Anda di halaman 1dari 8

Idea Nursing Journal Ardia Putra, dkk

PERAN DAN KEPEMIMPINAN PERAWAT DALAM MANAJEMEN BENCANA


PADA FASE TANGGAP DARURAT

Nurses’ Role and Leadership in disaster management at the emergency response

Ardia Putra1*, Ratna Juwita2*, Risna3*, Rudi Alfiandi4*, Yuni Arnita5*, M.


Iqbal6*, Ervina7*
1*
Bidang Keilmuan Keperawatan Dasar Dasar Keperawatan, Fakultas Keperawatan,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2*
Bidang Keilmuan Keperawatan Keluarga, Akademi Keperawatan Iskandar Muda, Banda Aceh
3*
Bidang Keilmuan Keperawatan Maternitas, Akademi Keperawatan Jabbal Ghafur, Sigli
4*
Bidang Keilmuan Keperawatan Jiwa, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
5*
Bidang Keilmuan Keperawatan Keluarga, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
6*
Bidang Keilmuan Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Abulyatama Aceh
7*
Bidang Keilmuan Keperawatan Komunitas, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Darussalam, Darul Islam, Sigli
Email: ardia_psik@yahoo.com

ABSTRAK
Bencana diartikan sebagai peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Perawat sebagai profesi yang
bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, diharapkan tidak hanya terbatas pada pemberian
asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap
bencana. Tujuan dari penelusuran kepustakaan ini adalah untuk mengidentifikasi peran dan
kepemimpinan perawat dalam manajemen bencana pada fase tanggap darurat. Penelitian ini
menggunakan pendekatan literature review. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari
literature yang diperoleh melalui internet berupa hasil penelitian dari perpustakaan on-line baik
lokal, nasional, maupun internasional. Peran dan kepemimpinan perawat pada fase tanggap darurat
secara umum akan diidentifikasikan pada 6 aspek, termasuk pencarian dan penyelamatan, triase,
pertolongan pertama, proses pemindahan korban, perawatan di rumah sakit, dan rapid health
assessment. Oleh karena itu, situasi penanganan antara keadaan siaga dan keadaan normal memang
sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara skill dan teknik dalam menghadapi kondisi
seperti ini.

Kata kunci: peran, kepemimpinan, manajemen bencana, tanggap darurat.

ABSTRACT
Disaster is defined as an event or series of events that threaten and disrupt the lives and
livelihoods caused by both natural factors and/or non-natural factors and human factors that
result in human fatalities, environmental damage, loss of property, and psychological impact.
Nurses as a profession that is flexible and includes all conditions, is expected to not only limited to
the provision of hospital care alone but also demanded to be able to work in the standby state
disaster response. This study uses literature review approach. Sources of data in this study came
from the literature that obtained via the Internet in the form of the results of an on-line library of
local, national, and international levels. The role and leadership of nurses in the emergency
response phase will generally be identified in 6 aspects , including search and rescue, triage, first
aid, the process of moving the victim, hospitalization , and rapid health assessment . Handling the

25
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 1

situation between the idle state and the normal state is very different, so the nurse should be able to
skills and techniques in dealing with this condition.

Keywords: roles, leadership, disaster management, impact phase

PENDAHULUAN tiga lempengan besar dunia yaitu; lempengan


Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir di Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik akan
Indonesia terdapat peristiwa bencana yang berpotensi memicu berbagai kejadian
terjadi setiap tahun. Pasca meletusnya bencana alam yang besar. Indonesia juga
“Gunung Krakatau yang menimbulkan berada pada tiga sistem pegunungan (Alpine
Tsunami besar tahun 1883, setidaknya telah Sunda, Circum Pasifik dan Circum
terjadi 17 Bencana Tsunami besar di Australia). Indonesia memiliki lebih 500
Indonesia selama hampir satu abad gunung berapi di antaranya 128 statusnya
(19001996)” Hajianto (2006). Bencana masih aktif, dan merupakan negara
gempa dan Tsunami besar yang terakhir kepulauan karena 2/3 dari luas Indonesia
terjadi pada bulan Desember tahun 2004 di adalah laut, memiliki hampir 5.000 sungai
Aceh dan sebagian Sumatera Utara, “lebih besar dan kecil dan 30% diantaranya
dari 150.000 orang meninggal dunia. Setelah melintasi wilayah padat penduduk (Paidi,
gempa Aceh di akhir tahun 2004, pada tahun 2012).
2005 Pulau Nias dan sekitarnya juga dilanda Lebih-lebih Indonesia kini termasuk
gempa, sekitar 1.000 orang menjadi korban, dalam daftar negara paling beresiko
(Pusat data dan Analisa, 2006). Pada tahun bencana (dilansir Badan Pencegahan
2010 bencana beruntun menerjang Bencana PBB atau United Nations
Indonesia. Tsunami di Mentawai, banjir dan International Strategy for Disaster
longsor di Wasior, dan gunung meletus di Reduction). Dalam daftar ini, negara-
Yogyakarta. negara di Asia mendominasi dan
Bencana diartikan sebagai peristiwa Indonesia berada di posisi sembilan
atau rangkaian peristiwa yang mengancam (sangat tinggi) bersama Bangladesh,
dan mengganggu kehidupan dan China, India dan Myanmar. Data disusun
penghidupan masyarakat yang disebabkan berdasarkan bencana sejak tahun 1977
baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non sampai 2009, yang tidak hanya mengukur
alam maupun faktor manusia sehingga resiko bencana, namun juga menunjukkan
mengakibatkan timbulnya korban jiwa kemampuan negara dan masyarakat di
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian negara bersangkutan dalam mengagulangi
harta benda, dan dampak psikologis (BNPB, bencana. Tidak mengherankan bila
2008). Indonesia Oleh masyarakat Internasional
Bencana alam atau musibah yang dikenal sebagai supermarket bencana,
menimpa di suatu negara dapat saja datang karena hampir semua jenis bencana ada di
secara tiba-tiba, sehingga masyarakat yang Indonesia (Agus, 2009).
berada di lokasi musibah bencana, tidak Hadi Purnomo & Ronny Sugiantoro
sempat melakukan antisipasi pencegahan (2010) menyebutkan bahwa 87% wilayah
terhadap musibah tersebut. Secara geografis Indonesia adalah rawan bencana alam,
wilayah Indonesia terletak di dalam jalur sebanyak 383 kabupaten atau kotamadya
lingkaran bencana gempa (ring offire), merupakan daerah rawan bencana alam
dimana jalur sepanjang 1.200 km dari dari 440 kabupaten atau kotamadya di
Sabang sampai Papua merupakan batas-batas seluruh Indonesia. Selain itu kondisi
Indonesia dengan jumlah penduduk yang

26
Idea Nursing Journal Ardia Putra, dkk

besar dan tidak merata, keanekaragaman dalam kondisi siaga tanggap bencana.
suku, agama, adat istiadat, budaya dan Situasi penanganan antara keadaan siaga
golongan menyebabkan Indonesia sangat dan keadaan normal memang sangat
rawan terhadap bencana alam. Bencana berbeda, sehingga perawat harus mampu
alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, secara skill dan teknik dalam
gunung meletus, tanah longsor, dan angin menghadapi kondisi seperti ini.
topan yang sering terjadi di Indonesia Kegiatan pertolongan medis dan
tentu berdampak kehancuran, juga perawatan dalam keadaan siaga bencana
menyebabkan penderitaan dan kerugian dapat dilakukan oleh proesi
baik bagi masyarakat maupun negara. keperawatan. Berbekal pengetahuan dan
Dalam situasi darurat bencana sering kemampuan yang dimiliki seorang
terjadi kegagapan penanganan dan perawat bisa melakukan pertolongan
kesimpangsiuran informasi dan data siaga bencana dalam berbagai bentuk.
korban maupun kondisi kerusakan,
sehingga mempersulit dalam pengambilan TUJUAN PENELITIAN
kebijakan untuk penanganan darurat Tujuan umum dari penyusunan
bencana. Sistem koordinasi juga sering tinjauan kepustakaan ini adalah untuk
kurang terbangun dengan baik, mengidentifikasi peran dan
penyaluran bantuan, distribusi logistic kepemimpinan perawat dalam
sulit terpantau dengan baik sehingga manajemen bencana pada fase tanggap
kemajuan kegiatan penangan tanggap darurat. Secara khusus, tinjauan
darurat kurang terukur dan terarah secara kepustakaan akan membahas peran dan
obyektif. Situasi dan kondisi di lapangan kepemimpinan perawat pada 6 aspek,
yang seperti itu disebabkan belum termasuk pencarian dan penyelamatan,
terciptanya mekanisme kerja pos triase, pertolongan pertama, proses
komando dan koordinasi tanggap darurat pemindahan korban, perawatan di rumah
bencana yang baik, terstruktur dan sakit, dan rapid health assessment
sistematis (Muhammadiyah Disaster
Manajemen Center, 2011). Secara umum METODE
manajemen siklus penaggulangan bencana Penelitian ini menggunakan
meliputi: 1) kejadian bencana (impact); 2) pendekatan literature review. Sumber
tanggap darurat (emergency response); 3) data dalam penelitian ini berasal dari
pemulihan (recovery); 4) pembangunan literature yang diperoleh melalui internet
(development); 5) pencegahan berupa hasil penelitian dari perpustakaan
(preventation); 6) mitigasi (mitigation); on-line baik lokal, nasional, maupun
7) kesiapsiagaan (preparedness), internasional yang berjumlah 4 jurnal
Kemenkes RI, (2006). Pengambilan untuk mencari jurnal yang berhubungan,
keputusan yang efektif dan efisien dalam artikel, dan laporan komprehensif lainnya
merespon bencana mutlak ditopang oleh dari keperawatan klasik dan terkait
informasi yang didapat oleh pihak kesehatan juga termasuk situs seperti
pengambil keputusan. Jika informasi google-web dan google-scholar
tidak benar, bisa dipastikan keputusan digunakan. Jumlah kata kunci yang
akan salah dan intervensi yang dilakukan digunakan untuk mendapatkan artikel-
juga tidak tepat (tidak efektif), juga artikel termasuk manajemen bencana,
sangat dimungkinkan menghambur- masyarakat atau perawat kesehatan
hamburkan sumberdaya dan sumber dana masyarakat, peran, dan kompetensi.
(tidak effisien).
Profesi keperawatan bersifat luwes TINJAUAN KEPUSTAKAAN
dan mencakup segala kondisi, dimana Manajemen Resiko Bencana
perawat tidak hanya terbatas pada
Menurut Syarief dan Kondoatle (2006)
pemberian asuhan dirumah sakit saja
mengutip Carter (2001), manajemen resiko
melainkan juga dituntut mampu bekerja
Bencana adalah pengelolaan bencana

27
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 1

sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan darurat dan pemulihan darurat; b) Tahap
yang mencari dengan melakukan observasi pasca bencana, kegiatannya adalah
secara sistematis dan analisis bencana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.
meningkatkan tindakan-tindakan (measure), Setiap tahap penanggulangan
terkait dengan pencegahan (preventif), tersebut tidak dapat dibatasi secara
pengurangan (mitigasi), persiapan, prespon tegas. Dalam pengertian bahwa upaya
darurat dan pemulihan. Manajemen puncak prabencana harus terlebih dahulu
meliputi perencanaan (planing), diselesaikan sebelum melangkah pada
pengorganisasian (coordinating), tahap tanggap darurat dan dilanjutkan
kepemimpinan (directing), dan ke tahap berikutnya, yakni pemulihan.
pengendalian (controlling). Tujuan Siklus ini harus dipahami bahwa pada
Manajemen Resiko Bencana yaitu: 1) setiap waktu, semua tahapan dapat
Mengurangi atau menghindari kerugian dilaksanakan secara bersama-‐sama
secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang pada satu tahapan tertentu dengan porsi
dialami oleh perorangan atau masyarakat yang berbeda. Misalnya, tahap
dan negara; 2) Mengurangi penderitaan pemulihan kegiatan utamanya adalah
korban bencana; 3) Mempercepat pemulihan tetapi kegiatan pencegahan
pemulihan; dan 4) Memberikan dan mitigasi dapat juga dilakukan untuk
perlindungan kepada pengungsi atau mengantisipasi bencana yang akan
masyarakat yang kehilangan tempat ketika datang.
kehidupannya terancam. Berbagai upaya penanggulangan
bencana yang dapat dilakukan pada
Manajemen Penanggulangan Bencana setiap tahap dalam siklus bencana antara
Menurut Pedoman Teknis lain: 1) Pencegahan dan mitigasi; upaya
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat ini bertujuan menghindari terjadinya
Bencana (2011), manajemen bencana dan mengurangi risiko dampak
penanggulangan bencana memiliki bencana. Upaya-‐upaya yang dilakukan
kemiripan dengan sifat-‐sifat manajemen antara lain: a)
lainnya secara umum. Meski demikian Penyusunan kebijakan, peraturan
terdapat beberapa perbedaan, yaitu: 1) perundangan, pedoman dan standar; b)
Nyawa dan kesehatan masyarakat Pembuatan peta rawan bencana dan
merupakan masalah utama; 2) Waktu untuk pemetaan masalah kesehatan; c)
bereaksi yang sangat singkat; 3) Risiko dan Pembuatan brosur/leaflet/poster; d)
konsekuensi kesalahan atau penundaan Analisis risiko bencana pembentukan
keputusan dapat berakibat fatal; 4) Situasi tim penanggulangan bencana; e)
dan kondisi yang tidak pasti; 5) Petugas Pelatihan dasar kebencanaan; dan f)
mengalami stres yang tinggi; 6) Informasi Membangun sistem penanggulangan
yang selalu berubah. krisis kesehatan berbasis masyarakat. 2)
Manajemen penanggulangan bencana Kesiapsiagaan; upaya kesiapsiagaan
adalah pengelolaan penggunaan sumber daya dilaksanakan untuk mengantisipasi
yang ada untuk menghadapi ancaman kemungkinan terjadinya bencana.
bencana dengan melakukan perencanaan, Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada
penyiapan, pelaksanaan, pemantauan dan saat bencana mulai teridentifikasi akan
evaluasi di setiap tahap penanggulangan terjadi. Upaya-‐upaya yang dapat
bencana yaitu pra, saat dan pasca bencana. dilakukan antara lain: a) Penyusunan
Pada dasarnya, upaya penanggulangan rencana kontinjensi; b)
bencana meliputi: 1) Tahap prabencana, Simulasi/gladi/pelatihan siaga; c)
terdiri atas: a) Situasi tidak terjadi bencana, Penyiapan dukungan sumber daya; d)
kegiatannya adalah pencegahan dan mitigasi; Penyiapan sistem informasi dan
2) Situasi potensi terjadi bencana, komunikasi. 3) Tanggap darurat; upaya
kegiatannya berupa kesiapsiagaan: a) Tahap tanggap darurat bidang kesehatan
saat bencana, kegiatan adalah tanggap dilakukan untuk menyelamatkan nyawa

28
Idea Nursing Journal Ardia Putra, dkk

dan mencegah kecacatan. Upaya yang kembali sarana dan prasarana yang rusak
dilakukan antara lain: a) Penilaian cepat akibat bencana secara lebih baik dan
kesehatan (rapid health assessment); b) sempurna. Upaya-‐upaya yang dilakukan
Pertolongan pertama korban bencana antara lain: a) Perbaikan lingkungan dan
dan evakuasi ke sarana kesehatan; c) sanitasi; b) Perbaikan fasilitas pelayanan
Pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan; kesehatan; c) Pemulihan psiko-‐sosial; d)
d) Perlindungan terhadap kelompok Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan.
risiko tinggi kesehatan. Menurut Pasal 48 Undang-Undang
Secara umum Tahapan Tanggap Penanggulangan Bencana menyebutkan
Bencana adalah: 1) Tahap pengaktifan: a) bahwa penyelenggaraan penanggulangan
Mengumumkan terjadinya bencana dan bencana pada saat tanggap darurat
melaksanakan tanggap awal; b) meliputi: 1) pengkajian secara cepat dan
Mengorganisasi komando dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
pengendalian. 2) Tahap penerapan: a) sumber daya; 2) penentuan status keadaan
SAR; b) Triase, stabilisasi awal dan darurat bencana; 3) penyelamatan dan
transport; c) Pengelolaan definitif atas evakuasi masyarakat terkena bencana; 4)
pasien / sumber bahaya. 3) Tahap pemenuhan kebutuhan dasar; 5)
pemulihan: a) Menghentikan kegiatan; b) perlindungan terhadap kelompok rentan;
Kembali ke operasi normal; c) dan 6) pemulihan dengan segera prasarana
Debriefing. 4) Pemulihan: upaya dan sarana vital.
pemulihan meliputi rehabilitasi dan
rekonstruksi. Upaya rehabilitasi bertujuan
mengembalikan kondisi daerah yang
terkena bencana yang serba tidak menentu
ke kondisi normal yang lebih baik. Upaya
rekonstruksi bertujuan membangun
Tabel 1 Data Demografi Aspek, Peran, dan Kepemimpinan
No Aspek Peran
1 Pencarian dan penyelamatan Melokalisasi korban.

Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat


pengumpulan/penampungan.

Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian).

Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.

Memindahkan korban ke pos medis lapangan jika diperlukan.

2 Triase Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi


segera (perawatan di lapangan).

Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan


pembedahan darurat (life saving surgery).

Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan secara cepat dan tepat,


mengelompokkan korban sesuai dengan keparahan pada
masingmasing warna tag yaitu kuning dan merah.

Area tindakan harus ditentukan sebelumnya dan diberi tanda.

Penemuan, isolasi dan tindakan pasien terkontaminasi/terinfeksi

29
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 1

harus diutamakan.

3 Pertolongan pertama Mengobati luka ringan secara efektif dengan melakukan teknik
pertolongan pertama, seperti kontrol perdarahan, mengobati shock
dan menstabilkan patah tulang.

Melakukan pertolongan bantuan hidup dasar seperti manajemen


perdarahan eksternal, mengamankan pernafasan, dan melakukan
teknik yang sesuai dalam penanganan cedera.

Mempunyai keterampilan Pertolongan pertama seperti


membersihkan jalan napas, melakukan resusitasi dari mulut-mulut,
melakukan CPR/RJP, mengobati shock, dan mengendalikan
perdarahan.

Membuka saluran udara secepat mungkin dan memeriksa obstruksi


saluran napas harus menjadi tindakan pertama, jika perlu saluran
udara harus dibuka dengan metode Head-Tilt/Chin-Lift.

Mengalokasikan pertolongan pertama pada korban dengan


perdarahan, maka perawat harus mnghentikan perdarahan, karena
perdarahan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelemahan
dan apabila akhirnya shock dapat menyebabkan korban meninggal.

4 Proses pemindahan korban Pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan memantau
tandatanda vital;

Pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien seperti


infus, pipa ventilator/oksigen, peralatan immobilisasi dan lain-‐lain.

5 Perawatan di rumah sakit Mengukur kapasitas perawatan rumah sakit.

Lokasi perawatan di rumah sakit

Hubungan dengan perawatan di lapangan.

Arus pasien ke RS harus langsung dan terbuka.

Arus pasien harus cepat dan langsung menuju RS, harus ditentukan,
tempat tidur harus tersedia di IGD, OK, ruangan dan ICU.

6 RHA Menilai kesehatan secara cepat melalui pengumpulan informasi


cepat dengan analisis besaran masalah sebagai dasar mengambil
keputusan akan kebutuhan untuk tindakan penanggulangan segera.

30
Idea Nursing Journal Ardia Putra, dkk

7 Peran perawat di dalam Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek
posko pengungsian dan kesehatan sehari-hari.
posko bencana
Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.

Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan


penanganan kesehatan di RS.

Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.

Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan


khusus bayi, peralatan kesehatan.

Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit


menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa.

Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban


(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan
mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan,
insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot).

Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat


dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.

Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para


psikolog dan psikiater.

Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan


kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.

8 Peran perawat dalam fase Membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal
postimpact melalui proses konsultasi atau edukasi.

Membantu memulihkan kondisi fisik yang memerlukan


penyembuhan jangka waktu yang lama untuk normal kembali
bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.

