Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan nikmat sehat,
ilmu dan kebahagiaan bagi kita semua, karena berkat karuniannya dan keridohannya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah PSIKOLOGI yang membahas tentang SEJARAH PERILAKU
MANUSIA.

Makalah ini dapat tersusun dengan bantuan para sahabat yang membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih karena telah
tersusunnya makalah ini. Penulis menyadari bahwa setiap cipataan manusia tiada yang
sempurna, maka dari itu penulis berharap para pembaca makalah ini dapat memeberikan
keritikan dan saran kepada penulis, agar makalah ini menjadi bahan bacaan yang lebih baik lagi
untuk kita semua

Samarinda, 28 Agustus 2018

Penyusun.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….2

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………....3

A. Latar Belakang………………………………………………………………………….3

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………....3

C. Tujuan…………………………………………………………………………………..3

BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………………..4

A. Sejarah Perilaku Manusia……………………………………………………………...4

B. Sejarah Perkembangan Perilaku……………………………………………………….6

C. Aliran Dan Mazhab Dalam Psikologi………………………………………………...12

D. Contoh Kasus, Analisis dan Pemecahan……………………………………………...28

BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………….30

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………...30

B. Saran……………………………………………………………………………….....30

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………31

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20. Sikap
adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan
perilaku. Selain itu, sikap atau attitude adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi.
Pembahasan yang berkaitan dengan psikologi hampir selalu menyertakan unsur sikap baik
sikap individu maupun sikap kelompok sebagai salah satu bagian pembahasannya. Banyak
kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, prose terbentuknya sikap, maupun
proses perubahannya.
Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berfikir yang disiapkan
untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisasikan melalui pengalaman
serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada praktik / tindakan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Perilaku Manusia?

2. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Psikologi?

3.Apa Saja Aliran dan Mazhab dalam Psikologi?

4.Apa saja Aliran Psikologi dalam Teori Belajar?

5.Apa saja contoh kasus psikologi beserta penyelesaiannya?

C.Tujuan

1. Mengetahui Sejarah Perilaku Manusia

2. Mengetahui Sejarah dan Perkembangan Psikologi

3. Mengetahui Aliran dan Mazhab dalam Psikologi

4. Mengetahui Aliran Psikologi dalam Teori Belajar

5. Mengetahui contoh kasus psikologi beserta penyelesaiannya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perilaku Manusia


1. Pengertian
Banyak definisi pakar tentang berubah , dua diantaranya yaitu :
a) Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang
berbeda dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987)
b) Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu
atau institusi (Brooten,1978)
2. Teori – Teori Perubahan
a) TeoriRedin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan seorang
manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :
1) Ada perubahan yang akan dilakukan
2) Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
3) Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
4) Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :
1) Diagnosis
2) Penetapan objektif bersama
3) Penekanan kelompok
4) Informasi maksimal
5) Diskusi tentang pelaksanaan
6) Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang-orang yang akan
terlibat atau terpengaruh dengan perubahan. Sehingga diharapkan mereka mampu
mengontrol perubahan tersebut.

4
b) Teori Lewin
Lewin mengatakan ada tiga tahap dalam sebuah perubahan, yaitu :
1) Tahap Unfreezing
Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam sistem.
2) Tahap Moving
Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan mencari
dukungan dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.
3) Tahap Refreezing
Setelah memiliki dukungan dan alternatif pemecahan masalah perubahan
diintegrasikan dan distabilkan sebagai bagian dari sistem nilai yang dianut.
Tugas perawat sebagai agen berubah berusaha mengatasi orang-orang yang
masih menghambat perubahan.
c) Teori Lippitt
Teori ini merupakan pengembangan dari teori Lewin. Lippitt mengungkapkan
tujuh hal yang harus diperhatikan seorang manajer dalam sebuah perubahan yaitu:
1) Mendiagnosis masalah
2) Mengkaji motivasi dan kemampuan untuk berubah
3) Mengkaji motivasi dan sumber-sumber agen
4) Menyeleksi objektif akhir perubahan
5) Memilih peran yang sesuai untuk agen berubah
6) Mempertahankan perubahan
7) Mengakhiri hubungan saling membantu
d) Teori Rogers
Teori Rogers tergantung pada lima faktor yaitu :
1) Perubahan harus mempunyai keuntungan yang berhubungan
2) Perubahan harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada
3) Kompleksitas
4) Dapat dibagi
5) Dapat dikomunikasikan

5
e) Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan
perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai perubahan
menurut Havelock.
1) Membangun suatu hubungan
2) Mendiagnosis masalah
3) Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
4) Memilih jalan keluar
5) Meningkatkan penerimaan
6) Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri
f) Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau
untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan
sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley
1) Mengenali gejala
2) Mendiagnosis masalah
3) Menganalisa jalan keluar
4) Memilih perubahan
5) Merencanakan perubahan
6) Melaksanakan perbahan
7) Mengevaluasi perubahan
8) Menstabilkan perubahan

B. Sejarah Perkembangan Perilaku


Psikologi bermula dari konsep sederhana yang kemudian terus dikembangkan dengan
pemikiran kritis oleh para ahli psikolog, hingga dikenal sampai sekarang ini. Psikologi
kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejiwaan
dan respon tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Berbagai macam pendapat ahli
bermunculan di jamannya, sebagai suatu proses penyempurnaan konsep psikologi itu
sendiri, hingga disepakati dan memiliki makna yang relevan. Sejarah perkembangan
psikologi dibagi menjadi beberapa periode jaman dari mulai pra berdirinnya psikologi

6
hingga psikologi seperti yang dikenal saat ini. Berikut ini adalah ulasan sejarah
perkembangan psikologi.
1. Periode Pra berdirinya Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Yunani kuno yang memiliku arti jiwa dan kata
sehingga diartikan keilmuan yang mempelajari tentang jiwa atau mental. Psikologi
bersifat abstrak. Akan tetapi, sifat ini memiliki batasan pada manifestasi dan ekspresi
dari jiwa. Sifat itu berupa tingkah laku atau proses melakukan suatu kegiatan.
Sehingga psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
perilaku dan proses kejiwaan manusia.
Psikologi memiliki kisah perjalanan yang panjang, bahkan sebelum Wundt
mendeklarasikan tentang laboratoriumnya pada tahun 1879 yang dipandang sebagai
kelahiran psikologi sebagai ilmu. Psikologi dapat dikatakan sejalan dengan
perkembangan intelektual di Eropa. Berdasarkan pandangan tersebut, sejarah
psikologi dibagi menjadi beberapa periode dengan para tokoh ahli didalamnya.
Pra psikologi juga merupakan periode dimana psikologi belum dijadikan sebagai
keilmuan, atau juga masih menjadi dasar pemikirann- pemikiran yang menjadi dasar
terbentuknya psikologi. Hasil pemikiran- pemikiran kritis terhadap hubungan
manusia dengan lingkungannya yang memunculkan suatu pola tingkah laku khusus
inilah yang menjadi daya tarik Wundt untuk mendalami lebih lanjut hubungan
ketiganya sehingga muncul istilah psikologi. Psikologi sendiri merupakan ilmu yan
gmempelajari tentang kejiwaan manusia dan tingkah lakunya sebagai respon kaitan
dengan lingkungan tempat tinggalnya.
2. Psikologi sebagai Ilmu yang otonom
Pada akhir abad ke 19, merupakan babak baru dalam sejarah psikologi. Tahun
1879 Wilhem Wundt mendirikan sebuah laboratorium psikologi pertama sebagai titik
awal perkembangan sejarah psikologi. Laboratorium Wundt didirikan di Leipzig.
Wundt juga memperkenalkan metode instropeksi yang digunakan dalam penelitian-
penelitiannya. Dia juga dikenal sebagai tokoh penganut strukturalisme karena
mengungkapkan teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa
jiwa terbentuk dari elemen- elemen. Kemudian, memiliki mekanisme penting yang

7
menghubungkan antar elemen kejiwaan sehingga membentuk struktur jiwa yang utuh
dan disebut asosiasi. Oleh karena itu Wundt juga disebut sebagai tokoh asosianisme.
Kemudian, Edward bradford Titchener mencoba menyebarluaskan ajaran dari
Wundt ke Amerika. Namun orang Amerika kurang menyukai teori Wundt dan
menganggapnya terlalu abstrak dan sulit diterapkan secara langsung. Mereka
akhirnya membentuk aliran sendiri yang disebut fungsionalisme dengan tokoh tokoh
seperti William james, dan James Mc Keen Cattel. Aliran ini lebih berfokus pada
fungsi jiwa dari pada strukturnya. Cattel menemukan teknik evaluasi psikologi berupa
psikotest yang merupakan bukti bahwa orang Amerika cukup pragmatis. Meskipun
sudah pragmatis, namun aliran fungsionalisme masih dianggap terlalu abstrak.
Sarjana Amerika mengehendaki agar psikologi mempelajari hal hal yang objektif dan
dapat dilihat. John Broades Watson merupakan pelopor dalam hal ini yang kemudian
dikembangkan oleh Edward Chase Tolman dan B.F Skinner.
Selain di Amerika, di Jerman sendiri Wundt mulai mendapatkan kritikan dan
koreksi. Oswald Kulpe merupakan salah satu murid Wundt yang kurang puas
terhadap ajarannya dan kemudian menciptakan aliran sendiri. Dia menolak anggapan
Wundt bahwa berpikir itu selalu dalam piikiran atau bayangan. Kulpe berpendapat
bahwa bila tingkat berfikir yang semakin tinggi, tidak akan menyerupai bayangan,
melainkan pemikiran yang tidak terbayangkan.
Di Eropa muncul aliran gestalt. Aliran Gestalt menolak ajaran Wundt yang
berfokus pada elemen elemen dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan perlu dilihat
sebagai suatu hal yang bersifat keseluruhan dan tidak dapat dipecah- pecah menjadi
bagian. Krueger pada tahun 1924 mengenalkan istilah Ganzheit yang disebut hampir
sama dengan aliran gestalt, meskipun Krueger menyebutkan bahwa Ganzheit
merupakan bentuk pengembangan dari Gestalt. Krueger berpendapat bahwa teori
Gestalt terlalu berfokus pada persepsi objek. Hal ini menjadi keraguan karena
penghayatan yang menyeluruh adalah hal utama terhadap ruang dan waktu. Sehingga
tidak dilihat berdasarkan persepsi saja.
Perkembangan teori psikologi menurut Gestalt berkembang dari field teori atau
teori lapangan oleh Kurt lewin. Mulanya Lewin tertarik dengan faham yang dianut
oleh gestalt, namun kemudian dia memberikan kritik karena dianggap tidak adekuat.

8
Lewin kemudian mengembangkan psikologi kognitif di Amerika Serikat sebagai
langkah lanjutan. Psikologi kognitif merupakan gabungan dari aliran behaviorisme
dan aliran Gestalt yang dibawa pada tahun 1940- an. Aliran psikologi kognitif
berfokus pada proses- proses pusatseperti sikap, harapan, dan ide dalam membentuk
tingkah laku.
Kognitif diartikan sebagai sesuatu yang terjadi di alam sadar/ kognisi. Salah satu
tokoh psikologi kognitif antara lain adalah L. Fertinger. Psikoanalisa kemudian lahir
membawa pengaruh yang besar dalam perkembangan psikologi hingga saat ini.
Psikoanalisa menjelaskan hal hal yang juga tidak tampak dari luar dan secara khusus
berusaha menjelaskan apa yang ada di dalam kesadaran manusia.
3. Perkembangan Psikologi Modern
Sejarah perkembangan psikologi berisi mengenai pendapat- pendapat para tokoh-
tokoh sejarah ilmu jiwa yang menjelaskan mengenai kejiwaan. Terbentuknya
psikologi modern tidak terlepas dari pengaruh para tokoh- tokoh psikologi di masa
lalu. Aliran modern yang muncul pada perkembangan psikologi adalah
strukturalisme.
Strukturalisme ini adalah awal munculnya pernyataan psikologi sebagai disiplin
ilmu yang bersifat otonom dan dibangun menggunakan laboratorium penelitian.
Namun karena banyaknya pendapat dan pertentangan maka munculnya banyak
aliran- aliran psikologi lainnya, yaitu: fungsionalisme, behaviorisme, gestalt
psychology, psikoanalisis, humanistic psychology.

