Anda di halaman 1dari 38

TUBERCULOSIS

Irma Melyani Puspitasari, PhD, Apt


Tujuan intruksional khusus
Setelah mengikuti kuliah ini, diharapkan mahasiswa
dapate menjelaskan dan memahami:
1. definisi
2. patofisiologi,
3. presentasi klinis,
4. diagnosis penyakit
5. serta dapat memilih regimen obat yang digunakan
untuk Tuberkulosis (TB)
Pokok Bahasan
1. Definisi Tuberkulosis (TB)
2. Patofisiologi
3. Presentasi klinis
4. Diagnosis
5. Tatalaksana TB
1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberculosis

https://www.medschool.lsuhsc.edu/Microbiology/DMIP/mtbaf.jpg

Struktur dinding sel M.tuberculosis sangat kompleks (terdiri dari 60% lemak)
dan bersifat tahan asam
Klasifikasi TB
1. TB Paru
2. TB Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dll.
2. Patofisiologi
1. TB Primer

§ Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan


bersarang di jaringan paru, yang disebut sarang primer atau
afek primer.
§ Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis lokal).
§ Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah
bening di hilus (limfadenitis regional).
2. TB-Post Primer

§ Dari tuberkulosis primer, akan muncul bertahun-tahun


kemudian tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40
tahun.
§ Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang bermacam
macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized
tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya.
§ Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem
kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan.
https://www.youtube.com/watch?v=9112brXCOVc
3. Presentasi Klinis
Gejala klinik
1. Gejala respiratorik
• batuk ≥ 3 minggu
• batuk darah
• sesak napas
• nyeri dada

2. Gejala sistemik
• Demam
• gejala sistemik lain: malaise,
keringat malam, anoreksia,
berat badan menurun
4. Diagnosis
1. Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani, kelainan yang akan dijumpai
tergantung dari organ yang terlibat.

2. Pemeriksaan Bakteriologi
a. Bahan pemeriksaan:
dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus,
bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar
lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi
jarum halus/BJH)
2. Pemeriksaan Bakteriologi

b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

ü Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-


turut atau
ü dengan cara sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan),
dahak pagi (keesokan harinya) dan sewaktu/spot (pada saat
mengantarkan dahak pagi)
2. Pemeriksaan Bakteriologik

c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain


• Pemeriksaan mikroskopik:
- Mikroskopik biasa : pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA)
dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen pewarnaan Kinyoun
Gabbett
- Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya untuk screening)
• Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode
konvensional ialah dengan cara :
- Egg base media (Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh)
- Agar base media : Middle brook
3. Pemeriksaan Radiologi

§ Pemeriksaan standar ialah foto


toraks
§ Pemeriksaan lain atas indikasi :
foto apiko-lordotik, oblik, CT-
Scan.

https://tuberkulosis.org/tuberkulosis-paru/
4. Pemeriksaan Penunjang

1. Polymerase chain reaction (PCR)


2. Pemeriksaan serologi
- Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
- Mycodot
-Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
-Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis)
3. Pemeriksaan BACTEC (radiometrik)
4. Pemeriksaan Cairan Pleura
5. Pemeriksaan histopatologi jaringan
6. Pemeriksaan darah (LED=Laju Endap Darah)
7. Uji tuberkulin (Mantoux)
5. Pemeriksaan uji kepekaan obat

• Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya


resistensi M.tb terhadap OAT (Obat AntiTB)

• Untuk memperluas akses terhadap penemuan pasien TB


dengan resistensi OAT, Kemenkes RI telah menyediakan tes
cepat yaitu GeneXpert ke fasilitas kesehatan (laboratorium
dan RS) diseluruh provinsi.
Alur diagnosis TB
5. Tatalaksana TB
lanjut. Pasien yang mengalami efek samping berat sebaiknya dirawat di rumah sakit.
Tabel berikut, menjelaskan efek samping ringan maupun berat dengan
pendekatan keluhan dan gejala.

Tabel 13. Efek samping ringan OAT

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan


OAT ditelan malam sebelum tidur. Apabila
keluhan tetap ada, OAT ditelan dengan
Tidak ada nafsu makan, sedikit makanan
H, R, Z
mual, sakit perut Apabila keluhan semakin hebat disertai
muntah, waspada efek samping berat dan
segera rujuk ke dokter.
Beri Aspirin, Parasetamol atau obat anti
Nyeri Sendi Z
radang non steroid
Kesemutan s/d rasa ter-
Beri vitamin B6 (piridoxin) 50 – 75 mg per
bakar di telapak kaki H
hari
atau tangan
Tidak membahayakan dan tidak perlu diberi
Warna kemerahan pada
R obat penawar tapi perlu penjelasan kepada
air seni (urine)
pasien.
Flu sindrom (demam,
R dosis Pemberian R dirubah dari intermiten menjadi
menggigil, lemas, sakit
intermiten setiap hari
kepala, nyeri tulang)

38
BAB III
TATALAKSANA PASIEN TUBERKULOSIS
35
Tabel 14. Efek samping berat OAT

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan


Bercak kemerahan kulit (rash) Ikuti petunjuk
H, R, Z, S
dengan atau tanpa rasa gatal penatalaksanaan dibawah*
Gangguan pendengaran (tanpa
S S dihentikan
diketemukan serumen)
Gangguan keseimbangan S S dihentikan
Semua OAT dihentikan
Ikterus tanpa penyebab lain H, R, Z
sampai ikterus menghilang.
Bingung, mual muntah Semua OAT dihentikan,
Semua jenis
(dicurigai terjadi gangguan fungsi segera lakukan pemeriksaan
OAT
hati apabia disertai ikterus) fungsi hati.
Gangguan penglihatan E E dihentikan.
Purpura, renjatan (syok), gagal
R R dihentikan.
ginjal akut
Penurunan produksi urine S S dihentikan.

* Penatalaksanaan pasien dengan efek samping pada kulit ( ²⁶ )


Apabila pasien mengeluh gatal tanpa rash dan tidak ada penyebab lain, dianjurkan untuk
memberikan pengobatan simtomatis dengan antihistamin serta pelembab kulit.
Pengobatan TB tetap dapat dilanjutkan dengan pengawasan ketat. Apabila kemudian
terjadi rash, semua OAT harus dihentikan dan segera rujuk kepada dokter atau fasyankes
obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
c. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

6. Paduan OAT KDT Lini Pertama dan Peruntukannya.


a. Kategori-1 : 2(HRZE) / 4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstra paru

Tabel 5. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Berat Badan tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16 minggu
RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

26
BAB III
24
TATALAKSANA PASIEN TUBERKULOSIS
Tabel 3. Ringkasan paduan obat
Kategori Kasus Paduan Obat Yang Keterangan
Diajurkan
I - TB paru BTA +, 2RHZE / 4RH atau
BTA - , lesi luas 2 RHZE / 6 HE atau
- TB di luar paru 2RHZE / 4R3H3
kasus berat
II - Kambuh -3 RHZE / 6 RH Bila
- Gagal pengobatan -2 RHZES lalu sesuai hasil uji streptomisin
resistensi atau alergi, dapat
2RHZES/1RHZE / diganti
5R3H3E3 kanamisin
II -TB paru lalai Sesuai lama pengobatan
berobat sebelumnya, lama berhenti
minum obat dan keadaan
klinik, bakteriologik &
radiologik saat ini (lihat
uraiannya) atau
2RHZES / 1RHZE /
5R3H3E3
III -TB paru BTA neg. 2 RHZ / 4 RH atau
lesi minimal 6 RHE atau
-TB di luar paru 2RHZ / 4 R3H3
kasus ringan
IV - Kronik Sesuai uji resistensi atau
H seumur hidup
IV - MDR TB Sesuai uji resistensi + kuinolon
atau H seumur hidup
Catatan :
Obat yang digunakan dalam Program Nasional TB
negatif

E. EVALUASI PENGOBATAN

Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, bakteriologik,


radiologik, dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan
berobat.

Evaluasi klinik
• Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
• Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek
samping obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit
• Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan
fisik.

Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9)


• Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
• Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
- Sebelum pengobatan dimulai
- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
- Pada akhir pengobatan
__________________________________________________________
• Bila ada fasiliti biakan : pemeriksaan biakan (0 - 2 – 6/9)
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan 39
Tuberkulosis di Indonesia
Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/9)
- Pada akhir pengobatan
• Bila ada fasiliti biakan : pemeriksaan biakan (0 - 2 – 6/9)

Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/9)


Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
• Sebelum pengobatan
• Setelah 2 bulan pengobatan
• Pada akhir pengobatan

Evaluasi efek samping secara klinik


• Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati,
fungsi ginjal dan darah lengkap
• Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum,
kreatinin, dan gula darah , asam urat untuk data dasar
penyakit penyerta atau efek samping pengobatan
• Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
• Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan
etambutol
• Penderita yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji
keseimbangan dan audiometri
• Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan
pemeriksaan awal tersebut. Yang paling penting adalah
evaluasi klinik kemungkinan terjadi efek samping obat. Bila
pada evaluasi klinik dicurigai terdapat efek samping, maka
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya
dan penanganan efek samping obat sesuai pedoman

Evalusi keteraturan berobat


dan penanganan efek samping obat sesuai pedoman

Evalusi keteraturan berobat


• Yang tidak kalah pentingnya selain dari paduan obat yang
digunakan adalah keteraturan berobat. Diminum / tidaknya
obat tersebut. Dalam hal ini maka sangat penting
penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan
keteraturan berobat yang diberikan kepada penderita,
keluarga dan lingkungan
• Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya
masalah resistensi.
Evaluasi penderita yang telah sembuh
__________________________________________________________
40 Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Penderita TB yang telah dinyatakan sembuh tetap
Tuberkulosis dievaluasi
di Indonesia
minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh untuk mengetahui
terjadinya kekambuhan. Yang dievaluasi adalah mikroskopik
BTA dahak dan foto toraks. Mikroskopik BTA dahak 3,6,12 dan
24 bulan setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6, 12,
24 bulan setelah dinyatakan sembuh.
Kesimpulan
1. Definisi Tuberkulosis (TB)
2. Patofisiologi
3. Presentasi klinis
4. Diagnosis
5. Tatalaksana TB
Referensi
1. Pedoman Penatalaksanaan TB,
http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf
2. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014,
http://www.tbindonesia.or.id/opendir/Buku/bpn_p-
tb_2014.pdf
Diksusi
Bagaimana Pengobatan TB pada kondisi khusus
1. Kehamilan
2. Ibu Menyusui dan bayinya
3. Pasien TB pengguna kontrasepsi
4. Pasien TB dengan kelainan hati
5. Pasien TB dengan gangguan fungsi ginjal
6. Pasien TB dengan Diabetes Melitus
7. Pasien TB dengan tambahan kortikosteroid
8. TB pada Anak
9. MDR-TB
10. TB/HIV
Quiz
034-hikmah

Anda mungkin juga menyukai