DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
1. Alief Munandar
2. Ainun Rofiqoh
3. Khusnul Chotimah
4. Nurmardikawati
5. Obeth Noriwari
6. Maria Deda
7. Ilera Wonda
8. Oyagem Nimiangge
9. Martina Matuan
10. Agri Marsila AP
11. Imelda Gloria Fitowin
12. Enjel Metelmrty
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan dan menyusun Laporan PBL (Project Based
Learning) dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kelompok kami dan kerjasama kelompok.
Tujuan pembuatan laporan ini yaitu guna untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam keperawatan Ibu Venty, S.Psi, M.Psi. Oleh
sebab itu penulis sangat berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam
rangka menambah wawasan seorang perawat serta bagi pembaca.
Penulis
[2]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
SKENARIO.....................................................................................................................................4
1. LANGKAH 1........................................................................................................................5
2. LANGKAH 2........................................................................................................................5
3. LANGKAH 3........................................................................................................................6
4. LANGKAH 4........................................................................................................................6
5. LANGKAH 5......................................................................................................................17
6. LANGKAH 6......................................................................................................................17
7. LANGKAH 7......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
[3]
SKENARIO
Saudara SR merupakan seorang mahasiswa keperawatan mengalami stress dalam menghadapi
tugas kuliah dan dalam mengatur waktu antara kegiatannya dan tugas-tugas lainnya. Stress yang
dialami SR berdampak buruk pada kesehatannya yang mulai menurun. SR yang tinggal di kosan
itu mulai merasakan kondisi badan yang tidak sehat dan demam, menggigil, cemas serta frustasi.
SR menelfon orang tuanya dan memberitahu bahwa ia sakit, orang tuanya pun segera ke kosan
tempat ia tinggal dan membawanya periksa ke dokter, di kasih obat demam dengan diagnose
pertama terkena gejela DBD (Demam Berdarah) setelah dua hari di rumah, SR tetap demam dan
cemas, orang tuanya pun segera membawa SR ke rumah sakit terdekat, SR diperiksa dokter dan
di cek laboratorium dan akhirnya ia di rawat di rumah sakit selama 4 hari dengan diagnose
dokter demam thypoid/thypus dan radang tenggorokan. 4 hari kemudian SR dirujuk pulang
karena kondisinya sudah membaik dari yang sebelumnya dengan anjuran bedrest/istirahat selama
kurang lebih seminggu, tetapi di hari ke 4 setelah ia pulang dari rumah sakit SR memutuskan
untuk masuk kuliah ia teringat akan beban kuliah yang ketinggalan, tugas-tugas terabaikan. SR
sangat terbebani dan frustasi karena harus mengganti dinas di Rumah Sakit yang seminggu 2x
dan mengganti dinas yang kurang saat ia sakit, tugas-tugas kampus yang setiap pertemuan harus
diganti tiap mata kuliah, dan menghubungi dosen per mata kuliah karena ketinggalan materi tiap
pertemuan atas ijin tidak masuk kuliah dikarenakan sakit, dan tuntutan ujian yang menyusul saat
tidak masuk kuliah. Selama perkuliahan setelah keluar dari rumah sakit kondisi fisik SR masih
belum fit/ dan setelah 1 bulan masuk kuliah baru terasa normal atau membaik.
Petunjuk :
Seven Jumps:
1. Step 1 : Klarifikasi istilah sesuai topic yang belum diketahui dalam scenario. Mencari
istilah yang belum diketahui dalam kamus terkait pembahasan.
2. Step 2 : Mendefinisikan masalah berdasarkan scenario. Tiap masalah akan mempunyai
perbedaan pandangan terhadap scenario dengan eksplorasi pertanyaan. Semua
pertanyaan harus ditampung.
3. Step 3 : Mendiskusikan masalah yang telah terindentifikasi dalam step 2 jawaban singkat
dari step 2 berdasarkan prior knowledge mahasiswa tanpa referensi.
4. Step 4 : Analisis masalah, mereview step 2 dan step 3. Penjelasan secara detail dari step
3. Diskusi interaktif, bisa dibuat skema penjelasan masalah.
5. Step 5 : Merumuskan tujuan belajar berdasarkan kesepakatan kelompok, dibawah
supervisor tutor, minimal tujuan khusus harus dicapai.
6. Step 6 : self study. Mahasiswa belajar mandiri, mencari sumber berdasarkan tujuan
belajar yang sudah disepakati.
[4]
7. Step 7 : Reporting. Mahasiswa melaporkan sumber belajarnya dan hasil belajarnya.
1. LANGKAH 1
Istilah:
a. Stres
Menurut KBBI stres adalah gangguan atau kecauan mental dan emosional yang di
sebabkan oleh faktor luar.
b. Demam
Menurut KBBI demam adalah panas badannya (suhu badan yang lebih tinggi
daripada biasanya,umumnya karena sakit).
c. Menggigil
Menurut KBBI menggigil adalah gemetar karena kedinginan,demam,ketakutan
(tentang sikap tubuh atau suara).
d. Cemas
Menurut KBBI cemas adalah tidak tentram hati (karena khawatir,takut);gelisah.
e. Frustasi
Menurut KBBI frustasi adalah rasa kecewa akibat kegagalan dalam mengerjakan
sesuatu atau akibat tidak berhasil dalam mencapai suatu cita-cita.
f. DBD
Menurut KBBI DBD adalah penyakit demam yang di sebabkan oleh gigitan nyamuk
jenis tertentu yang menyebabkan bintik-bintik merah pada kulit serta perdarahan yang
keluar dari lubang hidung,lubang telinga,dsb.
g. Diagnosa
Menurut KBBI adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti(memeriksa)
gejala-gejalanya.
h. Thypoid atau/Thypus
Menurut KBBI Thypus adalah penyakit usu yang cepat menular (disertai demam
dengan ruam-ruam pada tubuh dan gangguan atas kesadaran diri).
i. Radang
Menurut KBBI radang adalah penyakit kerusakan jaringan tubuh yang ditandai oleh
deman dan pembengkaan (jika sudah lanjut di sertai keluar getah bening, darah,
nanah).
j. Tenggorokan
Menurut KBBI tenggorokan adalah bagian saluran nafas atas antara lain dan
percabangan bronkus.
2. LANGKAH 2
Rumusan Masalah
1.) Apa itu stress?
2.) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi stress?
3.) Bagaimana hubungan dan pengaruh antara psikis stress dengan penyakit DBD dan
Thypus serta radang tenggorokan?
[5]
4.) Bagaimana tanda dan gejala penyakit DBD dan Thypus serta radang tenggorokan?
5.) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit DBD dan Thypus serta radang
tenggorokan?
3. LANGKAH 3
Jawaban singkat dari step 2 berdasarkan prior knowledge mahasiswa tanpa referensi.
1.) Stress adalah gangguan psikis seseorang akibat beban pikiran karena adanya tekanan.
2.) Faktor-faktor yang mempengaruhi stress:
a. Beban pikiran
b. Tugas yang menumpuk
c. Beban pekerjaan
d. Susah membagi waktu
3.) Hubungan dan pengaruh psikis antara psikis (stress) sdr. SR dengan penyakit yang
diderita sdr. SR yaitu diagnose 1 yaitu gejala DBD dan diagnose Thypoid dan radang
tenggorokan, dimana psikis sdr. SR : Cemas, Stress, Frustasi akan menyebabkan
kelelahan, kecapean sehingga dapat menurunkan kekebalan tubuh, imun tubuh
melemah sehingga bakteri penyebab thypus akan mudah masuk.
4.) Tanda dan gejala, umumnya sama
a. Demam
b. Mengigil
c. Tidak nafsu makan
d. Pusing
5.) Dalam scenario disebutkan bahwa sdr. SR hidup di kosan, apakah lifestyle juga dapat
mempengaruhi penyakit yang diderita sdr. SR yaitu thypoid/thypus, umumnya berasal
dari makanan yang dimakan oleh sdr. SR yang tidak teratur dan bakteri mudah
masuk, olahraga juga perlu.
4. LANGKAH 4
Analisis masalah, penjelasan detail (referensi) dan membuat skema penjelasan.
1. Pengertian Stress
Ada beberapa istilah psikologis populer yang sering dikaburkan sebagai “stres”.
Pada hakikatnya, tentunya kata ini merujuk pada sebuah kondisi seseorang yang
mengalami tuntutan emosi berlebihan dan atau waktu yang membuatnya sulit
memfungsikan secara efektif semua wilayah kehidupan. Keadaan ini dapat
mengakibatkan munculnya cukup banyak gejala, seperti depresi, kelelahan kronis,
mudah marah, gelisah, impotensi, dan kualitas kerja yang rendah (Richards, 2010).
Hawari (dalam Yusuf, 2004) berpendapat bahwa istilah stres tidak dapat
dipisahkan dari distress dan depresi, karena satu sama lainnya saling terkait. Stres
merupakan reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya dan
apabila fungsi organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress. Sedangkan depresi
merupakan reaksi kejiwaan terhadap stressor yang dialaminya. Dalam banyak hal
manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman
[6]
stres. Manusia mempunyai suplai yang baik dan energi penyesuaian diri untuk
dipakai dan diisi kembali bilamana perlu.
Sarafino (1994) mendefinisikan stres adalah kondisi yang disebabkan oleh
interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara
tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis,
psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah tekanan internal maupun eksternal
serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan (an internal and eksternal pressure
and other troublesome condition in life). Ardani (2007) mendefinisikan stress
merupakan suatu keadaan tertekan baik itu secara fisik maupun psikologis.
Menurut Richard (2010) stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa
sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu merespon
peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang
memunculkan stres dapat saja positif (misalnya merencanakan perkawinan) atau
negatif (contoh : kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang
menekan (stressful event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh
individu terhadapnya. Compas (dalam Preece, 2011) berpendapat bahwa stres adalah
suatu konsep yang mengancam dan konsep tersebut terbentuk dari perspektif
lingkungan dan pendekatan yang ditransaksikan. Baum (dalam Yusuf, 2004)
mendefinisikan stres sebagai pengalaman emosional yang negatif yang disertai
dengan perubahan-perubahan biokimia, fisik, kognitif, dan tingkah laku yang
diarahkan untuk mengubah peristiwa stres tersebut atau mengakomodasikan dampak-
dampaknya.
Menurut Dilawati (dalam Syahabuddin, 2010) stres adalah suatu perasaan yang
dialami apabila seseorang menerima tekanan. Tekanan atau tuntutan yang diterima
mungkin datang dalam bentuk mengekalkan jalinan perhubungan, memenuhi harapan
keluarga dan untuk pencapaian akademik. Lazarus dan Folkman (dalam Evanjeli,
2012) yang menjelaskan stres sebagai kondisi individu yang dipengaruhi oleh
lingkungan. Kondisi stres terjadi karena ketidakseimbangan antara tekanan yang
dihadapi individu dan kemampuan untuk menghadapi tekanan tersebut. Individu
membutuhkan energi yang cukup untuk menghadapi situasi stres agar tidak
mengganggu kesejahteraan mereka.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu peristiwa
atau pengalaman yang negatif sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun
membahayakan dan individu yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem
biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
[7]
a. Sudut pandang psikodinamik
Sudut pandang psikodinamik mendasarkan diri mereka pada asumsi bahwa
gangguan tersebut muncul sebagai akibat dari emosi yang direpres. Hal-hal yang
direpres akan menentukan organ tubuh mana yang terkena penyakit. Sebagai
contoh, apabila seseorang merepres kemarahan, maka berdasarkan pandangan ini
kondisi tersebut dapat memunculkan essensial hypertension.
b. Sudut pandang biologis
Salah satu sudut pandang biologis adalah somatic weakness model. Model ini
memiliki asumsi bahwa hubungan antara stres dan gangguan psikofisiologis
terkait dengan lemahnya organ tubuh individu. Faktor biologis seperti misalnya
genetik ataupun penyakit yang sebelumnya pernah diderita membuat suatu organ
tertentu menjadi lebih lemah daripada organ lainnya, hingga akhirnya rentan dan
mudah mengalami kerusakan ketika individu tersebut dalam kondisi tertekan dan
tidak fit . c. Sudut pandang kognitif dan perilaku Sudut pandang kognitif
menekankan pada bagaimana individu mempersepsi dan bereaksi terhadap
ancaman dari luar. Seluruh persepsi individu dapat menstimulasi aktivitas sistem
simpatetik dan pengeluaran hormon stres. Munculnya emosi yang negatif seperti
perasaan cemas, kecewa dan sebagainya dapat membuat sistem ini tidak berjalan
dengan berjalan lancar dan pada suatu titik tertentu akhirnya memunculkan
penyakit. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa bagaimana seseorang
mengatasi kemarahannya ternyata berhubungan dengan penyakit tekanan darah
tinggi (Fausiah dan Widury, 2005), Stres bersumber dari frustasi dan konflik yang
dialami individu dapat berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia. Dalam
hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang biasanya dihadapi oleh
individu seperti :
a. Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya.
b. Hambatan sosial : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup
yang keras, perubahan tidak pasti dalam berbagai aspek kehidupan. Hal-hal
tersebut mempersempit kesempatan individu untuk meraih kehidupan yang
layak sehingga menyebabkan timbulnya frustasi pada diri seseorang.
c. Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam bentuk
cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu
frustasi dan stres pada individu. Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau
keinginan yang ingin dicapai, yang ingin dicapai, yang terjadi secara
berbenturan juga bisa menjadi penyebab timbulnya stres. Seringkali individu
mengalami dilema saat diharuskan memilih diantara alternatif yang ada
apalagi bila hal tersebut menyangkut kehidupan di masa depan. Konflik bisa
menjadi pemicu timbulnya stress atau setidaknya membuat individu
mengalami ketegangan yang berkepanjangan yang akan mengalami kesulitan
untuk mengatasinya.
[8]
Yusuf (2004) faktor pemicu stres itu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelompok berikut :
a. Stressor fisik-biologik, seperti : penyakit yang sulit disembuhkan, cacat
fisik atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, wajah yang tidak
cantik atau ganteng, dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal (seperti :
terlalu kecil, kurus, pendek, atau gemuk).
b. Stressor psikologik, seperti : negative thinking atau berburuk sangka,
frustrasi (kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan),
hasud (iri hati atau dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu,
konflik pribadi, dan keinginan yang di luar kemampuan.
c. Stressor Sosial, seperti iklim kehidupan keluarga : hubungan antar anggota
keluarga yang tidak harmonis (broken home), perceraian, suami atau istri
selingkuh, suami atau istri meninggal, anak yang nakal (suka melawan
kepada orang tua, sering membolos dari sekolah, mengkonsumsi minuman
keras, dan menyalahgunakan obat-obatan terlarang) sikap dan perlakuan
orang tua yang keras, salah seorang anggota mengidap gangguan jiwa dan
tingkat ekonomi keluarga yang rendah, lalu ada faktor pekerjaan :
kesulitan mencari pekerjaan, pengangguran, kena PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja), perselisihan dengan atasan, jenis pekerjaan yang tidak
sesuai dengan minat dan kemampuan dan penghasilan tidak sesuai dengan
tuntutan kebutuhan sehari-hari, kemudian yang terakhir ada iklim
lingkungan : maraknya kriminalitas (pencurian, perampokan dan
pembunuhan), tawuran antar kelompok (pelajar, mahasiswa, atau warga
masyarakat), harga kebutuhan pokok yang mahal, kurang tersedia fasilitas
air bersih yang memadai, kemarau panjang, udara yang sangat panas atau
dingin, suara bising, polusi udara, lingkungan yang kotor (bau sampah
dimana-mana), atau kondisi perumahan yang buruk, kemacetan lalu lintas
bertempat tinggal di daerah banjir atau rentan longsor, dan kehidupan
politik dan ekonomi yang tidak stabil. Ada dua macam stres yang dihadapi
oleh individu yaitu :
a. Stres yang ego-envolved : stres yang tidak sampai mengancam
kebutuhan dasar atau dengan kata lain disebut dengan stres
kecilkecilan.
b. Stres yang ego-involved : stres yang mengancam kebutuhan dasar
serta integritas kepribadian seseorang. Stres semacam ego involved
membutuhkan penanganan yang benar dan tepat dengan melakukan
reaksi penyesuaian agar tidak hancur karenanya.
[9]
satu individu dengan individu lainnya. Individu dengan kepribadian yang
lemah bila dihadapkan pada stres yang kecil-kecil sekalipun akan
menimbulkan perilaku abnormal. Berbeda dengan individu yang
berkepribadian kuat, meskipun dihadapkan pada stres yang ego envolved
kemungkinan besar akan mampu mengatasi kondisinya (Ardani, 2013).
1. Gejala Fisikal, gejala stres yang berkaitan dengan kondisi dan fungsi
fisik atau tubuh dari seseorang.
2. Gejala Emosional, gejala stres yang berkaitan dengan keadaan psikis
dan mental seseorang.
3. Gejala Intelektual, gejala stres yang berkaitan dengan pola pikir
seseorang.
4. Gejala Interpersonal, gejala stres yang mempengaruhi hubungan
dengan orang lain, baik di dalam maupun di luar rumah. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan gejala-gejala individu yang
[10]
mengalami stres memiliki gejala fisikal, gejala emosional, gejala
intelektual dan gejala interpersonal yang dapat mempengaruhi
seseorang. Stres tersebut bisa di lihat dari dua sudut, yang pertama dari
sudut biologis berupa gejala fisik yang menyangkut organ tubuh
manusia dengan proses stres itu sendiri. Stres yang terjadi dipengaruhi
oleh stressor kemudian di terima oleh reseptor yang mengirim pesan
ke otak. Stressor tersebut kemudian di terima oleh otak khususnya otak
bagian depan yang mengakibatkan bekerjanya kelenjar di dalam organ
tubuh dan otak. Organ tubuh dan otak saling bekerja sama untuk
menerjemahkan proses stres yang pada akhirnya akan mempengaruhi
sistem fungsi kerja tubuh bisa berupa sakit kepala, tidur tidak teratur,
nafsu makan menurun, mudah lelah atau kehilangan daya energi, otot
dan urat tegang pada leher dan bahu, sakit perut, telapak tangan
berkeringat dan jantung berdebar. Kemudian sudut yang kedua berupa
gejala psikis yang menyangkut keadaan mental, emosi dan pola pikir
seseorang yang ditunjukkan dengan susah berkonsentrasi, daya ingat
menurun atau mudah lupa, produktivitas atau prestasi kerja menurun,
sering merasa jenuh, gelisah, cemas, frustrasi, mudah marah dan
mudah tersinggung. Jika kedua sudut tersebut digabungkan maka akan
membentuk suatu keterkaitan bahwa baik fisik maupun psikis saling
mempengaruhi satu sama lain saat proses stres terjadi. Keterkaitan
stres yang di alami mahasiswa terkait dengan akademiknya yaitu
karena adanya tuntutantuntutan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa
tersebut. Tuntutan itu bisa berupa tugas yang harus dikerjakan dan
dikumpulkan secara bersamaan, praktikum, pencarian referensi, kuliah
tambahan, pembuatan laporan yang sudah terjadwal atau deadline.
Tuntutan tersebutlah yang menciptakan sebuah stressor bagi
mahasiswa dalam kegiatan akademiknya.
3. Hubungan dan pengaruh antara psikis stress dengan penyakit DBD dan Thypus serta
radang tenggorokan.
TAHAP STRESS BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT
Martaniah dkk, 1991(dalam Rumiani, 2006 ) menyebutkan bahwa stres terjadi
melalui tahapan :
1) Tahap 1 : stres pada tahap ini justru dapat membuat seseorang lebih bersemangat,
penglihatan lebih tajam, peningkatan energi, rasa puas dan senang, muncul rasa
gugup tapi mudah diatasi.
2) Tahap 2 : menunjukkan keletihan, otot tegang, gangguan pencernaan.
3) Tahap 3 : menunjukkan gejala seperti tegang, sulit tidur, badan terasa lesu dan
lemas.
[11]
4) Tahap 4 dan 5 : pada tahap ini seseorang akan tidak mampu menanggapi situasi
dan konsentrasi menurun dan mengalami insomnia.
5) Tahap 6 : gejala yang muncul detak jantung meningkat, gemetar sehingga dapat
pula mengakibatkan pingsan.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan tahapan
stres terbagi menjadi 6 tahapan yang tingkatan gejalanya berbeda-beda di setiap
tahapan.
Bagan 1.Hubungan Antara Stressor dengan Kelenjar dan Hormon dalam Tubuh
Manusia
Bila stres terjadi secara berlebihan ada kemungkinan dapat memperburuk kondisi
tubuh dan pikiran sehingga timbul perilaku- perilaku yang dapat membahayakan
diri sendiri. Semua kejadian bahkan yang bersifat positif juga menyebabkan stres.
Namun stres berlebihan dapat merubah fisik dan mental seseorang. (Swarth, J.
Stres dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara Jakarta, 2002)
Manusia sangat mudah menerima stres baik dalam bentuk fisik maupun
psikologis dimanapun berada. Paparan virus, penyakit, dan polusi merupakan
penyebab stres fisik. Stres diketahui merubah tingkah laku seperti perubahan pola
tidur dan latihan fisik, penggunaan obat, dan nutrisi. Dengan berubahnya
kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Stres
yang bersifat ringan dan terus menerus dapat diatasi oleh tubuh secara bertahap,
[12]
namun depresi dapat mengubah pola-pola kekebalan tubuh sehingga kekebalan
tubuh akan semakin menurun dan kesulitan melawan penyakit. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa stres memiliki peran dalam merubah sistem
kekebalan tubuh sehingga infeksi dan penyakit dapat masuk kedalam tubuh.
(Swarth, J. Stres dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara Jakarta, 2002)
4. Tanda dan gejala penyakit DBD dan Thypus serta radang tenggorokan
1) DBD ( Demam Berdarah Dengue)
a. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk.
Demam berdarah ringan menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri otot
dan sendi. Demam berdarah yang parah, atau juga dikenal sebagai dengue
hemorrhagic fever, dapat menyebabkan perdarahan serius, penurunan tekanan
darah yang tiba-tiba (shock), dan kematian.
b. Tanda dan gejala
Terdapat tiga jenis demam dengue: demam berdarah klasik, dengue
hemorrhagic fever, dan dengue shock syndrome. Masing-masing memiliki
gejala yang berbeda.
1.) Demam berdarah klasik
Demam tinggi, hingga 40 derajat C
Sakit kepala parah
Nyeri pada retro-orbital (bagian belakang mata)
Nyeri otot dan sendi parah
Mual dan muntah
Ruam
[13]
Shock (tekanan darah sangat rendah)
2) Thypus/thypoid
a. Tifus alias demam tifoid adalah penyakit akut yang disertai dengan demam,
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi atau Salmonella paratyphi.
Bakteri tersebut ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi dan
disebarkan oleh orang lain di area yang sama.
b. Tanda dan gejala
Tanda-tanda dan gejala dari tifus yang muncul 1 hingga 3 minggu setelah
paparan adalah:
Demam yang rendah namun meningkat setiap harinya, dalam
mencapai hingga 40,5 derajat Celcius
Sakit kepala
Kelemahan dan kelelahan
Nyeri otot
Berkeringat
Batuk kering
Kehilangan nafsu makan dan berat badan
Sakit perut
Diare atau konstipasi
Ruam
Perut yang sangat bengkak.
3) Radang tenggorokan
a. Radang tenggorokan atau faringitis adalah sakit tenggorokan yang disebabkan
oleh radang bagian belakang tenggorokan, atau yang dalam dunia medis
disebut dengan faring. Masyarakat Indonesia sering menyebutnya dengan
sebutan panas dalam.
[14]
Ruam kulit
Membengkaknya kelenjar getah bening di leher
Bersin
Batuk
Demam dengan suhu 38 derajat Celsius
Sakit kepala ringan
Kelelahan
Pegal-pegal
Panas dingin
Demam dengan suhu lebih dari 38 derajat Celsius
2. Thypoid/thypus
[15]
Ada banyak faktor risiko untuk demam tifoid, yaitu:
Tinggal di negara berkembang, seperti India, Asia Tenggara, Afrika,
Amerika Selatan dan area lainnya
Anak-anak
Bekerja atau mengunjungi area dengan wabah demam tifoid
Mikrobiologis klinis yang menangani bakteri Salmonella typhi
Memiliki kontak dekat dengan orang yang terinfeksi atau baru saja
terinfeksi tifus
3. Radang tenggorokan
Meskipun setiap orang sangat besar kemungkinannya untuk mengalami sakit
tenggorokan. Ada beberapa faktor yang membuat Anda lebih rentan terkena
faringitis, antara lain:
Usia. Anak-anak dan remaja memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengalami sakit tenggorokan. Radang tenggorokan pada anak-anak
biasanya banyak disebabkan oleh infeksi bakteri.
Asap rokok. Merokok dan asap rokok bisa mengiritasi tenggorokan Anda.
Penggunaan produk tembakau juga meningkatkan risiko kanker mulut,
tenggorokan dan laring (kotak suara).
Alergi. Alergi musiman atau reaksi alergi yang terus-menerus terhadap
debu, jamur atau bulu hewan peliharaan akan membuat sakit tenggorokan
Anda akan lebih parah.
Paparan iritan kimia. Polusi udara yang dihasilkan oleh pembakaran
bahan bakar fosil dan bahan kimia rumah tangga biasa dapat menyebabkan
iritasi pada tenggorokan Anda.
Infeksi sinus parah. Lendir atau mukus yang dihasilkan oleh sinus
berfungsi membantu mengendalikan suhu dan kelembapan udara yang
masuk ke paru-paru. Lendir ini mengalir ke hidung melalui saluran-
saluran kecil. Saluran ini bisa terhalang jika sinus terinfeksi atau
mengalami peradangan dan menyebabkan sakit tenggorokan.
Tempat berkumpulnya virus dan bakteri. Infeksi virus dan bakteri bisa
menyebar dengan mudah di tempat orang berkumpul, baik di pusat
penitipan anak, ruang kelas, kantor atau pesawat terbang.
Sistem imun lemah. Anda akan lebih rentan terhadap infeksi jika daya
tahan tubuh Anda lemah. Sistem daya tahan tubuh yang lemah ini
biasanya disebabkan oleh suatu penyakit seperti HIV, diabetes,
pengobatan dengan steroid atau obat kemoterapi, atau karena stres,
kelelahan, dan pola makan yang buruk.
[16]
[17]
Skema penjelasan
5. LANGKAH 5
Tujuan belajar
1.) Untuk mengetahui apa itu stress
2.) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stress
3.) Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara psikis stress dengan penyakit DBD
dan Thypus serta radang tenggorokan.
4.) Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit DBD dan Thypus serta radang
tenggorokan.
5.) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit DBD dan Thypus serta
radang tenggorokan.
6. LANGKAH 6
Belajar Mandiri
7. LANGKAH 7
Melaporkan hasil belajar
Kesimpulan : Stress adalah suatu peristiwa atau pengalaman yang negatif sebagai
sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu yang berasal dari
situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
Stress memiliki peran dalam merubah sistem kekebalan tubuh sehingga infeksi dan
penyakit dapat masuk kedalam tubuh.
[18]
DAFTAR PUSTAKA
KONSEP STRESS :
http://eprints.ums.ac.id/37501/6/BAB%20II.pdf
DBD :
https://hellosehat.com/penyakit/demam-berdarah-dengue-dbd/
THYPOID/THYPUS :
https://hellosehat.com/penyakit/tifus-demam-tifoid/
RADANG TENGGOROKAN:
https://hellosehat.com/penyakit/radang-tenggorokan-faringitis/
[19]