APENDISITIS
Kelompok 2 :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya sehingga Makalah Keperawatan Maternitas yang penulis buat dengan judul
“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS” dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini bukanlah usaha dari penulis sendiri
melainkan berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu baik secara moril
maupun materil.
Tentunya dalam penulisan dan penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan atas
segala kekurangannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendisitis merupakan penyebab paling umum sakit perut akut yang memerlukan
intervensi bedah, Penyebab apendisitis tidak jelas dan mekanisme patogenesis terus
diperdebatkan, dikarenakan apendisitis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi
pada masyarakat secara umum, yang tatalaksananya dengan cara apendiktomi, sehingga
penggunaan antibiotic profilaksis pada pasien bedah apendisitis memerlukan perhatian
khusus, karena masih tingginya kemungkinan timbul infeksi paska bedah, yaitu 5-15%
(Departemen/SMF ilmu bedah, 2009).
Apendisitis masih menempati prevalensi tertinggi dari akut abdomen lain dibidang bedah
yang memerlukan operasi segera baik di negara berkembang maupun di negara maju untuk
mengurangi angka kematian dan angka kesakitan salah satu upaya adalah dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan medis yaitu dengan membuat diagnosa yang
tepat (Chidmat, 2005). Apendisitis akut timbul dalam sekitar 7% individu di negara barat, dan
merupakan sebab terlazim akut abdomen yang memerlukan intervensi bedah. Sekitar 200.000
apendiktomi dilakukan tiap tahun di Amerika Serikat. Angka mortalitas bervariasi dari
kurang dari 0,1 % dalam kasus tak berkomplikasi sampai sekitar 5% dalam kasus dengan
perforasi (Lally et al., 2001).
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien dengan apendisitis adalah dengan cara
pengangkatan apendiks secara bedah atau sering disebut dengan istilah apendiktomi .Apabila
apendiks pecah sebelum tindakan bedah,maka diperlukan pemberian antibiotik untuk
mengurangi risiko peritonitis dan sepsis .
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat dituntut untuk dapat selalu teliti dalam
menangkap serta memahami perubahan yang dialami oleh pasien. Seperti pada kasus ini,
dimana pasien dengan apendisitis mengalami perubahan status kesehatan seperti adanya rasa
nyeri pada perut kanan bawah.
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan
lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
(Smeltzer, 2002).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30
tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith
(batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit
seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, danEnterobius vermikularis (Ovedolf,
2006).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan multiplikasi
(Chang, 2010)
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa penyebab yang
jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh
darahya (Corwin, 2009).
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada
dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi dari
apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
1) Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
2) Fekalit
3) Benda asing
4) Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak dapat
keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer sehingga
menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks sehingga
terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada dinding apendiks.Selain
obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi dari organ lain yang
kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.
2.4 Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi
yaitu:
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan
nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah
rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada
anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih
tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada
gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
Pathway
2.6 Manifestasi Klinis
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi
akibat ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak
mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
Nama pemeriksaan Tanda dan gejala
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan
pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada
sisi kanan.
Psoas sign atau Obraztsova’s Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian
sign dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif
jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan
dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif
jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah
dengan batuk
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut
pada korda spermatic kanan
Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium
atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke
kuadran kanan bawah.
Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign Nyeri yang semakin bertambah pada perut
kuadran kanan bawah saat pasien dibaringkan
pada sisi kiri
Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit
triangle kanan (akan positif Shchetkin-
Bloomberg’s sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada
kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-
tiba
2.7 Komplikasi
3.3 Intervensi
Pre Operasi
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan - Kaji tingkat nyeri, - Untuk mengetahui sejauh
berhubungan asuhan keperawatan, lokasi dan mana tingkat nyeri dan
dengan agen diharapkan nyeri klien karasteristik nyeri. merupakan indiaktor secara
obstruksi berkurang dengan dini untuk dapat
peradangan kriteria hasil: memberikan tindakan
apendiks - Klien mampu selanjutnya
mengontrol nyeri - Jelaskan pada - Informasi yang tepat dapat
(tahu penyebab pasien tentang menurunkan tingkat
nyeri, mampu penyebab nyeri kecemasan pasien dan
menggunakan menambah pengetahuan
tehnik pasien tentang nyeri.
nonfarmakologi - Ajarkan tehnik - Napas dalam dapat
untuk mengurangi untuk pernafasan menghirup O2 secara
nyeri, mencari diafragmatik adequate sehingga otot-otot
bantuan) lambat / napas menjadi relaksasi sehingga
- Melaporkan bahwa dalam dapat mengurangi rasa
nyeri berkurang nyeri.
dengan - Meningkatkan relaksasi
menggunakan - Berikan aktivitas dan dapat meningkatkan
manajemen nyeri hiburan (ngobrol kemampuan kooping.
- Tanda vital dalam dengan anggota
rentang normal : keluarga) - Deteksi dini terhadap
TD (systole 110- - Observasi tanda- perkembangan kesehatan
130mmHg, tanda vital pasien.
diastole 70- - Sebagai profilaksis untuk
90mmHg), HR(60- - Kolaborasi dengan dapat menghilangkan rasa
100x/menit), RR tim medis dalam nyeri.
(16-24x/menit), pemberian
suhu (36,5-37,50C) analgetik
- Klien tampak
rileks mampu
tidur/istirahat
2. Perubahan pola Setelah dilakukan - Pastikan kebiasaan - Membantu dalam
eliminasi asuhan keperawatan, defekasi klien dan pembentukan jadwal
(konstipasi) diharapkan konstipasi gaya hidup irigasi efektif
berhubungan klien teratasi dengan sebelumnya.
dengan kriteria hasil: - Auskultasi bising - Kembalinya fungsi
penurunan - BAB 1-2 kali/hari usus gastriintestinal mungkin
peritaltik. - Feses lunak terlambat oleh inflamasi
- Bising usus 5-30 intra peritonial
kali/menit - Tinjau ulang pola - Masukan adekuat dan
diet dan jumlah / serat, makanan kasar
tipe masukan memberikan bentuk dan
cairan. cairan adalah faktor
penting dalam
menentukan konsistensi
feses.
- Makanan yang tinggi
- Berikan makanan serat dapat memperlancar
tinggi serat. pencernaan sehingga
tidak terjadi konstipasi.
- Obat pelunak feses dapat
- Berikan obat sesuai melunakkan feses
indikasi, contoh : sehingga tidak terjadi
pelunak feses konstipasi.
Post Operasi
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri Setelah dilakukan - Kaji skala nyeri - Berguna dalam
berhubungan asuhan keperawatan, lokasi, karakteristik pengawasan dan keefesien
dengan insisi post diharapkan nyeri dan laporkan obat, kemajuan
operasi. berkurang dengan perubahan nyeri penyembuhan,perubahan
kriteria hasil: dengan tepat. dan karakteristik nyeri.
- Melaporkan nyeri - Monitor tanda- - Deteksi dini terhadap
berkurang tanda vital perkembangan kesehatan
- Klien tampak rileks pasien.
- Dapat tidur dengan - Pertahankan - Menghilangkan tegangan
tepat istirahat dengan abdomen yang bertambah
- Tanda-tanda vital posisi semi powler. dengan posisi terlentang.
dalam batas normal - Dorong ambulasi - Meningkatkan kormolisasi
: TD (systole 110- dini. fungsi organ.
130mmHg, diastole - Berikan aktivitas - Meningkatkan relaksasi.
70-90mmHg), hiburan.
HR(60- - Kolaborasi tim - Menghilangkan nyeri
100x/menit), RR dokter dalam .
(16-24x/menit), pemberian
suhu (36,5-37,50C) analgetika.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan - Kaji adanya tanda- - Dugaan adanya infeksi
berhubungan asuhan keperawatan tanda infeksi pada
dengan tindakan diharapkan infeksi area insisi
invasif (insisi post dapat diatasi dengan - Monitor tanda- - Dugaan adanya
pembedahan). kriteria hasil: tanda vital. infeksi/terjadinya sepsis,
- Klien bebas dari Perhatikan demam, abses, peritonitis
tanda-tanda infeksi menggigil,
- Menunjukkan berkeringat,
kemampuan untuk perubahan mental
mencegah - Lakukan teknik - Mencegah transmisi
timbulnya infeksi isolasi untuk penyakit virus ke orang
- Nilai leukosit (4,5- infeksi enterik, lain.
11ribu/ul) termasuk cuci
tangan efektif. - Mencegah meluas dan
- Pertahankan teknik membatasi penyebaran
aseptik ketat pada organisme infektif /
perawatan luka kontaminasi silang.
insisi / terbuka,
bersihkan dengan
betadine. - Menurunkan resiko
- Awasi / batasi terpajan.
pengunjung dan
siap kebutuhan. - Terapi ditunjukkan pada
- Kolaborasi tim bakteri anaerob dan hasil
medis dalam aerob gra negatif.
pemberian
antibiotik
3. Defisit self care Setelah dilakukan - Mandikan pasien - Agar badan menjadi segar,
berhubungan asuhan keperawatan setiap hari sampai melancarkan peredaran
dengan nyeri. diharapkan kebersihan klien mampu darah dan meningkatkan
klien dapat melaksanakan kesehatan.
dipertahankan dengan sendiri serta cuci
kriteria hasil: rambut dan potong
- Klien bebas dari kuku klien.
bau badan - Ganti pakaian yang - Untuk melindungi klien
- Klien tampak kotor dengan yang dari kuman dan
bersih bersih. meningkatkan rasa nyaman
- ADLs klien dapat - Berikan - Agar klien dan keluarga
mandiri atau Hynege Edukasipa dapat termotivasi untuk
dengan bantuan da klien dan menjaga personal hygiene.
keluarganya
tentang pentingnya
kebersihan diri.
- Berikan pujian - Agar klien merasa
pada klien tentang tersanjung dan lebih
kebersihannya. kooperatif dalam
kebersihan
- Bimbing keluarga - Agar keterampilan dapat
klien memandikan diterapkan
/ menyeka pasien
- Bersihkan dan atur - Klien merasa nyaman
posisi serta tempat dengan tenun yang bersih
tidur klien. serta mencegah terjadinya
infeksi.
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien:
Pre Operasi:
3.5.1 Dx 1 :
Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Tanda vital dalam rentang normal : TD (systole 110-130mmHg, diastole 70-
90mmHg), HR(60-100x/menit), RR (16-24x/menit), suhu (36,5-37,50C)
Klien tampak rileks mampu tidur/istirahat
3.5.2 Dx 2 :
BAB 1-2 kali/hari
Feses lunak
Bising usus 5-30 kali/menit
3.5.3 Dx 3 :
Kelembaban membrane mukosa
turgor kulit baik
Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam
Tanda-tanda vital dalam batas normal : TD (systole 110-130mmHg, diastole 70-
90mmHg), HR(60-100x/menit), RR (16-24x/menit), suhu (36,5-37,50C)
3.5.4 Dx 4 :
Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat teratasi
Tampak rileks
Post Operasi
3.5.5 Dx 1 :
Melaporkan nyeri berkurang
Klien tampak rileks
Dapat tidur dengan tepat
Tanda-tanda vital dalam batas normal : TD (systole 110-130mmHg, diastole 70-
90mmHg), HR(60-100x/menit), RR (16-24x/menit), suhu (36,5-37,50C)
3.5.6 Dx 2:
Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul)
3.5.7 Dx 3 :
Klien bebas dari bau badan
Klien tampak bersih
ADLs klien dapat mandiri atau dengan bantuan
3.5.8 Dx 4 :
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
Berpartisipasi dalam program pengobatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Apendisitis merupakan penyebab paling umum sakit perut akut yang memerlukan
intervensi bedah, Penyebab apendisitis tidak jelas dan mekanisme patogenesis terus
diperdebatkan, dikarenakan apendisitis merupakan salah satu masalah kesehatan yang
terjadi pada masyarakat secara umum, yang tatalaksananya dengan cara apendiktomi,
sehingga penggunaan antibiotic profilaksis pada pasien bedah apendisitis memerlukan
perhatian khusus, karena masih tingginya kemungkinan timbul infeksi paska bedah, yaitu
5-15% (Departemen/SMF ilmu bedah, 2009).
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien dengan apendisitis adalah dengan cara
pengangkatan apendiks secara bedah atau sering disebut dengan istilah apendiktomi
.Apabila apendiks pecah sebelum tindakan bedah,maka diperlukan pemberian antibiotik
untuk mengurangi risiko peritonitis dan sepsis .
4.2 Saran
Untuk Mahasiswa/i
Untuk dapat membaca dan memberikan masukan tentang makalah ini serta dapat
mempergunakan makalah ini sebagai bahan penunjang materi pembelajaran.
Untuk pembaca
Agar dapat membaca makalah dan menggunakan makalah ini sebagai bahan
bacaan yang bermanfaat bagi si pembaca dan juga yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc Jilid 1.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC