Anda di halaman 1dari 12

Statement of Authorsip

Saya/kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/ tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/ kami
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami
menggunakannya.
Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat di komunikasikan
untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Kuliah :Pemeriksaan akuntansi I


Judul RMK/ Makalah/ Tugas :Considering The Risk of Fraud
Tanggal : 21 Mei 2018
Dosen : Dr.MUHAMMAD RASULI,S.E.,M.Si.,Ak.,CA.
Nama : 1.AHRUN NAZA (1602 1104 51 )
2.UMMUL AZHARI (1602 1140 51 )

Tanda Tangan : 1.Ahrun naza


2.Ummul azhari

AUDITING KECURANGAN

A. JENIS-JENIS KECURANGAN
A.1 Pelaporan keuangan yang curang
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabadian jumlah atau pengungkapan yang
disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan itu. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji
jumlah yang disengaja, bukan pengungkapan.
Meskipun kebanyakan kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan upaya melebihi sajikan
laba entah dengan melebih sajikan aset dan laba atau dengan mengabaikan kewajiban dan beban,
perusahaan juga sengaja merendahkan sajikan laba. Dalam perusahaan tertutup, hal ini mungkin dilakukan
dalam upaya mengurangi pajak penghasilan. Pengaturan laba (earning management) menyangkut tindakan
manajemen yang sengaja untuk memenuhi tujuan laba. Perataan laba (income smooting) merupakan salah
satu bentuk pengaturan laba di mana pendapatan dan beban ditukar-tukar di antara periode-periode untuk
mengurangi fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi nilai
persediaan dan aset lain perusahaan yang diperoleh pada saat akuisisi, yang menghasilkan laba yang lebih
tinggi ketika aset tersebut nanti dijual.
A.2 Penyalahgunaan aset
Penyalahgunaan (misappropriation) aset adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aset,
entitas. Dalam banyak kasus, tetapi tidak semua, jumlah yang terlibat tidak material terhadap laporan
keuangan. Istilah penyalahgunaan atau misaproprisasi aset biasanya digunakan untuk mengacu pada
pencurian yang melibatkan pegawai dan orang lain dalam organisasi.
Penyalahgunaan aset biasanya dilakukan pada tingkat hierarki organisasi yang lebih rendah.
Namun, dalam beberapa kasus yang heboh, manajemen puncak terlibat dalam pencurian aktia perusahaan.
Karena manajemen memiliki kewenangan dan kendali yang lebih besar atas aktiva organisasi,
penyelewengan yang melibatkan manajemen puncak dapat menyangkut jumlah yang signifikan.

B. KONDISI PENYEBAB TERJADINYA KECURANGAN


Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya pelaporan keuangan yang curang
dan juga penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam SAS 99 (AU 316). Tiga kondisi tersebut
disebut dengan segitiga kecurangan(fraud triangle).

Insentif / Tekanan

Kesempatan Sikap / Rasional

1. Insentif atau Tekanan


Manajemen ataupun pegawai lainnya mempunyai insentif ataupun tekanan untuk melakukan
tindakan kecurangan.
2. Kesempatan
Situasi yang membuka ataupun memberikan kesempatan bagi manajemen ataupun pegawai
untuk melakukan tindakan kecurangan.
3. Sikap atau Rasionalisasi
Adanya sikap, karakter, ataupun seperangkat nilai-nilai etika yang membolehkan manajemen
atau pegawai untuk melakukan suatu tindakan yang tidak jujur, atau dapat dikatakan bahwa
merekaberada dalam lingkungan yang dapat memberikan tekanan yang cukup besar yang
menyebabkan mereka membenarkan diri mereka untuk melakukan tindakan yang tidak jujur
tersebut.

C. MENILAI RISIKO KECURANGAN


Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan.
Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme profesional ketika mempertimbangkan serangkaian
informasi yang luas, termasuk faktor - faktor risiko kecurangan, dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan
juga menghadapi risiko kecurangan.

Skeptisme Profesional
Standar auditing menyatakan bahwa, dalam melakukan skeptisisme profesional, seorang auditor “tidak
mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur namun juga tidak mengansumsikan kejujuran absolut”.
Selain itu, melalui prosedur evaluasi atas penerimaan dan juga kelanjutan klien, auditor menolak sebagian
besar dari calon klien yang dianggap tidak mempunyai kejujuran dan integritas.

Pikiran yang Selalu Mempertanyakan


Standar auditing menekankan untuk melakukan pertimbangan atas kecenderungan klien dalam
melakukan kecurangan, tanpa mempertimbangkan bagaimana keyakinan auditor tentang suatu
kemungkinan terjadinya tindakan kecurangan serta kejujuran dan juga intergritas manajemen. Selama
dalam tahap merencanakan audit dalam setiap audit, tim audit haruslah membahas mengenai kebutuhan
untuk menjaga pikiran kritis atau kebutuhan dalam mempertahankan suatu pikiran yang selalu
mempertanyakan di sepanjang penugasan audit untuk melakukan identifikas atas risiko-risiko kecurangan
dan juga secara kritis melakukan evaluasi kritis atas bukti-bukti audit.

Evaluasi kritis atas bukti audit


Dalam melakukan pengungkapan atas informasi ataupun kondisi yang ditemukan ataupun kondisi
lainnya yang mengidentifikasikan atau mengindikasikan adanya salah saji material yang disebabkan oleh
kecurangan kemungkinan telah terjadi, auditor haruslahmelakukan penyelidikan masalah-masalah yang ada
secara mendalam, mendapatkan bukti-bukti tambahan apabila diperlukan dan juga melakukan konsultasi
dengan anggota tim lainnya.

D. Sumber Informasi untuk Melakukan Penilaian atas Risiko Kecurangan


Terdapat lima sumber informasi yang digunakan dalam menilai risiko kecurangan yaitu:
1. Komunikasi Antara Tim Audit
Standar auditing mengharuskan tim audit untuk melaksanakan diskusi untuk berbagi wawasan di
antara anggota tim audit yang lebih berpengalaman dan juga untuk “curah pendapat”

2. Tanya Jawab Atau Wawancara Dengan Manajemen


Standar auditing mengharuskan seorang auditor untuk mengajukan pertanyaan spesifik tentang
kecurangan dalam setiap audit. Tanya jawab dengan manajemen dan juga pihak lainnya dalam
perusahaan membuka sebuah kesempatan bagi para karyawan untuk memberitahukan informasi-
informasi yang kemungkinan tidak dapat disampaikan dengan pihak lain.

3. Prosedur Analitis
Seorang auditor haruslahmelaksanakan prosedur analitis di sepanjang fase perencanaan dan juga
penyelesaian audit guna membantu mengidentifikasikan transaksi atau kejadian yang tidak biasa
yang dapat mengidentifikasikan adanya suatu salah saji yang cukup material dalam laporan
keuangan.

4. Informasi Lainnya
Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam setiap tahap atau
bagian audit ketika menilai risiko kecurangan. Kebanyakan prosedur penilaian risiko yang
dilakukan auditor untuk menilai risiko salah saji yang material selama tahap perencanaan dapat
mengidentifkasikan risiko kecurangan yang lebih tinggi.
E. Mendokumentasikan penilaian kecurangan
Standar auditing mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut ini yang
berhubungan dengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material akibat kecurangan :
 Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan audit tentang kerentanan laporan
keuangan entitas terhadap kecurangan yang material.
 Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko kecurangan yang material.
 Risiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah teridentifikasi, serta uraian tentang
respons auditor terhadap risiko tersebut.
 Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada risiko yang signifikan atas pengakuan
pendapatan yang tidak tepat secara material.
 Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian pengendalian oleh
manajemen.
 Kondisi dan hubungan analitis lainnya yang menunjukkan bahwa diperlukan prosedur auditing
tambahan atau respons lainnya, serta tindakan yang diambil oleh auditor.
 Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada manajemen, komite audit, atau
pihak lainnya.

Setelah risiko kecurangan diidentifikasi dan didokumentasikan, auditor harus mengevaluasi faktor-
faktor yang mengurangi risiko kecurangan sebelum mengembangkan respons yang tepat terhadap resiko
kecurangan itu.

F. MENGAWASI TATA KELOLA KORPORASI UNTUK MENGURANGI RISIKO


KECURANGAN
Manajemen bertanggung jawab mengimplementasikan tata kelola korporasi dan prosedur
pengendalian untuk meminimalkan risiko kecurangan, yang dapat dikurangi melalui kombinasi antara
tindakan mencegah, menghalangi, dan mendeteksi. Dengan mengomunikasikan kebijakan pendeteksian
kecurangan dan hukuman, manajemen dapat menghalangi karyawan untuk melakukan kecurangan.
Pedoman yang dikembangkan oleh AICPA mengidentifikasi tiga unsur untuk mencegah, menghalangi,
dan mendeteksi kecurangan, yakni:
1. Budaya jujur dan etika yang tinggi.
2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko kecurangan.
3. Pengawasan oleh komite audit.

F.1 Budaya Jujur Dan Etika Yang Tinggi


Hasil riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah dan menghalangi kecurangan
adalah mengimplementasikan program serta pengendalian antikecurangan, yang didasarkan pada nilai-nilai
inti yang dianut perusahaan. Nilai-nilai itu menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku dan
ekspektasi yang dapat diterima bahwa pegawai dapat menggunakan nilai itu untuk mengarahkan tindakan
mereka, dan membantu menciptakan budaya jujur dan etika yang menjadi dasar bagi tanggung jawab
pekerjaan para karyawan. Penciptaan budaya jujur dan etika yang tinggi meliputi enam unsur:
1. Menetapkan Tone at the Top
Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk menetapkan “tone at the top”
terhadap perilaku etis dalam perusahaan. Kejujuran dan integritas manajemen akan memperkuat
kejujuran serta integritas karyawan di seluruh organisasi.
2. Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat
Agar berhasil mencegah kecurangan, perusahaan yang dikelola dengan baik
mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif untuk mengurangi kemungkinan
mempekerjakan dan mempromosikan orang-orang yang tingkat kejujurannya rendah, terutama
yang akan menduduki jabatan penting.
3. Pelatihan
Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi perusahaan menyangkut perilaku etis
pegawai. Pegawai harus diberi tahu tentang tugasnya untuk menyampaikan kecurangan aktual atau
yang dicurigai serta cara yang tepat untuk menyampaikannya. Selain itu, pelatihan kewaspadaan
terhadap kecurangan juga harus disesuaikan dengan tanggung jawab pekerjaan khusus pegawai itu.
4. Konfirmasi
Sebagian besar perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara periodik mengonfirmasikan
tanggung jawabnya mematuhi kode perilaku. Pegawai diminta untuk menyatakan bahwa mereka
memahami ekspektasi perusahaan serta sudah mematuhi kode perilaku, dan mereka tidak
mengetahui adanya pelanggaran.
5. Disiplin
Pegawai harus mengetahui bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban jika tidak mengikuti
kode perilaku perusahaan. Penyelidikan menyeluruh atas semua pelanggaran dan respons yang
tepat serta konsisten dapat secara efektif menghalangi kecurangan.

G. Tanggung Jawab Manajemen Untuk Mengevaluasi Risiko Kecurangan


Kecurangan tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan untuk melakukannya dan
menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengukur
risiko kecurangan, mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi, serta
memantau pengendalian internal yang mencegah dan mendeteksi kecurangan.
G.1 Mengidentifikasi dan Mengukur Risiko Kecurangan
Pengawasan yang efektif atas kecurangan dimulai dengan pengakuan manajemen
bahwa kecurangan mungkin terjadi, dan hampir semua pegawai sanggup melakukan perbuatan
tidak jujur bila situasinya memungkinkan. Pengakuan ini meningkatkan kemungkinan bahwa
program dan pengendalian yang efektif untuk mencegah, menghalangi, serta mendeteksi
kecurangan akan diterapkan.

G.2 Mengurangi Risiko Kecurangan


Manajemen bertanggung jawab merancang dan mengimplementasikan program serta pengendalian
untuk mengurangi risiko kecurangan, dan dapat mengubah aktivitas serta proses bisnis yang rentan
terhadap kecurangan demi mengurangi insentif dan kesempatan untuk melakukan kecurangan.

G.3 Memantau Program dan Pengendalian Pencegahan Kecurangan


Untuk bidang-bidang yang risiko kecurangannya tinggi, manajemen harus mengevaluasi secara
periodik apakah program dan pengendalian antikecurangan yang tepat telah diimplementasikan
serta berjalan efektif. Sebagai contoh, review dan evaluasi manajemen atas hasil keuangan unit
operasi atau anak perusahaan akan meningkatkan kemungkinan bahwa hasil-hasil yang
dimanipulasi akan terdeteksi.

H. Pengawasan Oleh Komite Audit


Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan keuangan serta proses
pengendalian internal organisasi. Dalam memenuhi tanggung jawab ini, komite audit memperhitungkan
potensi diabaikannya pengendalian internal oleh manajemen serta mengawasi proses penilaian risiko
kecurangan oleh manajemen, dan program serta pengendalian antikecurangan. Komite audit juga
membantu menciptakan “tone at the top” yang efektif tentang pentingnya kejujuran dan perilaku etis dengan
mendukung toleransi nol manajemen terhadap kecurangan.
Pengawasan oleh komite audit juga berfungsi sebagai penghalang dilakukannya kecurangan oleh
manajemen senior. Sebagai contoh, untuk meningkatkan kemungkinan bahwa setiap upaya oleh
manajemen senior untuk melibatkan pegawai dalam melakukan atau menutupi kecurangan dapat segera
terungkap, pengawasan harus mencakup:
 Pelaporan langsung temuan-temuan penting oleh audit internal kepada komite audit.
 Laporan periodik oleh pejabat etika tentang whistleblowing.
 Laporan lain tentang tidak adanya perilaku etis atau kecurangan yang dicurigai.

I. MERESPONS RISIKO KECURANGAN


Respon auditor terhadap risiko kecurangan meliputi hal-hal berikut :
1. Mengubah pelaksanaan prosedur audit secalah keseluruhan.
2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk merancang risiko kecurangan
3. Merancang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian pengendalian oleh
manajemen

Mengubah Pelaksanaan Audit Secara Keseluruhan


Auditor dapat memilih di antara beberapa respon secara keseluruhan bila risiko kecurangan
meningkat. Jika risiko salah saji akibat kecurangan meningkat, personil yang lebih berpengalaman dapat
ditugasakan dalam audit itu.
Pelaku kecurangan sering kali sudah mengetahui prosedur sudut yang akan dilaksankan. Karena alasan ini,
standar audting mengharuskan auditor memasukan unsur ketidak terdugaan dalam rencana audit.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit untuk Menangani Risiko Kecurangan


Prosedur audit yang tepat yang digunakan untuk menangani risiko kecurangan tertentu
tergantung pada akun yang diaudit dan jenis risiko kecurangan yang diidentifikasikan.
Selain itu, Auditor juga harus mempertimbangkan prinsip akuntansi yang dipilih manajemen yang
melibatkan pengukuran yang subjektif atau transaksi yang kompleks

Merancang dan Melaksanakan Prosedur untuk Menangani Pengabaian Pengendalian oleh


Manajemen
Risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen selalu ada dalam hampir semua audit. Karena
manajemen memiliki posisi yang untuk melakukan kecurangan dengan mengabaikan pengendalian yang
sebenarnya berjalan efektif, dalam setiap audit auditor harus melaksanakan prosedur untuk menangani
risiko pengabaian oleh manajemen. Adapun 3 prosedur yang harus dilaksakan dalam setiap audit antara
lain:
 Memeriksa Ayat Jurnal dan Penyesuaian Lainnya untuk Mencari untuk Mencari Bukti Salah Saji
yang Mungkin Akibat Kecurangan
 Mereview Estimasi Akuntansi untuk Mengetahui Adanya Biasa
 Mengetahui Dasar Pemikiran Bisnis untuk Transaksi Tidak Biasa yang Signifikan

Memutakhirkan Proses Penilaian Risiko


Penilaian risiko salah saji yang material akibat kecurangan harus terus dilakukan auditor
sepanjang audit dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian risiko lainnya. Adapun beberapa hal yang
harus diwaspadai oleh auditor dalam melakukan proses audit antara lain:
 Perbedaan dalam catatan akuntansi
 Bukti audit yang bertentangan atau hilang
 Hubungan yang serba salah atau tidak biasa antara auditor dan manajemen
 Hasil dari prosedur substantif atau prosedur analitis pada tahap review akhir yang mengindikasikan
risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui
 Jawaban yang tidak jelas atau tidak masuk akal atas pertanyaan yang diajukan selama audit atau
yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan informasi lainnya

