............................................................................................................................. 15
2.6 Manifestasi Klinis ................................................................................................................ 16
2.7 Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................................................... 16
2.8 Penatalaksanaan ................................................................................................................... 18
2.9 Komplikasi........................................................................................................................... 21
2.10 Prognosis ........................................................................................................................... 22
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................ 24
3.1 Pengkajian ........................................................................................................................... 24
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................................ 25
3.3 Intervensi Keperawatan ....................................................................................................... 26
BAB IV KASUS BAYANGAN ASUHAN KEPERAWATAN .................................................. 32
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
melalui makalah ini kami memberikan solusi dapat memberikan pengetahuan
dan tata cara pencegahan dari penyakit parotitis sehingga skala kejadian
penyakit tersebut dapat menurun dan bermanfaat pula bagi perawat yakni
mampu melaksanakan asuhan keperawatan atas pasien dengan Parotitis
dengan tepat dan benar.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mempelajari konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Parotitis
1.3 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu sumber belajar pada
Keperawatan Pencernaan II dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
saluran parotis atau saluran stensen. Ada dua struktur penting yang
melintasi kelenjar parotis, yaitu arteri karotis eksterna dan saraf kraial ke
tujuh (saraf fasialis).
b) Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah
parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula dan
berukuran kira-kira sebesar buah kenari. Seketnya dituangkan ke dalam
mulut melalui saluran submandibularis atau saluran Wharton, yang
bermuara di dasar mulut, dekat frenulum linguage.
c) Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak
paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape),
terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-
masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk
membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum
lingualis.
2. Kelenjar saliva minor
Terdapat lebih dari 600 kelenjar liur minor yang terletak di kacum oral di
dalam lamina propria mukosa oral. Diameternya 1-2mm. Kelenjar ini
biasanya merupakan sejumlah asinus yang terhubung dalam lobulus kecil.
Kelenjar liur minor mungkin mempunyai saluran ekskresi bersama dengan
kelenjar minor yang lain, atau mungkin juga mempunyai saluran sendiri.
Secara alami, sekresi utamanya adalah mukous (kecuali Kelenjar Von
Ebner) dan mempunyai banyak fungsi, seperti membasahi kavum oral
dengan saliva.
a. Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa
kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior
dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus
anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior
berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah.
Kelenjar ini bersifat murni mukus.
b. Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir.
Kelenjar ini bersifat mukus dan serus.
6
c. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak
dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras.
d. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan
kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan
glossopalatinal.
Kelenjar saliva berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan
mulut, dimana Kelenjar saliva merupakan organ yang terbentuk dari sel-sel
khusus yang mensekresi saliva ke dalam rongga mulut. Kelenjar ini
mengandung enzim, air, lendir yang sangat berperan dalam proses pencernaan
makan. Fungsi kelenjar saliva antara lain:
a) Lubrikasi dan membersihkan mukosa oral, melindunginya dari
kekeringan, dan bahan-bahan karsinogen.
b) Membantu pencernaan makanan melalui aktivitas enzim (amylase
atau ptyalin) yang dikandungnya.
c) Sebagai buffer mukosa oral terhadap bahan yang bersifat asam dan
bakteri.
d) Aktivitas anti bakteri.
e) Membantu mempertahankan integritas gigi karena saliva berperan
dalam remineralisasi permukaan gigi.
f) Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah).
Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukurang tentang keseimbangan
air dalam tubuh. Setiap kelenjar ludah dapat terkena infeksi. Tetapi, yang
terdahulu terserang adalah kelenjar parotis karena letaknya dekat dengan
mulut dan juga karena dapat terjadinya sumbatan saluran parotis.
2.2 Definisi
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada kelenjar parotis akibat virus.
Penyakit ini merupakan penyebab edema kelenjar parotis yang paling sering.
Kejadian parotis saat ini berkurang karena adanya vaksinasi. Insidens parotitis
tertinggi pada anak-anak berusia 4-6 tahun. Onset penyakit ini diawali dengan
adanya rasa nyeri dan bengkak pada daerah sekitar kelenjar parotis. Masa
inkubasi berkisar antara 2 hingga 3 minggu. Gejala lainnya berupa demam,
malaise. Mialgia, serta sakit kepala (Susyana Tamin, 2011). Pada saluran
kelenjar ludah, terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan
penyumbatan saluran. Parotitis yang juga dikenal sebagai penyakit gondong
7
ini adalah penyakit yang biasanya menyerang anak-anak berusia 2-12 tahun.
Jika seseorang pernah menderita penyakit ini, maka orang itu akan memiliki
kekebalan seumur hidupnya. Penyakit Parotitis (gondongan) adalah suatu
penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang
menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang
sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian
bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara
endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak
dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus). (Warta Medika, 2009).
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 3040%
penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat
8
menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak
sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata
17-18 hari.
a. Parotitis kambuhan
Maksud kambuhan di sini adalah, apabila pasien yang sebelumnya telah
terinfeksi, kemudian kambuh kembali. Anak-anak yang biasanya terkena
parotitis tipe ini adalah ketika sampai pada usia antara 1 bulan hingga
akhir usia kanak-kanak (sampai 12 tahun).
b. Parotitis akut
Tanda yang nampak dari parotitis akut ini adalah rasa sakit yang tiba-
tiba, kemerahan dan pembengkakan pada daerah parotis. Tanda-tanda
parotitis akut ini dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang dilakukan
pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut. Hal
menegnai pasca-bedah ini khususnya apabila penggunaan anastesi umum
lama dan ada gangguan hidrasi.
2.3 Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok
paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza,
measles, dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus
sebesar 90–300 mµ. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal,
darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus ini aktif dalam
9
lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari
pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh
formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus
masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Virus bereplikasi pada
mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa lokal dan
diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung
selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar
parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk
ke sistem saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel
mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari
ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain.
Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari
sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi
24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah
pembengkakan menghilang (Sumarmo, 2008).
10
Penyebab autoimun diketahui sebagai parotitis kronis autoimun.
Sindrom Sjogren’s meruapakan inflamasi kronis pada kelenjar saliva bisa
menjadi sebuah penyakit autoimun yang dikenal sebagai Sindrom
Sjogren’s. Penyakit ini paling umum muncul pada orang berumur 40-60
tahun, tetapi bisa juga menyerang anak kecil. Pada sindrom Sjogren’s,
prevalensi parotitis perempuan : laki-laki berkisar 9 : 1. Sindrom ini sering
bermanifestasi dengan kekeringan berlebihan pada mata, mulut, hidung,
vagtna dan kulit. Blokade atau penyumbatan dari saluran parotis utama,
satu dari cabangnya, sering menyebabkan parotitis akut, inflamasi
selanjutnya terhadap super infeksi bakteri. Penyumbatan bisa terjadi akibat
dari batu saliva, sumbatan mucus, atau jarang dari tumor ganas. Batu saliva
atau bisa dikenal dengan sialolithiasis atau kalkulus saluran saliva
merupakan bentukan dari kalsium tetapi tidak mengindikasikan kelainan
kalsium. Batu saliva pada kelenjar parotis lebih sering terbentuk di hilum
atau di dalam parenkim. Gejala yang dirasakan pasien adalah terdapat
bengkak yang hilang timbul disertai dengan rasa nyeri. Dapat teraba batu
pada kelenjar yang terlibat Batu saliva didiagnosa melalui X-Ray, CT Scan
atau USG (Professor of otolaryngology, 2009).
11
digaris bawahi wabah gondok ini sulit untuk dilakukan uji biologis, pada
tes serologi pemberian vaksinasi secara global harus dikaji dengan hati-
hati. Deteksi gondok dengan menggunakan RNA virus dalam air liur
merupakan tes yang paling cocok dalam hal ini.