Kepemimpinan sebab itu perlu dikembangkan system


Menurut Goleman, HBR (2000) gaya kepemimpinan bersama yang akan
kepemimpinan dalam fase bencana yaitu mengakomodasi berbagai gaya
coercive, authoritative, democratic, kepemimpinan dari berbagai individu.
pacesetting, coaching. Untuk fase tanggap Masing-masing individu akan
darurat gaya yang digunakan authoritative. melengkapi sesuai kelebihannya, sehingga
Keberhasilan seorang pemimpin akan meningkatkan efektifitas dari setiap
tergantung kemampuannya menerapkan fase penangan bencana (Meliala A, 2006).
gaya tertentu pada saat yang tepat dengan
kondisi yang spesifik. KESIMPULAN
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut Meningkatnya kejadian bencana di
belum tentu dimiliki oleh satu orang, oleh seluruh dunia membuat setiap negara

31
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 1

untuk siap menghadapi hal yang tidak Universitas Pendidikan Indonesia


terduga, termasuk bencana alam. Karena skripsi digital, pada tanggal 12
itu, manajemen bencana yang tepat dalam Januari 2011.
kesiapsiagaan, respon dan fase pemulihan
sangat penting untuk dibentuk. Meskipun , Pedoman assessment tanggap
banyak disiplin ilmu yang diperlukan darurat. Di unduh dari
untuk mendukung manajemen bencana, http://www.mcdc.or.id/index.php/d
perawat dianggap sebagai salah satu own load-file/catergory/6-panduan-
profesi kesehatan yang harus disiapkan tanggapdaruratpedomanassesmentta
untuk menghadapi dan menangani nggapdarurat, pada tanggal 4
bencana alam. Dengan demikian, Desember 2014.
kesadaran sangat dibutuhkan dari perawat
yang bekerja di daerah berisiko tinggi , (2011). Pedoman Teknis
dengan bencana. Penanggulangan Krisis Kesehatan
Disamping itu, perawat perlu Akibat Bencana: Panduan Bagi
mempersiapkan diri dengan memiliki Petugas Kesehatan Yang Bekerja
pengetahuan dasar serta keterampilan Dalam Penanganan Krisis
untuk menghadapi bencana. Kesehatan Akibat Bencana Di
Dengan demikian, perawat Indonesia. Edisi revisi. Diunduh
bertanggung jawab untuk mencapai dari…..pada tanggal 4 Desember
peran dan kompetensi mereka dalam 2014.
semua tahap bencana, terutama pada fase
respon atau tanggap darurat yang Nama (2011). The Role, Preparedness and
meliputi peringatan, mobilisasi, dan Management Of Nurses During
evakuasi Disaster. E-Internasional scientific
adalah tanggung jawab pertama yang Research Journal, Volume III, ISSUE4,
dicapai. Kemudian, menilai masalah ISSN 2094-1749. pada 15 Desember
kesehatan korban dan pelaporan data ke 2010.Putra. A., Petpichetchian. W.,
instansi pemerintah terkait harus Maneewat. K., (2011). Review: Public
dilakukan dalam rangka untuk Health Nurses’ Roles And
memberikan dan menstabilkan kondisi Competencies In Disasater
kesehatan korban bencana. Management. Nurse Media Journal Of
Nursing. Diunduh
KEPUSTAKAAN darihttp://ejournal.undip.ac.id/index.ph
Fitria, H., (2011). Tanggap Darurat p/medianers/article/view/742/602, pada
Bencana (Studi Kasus:Tanggap tanggal 8 Desember 2014.
Darurat Bencana Gunung Api
Merapi Kabupaten Sleman Tahun Knebel, AR., Toomey, L., Libby, M.,
2010) diunduh dari (2012). Nursing Leadership in disaster
http://lontar.ui.ac.id/file? preparedness and Reponses. Annual
file=digital/20 271095-s466- Review of Nursing research Spinger
tanggap%20darurat skripsi digital, Publishing Company Diunduh dari
pada tanggal 5 Desember 2014. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2
4894051, pada tanggal Desember 2014.
Effendi, F., & Makhfudli, (2009).
Keperawatan Kesehatan Mepsa. P, (2012). Peran Mahasiswa
Komunitas: Teori dan Praktik Keperawatan Dalam Tanggap
Dalam Keperawatan. Bencana. Diunduh dari
Jakarta: Salemba Medika. http://fkep.unand.ac.id/images/peran_m
ahasiswa_keperawatan_dalam_tanggap
Assyari, M., (2010). Permasalahan anak _bencana.docx. Diakses tanggal 5
berkebutuhan khusus.Diunduh dari Desember 2014.

32

Anda mungkin juga menyukai