J. BIDANG-BIDANG RISIKO KECURANGAN YANG SPESIFIK


 Risiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Usaha
Dua akun dalam suatu entitas yang rentan terhadap manipulasi dan pencurian adalah akun piutang
dan pendapatan. Hal ini dibuktikan oleh studi yang dilakukan oleh COSO yang menemukan bahwa
lebih dari sebagian kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan itu melibatkan piutang usaha
dan pendapatan. Demikian pula, sebab penjulan itu sering sekali dilakukan secara tunai atau cepat
dikonversi menjadi kas, dan kas ini juga sangatlah rentan terhadap adanya pencurian ini

Risiko Pelaporan Keuangan Yang Curang Atas Pendapatan


Ada beberapa alasan yang membuat pendapatan rentan terhadap manipulasi. Alasan yang
terpenting adalah bahwa pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan laba-
rugi, sehingga satu salah saji yang hanya merupakan persentase yang kecil dari pendapatan masih
bisa berdampak besar terhadap laba.
Alasan lainnya mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi adalah sulitnya menentukan wakut
yang tepat untuk mengakui pendapatan dalam waktu yang tepat untuk mengakui pendapatan dalam
banyak situasi.
Dalam manipulasi pendapatan, ada tiga jenis utama manipulasi pendapatan yaitu :
1. Pendapatan fiktif
2. Pengakuan pendapatan prematur
3. Manipulasi atas penyesuaian pedapatan

1. Pendapatan Fiktif
Biasanya pelaku berusaha keras untuk menciptakan pendapatan fiktif, dengan cara
menciptakan kebijakan fiktif, serta melibatkan puluhan jumlah karyawan.
2. Pengakuan Pendapatan Prematur
Seringnya, sebuah perusahaan mempercepatwaktu untuk melakukan pengakuan
pendapatan untuk memperoleh target pandapatan serta penjualan. Misalnya saja
perusahaan mengakui pendapatan periode berikutnya pada periode ini
3. Manipulasi atas Penyesuaian Pendapatan
Penyesuaian yang umumnya digunakan untuk pendapatan adalah menyangkut retur
penjualan serta alokasi dari penjualan. Biasanya perusahaan menyembunyikan retur dari
auditor. Adapun maksud dari tindakan ini adalah agar penjualan dan pendapatan menjadi
lebih besar. Selain itu, perusahaan juga biasanya mengecilkan beban tagihan macet, dengan
cara mengecilkan alokasi dari piutang ragu-ragu. Hal ini dilakukan sebab alokasi tersebut
berkaitan dengan umurpiutang, perusahaan mengubah umur piutang sehingga menjadi
tampak lebih muda.
Tanda-Tanda Peringatan Kecurangan Pendapatan.
Ada banyak tanda peringatan atau gejala yang mengindikasikan kecurang pendapatan. Dua di
antara yang paling bermanfaat adalah prosedur analitis dan perbedaan dokumenter.
1. Prosedur Analitis
Pada prosedur ini sering kali memberikan isyarat bahwa terdapat kecurangan. Adapun
prosedur analitis yang sering digunakan untuk menemukan terjadinya kecurangan yakni
“persentase laba kotor” serta “perputaran piutang”.
2. Perbedaan Dokumenter
Pada transaksi fiktif jarang sekali memiliki tingkat bukti dokumenter yang sama seperti
dalam transaksi yang sah atau legal. Sebagai contoh ketidak-detilan dari transaksi fiktif
yang tidak bisa menyamai transaksi legal dari segi detail bukti dokumenter.

Penyalahgunaan Penerimaan yang Melibatkan Kas


Meskipun penyalahgunaan penerimaan kas jarang sematerial pelapor pendapatan yang curang.
Kecurangan semacam ini dapat berdampak buruk terhadap organisasi karena aktiva langsung
hilang.
Penyalahgunaan kas yang tipikal menyangkut tidak dicatatnya penjualan yang kemudian diikuti
oleh penyesuaian terhadap piutang usaha pelanggan untuk menyembunyikan pencurian itu

1. Kelalaian Pencatat Penjualan


Merupakan salah satu bentuk kecurangan yang paling susah dideteksi adalah ketika
penjualan itu tidak dicatat dan kemudian kas dari penjualan tersebut dicuri.
Kecurangan ini mudah untuk dideteksi apabila barang yang dikirim kepada
customer secara kredit.
2. Pencurian Penerimaan Kas Setelah Penjualan Dicatat
Jauh lebih sulit menyembunyikan pencurian penerimaan kas setelah penjualan sudah
dicatat. Jika pembayaran dari seseorang dicuri, penagihan berkala atas rekening yang
belum dibayar akan dengan cepat membongkar kecurangan itu. Akibatnya untuk
menyembunyikan pencurian, si pelaku harus mengurangi rekening pelanggan dengan salah
satu dari tiga cara :
a. Mencatat suatu retur penjualan atau pengiurangan harga
b. Menghapus rekening pelanggan
c. Mencatat pembayaran dari pelanggan lain dalam rekening pelanggan itu, yang
dikenal sebagai lapping.

Tanda-tanda Peringatan dan Penyalahagunaan Pendapatan dan Penerimaan Kas


Pencurian dan penerimaan kas terkait yang nilai nya relatif kecil dapat dicegah dan dideteksi
dengan baik oleh pengendalian internal yang dirancang untuk meminimalkan kesempatan
melakukan kecurangan. Untuk melakukan kecurangan yang lebih besar, prosedur analitis dan
perbandingan lainnya mungkin bisa membantu.

 Risiko Kecurangan Persediaan


Persediaan kerap kali merupakan akun terbesar dalam neraca banyak perusahaan, dan auditor sering
merasa sulit memverifikasi eksistensi dan penilaian persediaan. Akibatnya, persediaan rentan
terhadap manipulasi oleh manajer yang ingin mencapai tujuan pelaporan keuangan tertentu.
Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang Untuk Persediaan
Persediaan fiktif telah menjadi pusat dari beberapa kasus besar pelaporan keuangan yang curang.
Banyak perusaahaan besar memiliki persediaan yang sangat beragam dan berjumlah besar dibanyak
lokasi , sehingga relatif mudah bagi perusahaan untuk menambah persediaan fiktif pada catatan
akuntansi.
Dalam beberapa kasus yang melibatkan persediaan fiktif, auditor sudah lebih dulu memberi
tahu klien lokasi persediaan mana yang akan diuji. Akibatnya, relatif mudah bagi klien untuk
memindahkan persediaan ke lokasi-lokasi yang diuji.

Tanda-tanda Peringatan Kecurangan Pesediaan. Serupa dengan penipuan yang melibatkan


piutang usaha, banyak tanda peringatan atau gejala yang berpotensi menunjukan kecurangan
persediaan. Prosedur analitis sangat efektif untuk mendeteksi kecurangan persediaan.

1. Prosedur analitis
Prosedur analitis, terutama persentasi marjin kotor dan perputaran persediaan, sering kali
membantu membongkar kecurangan persediaan. Persediaan fiktif akan mengurangsajikan
harga pokok penjualan dan melebihsajikan marjin kotor. Persediaan fiktif juga
memperkecil perputaran persediaan.

 Risiko Kecurangan dalam Pembelian dan Utang Usaha


Kasus pelaporan keuangan yang curang yang melibatkan utang usaha relatif umum ditemui
meskipun lebih jarang bila dibandingkan dengan kecurangan yang melibatkan persediaan atau
piutang usaha. Kurang saji yang disengaja atas utang usaha biasanya menghasilkan kurang saji
pembelian dan harga pokok penjualan serta lebih saji laba bersih. Penyalahgunaan yang signifikan
yang melibatkan pembelian juga dapat terjadi dalam bentuk pembayaran kepada vendor fiktif, serta
suap dan perjanjian ilegal lainnya dengan pemasok.

Risiko Laporan Keuangan yang Curang untuk Utang Usaha


Perusahaan mungkin melakukan upaya yang sengaja untuk mengurangsajikan utang usaha dan
melebih sajikan laba. Hal ini dapat dicapai dengan tidak mencatat utang usaha sampai periode
berikutnya, atau dengan mencatat penurunan fiktif utang usaha.

