Anda di halaman 1dari 12

Definisi Bela Negara

Bela Negara, adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara (UU No.3/2002). Bela negara merupakan sebuah konsep yang
disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara yang mencerminkan
patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen untuk kepentingan
mempertahankan eksistensi negara. Bela negara dibagi menjadi dua, yaitu :
1. FISIK, Usaha pertahanan mengahadapi serangan fisik atau Agresi dari pihak yang
mengancam keberadaan negara.
2. NON-FISIK, upaya turut serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara,
baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Bela negara juga dapat dimaknai sebagai upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam
negeri dengan cara penyelenggaraan pertahanan negara yang dilakukan oleh Tentara
Nasional Indonesia maupun oleh seluruh komponen bangsa.
Sejarah Bela Negara
1. Periode Pertama (Perang Kemerdekaan 1945-1949).
Bela negara dipersepsikan dengan perang kemerdekaan, keikutsertaan warga
negara dalam bela negara diwujudkan ikut serta berperan dalam perjuangan
kemerdekaan, baik bersenjata maupun tidak bersenjata.
2. Periode Kedua (1950-1965).
Dalam menghadapi berbagai pemberontakan dan gangguan-gangguan dalam
negeri, bela negara dipersepsikan identik dengan upaya pertahanan dan keamanan, baik
bersenjata maupun tidak bersenjata
3. Periode ketiga (Orde Baru 1966-1998)
Bela negara dipersepsikan identik dengan Ketahanan Nasional. Pada periode ini
keikutsertaan warga negara dalam bela negara diselenggarakan melalui berbagai
segenap aspek kehidupan nasional.
4. Periode Keempat (Reformasi 1999 – Sekarang)
Bela negara dipersepsikan sebagai upaya untuk mengatasi berbagai krisis yang
sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pada periode ini keikutsertaan warga negara
dalam upaya bela negara disesuaikan dengan kemapuan dan profesi masing-masing
Nilai-nilai Bela Negara
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara Indonesia
3. Yakin akan Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa
4. Rela Berkorban Untuk Bangsa dan Negara
5. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara
Dasar Hukum Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa “Tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara“. dan “Syarat-syarat
tentang pembelaan diatur dengan undang-undang”. Jadi sudah pasti mau tidak mau kita wajib
ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman, gangguan, tantangan dan
hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Beberapa dasar hukum dan peraturan
tentang Wajib Bela Negara:
1. Tap MPR No. VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.
2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara Rl.
Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
4. Tap MPR No. VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No. VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tenteng Pertahanan Negara.

Bentuk Bentuk Usaha Pembelaan Negara


1. Penyelenggaraan Pertahanan Negara
Pertahanan
Negara diselenggarakan melalui usaha membangun, membina kemampuan daya ta
ngkal Negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman yang dating. Peny
elenggaraan pertahanan Negara diselenggarakan oleh komponen-komponen berikut :
a. Komponen Utama Pertahanan Negara
b. Komponen Cadangan dan Pendukung Pertahanan Negara
Menurut Pasal 30
UUD 1945 usaha pertahanan Negara dilaksanakan dengan Sistem Pertahanan
dan Keamanan Rakyat Semesta ( Sishankamrata ).
2. Sifat Sishankamrata
Sishankamrata memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1) Kerakyatan
2) Kesemestaan
3) Kewilayahan
Berbagai upaya bela negara juga dapat dilakukan melalui organisasi maupun
individu. Upaya bela negara tidak hanya berperang, tetapi mengharumkan nama bangsa
Indonesia di luar negeri pun disebut bela negara. Misalnya, yang dilakukan oleh para
atlet olahraga yang berlaga dalam olimpiade. Kita bisa ikut bangga jika ada atlet
Indonesia menjadi juara dalam kejuaraan antarnegara atau kejuaraan dunia. Kebanggaan
dan keharuan kita bertambah ketika sang saka Merah Putih berkibar dengan gagah di
antara bendera negara-negara lain. Selain itu secara organisasi, bela negara dapat
dilakukan melalui pengiriman Tim SAR Indonesia untuk mencari dan menolong korban
bencana alam.

Selain secara organisasi, individu-individu sebagai warga negara juga dapat


berperan membela negara dalam tindakan, menjunjung nasionalisme, patriotisme, serta
membela Pancasila dan UUD 1945. Berbagai upaya pembelaan terhadap negara dan
mewujudkan keamanan dapat dilakukan warga negara dalam semua aspek kehidupan.

Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 Pasal 5, menegas kan bahwa pertahanan


negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahan kan seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah dan menjadi tanggung jawab
segenap bangsa. Oleh karena itu, ancaman terhadap sebagian wilayah Indonesia
merupakan ancaman bagi seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut
maka keikutsertaan segenap warga negara dalam upaya pembelaan negara bukan hanya
dalam lingkup nasional, tetapi juga dalam lingkungan terdekat tempat kita tinggal.
Artinya, menjaga keutuhan wilayah lingkungan kita tidak dapat dipisahkan dari keutuhan
wilayah negara secara keseluruhan.

Bentuk Ancaman terhadap Bangsa dan Negara

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 ancaman terhadap Negara mencakup


ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Ancaman terhadap kedaulatan Negara yang
semula bersifat konvensional (fisik) berkembang menjadi multidimensional (fisik dan
nonfisik) baik yang berasal dari luar negeri dan dari dalam negeri. Ancaman dibedaka
n menjadi dua yaitu, Ancaman Militer dan Ancaman Nonmiliter.
Peran serta masyarakat dalam upaya pembelaan negara berlangsung sejak masa awal
kemerdekaan. Keterlibatan warga negara dalam pembelaan negara adalah sebagai berikut :

1. Dibentuknya kelaskaran rakyat, kemudian dikembang kan menjadi barisan cadangan


pada periode perang kemerdekaan ke-1.
2. Pasukan Perang Gerilya Desa (Pager Desa) termasuk mobilisasi Pelajar (Mobpel)
sebagai bentuk per kembangan dari barisan cadangan. Pada periode perang
kemerdekaan ke-2.
3. Pada 1958-1960, muncul Organisasi Keamanan Desa (OKD) dan Organisasi
Perlawanan Rakyat (OPR) yang merupakan bentuk kelanjutan Pager Desa.
4. Pada 1961 dibentuk pertahanan sipil (Hansip), Wanra, dan Kamra sebagai bentuk
penyempurnaan dari OKD/OPR.
5. Perwira cadangan yang dibentuk sejak 1963.
6. Kemudian, berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 1982, ada organisasi yang
disebut rakyat terlatih yaitu Wanra yang membantu pertahanan dan Kamra yang
membantu keamanan dan anggota per lindungan masyarakat.
Contoh yang dilakukan Polri dalam upaya bela negara, antara lain:
1. Mendukung tetap tegaknya negara kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
2. Melakukan penyuluhan kesadaran hukum bagi warga Negara.
3. Melakukan pengaturan lalu lintas dan memberikan pengayoman keamanan bagi warga
Negara.
4. Memberikan perlindungan keamanan dari berbagai tindak kejahatan terhadap warga
Negara.
5. Melakukan proses penyidikan dan penyelidikan terhadap berbagai tindak kejahatan.
Alasan Pentingnya Usaha Pembelaan Negara
Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945. Kemerdekaan tersebut diraih melalui perjalanan yang sangat panjang dengan me
ngorbankan segenap jiwa, raga, dan harta. Dengan tekad bulat, seluruh rakyat
Indonesia akhirnya
dapat mencapai kemerdekaaannya dan berdiri sebagai bangsa yang memiliki kemerdeka
an.
Salah satu keutuhan perjuangan bangsa Indonesia saat ini adalah menjaga
keutuhan wilayah NKRI. Pertahanan dan keutuhan wilayah RI menjadi tugas dan
tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia melalui sitem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta. Seluruh warga Negara harus mau dan siap membela Negara dari ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan yang datang dari dalam negeri maupun luar negeri.
Beberapa alasan diadakannya wajib Bela Negara, anatara lain :
1) Latar Belakang sejarah
2) Kedudukan geografis dan geostrategic NKRI yang terletak pada posisi silang
3) Kondisi Demografis bangsa Indonesia yang sangat heterogen
4) Adanya Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi
5) Kedudukan Tanah air yang strategis

Cara Meningkatakan Kesadaran Bela Negara Untuk Generasi Muda


Membangun Kesadaran Bela Negara pada pemuda merupakan sesuatu yang penting dan
tidak bisa dianggap suatu hal yang sepele, karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa
yang tidak dapat didisparitaskan dari sejarah bangsa ini. Kendatipun demikian, kesadaran bela
negara ini jangan pula ditafsir hanya berhubungan dengan angkat senjata melawan musuh dari
negara luar belaka, melainkan harus lebih luas memandangnya, sehingga dalam
pengejawantahannya, pemuda lebih kreatif mengimplementasikan arti bela negara ini dalam
kehidupannya tanpa menghilangkan hakekat bela negara itu sendiri.

Sebuah keharusan bagi pemuda untuk ikut bersama bertanggung jawab mengemban
amanat penting ini, apabila pemuda sudah tidak terpatri dalam dirinya akan kesadaran
mengenai bela negara, maka ini merupakan ancaman besar bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, bisa jadi suatu saat mengakibatkan bangsa ini akan berada ke dalam kondisi yang
sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa lain yang telah mempersiapkan diri dari
gangguan bangsa lain.

Kalau kita coba melihat kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator
bahwa sebagian kalangan pemuda di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran akan
pentingnya bela Negara. Hal tersebut bisa kita lihat dari segelintir persoalan seperti, kebiasaan
pemuda yang lebih bangga dengan budaya atau simbol-simbol bangsa lain dan tidak bangga
dengan budaya bangsa sendiri. Ataupun, pemuda saat ini lebih cenderung meninggalkan nilai-
nilai budaya bangsa dengan memamerkan ciri westernisasi. Dan semakin banyaknya pemuda
yang melakukan perilaku penyalahgunaan narkoba, dan kondisi ini diperparah dengan
minimnya kesadaran sosial dan perhatian kepada sesama yang ditunjukkan dengan semakin
individualisnya pemuda itu sendiri di tengah-tengah masyarakat. Permasalahan ini jelas
mengganggu sikap kesadaran bela Negara pada pemuda.
Hal lain juga yang dapat mengganggu kesadaran bela negara di tingkat pemuda yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial di
tingkat pemuda, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan
pemuda untuk membantu memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu
masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat maka sedikit
banyak himpitan persoalan akan dapat teratasi. Dengan perilaku ini, pemuda telah melakukan
langkah konkrit dalam melakukan bela negara.
Fenomena-fenomena diatas merupakan tantangan bagi kita dan akan cenderung menjadi
pemecah bila tidak segera diatasi, dicari jalan keluarnya. Kondisi pemuda yang seperti itu juga
akan menjadikan pemuda kita menjadi pemuda yang kehilangan identitas dan karakter yang
berdampak pada hilangnya perekat di masyarakat yaitu pemuda itu sendiri.
Salah satu hal penting yang harus disadari pemuda adalah bahwa pemuda tidak dapat
melepaskan diri dari tanggung jawab atas problematika bangsa yang dihadapi saat ini. Pemuda
harus berperan serta dan berada dalam garis terdepan, dalam melakukan perubahan, hanya
dengan demikianlah pemuda menjaga keutuhan bangsa ini, mempersiapkan diri dalam
menghadapi tantangan yang lebih besar, untuk mengantisipasi terjadinya penjajahan gaya baru
disegala aspek, atas derasnya arus globalisasi yang tak terbendung juga merupakan salah satu
menjaga negara ini.
Hal lain yang tak kalah pentingnya, pemuda harus memiliki kepekaan sosial dan
memiliki tanggung jawab atas kondisi masyarakat saat ini. Usaha pembelaan negara berdasar
pada kesadaran setiap pemuda akan hak dan kewajibannya. Kesadaran demikian perlu
ditumbuhkembangkan melalui proses motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut sert
dalam pembelaan negara. Proses motivasi untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jika
setiap pemuda memahami keunggulan negaranya. Disamping itu setiap pemuda hendaknya
juga memahami kemungkinann segala macam ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara
indonesia. Dalam hal ini terdapat beberapa dasar pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan
motivasi setiap pemuda untuk ikut dalam usaha bela negara. Kaelan dan Achmad Zubaidi
(2007:121) mengemukakan bahwa untuk mewujudkan motivasi pemuda terhadap semangat
bela negara setidaknya harus diperhatikan beberapa hal, antara lain:
1. Pengalaman sejarah perjuangan republik Indonesia
2. Kedudukan wilayah geografis nusantara yang strategis
3. Keadaan penduduk (demografis) yang besar
4. Kekayaan sumber daya alam
5. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidangpersenjataan
6. Kemungkinan timbulnya peperangan
Keenam pokok pikiran diataslah yang harus diperhatikan dan ditumbuhkembangkan
sebagai jalan meningkatkan motivasi generasi muda agar melakukan upaya-upaya pembelaan
negara. Dengan membangun kesadaran itulah, maka pemuda telah melakukan salah satu dari
sekian banyak aspek untuk menjaga keutuhan Negara ini yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pendidikan Bela Negara harus diajarkan sejak dini, mulai dari pendidikan dasar,
menengah dan tinggi ( dari TK s/d Universitas). Memang saat ini kurikulum Tahun 2013 tidak
secara eksplisit mencantumkan hal tsb, namun tidak menghambat untuk menyampaikan materi
pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila, Sejarah Perjuangan Bangsa dan mata pelajaran
lainnya yang relevan, serta Pramuka yang menjadi kewajiban Ekstra Kurikuler. Penanaman
nilai nila Bela Negara (Cinta tanah air, Sadar Berbangsa dan Bernegara, Yakin Pancasila
sebagai Ideologi Negara, Rela Berkorban, serta Mempunyai kemampuan awal secara psikis
dan fisik untuk Bela Negara) bagi pelajar sangat penting. Dalam penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan Bela Negara, pihak sekolah dapat melibatkan instansi terkait, seperti unsur TNI,
Polri, Kemhan, Lemhannas, Kemenko Polhukam, Kemendikti dan Riatek, Kemdikbud,
Kemdagri, Pemda dll dlm menyampaikan materi berupa Ceramah, Diskusi Interaktif, sampai
dengan simulasi Bela Negara, sehingga terwujud sinergitas penyelenggaraan Bela Negara di
kalangan Siswa dan Mahasiswa.
Materi disampaikan secara Komunikatif, Dialogis dan Interaktif, sehingga Tidak Monologis,
Dokrinal dan Menakutkan peserta.
Pendidikan Bela Negara harus berupaya membuat peserta menjadi betah, senang, riang
gembira, menggunakan bahasa bahasa yang mudah dicerna dan diterima masyarakat, sehingga
tidak terkesan seperti wajib militer sebagaimana dikhawatirkan oleh sebagain elit2 politik yang
dianggap seperti Era Orde Baru (Militer akan kembali memasuki Bidang Politik). Materi materi
Bela Negara harus sesuai kondisi dan tantangan ke depan, agar mudah diresapi, dihayati, dan
dijiwai oleh semua unsur masyarakat untuk bekal Bela Negara dalam semua aspek Kehidupan
IPOLEKSOSBUDHANKAM.
Bela negara adalah komponen penting dalam tegaknya negara sebagai negara yang
berdaulat, adil.dan makmur. Tanpa Bela Negara yang kuat dan kokoh, akan sulit negara kita
mewujudkan kemandirian yang merupakan salah satu dasar menjadi Negara yang hebat dan
berpengaruh di Asia dan Dunia. Diklat Bela Negara harus ditingkatkan di semua level Ormas,
LSM dan berbagai Parpol, maupun di lingkungan Pemerintahan, perusahaan BUMN dan
Swasta agar terwujud rasa Nasionalisme, Patriotisme dan Cinta Tanah Air yang tinggi terhadap
NKRI.
Kita memang saat ini tidak dalam menghadapi “Musuh Nyata” perang fisik dengan
Negara lain seperti Korea Selatan menghadapi Korea Utara., Namun sesungguhnya kita saat
ini lagi menghadapi “Musuh Negara Indonesia” seperi Kemiskinan, Narkoba, Ideologi Radikal
dll, termasuk perlambatan perkembangan ekonomi yang lagi kurang menggembirakan yang
berpotensi seperti Krisis Tahun.2008. Untuk itu, semua komponen bangsa harus sepakat
melawan “musuh bangsa” tersebut dengan melakukan Bela Negara. Nampaknya setelah
merayakan 70 Tahun Kemerdekaan RI, perlu dipertimbangkan kembali dalam jangka pendek
untuk melakukan “Sumpah Pemuda jilid II” atau sebutan lainnya (Sumpah Kebangsaan)
sebagaimana yang dilakukan oleh para pejuang dan pendahulu kita melaksanakan Sumpah
Pemuda pada 28 Oktober 1928 agar mempunyai semangat perjuangan bangsa dan tekad yang
kuat untuk memajukan Negara dan Bangsa ini, ditengah persaingan global antar bangsa di
dunia.
Generasi muda Indonesia harus memiliki jati diri dan daya tangkal, serta daya saing
dalam mengarungi arus Globalisasi yang telah melanda Indonesia. Semoga pencerahan ini
menjadi renungan dan dpt segera ditindak-lanjuti sesuai ketentuan peraturan yang berlaku oleh
rekan rekan sekalian, sesuai fungsi dan tugas yg diemban agar upaya bela negara dapat lebih
nyata dirasakan manfaatnya oleh Generasi Muda khususnya para pemuda sebagai generasi
penerus bangsa.

Peran Serta Pemuda


Disaat kondisi bangsa seperti saat ini peranan generasi muda sebagai pilar penggerak,
pengawal jalannya reformasi, dan pembangunan sangat diharapkan. Dengan organisasi dan
jaringannya yang luas, pemuda dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mengawal
jalannya reformasi dan pembangunan. Permasalahan yang dihadapi saat ini, justru banyak
generasi muda atau pemuda yang mengalami disorientasi, dislokasi, dan terlibat pada
kepentingan politik praktis. Seharusnya melalui generasi muda terlahir inspirasi untuk
mengatasi berbagai kondisi dan permasalahan yang yang ada. Generasi muda yang
mendominasi populasi penduduk Indonesia saat ini, mesti mengambil peran sentral dalam
berbagai bidang untuk membangun bangsa dan Negara.
Sudah Saatnya pemuda menempatkan diri sebagai agen sekaligus pemimpin perubahan.
Pemuda harus memperjuangkan cita-cita bangsa melalui perjuangannya. Generasi muda yang
relatif bersih dari berbagai kepentingan akan menjadi asset yang potensial dan mahal dimasa
depan. Saatnya pemuda memimpin perubahan. Pemuda yang tergabung dalam berbagai
Organisasi Kemasyarakatan, pemuda yang memiliki persyaratan awal untuk memimpin
perubahan. Mereka memahami dengan baik kondisi daerahnya dari berbagai sudut pandang.
Kemudian proses kaderisasi formal, informal dalam organisasi, serta interaksi yang kuat
dengan berbagai lapisan sosial.
Pemuda harus bersatu dalam kepentingan yang sama (common interest) untuk suatu
kemajuan dan perubahan. Tidak ada yang bisa menghalangi perubahan yang diusung oleh
kekuatan generasi muda, sepanjang moral dan semangat juang tidak luntur. Namun bersatunya
pemuda dalam satu perjuangan bukanlah persoalan mudah. Dibutuhkan syarat minimal agar
pemuda dapat berkumpul dalam satu kepentingan. Pertama, moral perjuangan harus terpenuhi,
yakni terbebas dari kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok. Kedua, kesamaan agenda
perjuangan secara umum. Ketiga, terlepasnya unsur-unsur primordialisme dalam perjuangan
bersama yang sensitive dalam kebersamaan.
Mengembalikan semangat nasionalisme dan patriotisme dikalangan pemuda akan
mengangkat moral perjuangan generasi muda. Nasionalisme adalah kunci integritas suatu
negara atau bangsa. Sementara visi reformasi seperti pemberantasan KKN, amandeman
konstitusi, otonomi daerah, budaya demokrasi yang wajar, dan egaliter juga dapat memacu
semangat pemuda untuk memulai perubahan.
Pemuda menjadi aktor untuk terwujudnya demokrasi politik dan ekonomi yang
sebenarnya. Tidak dapat dihindari bahwa politik dan ekonomi masih menjadi bidang eksklusif
bagi sebagian orang, termasuk generasi muda. Pemuda harus menyadari , bahwa sumber daya
(resource) negeri ini merupakani aset yang harus dipertahankan supaya tidak terjebak dalam
konspirasi ekonomi kapitalis. Pemuda harus dapat memainkan perannya sebagai kelompok
penekan (pressure group) agar kebijakan-kebijakan strategis pemerintah betul-betul
bermanfaat bagi kepentingan bangsa.
Hal mendasar yang harus dimiliki oleh generasi muda dalam kontribusinya
mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional adalah semangat
kebangsaan sebagai sinergi antara rasa kebangsaan dan faham kebangsaan yang
menyatukan tekad untuk senantiasa menjaga martabat bangsa serta pemahaman tentang
apa dan bagaimana bangsa ini mewujudkan masa depannya (Lemhannas RI, 2008).

Dengan kondisi demikian itu dalam rangka menumbuhkan semangat bela negara
bagi generasi muda guna menjamin ketahan nasional Indonesia dalam pencapaian
tujuan nasional, pendidikan nasional sangat dibutuhkan keberhasilannya guna
menumbuhkan sikap, moral dan watak bangsa. Dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional mempertegas rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional
sebagai berikut :

1. Fungsi Pendidikan Nasional ialah mengembangkan kemampuan dan watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional menyebutkan bahwa kurikulum dan isi pendidikan yang memuat pendidikan
Pancasila, pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan terus ditingkatkan dan
dikembangkan di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Sebagai pelajar kita harus ikut
berpartisipasi dalam membela negara di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga
Anggota keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, anak, serta orang lain yang menjadi bagian
dari keluarga harus melaksanakan kewajiban nya dengan baik dan sungguhsungguh agar
mendapatkan haknya sesuai kewajiban yang telah dilakukannya. Misalnya, ayah/ibu
mencari nafkah dan mengurus rumah tangga, anak-anak belajar dengan sungguh-
sungguh, serta pembantu mengerjakan pekerjaan di rumah dengan baik.
2. Lingkungan Sekolah
Warga sekolah (civitas akademika) menghormati kepemimpinan kepala sekolah dengan
cara melak sanakan kewajibannya, antara lain sebagai berikut.
a. Siswa belajar dengan baik dan memenuhi unsur wajib belajar secara akademik.
b. Siswa menaati tata tertib sekolah atau berdisiplin.
c. Guru mendidik siswa dengan baik, di antaranya pendidikan damai dan
penyelesaian konflik tanpa kekerasan, serta mengacu pada tujuan yang akan
dicapai, baik kompetensi siswa maupun kurikulum.
d. Staf tata usaha melaksanakan tugas dengan baik dengan men dokumen tasikan
administrasi dengan tertib.
e. Penjaga sekolah melaksanakan tugasnya dengan baik.
3. Lingkungan Masyarakat dan Negara
Perilaku di masyarakat memperlihatkan bela negara disesuaikan dengan tuntutan dan
kebiasaan masyarakat setempat. Misalnya, mengikuti segala kegiatan dengan
berpartisipasi mengelola lingkungan yang kondusif dan mendukung kebijakan
pemerintah setempat. Bidang hukum, yaitu dengan cara berperilaku yang tidak
melanggar tata tertib yang berlaku.

Dalam bidang ekonomi dapat berpartisipasi meningkatkan kemakmuran di


lingkungan masyarakat dengan cara menjadi anggota koperasi dan tidak melakukan
kecurangan dalam perekonomian. Di bidang sosial budaya, mampu menunjukkan nilai
budaya terbaik sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Bidang pertahanan dan
keamanan dapat berbentuk menjaga keamanan lingkungan, seperti ikut ronda malam.
Kepedulian terhadap alam, di antaranya tidak mela kukan perbuatan yang dapat merusak
keseim bangan alam, seperti penebangan pohon sewenang-wenang dan mendirikan
bangunan seenaknya.

Gambar 1. Peran serta masyarakat dan pemuda dalam bela negara.

PERAN MAHASISWA DALAM MEMBELA NEGARA

Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa. Roda sejarah
demokrasi selalu menyertakan mahasiswa sebagai pelopor, penggerak, bahkan sebagai
pengambil keputusan. Hal tersebut telah terjadi di berbagai negara di dunia, baik di Timur
maupun di Barat.
Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para
mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita
sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk
memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka sendiri.
Dalam sejarahnya mahasiswa merupakan kelompok dalam kelas menengah yang
kritis dan selalu mencoba memahami apa yang terjadi di masyarakat. Bahkan di zaman
kolonial, mahasiswa menjadi kelompok elite paling terdidik yang harus diakui kemudian
telah mencetak sejarah bahkan mengantarkan Indonseia ke gerbang kemerdekaannya.
Dengan demikian adalah sebuah keharusan bagi mahasiswa untuk menjadi pelopor
dalam melakukan fungsi control terhadap jalannya roda pemerintahan sekarang. Bukan
malah sebaliknya.
Mahasiswa sudah telanjur dikenal masyarakat sebagai agent of change, agent of
modernization, atau agen-agen yang lain. Hal ini memberikan konsekuensi logis kepada
mahasiswa untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan gelar yang disandangnya.
Mahasiswa harus tetap memiliki sikap kritis, dengan mencoba menelusuri permasalahan
sampai ke akar-akarnya.
Dengan adanya sikap kritis dalam diri mahasiswa diharapkan akan timbul sikap
korektif terhadap kondisi yang sedang berjalan. Pemikiran prospektif ke arah masa depan
harus hinggap dalam pola pikir setiap mahasiswa. Sebaliknya, pemikiran konservatif pro-
status quo harus dihindari. Tetapi tidak bisa dipungkiri, mahasiswa sebagai social control
terkadang juga kurang mengontrol dirinya sendiri. Sehingga mahasiswa harus
menghindari tindakan dan sikap yang dapat merusak status yang disandangnya, termasuk
sikap hedonis-materialis yang banyak menghinggapi mahasiswa. Karena itu, kepedulian
dan nasionalisme terhadap bangsa dapat pula ditunjukkan dengan keseriusan menimba
ilmu di bangku kuliah. Mahasiswa dapat mengasah keahlian dan spesialisasi pada bidang
ilmu yang mereka pelajari di perguruan tinggi, agar dapat meluruskan berbagai
ketimpangan sosial ketika terjun di masyarakat kelak.
Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan secara santun tanpa mengurangi
esensi dan agenda yang diperjuangkan. Semangat mengawal dan mengawasi jalannya
reformasi, harus tetap tertanam dalam jiwa setiap mahasiswa. Sikap kritis harus tetap ada
dalam diri mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk mencegah berbagai penyelewengan
yang terjadi terhadap perubahan yang telah mereka perjuangkan. Dengan begitu,
mahasiswa tetap menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas kerakyatan.

Organisasi kemahasiswaan
Resimen Mahasiswa (MENWA) merupakan wadah penyaluran potensi Mahasiswa untuk
ikut serta dalam bela Negara. Melalui Pendidkan Dasar Militer yang wajib ditempuh setiap
anggota MENWA, diharapkan memantapkan fisik dan mental serta rasa kesadaran bela
Negara dengan semangat, disiplin, dan jiwa nasionalis yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai