JAWAB:
1. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas dikaji secara sistematis
berdasarkan pengalam terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat yang
memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan
2. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan di validasi
3. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk intruksi dengan bahasa yang jelas, tidak
bermakana ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia
8. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil resiko terhadap mutu obat
10. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu di investigasi serta
dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan penangulangan yang tepat dan
pencegahan pengulangan kembali keluhan.
I. setiap bagian dalam organisai perusahaan, dipimpin oleh orang yang berlainan.
Mereka tidak boleh mempunyai kepentingan lain diluar organisasi pabrik yang
dapat mambatasi tanggungjawabnya atau dapat menimbulkan pertentangan
kepentingan pabrik dan finansial.
II. Manajer produksi dan pengawasan mutu haruslah seorang apoteker yang cakap,
terlatih, dan berpengalaman di bidang farmasi dan keterampilan dalam
kepemimpinan.
III. Setiap karyawan atau mereka yang secara langsung ikut serta dalam kegiatan
pembuatan obat, hendaklah mengikuti latihan mengenai prinsip CPOB.
IV. Setelah pelatihan, dinilai prestasi karyawan apakah telah memiliki kualifikasi
yang memadai dalam melaksanakan tugas yang akan diberikan atau tidak
(Anonim, 2008).
3. Persyaratan Metode
4. Persyaratan Mesin Dan Alat
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang
tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat agar
mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk
memudahkan pembersihan serta perawatan (BPOM, 2006).
III. PERAWATAN
1. Peralatan hendaklah dirawat sesuai dengan jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
2. Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaklah tidak menimbulkan resiko terhadap
mutu produk.
3. Bahan pendingin, pelumas dan bahan kimia lainya seperti cairan alat penguji suhu
hendaklah dievaluasi dan disetujui dengan proses formal.
4. Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan dipatuhi.
5. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat
dalam buku log alat yang menunjukan tanggal, waktu, produk, kekuatanya dan nomor
setiap bets atau lot yang di olah dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan yang
digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam catatan bets.
IV. PEMELIHARAAN
1. Peralatan hendaklah dirawat menurut jadwal yang tepat agar tetap berfungsi dengan
baik dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas, mutu atau
kemurnian produk.
2. Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan dipatuhi.
3. Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan utama
hendaklah dicakup dalam buku catatan harian yang menunjukkan tanggal, waktu,
produk, kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan peralatan yang
bersangkutan. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja
dapat dimasukkan ke dalam catatan produksi bets produk tertentu.
5. Persyaratan Bahan
BAHAN
Salah satu perubahan penting dalam CPOB 2012 dibanding dengan CPOB 2012
adalah adanya beberapa klausul tambahan dalam Sistem Penanganan Bahan/Material
(Material Handling). Sistem Penanganan Bahan, mencakup antara lain :
Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan oleh karena itu hendaklah
melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus dan menyeluruh perihal
pemasok.
Harus dilakukan KUALIFIKASI PEMASOK (Vendor Qualification). Pembelian
bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi
spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen.
Dianjurkan agar spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan awal
dibicarakan dengan pemasok. Sangat menguntungkan bila semua aspek produksi dan
pengawasan bahan awal tersebut, termasuk persyaratan penanganan, pemberian label
dan pengemasan, juga prosedur penanganan keluhan dan penolakan, dibicarakan
dengan pabrik pembuat dan pemasok.
Jadi untuk Pengadaan Bahan Awal, dokumen penting yang perlu disiapkan, antara lain :
PENANDAAN
Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label hendaklah
memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan;
status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak);
tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu.
Label yang menunjukkan status bahan awal hendaklah ditempelkan hanya oleh
personil yang ditunjuk oleh kepala bagian Pengawasan Mutu. Untuk mencegah
kekeliruan, label tersebut hendaklah berbeda dengan label yang digunakan oleh
pemasok (misal dengan mencantumkan nama atau logo perusahaan). Bila status bahan
mengalami perubahan, maka label penunjuk status hendaklah juga diubah
PENYIMPANAN
Penyimpanan bahan awal baik pada saat proses karantina selama pemeriksaan
maupun setelah diluluskan harus disesuaikan dengan persyaratan penyimpanan yang
tercantum dalam label bahan awal atau Certificate of Analysis (COA) yang disertakan
dari bahan baku tersebut.
Berikut adalah contoh temperatur ruang penyimpanan yang tercantum dalam label
bahan awal:
Simpan bahan awal pada rak bahan awal yang telah ditentukan dengan nama bahan
awal yang tertera pada rak tersebut, jangan menaruh bahan awal di lokasi yang tidak
sesuai dengan nama bahan awal yang tercantum pada rak tersebut.
Bahan awal tidak boleh disimpan langsung bersentuhan dengan lantai gudang, simpan
bahan awal di atas rak atau pallet.
Gudang penyimpanan bahan awal harus selalu dipantau kondisinya sehingga selalu
memenuhi persyaratan.
Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang mencolok,
ditempatkan terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.
PENYERAHAN/DISTRIBUSI BAHAN/MATERIAL
Penyerahan bahan awal hendaklah dilakukan hanya oleh personil yang berwenang
sesuai dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan hendaklah
disimpan dengan baik agar rekonsiliasi persediaan dapat dilakukan.
Penimbangan bahan awal hendaklah dilakukan oleh personil yang berwenang sesuai
prosedur tertulis untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur
dengan akurat ke dalam wadah yang bersih dan diberi label dengan benar.
Setiap bahan yang ditimbang atau diukur hendaklah diperiksa secara independen dan
hasil pemeriksaan dicatat.
Bahan yang ditimbang atau diukur untuk setiap bets hendaklah dikumpulkan dan
diberi label jelas.
Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk membuktikan
bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi persyaratan sesuai dengan
jumlah bahan yang akan ditimbang.
Pengukuran partikel udara menggunakan particle counter, ada 2 macam particle counter
yaitu particle counter handheld (kecil bisa digenggam dengan tangan) dan particle
counter tipe box (besar, untuk pengukuran partikel dengan berbagai ukuran partikel dan
bisa pengukuran continous). Berikut contoh gambar particle counter:
Ada beberapa versi kelas ruangan, ada versi berdasarkan warna(grey, white black) , ada
juga versi berdasarkan jumlah partikel seperti kelas 100 kelas 10000, ada juga versi kelas
ruangan menurut ISO (kelas 1,2,3 dst). Sekarang ini terutama di Indonesia kelas ruangan
lebih familiar menggunakan versi CPOB dengan menyebut kelas A,B,C dst. Kelas
ruangan versi white, grey dan black sudah ditinggalkan. Ada kesetaraan untuk berbagai
versi diatas menurut buku Pharmaceutical Manufacturing Handbook seperti dibawah ini:
Dapat dilihat diatas bahwa kelas kebersihan A setara dengan kelas M3.5 dan kelas 100.
Pengetahuan tentang versi2 kelas ruangan ini penting karena banyak orang yang tidak
tahu bahwa kelas A itu sama dengan kelas 100 atau kelas C sama dengan kelas 10000.
Pengalaman saya supplier pembuat LAF/HVAC lebih suka menggunakan istilah versi
100/10000 sedangkan industri farmasi memakai istilah ABCD, bila masing2 tidak tahu,
akan menyebabkan kerancuan atau tidak nyambung sewaktu diskusi. Dalam fasilitas
produksi antar kelas ruangan yang berbeda mempunyai perbedaan tekanan ± 10 Pa dan
harus ada ruang penyangga antar kelas kebersihan pada jalur orang masuk/keluar. Dan
untuk jalur barang/bahan baku terdapat passbox dinamis antar kelas kebersihan.
Kelas ruangan selain partikel juga ada spesifikasi lain yaitu batas mikroba, suhu-RH dan
pertukaran jumlah udara. Berikut batas mikroba menurut CPOB:
Untuk suhu-RH dan pertukaran udara diatur dalam PETUNJUK OPERASIONAL PENERAPAN
PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK 2012 JILID I seperti dibawah ini:
dalam tabel diatas juga terdapat klasifikasi ruangan untuk kemas sekunder dan daerah
gudang yaitu kelas F dan G. Walau dalam kelas F untuk pertukaran tidak diklasifikasikan
akan tetapi sebaiknya tetap memasang AHU sehingga kelas kebersihan kemas sekunder
resiko kontaminasi dengan lingkungan luar minimal karena adanya tekanan udara dan
pertukaran udara.