Penyalahgunaan dalam siklus Akuisisi dan Pembayaran


Kecurangan yang paling umum dalam siklus akuisisi adalah si pelaku melakukan pembayaran
kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam rekening fiktif. Kecurangan ini dapat dicegah
dengan menetapkan bahwa pembayaran hanya akan dilakuakan kepada vendor yang sudah disetujui
dan dengan meneliti secara cermat dokumentasi yang mendukung akuisisi itu oleh personil yang
berwenang sebelum pembayaran dilakukan.

 Bidang-bidang risiko kecurangan lainnya


Meskipun beberapa akun lebih rentang dibandingkan yang lain, hampir semua akun dapat
dimanipulasi. Berikut beberapa akun lain yang risiko pelaporan keuangan yang curang atau
menyalahgunakan yang spesifik :
Aset Tetap
Aset tetap, yang merupakan akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, seringkali didasarkan
pada penilaian yang ditetapkan secara subjektif. Akibatnya, aset dapat menjadi sasaran manipulasi,
terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki piutang atau persediaan yang material.

Beban Penggajian
Perusahaan mungkin saja melebihsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat biaya tenaga
kerja berlebihan dalam persediaan. Namun demikian, sebenarnya kecurangan dalam penggajian
yang melibatkan penyalahgunaan aktiva itu cukup umum terjadi walaupun nilai yang terlibat di
dalamnya seringkali bersifat tidak material.
Ada dua kecurangan yang umumnya terjadi yaitu :
1. Penciptaan pegawai fiktif
Kecurangan ini bisa dicegah dengan melakukan pemisahan sumber daya manusia dengan
fungsi penggajian.
2. Lebih saji jumlah jam kerja karyawan
Kecurangan ini bisa dicegah dengan menggunakan mesin time lock yang merupakan
sebuah alat yang digunakan untuk mencetak jam datang serta jam pulang dari para pegawai
atau dengan persetujuan jam kerja.

K. TANGGUNG JAWAB BILA DICURUGAI ADA KECURANGAN


Yaitu dapat terdiri atas :
Merespons Salah Saji yang Mungkin Ditimbulkan oleh Kecurangan
Apabila dicurigai ada kecurangan, auditor akan mengumpulkan informasi tambahan untuk
menentukan apakah kecurangan itu memang ada. Sering kali, auditor memulai dengan mengajukan
pertanyaan tambahan kepada manajemen dan pihak lainnya.
Penggunaan Pengajuan Pertanyaan
Pengajuan pertanyaan dapat menjadi teknik pengumpulan bukti audit yang efektif. Wawancara
akan memungkinkan auditor menjernihkan masalah yang tidak teramati dan mengamati respons lisan serta
nonlisan responden serta dapat membantu mengidentifikasi masalah-masalah yang tidak tercantum dalam
dokumentasi atau konfirmasi. Pengajuan pertanyaan sebagai teknik pengumpulan bukti audit harus
disesuaikan dengan tujuan penggunannya.

Kategori Pengajuan Pertanyaan


Auditor dapat menggunakan salah satu atau lebih dari 3 kategori pengajuan pertanyaan berdasarkan tujuan
auditor, yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan informasional (informational inquiry)
Auditor dapat menggunakan pengajuan pertanyaan informasional untuk memperoleh informasi
tentang fakta dan detail yang belum dimiliki auditor, biasanya mengenai peristiwa atau proses di
masa lalu atau yang sedang berjalan saat ini. Auditor sering kali menggunakan pengajuan
pertanyaan informasional ketika mengumpulkan bukti tindak lanjut mengenai program dan
pengendalian atau bukti lain menyangkut salah saji atau kecurigaan kecurangan yang terungkap
selama audit dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden
memberikan detail peristiwa, proses, atau situasi.
2. Pengajuan pertanyaan penilaian (assessment inquiry)
Auditor dapat menggunakan pengajuan pertanyaan penilaian untuk menguatkan atau menyangkal
informasi sebelumnya. Auditor sering kali memulai pengajuan pertanyaan penilaian dengan
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya umum dan terbuka yang memungkinkan si terwawacara
memberikan respons yang terinci, yang nantinya dapat ditindaklanjuti dengan pertanyaan yangb
lebih khusus. Salah satu kegunaan pengajuan pertanyaan ini yang biasa dilakukan adalah untuk
memperkuat jawaban manajemen atas pengajuan pertanyaan sebelumnya dengan mengajukan
pertanyaan kepada pegawai lainnya.
3. Pengajuan pertanyaan interogatif (interrogative inquiry)
Pengajuan pertanyaan interrogative sering digunakan untuk memastikan apakah setiap individu
berbohong atau sengaja tidak mengungkapkan pengetahuan penting tentang fakta, peristiwa, atau
situasi penting. Sering kali, pengajuan pertanyaan interogatif bersifat konfrontasional, karena
orang-orang yang ditanya mungkin bersikap defensif ketika menutup-nutupi bahwa mereka
mengetahui fakta, peristiwa, atau situasi tertentu. Pada saat menggunakan pengajuan pertanyaan
interogatif, sering kali auditor mengajukan pertanyaan khusus dan terarah dengan meminta jawaban
“ya” atau “tidak”. Wawancara interogatif harus dilakukan oleh anggota senior tim audit yang sudah
berpengalaman dan sangat mengenal urusan klien.

Mengevaluasi Respons atas Pengajuan Pertanyaan


Agar pengajuan pertanyaan efektif, auditor harus terampil menyimak dan mengevaluasi respons atas
pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tindak lanjut yang efektif sering kali menghasilkan informasi yang
lebih baik untuk menilai apakah memang ada kecurangan. Teknik menyimak yang baik serta pengamatan
atas petunjuk perilaku akan mempertajam teknik pengajuan pertanyaan auditor.

L. Tanggung Jawab Lain Apabila Dicurigai Ada Kecurangan

Apabila auditor curiga bahwa mungkin ada kecurangan, standar auditing mengharuskan
auditor memperoleh bukti tambahan untuk menetukan apakah kecurangan yang material sudah terjadi.

Analisis Perangkat Lunak Audit


Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA untuk menentukan apakah
mungkin ada kecurangan. Auditor menggunakan perangkat lunak audit, termasuk alat bantu spreadsheet
dasar seperti Excel, untuk memilah transaksi atau saldo akun ke dalam beberapa subkategori guna diuji
lebih lanjut. Auditor juga memakai alat bantu spreadsheet dasar, seperti Excel, untuk melaksanakan
prosedur analitis pada tingkat disagregat. Tren yang tidak biasa, yang tidak teramati pada tingkat agregat,
mungkin terdeteksi bila data dianalisis secara lebih terinci.

Pengujian Substantif yang Diperluas


Auditor juga dapat memperluas prosedur substantive lainnya untuk menanggapi risiko kecurangan yang
lebih tinggi. Dalam beberapa contoh, auditor mungkin mengkonfirmasi setiap transaksi, dan bukan
keseluruhan saldo akun, terutama untuk transaksi bernilai besar yang dicatat menjelang akhir tahun.
Sering kali risiko kecurangan ini tinggi untuk akun-akun yang didasarkan pada estimasi subjektif
manajemen. Untuk menanggapi risiko yang lebih tinggi bahwa manajemen menggunakan asumsi yang
tidak tepat dalam mengestimasi saldo akun, seperti penyisihan untuk keusangan persediaan, auditor dapat
memanfaatkan spesialis guna membantu mengevaluasi keakuratan dan kelayakan asumsi-asumsi kunci.
Implikasi Audit Lainnya
Standar auditing mengharuskan auditor memperhitungkan implikasi bagi aspek audit lainnya. Sebagai
contoh, kecurangan yang melibatkan penyalahgunaan kas dari dana kas kecil yang berjumlah sedikit
biasanya dianggap tidak signifikan oleh auditor, kecuali masalah itu melibatkan manajemen dari tingkat

Sumber :
Arens, Alvin A. ,dkk. 2013. Auditing dan Jasa Assurance, Edisi Kedua belas Jilid 1. Jakarta.
Erlangga.
Khadijah,Aksa,https://www.academia.edu/19626899/bab_11_auditing_kecurangan_arens_e
rlangga.Diakses pada 21 Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai