Anda di halaman 1dari 4

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sekarang ini, prevalensi anak dengan overweight dan obesitas semakin
meningkat. Overweight dan obesitas yang keduanya didefinisikan sebagai
kelebihan berat badan, secara umum merupakan keadaan kegemukan dengan
perbedaan tingkatan yaitu kelebihan berat badan tingkat ringan (overweight) dan
tingkat berat (obesitas) yang dibedakan sesuai dengan kriteria kegemukan
berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) atau disebut juga body mass
index (BMI).
Dalam 30 tahun terakhir ini, angka prevalensi atau kejadian obesitas di
seluruh dunia menunjukkan peningkatan yang signifikan. Badan kesehatan dunia,
World of Health Organization (WHO) mengindikasikan bahwa sekitar 1,7juta
anak-anak (dibawah 18 tahun) mengalami kelebihan berat badan dan di beberapa
negara, angka anak yang mengalami obesitas meningkat hingga tiga kali lipat
sejak tahun 1980 (WHO, 2012).
Prevalensi obesitas anak usia 5 – 12 tahun di Perancis tahun 2004 sebesar
20,55%, di Inggris obesitas anak usia 2 – 10 tahun tahun 2005 sebesar 17,3%
(Global Childhood Obesity Update, 2010). Secara nasional masalah kegemukan
pada anak umur 6 – 12 tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih di atas 5%. Jawa
Tengah termasuk salah satu dari 11 provinsi yang memiliki prevalensi kegemukan
di atas prevalensi nasional, selain Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan,
Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, dan
Papua Barat (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010).
Orang – orang dengan kegemukan memiliki tingkat morbiditas yang tinggi
dan dengan demikian harus mencegah kenaikan berat badan yang lebih lanjut
(Gibney, 2008). Para ahli berkeyakinan bahwa kegemukan pada usia anak akan
menimbulkan masalah yang berkelanjutan pada usia remaja dan dewasa yaitu
hipertensi, stroke, diabetes dan berbagai penyakit kronis lainnya (Yatim, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2

Gangguan ortopedi yang berhubungan dengan overweight dan obesitas


adalah nyeri dan ketidaknyamanan pada kaki, lutut, pinggul, dan tulang belakang.
Obesitas juga dapat meningkatkan resiko fraktur dan gangguan tumbuh kembang.
Obesitas juga dapat mengurangi fleksibilitas dan kesulitan dalam berjalan dan
berlari yang diakibatkan karena perubahan struktur kaki. Kelainan struktur kaki
yang paling sering ditemukan adalah pes planus (flat foot). Peningkatan berat
badan menyebabkan perubahan struktur dari arkus plantaris dengan perubahan
struktur tulang dan ligament penyokongnya dan menyebabkan arkus
longitudinalis medial collapse yang dapat menyebabkan masalah pada saat
dewasa (Ester et al, 2013).
Pes planus (flat foot) adalah suatu kelainan pada kaki dimana lengkungan
kaki sebelah dalam (arcus longitudinalis medial) tidak terbentuk atau menghilang
saat berdiri (Harjanto, 2009). Menurut Evans (2008), jumlah populasi anak di
dunia yang mengalami flat foot sekitar 20% hingga 30% anak. Prevalensi anak
dengan kelainan bentuk kaki di Taiwan pada tahun 2006, dari 18.006 anak usia 6
sampai 12 tahun, yang mengalami kaki datar sekitar 2499 anak atau 13,88% (Li-
wei chou et al, 2006). Menurut Pande Ketut (2012), hasil survey yang dilakukan
di SDN Coblong Bandung diperoleh 6 dari 33 siswa (18%) memiliki
kecenderungan flat foot.
Berdasarkan hasil analisa deskriptif dari total sampel 1089 siswa di
Surakarta didapatkan prevalensi 299 siswa mengalami flat foot dan 790 siswa
memiliki arkus normal (Seteriyo Wardanie, 2013).
Pes planus (flat foot) dalam jangka panjang akan menyebabkan nyeri pada
telapak kaki, pergelangan kaki, dan lutut. Selain itu juga akan menyebabkan
trauma akut yang berulang hingga terjadinya deformitas pada kaki (Harris et all,
2004). Bagaimanapun defenisi dari flat foot pada anak masih dipertanyakan dan
berdasarkan klasifikasi umum, dapat dibedakan berdasarkan sebab patologis dan
fisiologis. Flat foot patologis memiliki etiologi yang beragam dapat menyebabkan
nyeri dan disabilitas dan biasanya membutuhkan terapi. Flat foot fisiologis
berhubungan dengan perkembangan dan sering terlihat pada anak usia dekade
pertama. Faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah ligamentous laxity

Universitas Sumatera Utara


3

dan overweight. Pes planus (flat foot) terbentuk pada saat menumpu berat tubuh
tetapi arkus dapat terlihat kembali ketika anak melakukan ekstensi jari kaki
pertama atau ketika anak sedang berdiri dengan ujung kakinya (Pfeiffer et al,
2007).
Kaki anak bertumbuh secara konstan sehingga mengubah bentuk dan
strukturnya. Morfologi dan perkembangan fungsional kaki dipengaruhi oleh faktor
internal (jenis kelamin, genetik, dan usia) dan faktor eksternal (penggunaan
sepatu dan aktifitas fisik). Dikarenakan kaki anak belum berkembang secara
sempurna, pengaruh dari sepatu dapat menjaga agar kaki anak berkembang
dengan normal dan dapat juga menyebabkan masalah dan kelainan pada anak
maupun pada dewasa. Beberapa pakar berpendapat bahwa pemakaian sepatu yang
tepat yaitu sepatu yang fleksibel dan ukuran yang tepat dengan kaki anak dapat
mempengaruhi fungsi dan kenyamanan kaki (Ester et al, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
kejadian flat foot dengan obesitas pada anak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
Apakah terdapat hubungan antara kejadian flatfoot dengan obesitas pada anak?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kejadian flatfoot dengan obesitas pada SD Sutomo
2 Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui angka kejadian atau insiden pes planus (flat foot).
2. Mengetahui angka kejadian obesitas pada anak kelas 4 SD Sutomo 2
Medan

Universitas Sumatera Utara


4

3. Mengetahui hubungan kejadian flatfoot dengan obesitas pada anak kelas 4


SD Sutomo 2 Medan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Orang Tua
1. Memberikan pengetahuan tentang pes planus (flat foot) yang sering terjadi
pada anak-anak obesitas.
2. Dapat memilih bentuk sepatu yang tepat untuk anak agar dapat mencegah
nyeri pada kaki anak.

1.4.2 Bagi Peneliti


Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan kejadian flatfoot
dengan obesitas pada anak.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai