Saya/kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/ tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/ kami
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami
menggunakannya.
Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat di komunikasikan
untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
AUDITING KECURANGAN
A. JENIS-JENIS KECURANGAN
A.1 Pelaporan keuangan yang curang
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabadian jumlah atau pengungkapan yang
disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan itu. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji
jumlah yang disengaja, bukan pengungkapan.
Meskipun kebanyakan kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan upaya melebihi sajikan
laba entah dengan melebih sajikan aset dan laba atau dengan mengabaikan kewajiban dan beban,
perusahaan juga sengaja merendahkan sajikan laba. Dalam perusahaan tertutup, hal ini mungkin dilakukan
dalam upaya mengurangi pajak penghasilan. Pengaturan laba (earning management) menyangkut tindakan
manajemen yang sengaja untuk memenuhi tujuan laba. Perataan laba (income smooting) merupakan salah
satu bentuk pengaturan laba di mana pendapatan dan beban ditukar-tukar di antara periode-periode untuk
mengurangi fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi nilai
persediaan dan aset lain perusahaan yang diperoleh pada saat akuisisi, yang menghasilkan laba yang lebih
tinggi ketika aset tersebut nanti dijual.
A.2 Penyalahgunaan aset
Penyalahgunaan (misappropriation) aset adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aset,
entitas. Dalam banyak kasus, tetapi tidak semua, jumlah yang terlibat tidak material terhadap laporan
keuangan. Istilah penyalahgunaan atau misaproprisasi aset biasanya digunakan untuk mengacu pada
pencurian yang melibatkan pegawai dan orang lain dalam organisasi.
Penyalahgunaan aset biasanya dilakukan pada tingkat hierarki organisasi yang lebih rendah.
Namun, dalam beberapa kasus yang heboh, manajemen puncak terlibat dalam pencurian aktia perusahaan.
Karena manajemen memiliki kewenangan dan kendali yang lebih besar atas aktiva organisasi,
penyelewengan yang melibatkan manajemen puncak dapat menyangkut jumlah yang signifikan.
Insentif / Tekanan
Skeptisme Profesional
Standar auditing menyatakan bahwa, dalam melakukan skeptisisme profesional, seorang auditor “tidak
mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur namun juga tidak mengansumsikan kejujuran absolut”.
Selain itu, melalui prosedur evaluasi atas penerimaan dan juga kelanjutan klien, auditor menolak sebagian
besar dari calon klien yang dianggap tidak mempunyai kejujuran dan integritas.
3. Prosedur Analitis
Seorang auditor haruslahmelaksanakan prosedur analitis di sepanjang fase perencanaan dan juga
penyelesaian audit guna membantu mengidentifikasikan transaksi atau kejadian yang tidak biasa
yang dapat mengidentifikasikan adanya suatu salah saji yang cukup material dalam laporan
keuangan.
4. Informasi Lainnya
Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam setiap tahap atau
bagian audit ketika menilai risiko kecurangan. Kebanyakan prosedur penilaian risiko yang
dilakukan auditor untuk menilai risiko salah saji yang material selama tahap perencanaan dapat
mengidentifkasikan risiko kecurangan yang lebih tinggi.
E. Mendokumentasikan penilaian kecurangan
Standar auditing mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut ini yang
berhubungan dengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material akibat kecurangan :
Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan audit tentang kerentanan laporan
keuangan entitas terhadap kecurangan yang material.
Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko kecurangan yang material.
Risiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah teridentifikasi, serta uraian tentang
respons auditor terhadap risiko tersebut.
Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada risiko yang signifikan atas pengakuan
pendapatan yang tidak tepat secara material.
Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian pengendalian oleh
manajemen.
Kondisi dan hubungan analitis lainnya yang menunjukkan bahwa diperlukan prosedur auditing
tambahan atau respons lainnya, serta tindakan yang diambil oleh auditor.
Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada manajemen, komite audit, atau
pihak lainnya.
Setelah risiko kecurangan diidentifikasi dan didokumentasikan, auditor harus mengevaluasi faktor-
faktor yang mengurangi risiko kecurangan sebelum mengembangkan respons yang tepat terhadap resiko
kecurangan itu.
1. Pendapatan Fiktif
Biasanya pelaku berusaha keras untuk menciptakan pendapatan fiktif, dengan cara
menciptakan kebijakan fiktif, serta melibatkan puluhan jumlah karyawan.
2. Pengakuan Pendapatan Prematur
Seringnya, sebuah perusahaan mempercepatwaktu untuk melakukan pengakuan
pendapatan untuk memperoleh target pandapatan serta penjualan. Misalnya saja
perusahaan mengakui pendapatan periode berikutnya pada periode ini
3. Manipulasi atas Penyesuaian Pendapatan
Penyesuaian yang umumnya digunakan untuk pendapatan adalah menyangkut retur
penjualan serta alokasi dari penjualan. Biasanya perusahaan menyembunyikan retur dari
auditor. Adapun maksud dari tindakan ini adalah agar penjualan dan pendapatan menjadi
lebih besar. Selain itu, perusahaan juga biasanya mengecilkan beban tagihan macet, dengan
cara mengecilkan alokasi dari piutang ragu-ragu. Hal ini dilakukan sebab alokasi tersebut
berkaitan dengan umurpiutang, perusahaan mengubah umur piutang sehingga menjadi
tampak lebih muda.
Tanda-Tanda Peringatan Kecurangan Pendapatan.
Ada banyak tanda peringatan atau gejala yang mengindikasikan kecurang pendapatan. Dua di
antara yang paling bermanfaat adalah prosedur analitis dan perbedaan dokumenter.
1. Prosedur Analitis
Pada prosedur ini sering kali memberikan isyarat bahwa terdapat kecurangan. Adapun
prosedur analitis yang sering digunakan untuk menemukan terjadinya kecurangan yakni
“persentase laba kotor” serta “perputaran piutang”.
2. Perbedaan Dokumenter
Pada transaksi fiktif jarang sekali memiliki tingkat bukti dokumenter yang sama seperti
dalam transaksi yang sah atau legal. Sebagai contoh ketidak-detilan dari transaksi fiktif
yang tidak bisa menyamai transaksi legal dari segi detail bukti dokumenter.
1. Prosedur analitis
Prosedur analitis, terutama persentasi marjin kotor dan perputaran persediaan, sering kali
membantu membongkar kecurangan persediaan. Persediaan fiktif akan mengurangsajikan
harga pokok penjualan dan melebihsajikan marjin kotor. Persediaan fiktif juga
memperkecil perputaran persediaan.
Beban Penggajian
Perusahaan mungkin saja melebihsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat biaya tenaga
kerja berlebihan dalam persediaan. Namun demikian, sebenarnya kecurangan dalam penggajian
yang melibatkan penyalahgunaan aktiva itu cukup umum terjadi walaupun nilai yang terlibat di
dalamnya seringkali bersifat tidak material.
Ada dua kecurangan yang umumnya terjadi yaitu :
1. Penciptaan pegawai fiktif
Kecurangan ini bisa dicegah dengan melakukan pemisahan sumber daya manusia dengan
fungsi penggajian.
2. Lebih saji jumlah jam kerja karyawan
Kecurangan ini bisa dicegah dengan menggunakan mesin time lock yang merupakan
sebuah alat yang digunakan untuk mencetak jam datang serta jam pulang dari para pegawai
atau dengan persetujuan jam kerja.
Apabila auditor curiga bahwa mungkin ada kecurangan, standar auditing mengharuskan
auditor memperoleh bukti tambahan untuk menetukan apakah kecurangan yang material sudah terjadi.
Sumber :
Arens, Alvin A. ,dkk. 2013. Auditing dan Jasa Assurance, Edisi Kedua belas Jilid 1. Jakarta.
Erlangga.
Khadijah,Aksa,https://www.academia.edu/19626899/bab_11_auditing_kecurangan_arens_e
rlangga.Diakses pada 21 Mei 2018.