Berikut ini diuraikan lebih jelas lagi mengenai aliran- aliran tersebut:
a) Strukturalisme
Psikologi pertama kali dikembangkan di laboratorium Wundt sebagai bapak
pendirinya. Dengan meneliti mulai dari filosofi- filosofi yang terkait dengan
kejiwaan dan mencapai tujuan untuk memajukan ilmu pengetahuan. Metode
instropeksi digunakan secara eksperimental untuk melakukan penelitian secara
analisa. Tujuannya untuk menentukan pengalaman kesadaran dengan
mengobservasi dan menganalisa unsur- unsur tertentu. Strukturalisme ini
mempelajari psikologi dari unsur- unsur yang sudah disusun.

9
b) Fungsionalisme
Pelopor aliran Fungsionalisme adalah William James. James beranggapan bahwa
pendapat Wundt keliru apabila percobaannya lebih berpusat pada penemuan
struktur dan bukan kesadaran atau respon manusianya. c. Aliran ini beranggapan
bahwa kelangsungan hidup seseorang merupakan jiwa hubungannya dengan
lingkungan. Secara dinamis, aliran ini juga merupakan proses mental terjadinya
aktivitas psikologi tujuan dan fungsi.
c) Behaviorisme
Behaviorisme masuk sebagai gerakan atau aliran psikologi yang kuat dan cukup
berpengaruh. Pendiri aliran behaviorisme ini adalah John B. Waston. Aliran ini
fokus pada gejala- gejala kesadaran atau dibawah alam sadar. Akan tetapi, masih
sesuai dengan tugas psikologi yang berusaha mengamati bentuk tingkah laku dan
bagaimana tingkah laku seseorang dikendalikan. B. F. Skinner menyatakan bahwa
lingkungan merupakan kunci pennyebab terbentuknya suatu tingkah laku atau
respon manusia. Untuk dapat lebih dalam memahami manusia, maka kita perlu
melihat lingkungan tempat manusia itu hidup.
d) Gestalt Psychology
Aliran ini merupakan suatu bentuk pandangan yang terstruktur atau
strukturalisme. Pemikiran Gestalt membentuk suatu pola, atau dasar sebagai unit
kesatuan sedangkan alat yang mendasarinya adalah persepsi dari hasil
pengamatan.\
e) Psikoanalisa
Aliran ini muncul pada tahun 1900- an. Psikologi dikembangkan awalnya dari
dasar- dasar tinjauan klinis- psikiatris dari aliran psikoanalisa. Psikoanalisa
diawali oleh Sigmund Freud seorang psikiater dari Australia. Pengobatan
dilakukan untuk pasien dengan gangguan kejiwaan dan teori kepribadian itu
muncul sebagai pendekatan psikoterapi dari berbagai pasien dengan gangguan
mental yang berbeda.

10
f) Humanistic Psychology
Aliran humanistik merupakan bantahan dari kekurangan kekurangan yang ada di
aliran behaviorisme dan psikoanalisa. Aliran humanistik ini didasarkan pada
pengalaman masa lalu yang memiliki pengaruh pada pembentukan kepribadian
manusia yang berbeda- beda.

Namun tetap perlu diakui bahwa keinginan manusia untuk bebas dalam membuat
keputusan bagi dirinya juga merupakan penentu pembentukan kepribadian dirinya
sendiri. Humanisme lebih menitikberatkan pada perkembangan manusia dengan
faktor subjektif seperti gambaran diri seseorang, penilaian akan tingkah laku,
pengamatan terhadap respon, cita- cita ideal, dan lainnya.

Keenam aliran besar ini diuraikan menjadi konsep keilmuan psikologi yang
menunjukkan perkembangan dalam mempelajari kejiwaan manusia. Para psikolog
yang tidak menganut aliran ini akan mengembangkan atau menggunakan teori
psikologi lainnya. Teori psikologi terpilih memilika sifat yang lebih objektif guna
melengkapi dan menyempurnakan pemahaman dari masing- masing teori psikologi.

Tahapan perkembangan sejarah psikologi dimulai dari pra psikologi, psikologi


sebagai ilmu ototnom, sampai pada psikologi modern yang sudah dikenal dan
digunakan dalam berbagai keilmuan saat ini, semua itu tidak terlepas dari peran para
tokoh- tokoh terdahulu. Keilmuan psikologi yang mempelajari fokus tentang
kejiwaan manusia ini pun mendapat kritik kritik dan perbaikan perbaikan sehingga
mencapai apda keyakinan keilmuan yang dipercayai secara luas atau lebih global.
Berbagai pertentangan muncul pada zamannya sebagai bentuk pengembangan dari
berfikir kritis dalam menilai suatu teori baru untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Maka begitu berartinya keilmuan psikologi modern yang digunakan saat ini dalam
penerapannya berkaitan dengan mempelajari kejiwaan manusia dan respon
lingkungan serta tingkah laku sebagai efek dari kejiwaan tersebut.

11
C. Aliran dan Mazhab Dalam Psikologi
Psikologi sebagai sebuah ilmu akan selalu berkembang, seiring dengan
berkembangnya mazhab-mashab dan teori-teori baru yang bermunculan. Teori-teori yang
muncul biasanya merupakan kritik dari teori-teori sebelumnya. Memang, patut diakui
bahwa titik pandang (teori) dalam psikologi tidak ada yang sempurna, sehingga terbuka
kesempatan bagi ilmuwan untuk memberikan kritik dan masukan ataupun
penyempurnaan dari teori yang sudah ada.

1. Psikoanalisis

Salah satunya tokoh psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856 – 1939). Nama asli
Freud adalah Sigismund Scholomo. Namun sejak menjadi mahasiswa Freud tidak mau
menggunakan nama itu karena kata Sigismund adalah bentukan kata Sigmund. Freud
lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia. Saat itu Moravia merupakan bagian dari
kekaisaran Austria-Hongaria (sekarang Cekoslowakia). Pada usia empat tahun Freud
dibawa hijrah ke Wina, Austria (Berry, 2001:3). Kedatangan Freud berbarengan
dengan ramainya teori The Origin of Species karya Charles Darwin (Hall, 2000:1).

Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu
kedokteran dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang
sangat menggejala di Wina (Freud, terj.,1991:4). Pengaruh Jean-Martin Charcot,
neurolog Prancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan histeria
mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran (Berry, 2001:15). Sejak itu Freud
dan doktor Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang menjadi subjek
penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud melihat ketidakruntutan
keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada yang terbelah dari kepribadian
Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa Freud pada kesimpulan
struktur psikis manusia: id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, dan
kesadaran.

Freud menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia,
antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang
tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi keinginan-keinginannya.

12
Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka keinginan itu
mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego lemah.

Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan
otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental
sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun
bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak
sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat
gunung es dari kepribadian kita, yaitu:

a. Id, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.

b. Superego, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu
dari lingkungannya.

c. Ego, adalah pengawas realitas.

Sebagai contoh adalah berikut ini: Anda adalah seorang bendahara yang
diserahi mengelola uang sebesar 1 miliar Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda:
“Pakai saja uang itu sebagian, toh tak ada yang tahu!”. Sedangkan ego berkata:”Cek
dulu, jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan
lakukan!”.

Pada masa kanak-kanak kira dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap
ini oleh Freud disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari
pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan
mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya).

Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua
dan pada orang dewasa. Di sini disebut sebagai tahap secondary process thinking.
Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih
tidak jajan demi ingin menabung misalnya). Walau begitu kadangkala pada orang
dewasa muncul sikap seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti
pemuas keinginan (menendang tong sampah karena merasa jengkel akibat dimarahi
bos di kantor misalnya).

13
Proses pertama adalah apa yang dinamakan EQ (emotional quotient),
sedangkan proses kedua adalah IQ (intelligence quotient) dan proses ketiga adalah
SQ (spiritual quotient).

2. Behaviourisme

Aliran ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa.
Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang
mencapai puncaknya pada tahun 1940 – 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan
sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat
dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan
ke dalam psikologi.

Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat
dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang
diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau
perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen
terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov
menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya. Kemudian
sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air liurnya.
Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging disajikan. Begitu
hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing
tersebut terbit air liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing
menjadi conditioned response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.

Percobaan yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11 bulan
dengan seekor tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka
dipukullah sebatang besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget. Begitu
percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak akan
menangis begitu hanya melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu dia menjadi
takut dengan segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu dan topeng
Sinterklas.

14
3. Psikologi Humanistis

Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua
aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang
rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah Psikoanalisa dan Behaviorisme.

Salah satu tokoh dari aliran ini – Abraham Maslow – mengkritik Freud dengan
mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya
meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat.

Salah satu bagian dari humanistic adalah logoterapi. Adalah Viktor Frankl yang
mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut sebagai logotherapy (logos =
makna). Pandangan ini berprinsip:

a. Hidup memiliki makna, bahkan dalam situasi yang paling menyedihkan

sekalipun.

b. Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita

itu sendiri.

c. Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa

yang kita alami bahkan dalam menghadapi kesengsaraan sekalipun.

Frankl mengembangkan teknik ini berdasarkan pengalamannya lolos dari kamp


konsentrasi Nazi pada masa Perang Dunia II, di mana dia mengalami dan menyaksikan
penyiksaan-penyiksaan di kamp tersebut. Dia menyaksikan dua hal yang berbeda,
yaitu para tahanan yang putus asa dan para tahanan yang memiliki kesabaran luar
biasa serta daya hidup yang perkasa. Frankl menyebut hal ini sebagai kebebasan
seseorang memberi makna pada hidupnya.

15
Logoterapi ini sangat erat kaitannya dengan SQ, yang bisa kita kelompokkan
berdasarkan situasi-situasi berikut ini:

a. Ketika seseorang menemukan dirinya (self-discovery). Sa’di (seorang penyair besar


dari Iran) menggerutu karena kehilangan sepasang sepatunya di sebuah masjid di
Damaskus. Namun di tengah kejengkelannya itu ia melihat bahwa ada seorang
penceramah yang berbicara dengan senyum gembira. Kemudian tampaklah olehnya
bahwa penceramah tersebut tidak memiliki sepasang kaki. Maka tiba-tiba ia
disadarkan, bahwa mengapa ia sedih kehilangan sepatunya sementara ada orang
yang masih bisa tersenyum walau kehilangan kedua kakinya.

b. Makna muncul ketika seseorang menentukan pilihan. Hidup menjadi tanpa makna
ketika seseorang tak dapat memilih. Sebagai contoh: seseorang yang mendapatkan
tawaran kerja bagus, dengan gaji besar dan kedudukan tinggi, namun ia harus
pindah dari Yogyakarta menuju Singapura. Di satu sisi ia mendapatkan kelimpahan
materi namun di sisi lainnya ia kehilangan waktu untuk berkumpul dengan anak-
anak dan istrinya. Dia menginginkan pekerjaan itu namun sekaligus punya waktu
untuk keluarganya. Hingga akhirnya dia putuskan untuk mundur dari pekerjaan itu
dan memilih memiliki waktu luang bersama keluarganya. Pada saat itulah ia
merasakan kembali makna hidupnya.

c. Ketika seseorang merasa istimewa, unik dan tak tergantikan. Misalnya: seorang
rakyat jelata tiba-tiba dikunjungi oleh presiden langsung di rumahnya. Ia merasakan
suatu makna yang luar biasa dalam kehidupannya dan tak akan tergantikan oleh
apapun. Demikian juga ketika kita menemukan seseorang yang mampu
mendengarkan kita dengan penuh perhatian, dengan begitu hidup kita menjadi
bermakna.

d. Ketika kita dihadapkan pada sikap bertanggung jawab. Seperti contoh di atas,
seorang bendahara yang diserahi pengelolaan uang tunai dalam jumlah sangat besar
dan berhasil menolak keinginannya sendiri untuk memakai sebagian uang itu untuk
memuaskan keinginannya semata. Pada saat itu si bendahara mengalami makna
yang luar biasa dalam hidupnya.

16
e. Ketika kita mengalami situasi transendensi (pengalaman yang membawa kita ke luar
dunia fisik, ke luar suka dan duka kita, ke luar dari diri kita sekarang). Transendensi
adalah pengalaman spiritual yang memberi makna pada kehidupan kita.

4. Psikologi Gestalt

Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan


konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda
dari jumlah bagian-bagiannya. Semua penjelasan tentang bagian-bagian objek akan
mengakibatkan hilangnya gestalt itu sendiri. Sebagai contoh, ketika melihat sebuah
persegi panjang maka hal ini dapat dipahami dan dijelaskan sebagai persegi panjang
berdasarkan keutuhannya atau keseluruhannya dan identitas ini tidak bisa dijelaskan
sebagai empat garis yang saling tegak lurus dan berhubungan.

