Anda di halaman 1dari 2

Putih, gemuk, dan lembek seperti gajih. Namanya, belatung.

Kelak ia akan menyembul dari


lubang telingamu dan menggerogoti kenangan-kenangan didalam kepalamu. Tanpa sisa. Semua
kenangan didalam kepalamu lalu sempurna hilang. Bahkan, termasuk nama anakmu, Gara.
Lengkapnya, Kynan Garawiksa.

Gara dilahirkan dari rahim seorang ibu yang bijaksana dan mengagumkan. Rumsyah
dipanggilnya. Rumsyah saat melahirkan Gara sudah bersumpah akan menjadikan Gara anak
perempuan yang baik dan bijaksana. Rumsyah bersumpah bahwa Gara akan tumbuh nantinya menjadi
remaja yang luar biasa mengubah pandangan orang tentang kebaikan dan menjadi istri yang diidam-
idamkan kaum adam dan ketika maut memanggilnya, ia paham tujuannya hidup didunia. Gara, bayi
yang sehari-hari dibiskkan kata-kata indah dan bijaksana oleh ibunya. Diberikan ASI tiap jam berganti.

“Gara, akan ibu ceritakan. Dulu, Istri Nabi, Aisyah adalah wanita yang bijaksana dan
mengagumkan. Beliau senang memberi, dermawanlah sebutannya, anggun karena akhlaknya baik,
suka membantu sesma ciptaan Allah” Rumsyah ererita banyak hal sambil memandangi wajah anaknya
tiu. Gara hanya dapat tersenyum, melihat sang ibu.

Tahun berganti tahun, bulan berganti bulan layaknya jam dinding terus berputar menari
indah. Gara tumbuh menjadi gadis remaja yang elok, tak kuketahui ada cacat pada dirinya yang lantas
membuat manusia lainnya berpaling. Suatu hari, disebuah taman di Kota tua.

“Apa yang kau lakukan, Galing ? Kenapa kau ganggu burung kecil itu. Bukankah, lebih baik kau
lepaskan agar ia terbang bebas ?” Kata Gara menasihati Galing, temannya.

“Aku hendak memilikinya. Ingin aku bawa pulang untuk aku beri makan dan ku masukkan
dalan sangkar. Agar dapat menemai hari-hariku. Bermain dan memandikannya” Sahut Galing

“Kata ibuku, tidak begitu mencintai ciptaan Tuhan. Lepaskan saja. Biarkan dia terbang bebas,
berkumpul bersama keluarganya dan makan apa yang dia mau. Bayangkan saja ketika kau berpisah
dari keluargamu. Apakah kau akan senang ?”

“Sungguh tidak, Gara. Aku akan sangat sedih. Bahakan mungkin aku tidak mau makan jika tak
bersama ayah dna ibuku. Bagaimana bisa aku hidup tanpa maereka.”

“Yah begitulah Galing, burung yang au gengam itu juga demikian. Maka, ketika kamu
memperlakukannya. Perlakukanlah dia sama seperti dirimu. Bukankah itu lebih memabhagiakankah
?”

“Iya, kau benar Gara. Aku akan membiarkannya bersama keluarganya.”

Setelah itu Galing melepaskannya. Dan membuat Gara sangat senang. Tak pernah Gara
meneyababkan hati siapapun terluka, amna bisa Gara membuat sedih manusia di muka bumi. Jika
Gara melakukan kesalahan, Rumsyah akan memnasihatinya dengan penuh kelembutan. Prosesn
remaja Gara bagi Rumsyah adalah hal yang snagat penting. Bagaimana Gara nantinya akn tumbuh juga
bersama laki-laki pilihannya, menjalani kehidupan dan berproses bersama menegakkan kebahagiaan
untuk nantinya berbagi dan mempertanggungawabkannya pada Tuhan.

Hidup adalah perilah membentuk dan membuatnya lebih indah. Berproses adalah jalan untuk
menjadikan semua baik-baik saja. Jika isi bumi akan selalu dengan ujian, maka berbahagialah. Karena
kata Gara selalu ada hal yang indah setelah keterpurukan itu ada. Dan akan selalu ada banyak cara
untuk memberikan kesempatan pada dirimu undtuk bangkit dan maju. Gara sekarang tumbuh
menajdi sosok yang anggun dan bijaksana. Bagimana tidak, sumpah yang sudah dibuat oleh Rumsyah
sungguh menjadi nyata.
Gara bertemu dengan sosok laki-laki tampan, mapan dan baik hati. Tidak banyak yang tahu
tentangnya. Gara dipertemukan dalam sebuah sekat kota, dipertemuan dekat perpustakaan di kota
tua. Lelaki itu disebut Arlan. Jika kau tahu, bagaimana tuhan memberikan skenarionya tanpa diduga-
duga. Begitulah cinta. Ia hadir juga tanpa harus paham kapan waktunya besmi dan kapan juga
berguguran sementara. Gadis bijaksana dikotanya itu kini bernar-benar dipinang oleh laki-laki baik
dari kota sebrang.

“Apa yang kau lihat dari putriku, Wahai ARLAN ?” tanya Rumsyah sedikit melihat kearah
wajahnya

“Aku mencintainya dari awal pertemuan kami, Bu. Putri ibu ini wanita yang baik hatinya,
lembut perkataannya dan membahagiakan sekitarnya. Tidakkah ada yang membuat saya bahagia
selain menikahi anak Ibu” katanya

“Gara, adalah anak semata wayangku. Ketika aku menitipkannya padamu. Maka jagalah baik-
baik. Karena aku menjaganya seorang diri, setelah ayahnya meninggal waktu dia berusia 4 bulan di
kandunganku. Betapa berharganya putriku ini, Wahai Arlan”

“Ayah saya selalu berkata Bu. Bahwa perempuan ada hanya untuk dilidnungi dan
dibahagiakan hidupnya. Maka, ketika nantinya saya membuat sedih anak Ibu, maka hukumlah saya
BU. Karena memintanya pada Ibu, itu sama aartinya juga dengan menajga kebahagiaan apa yang
sudah ibu berikan apdanya. karena tujuan saya menikahinya adalah karena mengharap ridho Jannah-
Nya”.

“Baiklah, Nak Arlan. Semoga tujuan kalian berdua untuk hidup adalah seisi dan sevisi untuk
membangun bahterah yang menakjubkan kelak di akhirat nanti.”

Gara menikah dengan laki-laki yang paham bagaimana memperlakukan wanitanya.


Bagaimana menggauli wanitanya dengan baik, membuat bahagia dan memperkecil kesedihan. Gara
dipertemukan denga laki-laki yang dimana sisa umurnya, untuk memotivasi orang lain untuk hidup
danmenghidupi bahagianya. Saling berbagi dan memberi banyak hal. Tidakkah baik hal itu.

Anda mungkin juga menyukai