Anda di halaman 1dari 4

Uji Penyelidikan tanah adalah kegiatan untuk mengetahui daya dukung dan karateristik tanah serta

kondisi geologi, seperti mengetahui susunan lapisan tanah/sifat tanah, mengetahui kekuatan
lapisan tanah dalam rangka penyelidikan tanah dasar untuk keperluan pondasi bangunan, jalan,
dan lain-lain, kepadatan dan daya dukung tanah serta mengetahui sifat korosivitas tanah.

Penyelidikan tanah dilapangan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai bentuk


geologi maupun kondisi lapisan tanah dan air tanah secara keseluruhan dari suatu daerah tertentu.
Untuk tujuan tersebut, diperlukan contoh-contoh tanah yang dapat diperoleh dengan metode-
metode yang umum digunakan yaitu antara lain dengan cara percobaan penetrasi ataupun dengan
cara pemboran.

a. Cone Penetration Test (CPT)


Ada berbagai cara untuk menentukan daya dukung tanah, salah satu diantaranya adalah melakukan
pengetesan dengan alat sondir. Alat ini mempunyai standar luas penampang sebesar 10 cm2, sudut
puncak 60°, dan luas selimut 150 cm2 (di Indonesia 100 cm2). Kecepatan penetrasi 2 cm/detik
(standar ASTM D411-75T).
Keuntungan alat sondir :
 Cukup ekonomis.
 Apabila contoh tanah pada boring tidak bisa diambil (tanah lunak / pasir).
 Dapat digunakan manentukan daya dukung tanah dengan baik.
 Adanya korelasi empirik semakin handal.
 Dapat membantu menentukan posisi atau kedalaman pada pemboran.
Dalam prakteknya uji sondir sangat dianjurkan didampingi dengan uji lainnya baik uji lapangan
maupun uji laboratorium, sehingga hasil uji sondir bisa diverifikasi atau dibandingkan dengan uji
lainnya.
Tujuan Percobaan ini adalah :
1. Mengetahui perlawanan penetrasi konus.
2. Mengetahui hambatan lekat tanah.
Hasil dari percobaan ini digunakan untuk Menentukan tipe atau jenis pondasi apa yang mau
dipakai, Menghitung daya dukung tanah asli, dan Menentukan seberapa dalam pondasi harus
diletakkan nantinya
b. Standard Penetration Test (SPT)
Standard Penetration Test (SPT) adalah suatu metode uji yang dilaksanakan bersamaan dengan
pengeboran untuk mengetahui, baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh
tidak terganggu (Undisturbed Sample, UDS) dengan teknik penumbukan. Standart Penetration
Test (SPT) dilakukan untuk mengestimasi nilai kerapatan relatif dari lapisan tanah yang
diuji.Untuk melakukan pengujian SPT dibutuhkan sebuah alat utama yang disebut Standard Split
Barrel Sampler atau tabung belah standar.Alat ini dimasukkan ke dalam Bore Hole setelah dibor
terlebih dahulu dengan alat bor.Alat ini diturunkan bersama-sama pipa bor dan diturunkan
hingga ujungnya menumpu ke tanah dasar.Setelah menumpu alat ini kemudian dipukul (dengan
alat pemukul yang beratnya 63,5 kg) dari atas. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap,
yaitu berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai
dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga dijumlahkan
untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3 m).
Teknik pemboran yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk mendapatkan hasil uji SPT
yang baik. Teknik pemboran yang umum digunakan adalah teknik bor bilas (wash boring),
teknik bor inti (core drilling) dan bor ulir (auger boring). Peralatan yang digunakan pada masing-
masing teknik pemboran harus mampu menghasilkan lubang bor yang bersih untuk memastikan
bahwa uji SPT dilakukan pada tanah yang relatif tidak terganggu Bila digunakan teknik bor bilas
maka mata bor yang digunakan harus mempunyai jalan air melalui samping mata bor dan bukan
melalui ujung mata bor.

Persamaan korelasi untuk mendapatkan kuat geser tanah


KORELASI NILAI N-SPT DENGAN PARAMETER KUAT GESER TANAH
Pada tanah pasir Seperti kita ketahui tanah pasir adalah tanah yang tidak berkohesi. Kuat gesernya
( Shear strength) semata-mata ditentukan oleh parameter sudut geser dalam (Angel of internal
friction) (Ø,) dalam kondisi drained shear strength (Ø’) atau (Ød). Harga Ød sering dihitung dari
persamaan empiris menggunakan nilai N-SPT. Ada beberapa persamaan yang terkait, antara lain
:
Ød = (20N)0,5 + 15……….............. (Ohsaki dkk, 1959)
Ød = (15N)0,5 + 15 ≤ 45……………. (Japan Road Association, 1990)
Ød = (12N)0,5 + 25 (anguler and well-grained soil particles)
Ød = (12N)0,5 + 20 (round, well-grained or anguler and uniform grained)
Ød = (12N)0,5 + 15 (round and uniform-grained soil particles)
Ød = (0,3N)0,5 + 27…………………… (Peck,dkk, 1953)

Anda mungkin juga menyukai