Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

OLEH :
REZA AVERINA VIRATAMA
(18010122)

AKADEMI FARMASI MITRA SEHAT MANDIRI


SIDOARJO
TAHUN AJARAN 2019
TOPIK 1
PENGENALAT ALAT DAN STERILISASI

OLEH :
REZA AVERINA VIRATAMA
(18010122)

AKADEMI FARMASI MITRA SEHAT MANDIRI SIDOARJO


TAHUN AJARAN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

B. Latar Belakang
Selama melakukan kegiatan dalam laboratorium ini harus tetepa menjaga keamanan
dan keselamatn diri, oleh karena itu tahan pengenalan alat dan proses sterilisasi menjadi amat
sangat penting diketahui dan dipahami oleh para mahasiswa yang akan bekerja di dalamnya.
Selai penggunaan alat pelindung diri (APD) di laboratorium, mahasiswa juga perlu mengenal
dan paham cara menggunakan alat – alat yang biasa dihunakan dalam laboratorium
mikrobiologi. Beberapa alat laboratorium tersebut meliputi alat – alat yang besar seperti
mikroskop, autoklaf, inkubator, oven, lemari pendingin, dan colony counter. Alat – alat lain
adalah alat – alat kecil seperti mikropipet, cawan petri, labu elemeyer, pipet tetes, pipet ukur,
tabung reaksi, gelas ukur, tabung durham, kawat ose/sengkelit, pnset, timbangan dan lain –
lain.
Untuk melakukan proses sterilisasi juga diperlukan pengetahuan yang cukup tentang
alat dan proses – proses sterilisasi yang akan digunakan atau di pilih. Proses sterilisasi
biasanya menggunakan alat – alat dan persyaratan tertentu yang harus di pelajari secara
spesifik, apalagi untuk bahan – bahan yang digunakan pada pembuatan sediaan farmasi. Oleh
karena itu baba persiapan praktikum ini juga memiliki peran yang penting untuk melakukan
tahap – tahap praktikum mikrobiologi berikutnya.
Alat – alat laboratorium yang umum digunakan dalam prkatikum mikrobiologi antara
lain mikroskop, autoklaf, oven, inkubator, colony counter, lemari pendingin, hot platestirrer,
mikropipet, cawan petri, labu elemeyer, pipet tetes, pipet ukur, tabung reaksi, gelas ukur,
tabung durham, kawat ose, pinset.
Fungsi dari alat – alat tersebut adalah:
a. Mikroskop: Digunakan untuk mengamati mikroorganisme yang sanagat kecil
ukurannya.
b. Autoklaf :Digunakan untuk sterilisasi alat, bahan, atau media tertentu dengan
menggunakan uap panas bertekanan. Alat ini menguapkan air panas bertekanan kira –
kira 2 atm (=15 Psi) dengan lama sterilisasi umumnya adalah 15 menit.
c. Oven : Bagian dari alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan metode
panas kering. Suhu sterilisas dengan oven kira – kira 160o C selama 60 menit.
Sterilisasi dengan oven digunakan untuk alat, bahan atau media yang tahan terhadap
pemasan tinggi. Misalnya tabung reaksi, cawan petri. Oven adalah alat yang
digunakan untuk sterilisasi alat dan bahan dengan menggunakan udara kering.
Lamanya sterilisasi tergantung pada jumlah alat yang disterilkan dan ketahanan alat
terhadap panas.
d. Inkubator :Digunakan untuk menginkubasi mikroba pada suhu tertentu. Inkubator
digunakan untuk menumbuhkan bakteri, jamur, dan menyimpan biakan murni pada
suhu rendah. Inkubator memiliki sekat kaca antera bagian dalam inkubator dan luar
(pintu) yang fungsinya untuk melihat biakan mikroba tanpa membuka sekat dalam,
sehingga kondisi dalam inkubator tetap terjaga.
e. Kawat Ose : Digunakan untuk menanam bakteri dengan cara gores.
f. Cawan petri : Digunakan untuk meletakkan media dan pembiakan bakteri.
g. Elemeyer : Digunakan untuk membuat media agar atau bahan lainnya.
h. Gelas Ukur : Digunakan untuk mengukur air atau bahan cair lainnya.
i. Hair Dryer : Digunakan untuk mengeringkan alat – alat yang telah di cuci.
j. Bunsen : Digunakan untuk mensterilkan dengan pemasan.
Teknik Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan alat ataupun bahan dari segala
bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Dalam praktikum mikrobiologi sterilisasi dapat
dilakukan secara fisik dan kimia, pemilihan cara sterilisasi tergantung paa jenis bahan yang
akan disterilisasikan ataupun bentuk bahan/sediaan yang akan disterilkan.
Jenis sterilisasi yang biasan digunakan adalah:
1. Sterilisasi Pemijaran
Cara ini terutama digunakan untuk sterilisasi kawat ose yang terbuat dari platina
ataupun nikrome, dilakukan dengan membakar ose sampai pijar dua sampai tiga kali.
2. Sterilisasi Udara kering
Oven umumnya digunakan untuk sterilisasi alat – alat gelas seperti elemeyer, beaker
glass, petri dish, dan alat gelas laiinya. Temperatur yang digunakan 150 – 170o C
selama minimal 1 jam tergantung jumlah alat yang disterilkan.
3. Sterilisasi Uap Bertekanan (Otoklaf)
Otoklaf merupakan teknik sterilisasi yang paling efisien, karena adanya uap panas
akan memperbesar penetrasi uap air ke dalam sel mikroba dan distribusi panas lebih
merata sehingga terjadi koagulasi protin yang mempercepat kematian mikroba.
Umumnya digunakan untuk sterilisasi media mikrobiologi, kapas, kertas, maupun alat
gelas tertentu.
4. Sterilisasi degan Penyaringan
Mekanisme penyaringan berdasarkan perbedaan ukuran partikel, penyaring dibuat
memiliki pori yang sangat kecil sehingga cukup untuk menahan bakteri, saringan akan
tercemar bakteri sedangkan cairan yang melewatinya bebas bakteri – steril. Bahan –
bahan yang tidak tahan pemanasan disterilkan dengan menggunakan penyaring bateri
seperti:
1. Berkefeld Filter = Penyaring bakteri dari tanah diatomae
2. Chamberlain Filter = Penyaring bakteri dari porselein
3. Seitz Filter = Penyaring bakteri dari asbes
4. Fritted Glass Filter = Penyaring bateri dari gelas

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini:
1. Mengenal alat – alat yang akan digunakan dalam prkatikum mikroiologi dan dapat
menggunakannya secara benar.
2. Menerapkan macam – macam teknik sterilisasi.

BAB II
METODE PRAKTIKUM

A. Alat
 Oven
 Autoklaf
 Cawan Petri
 Gelas Ukur
 Elemeyer
 Hairdrayer
 Gelas Ukur
 Tabung Reaksi
 Gunting
 Bunsen
 Kaki 3
 Asbes

B. Bahan
 Kertas Coklat
 Benang Wol
 Kapas
 air

C. Prosedur Kerja
1. Pengawas praktikum mendemonstrasikan cara menggunakan alat yang benar sambil
menjelaskan fungsinya.
2. Praktikan mempraktekkan cara menggunakan alat dengan benar.
3. Praktikan mempraktekkan penggunaan autoklaf dan oven sebagai alat sterilisasi.

Sterilisasi menggunakan oven


1. Cuci cawan petri dan tabung reaksi, keringkan dengan hair dryer atau bunsen.
2. Bungkus dengan ketas coklat dan ikat kencang.
3. Atur suhu oven sampai 160 o C. Atur waktu selama 60 menit.
4. Masukkan alat yang akan di sterilkan.
5. Keluarkan alat yang telah di sterilkan dengan hati – hati.

Sterilisasi menggunakan autoklaf


1. Cuci gelas ukur, elemeyer, keringkan dengan hair dryer atau bunsen.
2. Mengisi autoklaf dengan air hingga batas yang telah di tentukan.
3. Bungkus alat dengan kertas coklat dan ikat rapat.
4. Masukkan alat yang akan di sterilkan.
5. Tutup rapat autoklaf.
6. Panaskan hingga suhu 121o C, pertahankan hingga 15 menit.
7. Jika suhu sudah turun, buka autoklaf.
8. Keluarkan alat yang telah di sterilkan.

BAB III
HASIL PRAKTIKUM
Hasil dari proses sterilisasi menggunakan oven selama 60 menit pada suhu 160o C menjadi
steril dari mikroorganisme yang ada pada alat. Begitu pula sterilisasi menggunakan autoklaf
pada suhu 121o C selama 15 menit. Namun terkadang menggunakan autoklaf akan gagal
apabila alat yang di sterilkan basah akibat tetesan uap yang keluar karena penutup kurang
rapat.

BAB IV
PEMBAHASAN

Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan alat maupun bahan dari segala
bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Suatu alat dapat dikatan steril apabila bebas dari
mikroorganisme.
Sebelum melakukan percobaan ataupun penelitian alat yang akan digunakan harus
memalui tahap sterilisasi terlebuh dahulu untuk membebaskan alat dari mikroorganisme.
Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini dalah menggunakan metode uap
kering dengan menggunakan oven dan metode basah atau uap panas menggunakan autoklaf.
Pada pemanasan menggunakan oven protein mikroba akan mengalami dehidrasi hingga
mengalami kekeringan, selanjutnya akan teroksidasi oleh oksigen di udara sehingga
menyebabkan matinya mikroba. Pada sterilisasi menggunakan oven tidak terjadi kondensasi
atau embun pada alat karena menggunakan uap panas kering. Sedangkan pada metode basah
menggunkan autoklaf yang mengkasilkan uap panas, akan lebih mematikan dibandingkan
dengan panas kering. Hal ini terjadi karena adanya molekul air yang membantu memecah
ikatan hidrogen pada membran sel.
Sterilisasi menggunakan autoklaf menggunakan uap air pada suhu 121o C yang di
pertahankan selama 15 menit. Sedangkan jika menggunakan oven suhu yang di perlukan
adalah 160 o C selama 60 menit.
Sebelum memasukkan alat – alat yang akan di sterilkan terlebih dahulu alat tersebut
dicuci dan dikeringkan kemudian di bungkus dengan ketas coklat dan di ikat kuat.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Sterilisasi berfungsi untuk menghilangkan heidupan yang ada pada alat terutama
mikroorganisme, agar alat lebih aman untuk digunakan khususnya pada dunia kesehatan
ataupun agar tidak mengkontaminasi percobaan – percobaan yang akan dilakukan. Alat yang
digunakan pada proses sterilisasi kali ini adalah oven dan autoklaf.

B. Saran
Pada saat menutup autoklaf pastikan tidak tertutup rapat dan tdiak ada celah untuk
uap air keluar, yang kan mengakibatkan turunnya suhu dan basahnya elemyer.

DAFTAR PUSTAKA

https://chyrun.com/alat-dan-prinsip-sterilisasi/
TOPIK II
PEMBUATAN MEDIA

OLEH :
REZA AVERINA VIRATAMA
(18010122)

AKADEMI FARMASI MITRA SEHAT MANDIRI SIDOARJO


TAHUN AJARAN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Media adalah campuran nutrien atau zat makanan yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan. Media selain untuk menumbuhkan mikroba juga
dibutuhkan untuk isolasi dan inokulasi mikroba serta uji fisiologi dan biokimia mikroba.
Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah yang sesuai dengan lingkungan
pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu: susunan makanannya dimana media harus mengandung
air untuk menjaga kelembapan dan untuk pertukaran zat atau metabolisme, juga mengandung
sumber karbon, mineral, vitamin, dan gas, tekanan osmose yaitu harus isotonik, derajat
keasaman atau pH umumnya netral tapi ada juga yang alkali, temperatur harus sesuai dan
steril.
Media harus mengandung semua kebutuhan untuk pertmbuhan mikroba, yaitu:
sumber energi misalnya gula, sumber nitrogen, juga ion – ion organik essensial dan kebutuan
yang khusus seperti vitamin. Media pertumbuhan mengandung unsur makro yang dibutuhkan
mikroba seperti Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), dan Phospor (P).
Selain itu media juga mengandung unsur mikro seperti besi (Fe), dan Magnesium (Mg).
Media juga dapat mengandung bahan tambahan lainnya seperti indikator phenol red. Sifat
media pembenihan yang ideal adalah mampu memberikan pertumbuhan yang baik jika
ditanami kuman, mendorong pertumbuhan cepat, murah, mudah dibuat kembali, dan mampu
memperlihatkan sifat khas mikroba yang diinginkan.

Berdasarkan bentuknya media dibedakan menjadi:


1. Media Cair
Media cair digunakan untuk pembenihan diperkaya sebelum disebarkan ke media
padat, tidak cocok untuk isolasi mikroba dan tidak dapat dipakai untuk mempelajari
koloni kuman. Contoh media cair Nutrient broth (NB); Pepton dilution fluid (PDF);
Lactose broth (LB); Mac Conkey broth (MBC), dan lain – lain.
2. Media Semi Padat
Merupakan media yang mengandung agar sebesar 0,5%.
3. Media Padat
Media yang mengandung komposisi agar sebesar 15%. Media padat digunakan untuk
mempelajari koloni kuman, untuk isolasi dan untuk memperoleh biakan murni.
Contoh media padat Nutrient Agar (NA); Potato Destrose Agar (PDA); Plate Count
Agar (PCA), dan lain – lain.
4. Media Selektif
Media selektif merupakan media cair yang ditambahkan zat tertentu untuk
menumbuhkan mikroorganisme tertentu dan diberikan penghambat untuk mikroba
yang tidak diinginkan. Contoh media yang ditambahkan ampisilin untuk
menghambat mikroba lainnya.

B. Tujuan
1. Menerapkan cara pembuatan media padat untuk pengujian mikrobiologi.
2. Menerapkan cara pembuatan media cair untuk pengujian mikrobiologi.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
 Cawan petri
 Elemeyer
 Gelas ukur
 Batang pengaduk
 Bunsen
 Kaki tiga
 Asbes
 Autoklaf

B. Bahan
 Nutrien agar (NA)
 Air
 Kapas
 Kertas coklat

C. Prosedur Kerja
1. Timbang NA sbanyak 2,8 g.
2. Masukkan NA kedalam elemyer.
3. Tambahkan aquadest sebanyak 100 ml aduk dengan batang pengaduk di atas bunsen
hingga cairan berwarna kuning bening, dan mendidih.
4. Tutup dengan kapas dan kertas coklat ikat dengan rapat.
5. Masukkan elemeyer yang berisi NA ke dalam autoklaf. Sterilisasi dengan autoklaf
pada suhu 121o C pertahankan hingga 15 menit.
6. Keluakan media dari autoklaf.
7. Memasukkan media ke dalam end case.
8. Menyemprotkan etanol ke kertas coklat pembungkus cawan petri sebelum masuk end
case.
9. Menuangkan NA ke dalam cawan petri. Fiksasi.
10. Inkubasi.

D. Perhitungan
100 𝑚𝑙
1. Media NA = 𝑥 2, 800 𝑚𝑔 = 280 𝑚𝑔
1000 𝑚𝑙

BAB III
HASIL PRAKTIKUM
Gambar Metode Keterangan

Media yang telah di Media menjadi steril.


larutkan dengan air 100
ml dengan pemanasan
dari bunsen. Kemudian di
sterilisasi dengan autoklaf
dengan suhu 121 o C
selama 15 menit.
Penuangan media di Media tidak berhasil
dalam end case dan di karena media berwarna
fiksasi. putih yang berarti di
dalamnya tumbuh
mikroorganisme. Media
yang baik adalah yang
bening.

Nutrien agar yang berada di dalam elemyer adalah NA yang telah di sterilkan menggunakan
autoklaf. NA kemudian di tuang ke cawan petri kemudian di inkubator dengan suhu 37 o C
selama 24 jam. Hasil inkubasi media menunjukkan media agar berwarna putih akibat koloni
bakteri tersebar di seluruh permukaan media, media agar dikatakan berhasil apabila media
bening tidak berwarna putih seperti pada gambar. Tidak berhasilnya media dapat dikarenakan
pada saat proses fiksasi tidak dilakukan dengan baik.

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktek yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dalam
pembuatan media agar itu digunakan media NA (Nutrient Agar) yang di sterilkan dalam
autoklaf pada suhu 121 o C pada tekanan 1 atm, selama 15 menit. Fungsi dari media antara
lain untuk isolasi, pembiakan, pengujian sifat – sifat fisiologi, dan perhitungan jumlah
mikroba.
Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah yang sesuai dengan lingkungan
pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu:
 Harus mengandung semua unsur makanan (kandungan air, protein, nitogen, dan asam
amino).
 Memiliki sumber energi dan faktor pertumbuhan.
 Memiliki tekanan osmosis dan pH yang sesuai.
 Harus dalam keadaan steril.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Media merupakan sumber makanan bagi koloni bakteri, juga sebagai bahan yang
digunakan untuk pembiakan bakteri, pengujian bakteri, perhitungan jumlah mikroba dan
isolasi.
Sterilisasi yang digunakan pada pembuatan media padat adalah dengan menggunakan
autoklaf sengan suhu 121o C selama 15 menit.

B. Saran
Sebaiknya saat telah melakukan penimbangan segera masukkan bubuk NA kedalam
elemeyer agar tidak menggumpal pada kertas perkamen.
Praktikan harus dapat menerapkan cara yang benar agar media yang di baut berhasil,
karena pembuatan media digunakan untuk praktikum berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Jawet, Melik, and Adelberg, 2001, Medical Microbiology, ed. 22, California Appleton and
lange.
Lorian V, Antibiotics in Laboratory Medicine, ed 4, William & Wikins, New York.
Staf pengajar Mikrobiologi FKUI, 2005, Penuntun Praktikk Mikrobiologi Kedokteran,
Medical Multimedia Indonesia, Jakarta.
http://fitri-fykatili.blogspot.com/2016/10/laporan-praktikum-pembuatan-media-agar.html.
TOPIK III
PEWARNAAN BAKTERI GRAM

OLEH :
REZA AVERINA VIRATAMA
(18010122)

AKADEMI FARMASI MITRA SEHAT MANDIRI SIDOARJO


TAHUN AJARAN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bentuk bakteri beraneka ragam yaitu basil (tongkat atau batang), coccus, spirilum
(spiral). Bakteri berbentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.
Bakteri berebentuk kokus (coccus) di bagi menjadi monokokus, diplokokus, dan stafilokokus.
Untuk bakteri berebentuk spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan
melengkung. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain
bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut
maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, ini merupakan salah satu cara yang
paling utama dilakukan dalam penelitian – penelitian mikrobiologi.
Pewarnaan gram bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri dengan mudah. Pewarnaan
gram juga dilakukan unutuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yaitu
gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka.
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil
ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol. Bakteri gram negatif memiliki tiga lapisan dinding
sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakaridan (lipid) kemungkinan di tercuci oleh alkohol,
sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Setelah pewarnaan
dengan kristal violet, pori – pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol
sehingga dinding sel tetap menahan warna ungu.
Pewarnaan bereaksi secara kimiawi dengan protoplas bakteri, apabila sel belim mati,
proses pewarnaan akan membunuhnya. Dasar dari teknik pewarnaan bakteri adalah bakteri di
beri warna dasar kristal violet dan diberikan larutan iodine kemudian dilunturkan oleh
alkohol, sebagian kuman berwarna ungu, karena sel mengikat senyawa kristal violet – iodine
dan sebagian kuman lain kehilangan warna dasar dan mengambil warna kedua safranin atau
fuchsin yang berwarna merah.
Untuk melakukan pewarnaan, bakteri di buat pulasan terlebih dahulu di atas kaca
objek dan di suspensikan. Pada pembuatan pulasan perlu diperhatikan ketebalan dari bakteri
yang dipulas, tidak terlalu tipis atau padat agar tidak menggangu pengamatan dan di peroleh
hasil yang baik. Kemudian pulasan bakteri di fiksasi, yaotu dengan cara melewatkan kaca
objek di atas api. Fiksasi bertujuan melekatkan bakteri pada kaca objek dan mematikan
bakteri. Setelah dilakukan fiksasi proses pewarnaan dapat dilakukan.

B. Tujuan
1. Menjelaskan perbedaan bakteri gram positif dan negatif.
2. Mengetahui cara pewarnaan bakteri gram.
3. Memperjelas bentuk dan warna bakteri yang di amati dengan mikroskop.
4. Melihat reaksi bakteri terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan
kimia dapat diketahui.

BAB II
METODE PRAKTIKUM

A. Alat
 Kaca objek
 Cover glass
 Kawat ose
 Bunsen
 Beaker glass
 Pipet
 Mikroskop
 Tisu
 Elemeyer

B. Bahan
 Biakan kuman
1. Escherichia coli
2. Bacillus subtilis
 Air
 Karbol kristal ungu
 Lugol
 Alkohol 95%
 Fuchsin
 Immersion oil

C. Prosedur Kerja
1. Mensterilisasi kawat ose dengan memijarkan di api tunggu hingga dingin
2. Mengambil satu sengkelit biakan kuman dengan kawat ose, letakkan pada kaca objek.
3. Mensuspensi dengan air menggunakan kawat ose.
4. Fiksasi.
5. Menambahkan pewarna I kristal ungu, bdiamkan selama 5 menit, bilas dengan air.
Bila air masih ada di sekitar bakteri keringkan dengan mengusapkan tisu.
6. Menambahkan cairan lugol, diamkan selama 60 detik, bilas dengan air.
7. Bilas kembali dengan alkohol 95% sampai warana ungu tidak mengalir, bilas dengan
air.
8. Menambahakan pewarna II fuchin, diamkan selama 2 menit, bilas dengan air.
9. Keringakan dengan tisu.
10. Menambahkan minyak imersi, tutup dengan cover glass.
11. Perikasa dengan mikroskop dengam perbesaran, pertama yaitu 10x dan perbesaran ke
dua 40x objektif.
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
Gambar Keterangan
Perbesaran 10x objektif
Perbesaran 40x objektif

Hasil pewarnaan dari bakteri Escherichia coli menunjukkan bahwa bakteri tersebut
merupakan bakteri gram negatif. Karena bakteri tidak mempertahankan zat metil ungu saat
pewarnaan berlangsung.

BAB IV
PEMBAHASAN

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras
dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau
pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu
mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat
dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat
diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja.
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan
untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan
positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna,
substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang
sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna
terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri
seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu
spesies.
Pemberian warna pada bakteri atau mikroorganisme lain dengan menggunakan
larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi,
dinamakan pewarnaan sederhana.
Pemberian kristal ungu pada bakteri yang merupakan pewarna primer (utama) yang
akan memberi warna pada bakteri yang bersifat asam. Pada bakteri gram negatif mengandung
protein sedangkan bakteri gram negatif memiliki kandungan lemak lebih banyak dan dinding
selnya tipis. Kristal ungu yang di diamkan selama 5 menit bertunuan agar warna melekat
pada bakteri. Kemudian bilas dengan air.
Lugol merupakan senyawa pewarna mordan, yang berfungsi memfiksasi pewarna
primer yang diserap bakteri target atau memperjelas warna utama. Penambahan logol
dilakukan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Lugol di diamkan selama 60
detik yang berguna untuk pengikatan warna semakin kuat. Kemudian bilas dengan air.
Pemberian alkohol 95% pada bakteri berfungsi sebagai pembilas atau melunturkan
kelebihan zat warna pada bakteri. Pada pemberian alkohol akan mengakibatkan dua
kemungkinan yaitu bakteri akan berwarna ungu atau tak berwana. Setelah di tambahkan
alkohol kemudan bilas kembali dengan air.
Pada saat pemberian fuchin yang merupakan pewarna sekunder, yang berfungsi untuk
mewarnai sel – sel yang kehilangan warna primer setelah pemberian alkohol. Pada bakteri
gram negatif fuchin akan masuk kedalam sel – sel yang mengakibatkan bakteri berwarna
merah, sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya akan terhidrasi oleh alkohol yang
menyebabkan pori – porinya mengkerut, daya serap dinding sel dan membran menurun yang
mengakibatkan safranin tidak dapat masuk dan bakteri tetap berwarna ungu.
Terakhir adalah pemberian minyak imersi tutup objek glass dengan cover glass,
bakteri dapat di amati dengan mikroskop.
Pembilasan dengan air setelah pemberian warna bertujuan untuk mengurangi
kelebihan zat warna yang telah diberikan.
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan
cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna yang digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme. Zat warna mengabsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba
dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan
strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan granula fosfat.
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain
bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut
maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan
mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara
yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil dari metode pewarnaan bakteri menunjukkan bahwa bakteri Escherichia coli
merukan bakteri gram negatif karena pada proses pewarnaan tidak mempertahankan warna 1
yaitu kristal violet yang kemungkinan tercuci oleh alkohol sehingga pada saat diwarnai
dengan safranin akan berwana merah.

B. Saran
Dalam proses pengambilan bakteri dari tempatnya menggunakan kawat ose harus di
lakukan dengan hati – hati agar tidak merusak media yang akan mengakibatkan kerusakan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputo, D, 1998, Dasar – dasar Mikrobiologi, Djambatan, Malang.


Jawet, Melnick, and Adelberg, 20001, Medical Microbiology, ed. 22, California Appleton
and Lange.
Staf Pengajar Mikrobiologi KFUI, 2005, Penuntun Praktik Mikrobiologi Kedokteran,
Medical Multimedia Indonesia, Jakarta.
http://rikedianhusada.blogspot.com/p/cara-pewarnaan-bakteri.html
TOPIK IV
PEMBIAKAN BAKTERI

OLEH :
REZA AVERINA VIRATAMA
(18010122)

AKADEMI FARMASI MITRA SEHAT MANDIRI SIDOARJO


TAHUN AJARAN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada penanaman mikroba perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi untuk mikroba
tersebut, sehingga dapat tumbuh dengan baik. Isolasi bakteri adalah memisahkan bakteri dari
alam dan menanamnya dalam media baru sebagai biakan murni. Teknik untuk menanam
bakteri ada beberapa macam contohnya:
1. Spread plate method (cara tebar atau sebar)
Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara menginokulasi
klutur mikroba dengan cara dipulas atau disebar pada permukaan media agar padat.
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba.
2. Streak palte method (cara gores)
Teknik isolasi koloni bakteri dengan cara ini dilakukan dengan cara menggoreskan
suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan media agar padat. Ada
beberapa teknik dalam metode penggoresan yaitu goresan T, radian, kuadran dan
sinambung.
3. Pour plate method (cara tabur)
Teknik ini dilakukan untuk menginokulasi media agar yang sedang mencair pada
temperatur 45 – 50 o C dengan suspensi bahan yang mengandung mikroba, dan
menuangkannya ke dalam cawan petri steril.
4. Pembiakan lapangan
Teknik ini dilakukan dengan cara membasahi seluruh permukaan agar dengan
suspensi kuman. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan kuman merata. Biasanya
digunakan untuk uji kepekaan antibiotika dan uji jenis kuman dengan bakteriofaga.
5. Pembiakan miring
Teknik inokulasi bakteri dengan cara menggoreskan pada permukaan agar miring.
6. Pembiakan dengan tusukan
Teknik inokulasi bakteri dengan cara menusukkan kawat ose pada permukaan agar
tegak.
7. Biakan cair
Teknik ini dilakukan dengan cara wadah yang berisi media cair di celupkan kawat.

B. Tujuan
1. Melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptik.
2. Melakukan cara pembiakan bakteri dengan metode gores pada media rata.

BAB II
METODE PRAKTIKUM

A. Alat
 Kawat ose
 Bunsen

B. Bahan
 Agar NA lempeng
 Biakan bakteri Escherichia coli
 Biakan bakteri Bacillus subtilis
C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan biakan bakteri yang akan ditanam kembali.
2. Menyiapkan agar NA lempeng.
3. Membakar kawat ose untuk sterilisasi, biarkan dingin.
4. Menyentuhkan ujung kawat ose pada koloni bakteri dengan hati – hati agar tidak
merusak media.
5. Menggoreskan kawat ose pada permukaan lempeng NA secara zig zag dengan hati –
hati agar tidak merusak lempeng NA.
6. Membakar kawat ose yang telah digunakan.
7. Fikasasi.
8. Inkubasi pada suhu 37o C

BAB III
HASIL PRAKTIKUM

Dari hasil pembiakan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode gores. Bakteri yang
seharusnya membentuk goresan tidak nampak dan hanya mengumpul pada satu titik saja, hal
ini mungkin disebabkan karena pada saat penggoresan bakteri sudah nemenpel pada titik
awal dan habis saat akan di goreskan secara zig zag.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pembiakan bakteri tersebut di lakukan dengan menggunakan media NA yang ada di


dalam cawan petri yang mengandung nutrisi – nutrisi yang diperlukan oleh bakteri untuk
berkembang biak. Media yang baik memiliki beberapa syarat yaitu memenuhi kebutuhan
nutrien pokok (karbon, oksigen, hidrogen,nitrogen, belerang, fosfat, kalium, magnesium dan
besi), sumber-sumber karbon dan energi, zat-zat pelengkap (suplemen yang termasuk
komponen dasar dan yang oleh beberapa mikroorganisme tidak dapat disintesis dari
komponen-komponen sederhana).
Dari hasil percobaan tidak didapatkan hasil yang baik. Salah satu faktor yang
mengakibatkan kegagalan adalah pada saat akan di lakukan penggoresan kawat ose terlalu
lama berada pada satu titik yang mungkin mengakibatkan bakteri sudah menempel pada NA
dan pada saat akan di gores zig zag bakteri habis.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teknik inokulasi merupakan suatu cara memindahkan bakteri dari medium yang lama
ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dengan demikian akan
diperoleh biakan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk pembelajaran mikrobiologi.
Pada praktikum ini akan dilakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium
steril misalnya agar NA untuk mempelajari mikrobiologi dengan satu kultur murni saja.

B. Saran
Pada saat penggoresan sabiknya dilakuan secara hati – hati dan teliti agar bakteri yang
akan di goreskan dapat menampakkan hasil yang di inginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D, 1998, Dasar – dasar Mikrobiologi, djambatan, Malang.
Jawet, Melnick, and Adelberg, 2001, Medical Microbiology, ed. 22, California Appleton and
lange.
Staf Pengajar Mikrobilogi FKUI, 2005, Penuntun Praktik Mikrobiologi Kedokteran, Medical
Multimedia Indonesia, Jakarta.
http://fitri-fykatili.blogspot.com/2016/10/laporan-praktikum-pembiakan-bakteri.html
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/14/teknologi-pembiakan-dan-pertumbuhan-
mikroorganisme/
TOPIK V
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

OLEH :
REZA AVERINA VIRATAMA
(18010122)

AKADEMI FARMASI MITRA SEHAT MANDIRI SIDOARJO


TAHUN AJARAN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad.
Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi
oleh lingkungan(suhu, pH, oksigen, tekanan osmotok, unsur kimia) dan pengaruh lain yaitu
faktor dari dalam bakteri itu sendiri. Untuk pertumbuhannya mikroorganisme membutuhkan
kondisi yang ideal sehingga mikroba dapat tumbuh secara optimal. Perubahan lingkungan
dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri, bahkan dapat mengubah morfologi dan fisiologi
dari mikroba tersebut.
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi
juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia
hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat
dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri
atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara
mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme.
Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH,
tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal:
adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya).
Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju
reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur, maka pola pertumbuhan bakteri dapat sangat
dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah
total pertumbuhan organisme. Keragaman temperatur dapat juga mengubah proses-proses
metabolik tertentu serta morfologi sel.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah:
 Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau basa.
Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan pengecualian
basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik
pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik pada pH netral (pH7)
atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada pH 6;tidak jarang
dijumpai organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu
organisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4; bakteri autotrof tertentu merupakan
pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan produk metabolisme yang bersifat
asam atau basa.
 Suhu yang baik untuk mendapatkan pertumbuhan bakteri yang optimal adalah pada
suhu tubuh manusia yaitu sekitar 37o C, tetapi ada sebagian bakteri yang dapat
tumbuh pada kondisi yang cukup ekstrim, misalnya pada suhu terlalu panas atau
terlalu dingin.
 Oksigen merupakan unsur yang sangat pentinguntuk pertumbuhan aerob
 Tekanan osmotik yang tinggi dapat menyebabkan air keluar dari dalam sel bakteri.
Akibatnya bakteri dapat mati atau menghambat pertumbuhannya. Teknik ini dapat
digunakan untuk mengawetkan makanan dengan cara penambahan garam sehingga
tekanan osmotik cairan akan naik.
 Unsur kimia yang dibutuhkan bakteri untuk pertumbuhannya adalah C, H, N, S, dan
P. Selain itu juga membutuhkan unsur mikro seperti Zn, Fe, dan Cu.

B. Tujuan
1. Melakukan pembuktian pengaruh pemanasan terhadap pertumbuhkan kuman.
2. Melakukan pembuktian pengaruh proses sterilisasi dan desinfeksi terhadap
pertumbuhan kuman.
3. mengetahui pengaruh zat kimia dan logam terhadap pertumbuhan mikroorganisme
berdasarkan pengaruh lingkungan.

BAB II
METODE PRAKTIKUM

A. Alat
 Uang logam
 Kawat ose
 Tabung reaksi
 Bunsen
 Lempeng NA

B. Bahan
 Desinfektan

C. Prosedur Kerja
Melihat pengaruhbsuhu terhadap pertumbuhan kuman.
1. Mengambil satu buah logam tempelkan pada lempeng NA
2. Fiksasi.
3. Mengambil satu buah logam lain, bakar hingga memijar dan tempelkan pada sisi lain
lempeng NA.
4. Fiksasi.
5. Masukkan inkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam.
6. Amati yang terjadi.

Melihat pengaruh desinfektan terhadap pertumbuhan kuman.


1. Usapkan jari tangan yang tidak menggunakan desinfektan dan tidak mencuci tangan
pada lempeng NA.
2. Fiksasi.
3. Usapkan jari tangan yang telah bersih dengan memcuci tangan dan diberi detol, di
sisi lain lempeng NA.
4. Fiksasi.
5. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 o C.
6. Amati perubahan yang terjadi.

BAB III
HASIL PRAKTIKUM

Gambar Metode Keterangan


Pada sisi kanan tidak Terdapat koloni bakteri yang
menggunakan desinfektan telah menyebar
Pada sisi kiri, usapan jari Tidak terdapat koloni bakteri
tangan yang telah mencuci yang tumbuh melainkan
tangan, menggunakan mikroorganisme lain.
desinfektan dan detol. Kemungkan terjadi karena
saat pengusapan tangan
masih basah akibat tertalu
banyak menggunakan detol.
Pada sisi kanan uang logam Terdapat koloni bakteri yang
yang tidak dipijarkan menyebar di sekeliling uang
logam.

Pada sisi kiri, uang logam Tidak terdapat koloni bakteri


yang telah dipijarkan di sekiar uang logam.

BAB IV
PEMBAHASAN

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas kehidupan mikroba antara lain
faktor yang meliputi temperature, kelembaban, tekanan osmosis, pengaruh pH, pengaruh
logam berat serta pengaruh zat kimia. Sedangkan faktor biotik meliputi bebas hama serta
asosiasi.
Untuk pertumbuhan mikroba, banyak faktor – faktor lingkungan yang berpengaruh.
Maka adanya faktor lingkuan tersebut akan memberi jumlah peningkatan sel atau populasi
keseluruhan yang berbeda akhirnya mempengaruhi gambaran kurva pertubuhan yang
berlainan pula.
Bakteri sebenarnya makhluk yang suka akan basah, bahkan bisa hidup dalam air. Hanya
didalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur. Hal ini disebabkan kerena kurangnya
udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah lebih baik untuk kehidupan bakteri. Kandungan
air dalam likungan mikroorganisme juga mempengaruhi pertumbuhan itu sendiri.
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
Suhu yang rendah menyebabkan melambatnya metabolisme seluler, sedang pada suhu yang
tinggi akan menungkatkan taraf kegiatan sel.
Dari praktikum menggunakan uang logam yang dipijarkan terlebih dahulu tidak
terdapat pertumbuhan bakteri di sekitarnya. Ini yang membuktikan suhu berpengaruh pada
pertumbuhan bakteri.
Penggunaan desinfektan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Yang menjadi faktor utama untuk menentukan apakah desinfektan bekerja dengan baik
adalah suhu dan kadar desinfektan. Mekanisme kerja desinfektan akan berbeda – beda anatra
desinfektan satu dengan yang lain, yang mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran
sel atau oleh tindakan pada protein sel atau mungkin pada ge yang khas yang dapat berakibat
kematian atau muasi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Desinfektan merupakan zat-zat yang mempunyai daya penghambat atau mematikan
mikroba dalam pertumbuhan dengan membentuk zona hambat dalam mediu.
2. Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, pH,
desinfektan dan antibiotik.
3. Pada pengaruh suhu dengan dilakukannya pemanasan pertumbuhan bakteri akan
terhambat atau mati.

B. Saran
Sebaiknya saat akan melakukan penggoresan pastikan tangan tidak basah.

DAFTAR PUSTAKA
http://comalcomelayucomala.blogspot.com/2013/04/pengaruh-lingkungan-terhadap.html
http://cibekcarlota.blogspot.com/2015/07/pengaruh-lingkungan.html
TOPIK VI
UJI KEPEKAAN BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA

OLEH :
REZA AVERINA VIRATAMA
(18010122)

AKADEMI FARMASI MITRA SEHAT MANDIRI SIDOARJO


TAHUN AJARAN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotika yang bersifat bakterisida
maupun bakteriostatika. Untuk mengatasi penyakit dengan tepat diperlukan data kepekaan
kuman penyebab infeksi tersebut terhadap antibiotika yang tersedia. Pengujian kepekaan
antibiotika dapat dilakukan dengan metode difusi atau dilusi.
Pada metode difusi prinsipnya adalah terdifusinya senyawa antimikroba ke dalam
media padat yang telah di inokulasi dengan bakteri. Metode difusi dapat dilakukan dengan
cara cakram dan sumuran. Pada metode cakram, kertas cakram yang mengandung antibiotik
diletakkan di atas media yang telah mengandung mikroba, kemudian di inkubasi dan dibaca
hasilnya bedasarkan kemampuan penghambatan mikroba di sekitar kertas cakram. Metode
dengan sumuran dilakukan dengan cara membuat sumuran dengan diameter tertentu pada
media agar yang sudah di tanami bakteri. Antibiotik tersebut di inokulasi ke dalam sumuran
tersebut dan di inikubasi. Zona jernih yang terbentuk di sekitar cakram atau sumuran
merupakan indikator penghambatan antibiotik terhadap pertumbuhan mikroba.
Pada meode dilusi di bedakan enjadi metode cair dan paadt. Pad ametode cair, dapat
menentukan minimum inhibitory concentration (MIC) atau kadar hambat minimum (KHM)
dan minimum bacterial concentration (MBC) atau kadar bunuh minimum (KBM). Cara yang
dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada agen medium
cair yang ditambahkan dengan agen mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar
terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji di tetapkan sebagai KHM.
Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut dilanjutkan kultur ulang pada media cair
tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan di inkubasi selama 18 – 24
jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah di inkubasi ditetapkan sebagai KBM.

B. Tujuan
1. Mampu melakukan uji kepekaan kuman terhadap berbagai antibiotika dnegan metode
difusi.
2. Mengetahui teknik uji kepekaan bakteri.

BAB II
METODE PRAKTIKUM

A. Alat
 Tabung reaksi
 Kawat ose
 Bunsen
 Pinset

B. Bahan
 Air
 Standar Mc. Farland
 Cakram antibiotik
 Lempeng agar NA
 Jamur Candida albican
 Bakteri Violence
C. Prosedur Kerja
1. Mengambil bakteri violence dari wadah dengan kawat ose yang telah di sterilkan
dengancara pemanasan.
2. Masukkan kedalam tabung reaksi,
3. Membuat suspensi dengan cara menambahkan air secukupnya.
4. Aduk hingga memenuhi standar Mc. Farland.
5. Suspendi yang telah jadi, ambil dengan kawat ose yang telah di panaskan.
6. Gores dengan pola zig zag pada Lempeng NA.
7. Letakkan cakram antibiotika dengan pinset di antara pola zig zag.
8. Fiksasi.
9. Mengambil jamur Candida albican dari wadah dengan kawat ose yang telah di
sterilkan dengancara pemanasan.
10. Masukkan kedalam tabung reaksi,
11. Membuat suspensi dengan cara menambahkan air secukupnya.
12. Aduk hingga memenuhi standar Mc. Farland.
13. Suspendi yang telah jadi, ambil dengan kawat ose yang telah di panaskan.
14. Gores dengan pola zig zag pada sisi lain Lempeng NA.
15. Letakkan cakram antibiotika dengan pinset di antara pola zig zag.
16. Fiksasi.
17. Masukkan inkubasi dengan suhu 37 o C selama 24 jam.
18. Amati yang terjadi.

BAB III
HASIL PRAKTIKUM

Gambar Waktu Keterangan


Di inkubasi kurang dari 24 Saat praktikum media agar
jam. yang digunakan telah di
tumbuhi bakteri. Tidak ada
perubahan pada banyaknya
bakteri yang telah tumbuh
setelah di inkubasi kurang
dari 24 jam.
Bakteri violence mulai
membetuk pola zig zag.

Di inkubasi lebih dari 24 jam Bakteri violence telah


membentuk pola zig zag
namun zona bening pada
cakram hanya terbentuk
sedikit dikarenakan
peletakan cakram kurang
nemenpel.
Jamaur Candida albican
tidak dapat tumbuh karena
media yang digunakan bukan
media untuk
mengembangkan jamur.
BAB IV
PEMBAHASAN

Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
anti bakteri. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri.
Pada praktikum uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika menggunakan metode difusi
agar padat untuk dapat mengetahui diameter zona hambat dari antibiotik dengan cara
mengkurnya.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat di simpulkan bahwa antibiotik dapat menghambat atau
bahkan membunuh mikroba.

B. Saran
Pada saat praktikum haru dilakuan dengan hati – hati dan melakukan fiksasi dengan
benar.

DAFTAR PUSTAKA
http://eka073febcerita.blogspot.com/2015/06/uji-sensitivitas.html
http://160496sriut.blogspot.com/2014/10/praktikum-uji-sensitivitas.html
TOPIK VII
ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI

OLEH :
REZA AVERINA VIRATAMA
(18010122)

AKADEMI FARMASI MITRA SEHAT MANDIRI SIDOARJO


TAHUN AJARAN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka lempeng total bakteri adalah jumlah koloni bakteri aerob mesofil yang terdapat
dalam tiap gram ataupun mili sampel uji. Bakteri mesofil merupakan bakteri yang tumbuh
pada temperatur minimal 10 – 20o C, optimal pada suhu 20 – 40 o C dan maksimal pada suhu
40 – 45 o C. Uji ALTB mengandung prinsip yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil
setelah cuplikan di inokulasikan pada lempeng agar dengan cara tuang dan di inkubasi pada
suhu yang sesuai. Pengujian dilakukan secara duplo. Untuk mendapatkan ALTB
respresentatif dilakukan terhadap beberapa pengenceran sample seperti 10−1 ; 10−2 ; 10−3 dan
seterusnya. Sample benttuk padat di perlakukan sebagai berikut; sample padat dihancurkan
dalam kemasan sebelum di buka, timbang sebanyak 25g, larutkan dengan PDF hingga 250ml.
Sample bentuk serbuk seperti jamu, timbang sebanyak 10g, larutkan dengan PDF hingga
100ml. Sample cair seperti minuman ringan tidak perlu di encerkan terlebih dahulu.
Sample yang akan di uji terlebih dahulu di homogenkan dalam larutan pepton
pengencer (pepton dilution fluid, PDF) sehingga di dapat pengenceran 10−1. Dari hasil
pengenceran tersebut, di pipet sebanyak 1ml kedalam tabung reaksi pertama yang berisi 9ml
larutan pengencer PDF sehingga diperoleh pengenceran 10−2. Campuran dikosok homogen.
Pengenceran dilakukan seterusnya hingga diperoleh pengenceran bertingkat
10−3 ; 10−4 ; 10−5 dan seterusnya. Dari setiap hasil pengenceran, pipet 1ml ke dalam cawan
petri dan di buat duplo. Selanjutnya, ke dalam setiap cawan petri, dituang sebanyak 15 –
20ml media Plate Count Agar (PCA). Cawan petri segera digoyangkan perlahan supaya
sample tercampur merata dengan media pembenihan. Setelah media beku, cawan petri di
inkubasi pada suhu 35 – 37o C. Selama 24 – 48 jam dengan posisi terbalik.
Pertumbuhan koloni pada setiap cawan yang mengandung 30 – 300 koloni dicatat.
Pada setiap pemeriksaan, selalu disertakan media control uji (blanko). Angka lempeng total
untuk 1 gram atau 1ml sample dihitung dengan mengalikan jumlah rata – rata koloni pada
cawan dengan faktor pengenceran. ALTB dihitung dari petri dengan jumlah koloni
representatif jika tidak terdapat jumlah koloni representatif, ALTB merupakan perkiraan dari
pengenceran tertinggi.

B. Tujuan
1. Mampu menginterprestasi hasil pengujian ALTB.
2. Mampu melakukan pengujian angka lempeng total bakteri (ALTB).

BAB II
METODE PRAKTIKUM

A. Alat
 Cawan petri
 Tabung reaksi
 Mikro pipet
 Blue tip
 Rak tabung reaksi
 Elemeyer
 Gelas ukur
 Bunsen
B. Bahan
 Plate Count Agar (PCA)
 Sample jamu cair kadaluarsa
 Aquadest

C. Prosedur Kerja
Pembuatan media agar.
1. Menimbang NA sebanyak 2,8g.
2. Masukkan elemeyer, tambahkan air sebanyak 98ml.
3. Didihkan di atas bunsen.
4. Bila sudah mendidih tutup dengan kapas lalu tutup kembali dengan kertas coklat ikat
rapat.
5. Masukkan autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit.
6. Keluarkan.

Pengenceran sample jamu cair.


1. Ukur sample jamu sebanyak 10ml. Tuangkan pada elemeyer tambahkan air hingga
100ml, kocok. Tandai sebagai 10−1.
2. Buat pengenceran sample.
a. Gunakan mikro pipet 1ml.
b. Pipet 1ml sample 10−1. Masuk tabung reaksi tambahkan 9ml air tandai
sample sebagai10−2 kocok.
c. Pipet 1ml sample 10−2, masuk tabung reaksi berikutnya tambahkan air 9ml,
tandai sebagai sample 10−3 kocok.
d. Pipet 1ml sample 10−3, masuk tabung reaksi selanjutnya tambahkan air 9ml,
tandai sebagai sample 10−4 kocok.
3. Pipet sample 10−4 sebanyak 2ml, masukkan pada media agar.
4. Tuangkan pada cawan petri.
5. Fiksasi.
6. Masuk inkubasi bersuhu 37o C, selama 24 jam.

BAB III
HASIL PRAKTIKUM

Gambar Keterangan
Pada saat proses pengenceran dilakukan
sample yang awalnya berwarna keruh lama
kelamaan akan berubah menjadi jernih.
Media tetap jernih tanpa adanya pertumbuhan
bakteri yang di sebabkan oleh jamu yang
kadaluarsa.

BAB IV
PEMBAHASAN

Perhitungan ALTB merupakan metode kuantitatif yang di gunakan untuk mengetahui


jumlah mikroba yang ada pada sample.
Pada praktikum yang telah dilakukan, sample sebanyak 10ml di lakukan pengenceran
dengan menambahkan air ad 100ml sehingga di peroleh pengenceran10−1 . Kemudai di pipet
1ml dan di encerkan kembali dengan menambahkan 9ml air sehingga diperoleh 10−2 dan
dilakukan seterusnya hingga mendapatkan pengenceran 10−4. Dari setiap pengenceran yang
akan di pipet harus di kocok terlebih dahulu agar sample tidak mengendap di bawah. Setalah
di dapatkan pengenceran yang di inginkan, pipet sebanyak 2ml dan tuangkan pada media
agar. Setelah masuk ke dalam media agar kocok perlahan dan tuangkan pada cawan petri dan
masukan ke dalam inkubasi.
Hasil yang terjadi setelah proses inkubasi adalah tidak adanya bakteri yang tumbuh di
dalamnya, ini mungkin terjadi karena tanggal kadaluarsa pada bulan juni 2019 dan digunakan
saat praktikum pada bulan september 2019 yang hanya berjarak selama 3 bulan. Apabila
sample yang di gunakan memiliki tanggal kadaluarsa yang jauh misalnya 1 tahun mungkin
akan tumbuh bakteri di dalamnya.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan pengujian mikrobiologi terhadap sample akan
mengacu pada persyaratan yang telah ditentukan. Tolak ukur uji mikrobiologi yang di
syaratkan adalah sesuai dengan standar nasional indonesia yang meliputi angka lempeng total
(ALT).

B. Saran
Pada saat praktikum harus dilakukan dengan instruksi yang telah diberikan. Alat – alat
yang digunakan pun harus dalam kondisi steril agar tidak mempengaruhi pengujian.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=angka+lempeng+total+bakteri&safe=strict&source=lnms
&sa=X&ved=0ahUKEwj7iuPu-LTkAhVt7HMBHcW-
B88Q_AUIDCgA&biw=1242&bih=597&dpr=1.1

Anda mungkin juga menyukai