2.4 Patofisiologi
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab
parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat Percikan ludah,
kontak langsung dengan penderita parotitis lain, muntahan, dan urine. Virus
tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang
terkena adalah kelenjar parotis, infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar
parotis terkadang dikaitkan dengan komplikasi seperti meningitis, pankreatitis
atau orchitis. Untuk mengetahui infeksi mumps dibuktikan dengan adanya
kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum
konvalesens, dikatakan negatif jika <0.100, positif jika> 0.200 atau samar-
samar jika 0.100 ≥ A ≤0.200. Semakin banyak penumpukan virus di dalam
tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius
kemudian terjadi viremia (masuknya virus ke dalam aliran darah) dan
selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan
menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi
demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot. Kemudian dalam 3
hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral
kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada
manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air
seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan
nekrosis jaringan.
12
parotis. Masa inkubasi berkisar antara 2 hingga 3 minggu. Gejala lainnya
berupa demam, malaise, mialgia, serta sakit kepala (Tamin, Susyana & Duhita
Yassi, 2011).
Parotitis tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau
epidemik. Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12
tahun. Parotitis sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari
dua tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau
dilindungi oleh antibody yang baik. Anak yang pernah menderita parotitis
akan memiliki kekebalan seumur hidupnya (Nahlieli, 2005). Penularan atau
penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah,
bahan muntah, mungkin dengan urine. Virus tersebut masuk tubuh bisa
melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar
parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan
adanya kenaikan titer Ig-M dan Ig-G secara bermakna dari serum akut dan
serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh
sehingga terjadi proliferasi di parotis atau epitel traktus respiratorius kemudian
terjadi viremia (ikutnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus
berdiam di jaringan kelenjar atau saraf yang kemudian akan menginfeksi
glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
13
1-3 hari, biasanya demam menghilang 1-6 hari dan suhu menjadi normal
sebelum hilangnya pembengkakan kelenjar.bagian bawah daun telinga
terangkat keatas dan keluar oleh pembengkakan glandula parotis.
Pembengkakan dapat disertai nyeri hebat, nyeri mulai berkurang setelah
tercapai pembengkakan maksimal berlangsung selama 6-10 hari. Biasanya
satu glandula parotis membesar kemudian diikuti yang lainnya dalam beberapa
hari. Adakalanya kanan dan kiri membesar bersamaaan parotis unilateral
ditemukan kira-kira 25% (Berker, 2004).
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi
demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot. Kemudian dalam 3 hari
terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian
bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia
selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan
liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis
jaringan (Mansjoer, 2000). Kondisi parotitis memberikan berbagai masalah
keperawatan pada pasien. Adanya respons inflamasi sistemik memberikan
manifestasi peningkatan suhu tubuh. Manifestasi respons ketidaknyamanan
sakit kepala dan anoreksia memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh.
Manifestasi respon ketidaknyamanan sakit kepala dan anoreksia memberikan
manifestasi nyeri dan ketidak seimbangan pemenuhan nutrisi. Raad et al
(1990), setelah kajian literatur, menyimpulkan bahwa faktor utama dalam
patogenesis adalah dilatasi duktus dengan atau tanpa bukti obstruksi dan
infeksi persisten derajat rendah.
14
2.5 Pathaway
Pamyxovirus
MK :
Masuk mulut/ hidung Potensial
Komplikasi
Meningoenseph
Poliferasi
alitis, orkitis,
meningitis,
Viremia (virus ikut aliran darah) ooforitis,
nefritis,
miokarditis,
Virus berdiam di kelenjar parotid artritis
Penurunan fungsi
pendengaran
Tubuh berusaha melawan
Permeabilitas kapiler & venul
virus dgn cara
yg terinfeksi terhadap protein
meningkat
MK : Gangguan Suhu tubuh memperbanyak aliran
Pendengaran naik darah : Vasodilatasi Difusi protein & filtrasi
sistem mikrosirkulasi air ke interstisiel
area yg terinfeksi
MK :
Hipertermi Bengkak & kemerahan
Sakit Syaraf-syaraf
Anoreksia Kaku Kelenjar
menelan dan mengalami
otot parotis
mengunyah penekanan
membesar
MK :
Ketidakseimbanga Pipi dan leher Saat tidur jika bagian bengkak tdk MK :
n nutrisi kurang membesar sengaja tertekan akan sangat sakit Nyeri
dari kebutuhan sekali & mengejutkan Akut
tubuh
MK : Gangguan
citra tubuh MK: Gangguan rasa
nyaman:pola Istirahat
tidur
Belum mengerti
15 tentang
MK : Ansietas perawatan penyakit parotitis
2.6 Manifestasi Klinis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus
mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka
sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat
menjadi sumber penularan penyakit tersebut.
b. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih
2 minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.
16
c. Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan
adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat
dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer
spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.
d. Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi
virus dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin,
likuor serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat
17
hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada
pada biakan yang diberi serum hiperimun.
2.8 Penatalaksanaan
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang
sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi
spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis
seluruhnya simptomatis dan suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog
(perangsang keluarnya ludah/saliva) seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis
eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi
karena terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan
mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.
1. Umum:
a) Isolasi untuk mencegah penularan
b) Diet bergizi tinggi (tinggi kalori dan protein)
c) Bila demam tinggi kompres dengan air hangat
d) Peralatan makanan dan minuman harus dipisah untuk mencegah
penularan
e) Memberikan informasi selengkapnya kepada pasien/orangtua dan
keluarga mengenai penyakit parotitis
f) Menjaga kebersihan gigi dan mulut sangat efektif untuk mencegah
parotitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus
2. Farmakologis
a) Tatalaksana simptomatis sesuai gejala yang dirasakan. Biasanya
antipiretik (parasetamol atau ibuprofen)
b) Antibiotic: antibiotic spectrum luas dapat diberikan pada kasus parotitis
bakteri akut yang disebabkan oleh bakteri
c) Analgetik-antipiretik bila perlu
- metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari
- parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
- hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin
berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka
18
namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum
tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai
“salicylate“ atau “acetylsalicylic acid“.
d) IVFD D5 ½ NS
Pada pasien dengan kesulitan makan, terapi cairan yang digunakan
adalah cairan yang mengandung glukosa 5%, sehingga pada pasien ini
diberikan D5 ½ NS. Maka pemberian cairannya adalah:
100 cc x 10 kg : 1000 cc
50 cc x 4 kg : 200
1200 ml (24 jam)
50 ml (jam) 12 tpm (makro)
e) Parasetamol sirup 3 x 1 ½ cth (jika demam)
Obat ini mempunyai nama generic acetaminophen. Paracetamol adalah
drivat aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesic.
Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang
disebabkan oleh karena infeksi atau sebab lainnya. Disamping itu,
paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri
dengan intensitas ringan sampai sedang.
Dosis: 10-15 mg/kgBB/kali
10 mg x 14 kg = 140 mg
15 mg x 14 kg = 210 mg
140-210 mg/kali
Sediaan: 125 mg/5ml x 187,5 ml jadi dapat diberikan 1 ½ cth
f) Diazepam 5 mg (pulv) 3 x 1 pada saat demam > 38o C.
Indikasi
Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang
timbul seperti gelisah berlebihan.
Kontraindikasi
1) Hipersensitifitas
2) Sensitivitas silang dengan benzodiazepine lain
3) Pasien koma
19
4) Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya
5) Nyeri berat tak terkendali
6) Glaucoma sudut sempit
7) Kehamilan atau laktasi
8) Diketahui intoleran terhadap alcohol atau golongan propilena
(hanya injeksi)
Efek samping
Efek samping yang sering terjadi : pusing, mengantuk
Dosis
0,3 – 0,5 mg/kgBB/kali
0,3 x 14 : 4,2 mg
0,5 x 14 : 7
Sediaan tab 5 mg diberikan 1 tab (pulv)
2.9 Pencegahan
Pencegahan adalah solusi terbaik supaya terhindar dari penyakit ini.
Cara pencegahan terbaik untuk parotitis adalah dengan imunisasi rutin
rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2011. Vaksin ini
merupakan kombinasi dengan vaksin measles (campak) dan rubella
(campak Jerman). Diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan
dan kemudian usia 5–6 tahun (FK UNUD, 2011). Penecegahan bisa
dilakukan secara pasif dan aktif. Berikut adalah perbedaan pencegahan
secara pasif dan aktif.
20
yang diisolasi dari anak, tetapi kenaikan titer antibody parotitis
ditunjukkan.
2.10 Komplikasi
Parotitis / mumps yang merupakan agen pencetusnya adalah
Paramyxovirus yang bersumber dari infeksi kelenjar saliva, infeksi ini bisa
terjadi secara langsung atau tertular dari orang yang dropletnya terinfeksi.
Period penularan penyakit yang paling banyak ditularkan sebelum dan sesudah
terbentuk pembengkakan. Penderita mumps dapat menimbulkan komplikasi,
dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut
mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas. Dibawah
ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan
yang kurang dini :
21
f) Pankreatitis. Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu
pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala
ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh
total.
g) Nefritis. Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap
penderita dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal
pada anak-anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14
hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat
sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
h) Miokarditis. Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi
infeksi ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui.
Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis.
Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T,
flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi,
pembesaran jantung dan bising sistolik.
i) Artritis. Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan
pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya
sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah
poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-
2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah
sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu
dan sembuh sempurna.
2.11 Prognosis
Prognosis pasien parotitis hidup karena gejala ringan dan tidak ditemukan
keterlibatan infeksi susunan saraf pusat. Parotitis bersifat self-limiting dan
hanya memerlukan pengobatan suportif. Prognosis fungsi karena walaupun
pasien sudah memasuki usia pubertas, orkitis terjadi unilateral. Sehingga
kecil kemungkinan terjadi atrofi testis kecil. Infeksi virus parotitis epidemika
memberikan imunitas jangka panjang, dan tidak menyebabkan kekambuhan
pada pasien sehingga prognosis ad sanationam baik. (Pudjiadi & Hadinegoro,
2009)
22
Secara umum prognosis parotitis baik, kecuali pada keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya ketulian, sterilitas karena atrofi testis dan sekuele
karena meningoensefalitis. Dapat disimpulakan bahwa gangguan parotitis
dapat sembuh dengan baik. Penjelasan diatas “ad sanationam” merupakan
bagian dari prognosis yang artinya penyakit tersebut dapat disembuhkan
dengan beberapa penanganan yang tepat.
23
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas:
(Nama, Umur, Suku/Bangsa, Agama, Pendidikan, Alamat)
2. Keluhan Utama:
(Demam, nafsu makan turun, sakit kepala, muntah, nyeri otot, bengkak, dan
sulit menelan)
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
(Demam dan merasakan nyeri pada belakang telinga dan pipi kiri.
Beberapa hari kemudian timbul bengkak dan kemerahan kemudian
menjadi sukar menelan dan nafsu makan menurun)
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
(Belum pernah di imunisasi MMR →Mumps, Morbili, Rubela)
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
(Semua anggota keluarga sudah pernah mengalami gejala yang sama dan
kemungkinan bisa tertular)
6. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolism
b) Pola eliminasi
c) Pola aktivitas sehari-hari
Adanya penurunan aktivitas dan aktivitas sehari-harinya akibat adanya
lemah, letih dan adanya dispneu.
d) Pola istirahat dan tidur
Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering terbangun pada malam
hari.
e) Pola kognitif dan persepsi sensori
Biasanya pasien terlihat kecemasan dan gelisah
f) Pola hubungan
Biasanya klien akan ikut serta dalam aktivitas social atau menarik diri
akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan serta gangguan
penampilan diri akibat bengkak.
24
g) Nilai dan kepercayaan
7. Pengkajian per Sistem
a) Sistem Pencernaan : Nafsu makan menurun, merasa tidak enak badan
dan muntah, nyeri, susah menelan akibat pembengkakan kelenjar
parotis yang terjadi.
b) Sistem Muskuloskeletal : Kelelahan dan kelemahan
c) Sistem Neurobehaviour : Kaji adanya rasa nyeri, perubahan perilaku,
penurunan kesadaran.
d) Sistem Perkemihan : Kaji adanya nokturia dan penurunanan berkemih,
warna urine, penggunaan dan keadaan kateterisasi.
e) Sistem Integumen : Posisi daun telinga meningkat,kulit teraba panas,
terjadi pembengkakan pada leher
8. Pemeriksaan Fisik:
a) B1 (breathing) : Takipnea
b) B2 (blood) : kelemahan fisik dan takikardi
c) B3 (brain) : compos mentis, mengalami kecemasan dan terus
menerus gelisah akibat manifestasi klinis dari parotitis, sakit kepala
dan kaku leher
d) B4 (bladder) : normal
e) B5 (bowel) : sulit menelan → nafsu makan menurun → BB
menurun
f) B6 (bone) : kelemahan otot, malaise
9. Pemeriksaan Penunjang:
a) Pemeriksaan darah di dapatkan leucopenia ringan dengan limfositosis
relatif
b) Kadar leukosit < 4 x 109/L darah
c) Pemeriksaan kadar amilase dalam serum naik >137 U/L darah.
25
2. Hipertermi (00007) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme:
proses inflamasi
3. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan penyakit yang diderita.
4. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis
akibat parotitis dan pengaruh lingkungan.
6. Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan penyakit (perubahan
fungsi dan struktur tubuh akibat parotitis)
7. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan gangguan
orofaring (parotitis).
8. Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar parotis.
26
makanan
2 Berikan makan lembut sedikit demi Makanan yang keras tidak mampu
sedikit dan makanan kecil tambahan dikunyah oleh pasien parotitis.
yang tepat. Menghindari makanan Makanan asam menmbah rasa
asam tidak nyaman pada pasien
parotitis.
3 Berikan diet cair atau makanan selang Bila masukan kalori gagal untuk
/hiperalimentasi bila diperlukan memenuhi kebutuhan metabolic,
dukungan nutrisi dapat digunakan
untuk mencegah malnutrisi
4 Berikan minum yang sedikit-sedikit Membasahi selaput lendir mulut
tetapi sering yang kurang basah karena jarang
digunakan
5 Berikan dukungan kepada pasien untuk Agar terjadi keseimbangan antara
mendapatkan intake kalori yang kebutuhan kalori dengan
adekuat sesuai dengan tipe tubuh dan pemasukan kalori
pola aktivitasnya
27
tanda vital
No Intervensi Rasional
1 Kaji pengetahuan pasien dan Sebagai data dasar untuk
keluarga tentang cara menurunkan memberikan intervensi selanjutnya.
suhu tubuh.
2 Anjurkan keluarga untuk Penurunan aktivitas akan
membatasi aktivitas pasien. menurunkan laju metabolisme
yang tinggi
3 Atur lingkungan yang kondusif. Kondisi ruang yang sejuk, tenang,
sedikit pengunjung memberikan
effektivitas terhadap proses
penyembuhan.
4 Beri kompres dengan air dingin Secara konduksi panas akan
pada axial, lipatan paha bila terjadi berpindah dari tubuh ke material
panas. yang dingin. Area yang digunakan
adalah area yang mempunyai
pembuluh darah arteri besar
5 Anjurkan keluarga untuk untuk Pakaian yang mudah menyerap
memakaikan pakaian yang dapat keringat sangat efektif
menyerap keringat seperti katun. meningkatkan efek dari evaporasi.
6 Kolaborasi dengan dokter dalam Antipiretik bertujuan untuk
pemberian obat antipiretik. memblok respons panas sehingga
suhu pasien dapat lebih cepat
menurun
28
NOC NIC
Domain IV Health Pain Management (1400)
Knowladge&Behavior 1) Mengobservasi rasa nyeri termasuk
Class Q Healt Behivior lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi, dan
Pain Control (1605) intensitas nyeri dan faktor pencetus.
Mengenali timbulnya nyeri (160502) 2) Mengamati tanda nonverbal dari nyeri
Mendiskripsikan penyebab nyeri 3) Menggunakan analgesic yang sesuai
(160501) 4) Mempertimbangkan jenis dari sumber
Melaporkan tanda perubahan nyeri nyeri untuk memilih strategi penanganan
pada professional kesehatan (160513) nyeri
melaporkan control nyeri (160522) 5) Ajarkan teknik nonfarmakologi seperti
hipnotis, relaksasi, terapi music.
6) Hilangkan faktor presipitasi atau yang
menimbulkan nyeri.
No Intervensi Rasional
29
NOC NIC
Domain Funcsional Health (I) ActivityTherapy (4310)
Class Energy Maintenance (A) 1) Membantu klien untuk focus pada
Activity Tolerance (0005) kemampuan,dari pada kekurangan.
Mudah melakukan aktivitas sehari- 2) Membantu klien untuk mengidentifikasi
hari (ADL) (000518) aktivitas yang bermanfaat
3) Membantu klien untuk memilih
aktivitas dan pencapaian tujuan untuk
aktivitas yang konsisten dengan
kemampuan fisik, fisiologis;dan sosial
2 Istirahat selama periode demam Karena terjadi infeksi, suhu di sekitar lokasi
pembengkakan mengalami peningkatan
Dengan kompres dingin diharapkan suhu
dapat turun dan mengurangi pembengkakan
3 Kompres dingin pada daerah Karena terjadi infeksi, suhu di sekitar lokasi
bengkak pembengkakan mengalami peningkatan
Dengan kompres dingin diharapkan suhu
dapat turun dan mengurangi pembengkakan
30
Class 3. Body Image
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam
klien menunjukan citra tubuh yang positif /kembali normal
Kriteria Hasil: citra tubuh klien positif/ kembali normal.
NOC NIC
Domain Psychosocial Health (III) Body Image Enhancement (5220)
Class- Psychosocial Well-being (M) 1) Menentukan harapan citra tubuh klien
Body Image berdasarkan pada tingkat
Gambaran internal diri (120001) perkembangan
Deskripsi pengaruh bagian tubuh 2) Membantu klien untuk mendiskusikan
(120003) stressor yang mempengaruhi citra
Kepuasan penampilan tubuh (120005) tubuh akibat penyakit.
Penyesuaian diri terhadap perubahan
penampilan fisik (120007)
Penyesuaian diri terhadap perubahan
status kesehatan (120009)
NOC NIC
Domain Psychosocial Health (II) Comumunication Enhancement: Speech
Class- Neurocognitive(J) Deficit (4967)
Communication (0902) 1) Monitor kecepatan, tekanan,
Menggunakan bahasa lisan (090202) pengucapan(bolak-balik), kuantitas,
Pertukaran pesan secara akurat dengan volume dan artikulasi dari kemampuan
yang lain (090208) bicara
2) Menginstruksikan klien/keluarga pada
kognitif, anatomis, fisiologis yang
melibatkan diri dalam kemampuan
bicara
3) Menginstruksikan klien untuk
berbicara dengan pelan
4) Mengulang apa yang klien katakana
untuk memastikan keakuratan.
31
8. Diagnosis 8: Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan
kelenjar parotis.
Tujuan : menghilangkan faktor resiko komplikasi
Kriteria hasil : komplikasi tidak terjadi
No Intervensi Rasional
1 Mengurangi terjadinya komplikasi dengan Kortikosteroid dapat
pemberian obat Spt: Kortikosteroid selama menekan pertumbuhan
2-4 hari dan globulin mikroba dan Globulin
mencegah terjadinya orkitis
2 Pantau jantung dengan pemasangan EKG Mencegah resiko terjadi
komplikasi ke otot jantung
32
BAB IV
KESIMPULAN
33
DAFTAR PUSTAKA
Bang HO, Bang J. 1943. Involvement of the central nervous system in mumps.
United state: Acta Med Scand
Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC),
Sixth Edition. United States of America: Mosby Elsevier
34