Sejalan dengan itu, gestalt menunjukkan premis dasar sistem psikologi yang
mengonseptualisasi berbagai peristiwa psikologis sebagai fenomena yang
terorganisasi, utuh dan logis. Pandangan ini menjelaskan integritas psikologis
aktivitas manusia yang jelas. Menurut para gestaltis, pada waktu itu psikologi
menjadi kehilangan identitas jika dianalisis menjadi komponen-komponen atau
bagian-bagian yang telah ada sebelumnya.

Psikologi gestalt adalah gerakan jerman yang secara langsung menantang


psikologi strukturalisme Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi dari
Brentano, Stumpf dan akademi Wurzburg di jerman, yang berupaya
mengembangkan alternatif bagi model psikologi yang diajukan oleh model ilmu
pengetahuan alam reduksionistik dan analitik dari Wundt.

Gerakan gestalt lebih konsisten dengan tema utama dalam filsafat jerman yakni
aktivitas mental dari pada sistem Wundt. Psikologi gestalt didasari oleh pemikiran
Kant tentang teori nativistik yang mengatakan bahwa organisasi aktivitas mental
membuat individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui cara-cara yang khas.
Sehingga tujuan psikologi gestalt adalah menyelidiki organisasi aktivitas mental
dan mengetahui secara tepat karakteristik interaksi manusia-lingkungan.

17
Hingga pada tahun 1930, gerakan gestalt telah berhasil menggantikan model
wunditian dalam psikologi Jerman. Namun, keberhasilan gerakan tersebut tidak
berlangsung lama kerena munculnya hitlerisme. Sehingga para pemimpin gerakan
tersebut hijrah ke Amerika.

Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh


penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya
dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal abad 20 di
Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi ke Amerika.

Tetapi di Amerika psikologi gestalt tidak memperoleh dominasi seperti di


Jerman. Hal ini dikarenakan psikologi Amerika telah berkembang melalui periode
fungsionalisme dan pada tahun 1930-an didominasi oleh behaviorisme. Oleh karena
itu, kerangka psikologi gestalt tidak sejalan dengan perkembangan-perkembangan
di Amerika.

5. Psikologi Transpersonal

Kata transpersonal berasal dari kata trans yang berarti melampaui dan persona
berarti topeng. Secara etimologis, transpersonal berarti melampaui gambaran
manusia yang kelihatan. Dengan kata lain, transpersonal berarti melampaui macam-
macam topeng yang digunakan manusia.

Menurut John Davis, psikologi transpersonal bisa diartikan sebagai ilmu yang
menghubungkan psikologi dengan spiritualitas. Psikologi transpersonal merupakan
salah satu bidang psikologi yang mengintegrasikan konsep, teori dan metode
psikologi dengan kekayaan-kekayaan spiritual dari bermacam-macam budaya dan
agama. Konsep inti dari psikologi transpersonal adalah nondualitas (nonduality),
suatu pengetahuan bahwa tiap-tiap bagian (misal: tiap-tiap manusia) adalah bagian
dari keseluruhan alam semesta. Penyatuan kosmis dimana segala-galanya
dipandang sebagai satu kesatuan.

18
Perintisan psikologi transpersonal diawali dengan penelitian-penelitian
tentang psikologi kesehatan pada tahun 1960-an yang dilakukan oleh Abraham
Maslow (Kaszaniak,2002). Perkembangan psikologi transpersonal lebih pesat lagi
setelah terbitnya Journal of Transpersonal Psychology pada tahun 1969 dimasa
disiplin ilmu psikologi mulai mengarahkan perhatian pada dimensi spiritual
manusia. Penelitian mengenai gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience,
pengalaman mistis, exctasy, keadaran ruhaniah, pengalaman transpersonal,
aktualisasi dan pengalaman transpersonal mulai dikembangkan. Aliran psikologi
yang memfokuskan diri pada kajian-kajian transpersonal menamakan dirinya aliran
psikologi transpersonal dan memproklamirkan diri sebagai aliran ke empat setelah
psikoanalisis, behaviourisme dan humanistic. Psikologi transpersonal memfokuskan
diri pada bentuk-bentuk kesadaran manusia, khususnya taraf kesadaran ASCs
(Altered States of Consciosness). Sejak 1969, ketika Journal of Transpersonal
Psychology terbit untuk pertamakalinya, psikology mulai mengarahkan
perhatiannya pada dimensi spiritual manusia. Penelitian yang dilakukan untuk
memahami gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience, pengalaman mistis,
ekstasi, kesadaran kosmis, aktualisasi transpersonal pengalaman spiritual dan
kecerdasan spiritual (Zohar,2000).

Aliran psikologi Transpersonal ini dikembangkan oleh tokoh psikologi


humanistic antara lain : Abraham Maslow, Antony Sutich, dan Charles Tart.
Sehingga boleh dikatakan bahwa aliran ini merupakan perkembangan dari aliran
humanistic. Sebuah definisi kekemukakan oleh Shapiro yang merupakan gabungan
dari pendapat tentang psikologi transpersonal : psikologi transpersonal mengkaji
tentang poitensi tertinggi yang dimiliki manusia, dan melakukan penggalian,
pemahaman, perwujudan dari kesatuan, spiritualitas, serta kesadaran transendensi.

Menurut Maslow pengalaman keagamaan meliputi peak experience, plateu,


dan farthes reaches of human nature. Oleh karena itu psikologi belum sempurna
sebelum memfokuskan kembali dalam pandangan spiritual dan transpersonal.
Maslow menulis (dalam Zohar, 2000). "I should say also that I consider
Humanistic, Third Force psychology, to be trantitional, a preparation for still higher

19
Fourth Psychology, a transpersonal, transhuman centered in the cosmos rather than
in human needs and interest, going beyond humanness, identity, self actualization,
and the like".

Psikologi transpersonal lebih menitikberatkan pada aspek-aspek spiritual atau


transcendental diri manusia. Hal inilah yang membedakan konsep manusia antara
psikologi humanistic dengan psikologi transpersonal. McWaters (dalam Nusjirwan,
2001) membuat sebuah diagram yang berbentuk lingkaran dimana setiap lingkaran
mewakili satu tingkat berfungsinya menusia dan tingkat kesadaran diri manusia.

Tiap tingkat dari bagian diatas menunjukan tingkat fungsi dan tingkat
kesadaran manusia. Lingkaran 1,2 dan 3 yang berturut-turut mewakili aspek fisikal,
aspek emosional dan aspek intelektual dari kekuatan batin individu. Lingkaran 4
menggambarkan pengintegrasian dari lingkaran 1, 2 dan 3 yang memungkinkan
individu berfungsi secara harminis pada tingkat pribadi. Keempat lingkaran ini
termasuk dalam kawasan personal manusia.
Tingkatan berikutnya termasuk dalam kategori wilayah transpersonal manusia.
Lingkaran 5 mewakili aspek intuisi. Pada aspek ini mulai samara-samar menyadari
bahwa ia bisa mempersepsi tanpa perantara panca indra (extra sensory perception).
Lingkaran 6 mewakili aspek energi psikis (kekuatan bathiniah) di mana individu
secara jelas menghayati dirinya sebagai telah mentransedir/melewati kesadaran
sensoris dan pada saat yang sama menyadari pengintegrasian dirinya dengan
medan-medan energi yang lebih besar. Fenomena-fenomena para psikologi dapat
dialami pada tingkat kesadaran ini. Lingkaran 7 mewakili bentuk penghayatan
paling tinggi-penyatuan mistis atau pencerahan, dimana diri seseorang
mentransendir dualintas dan menyatu dengan segala yang ada. Melewati ke tujuh
tingkat yang disebutkan itu, dikatakan lagi tingkat pengembangan potensial dimana
semua tingkat dihayati secara simultan.

Konsep dari McWater ini dapat menjelaskan bagaimana seseorang mencapai


kualitas diri melalui metode tafakur. Ketika seseorang berada pada fase pertama
dalam bertafakur berarti dia berada pada dunia fisik yaitu pengetahuan yang didapat
dari fungsi indera. Sebuah kejadian akan dipresepsi secara empiris yang langsung

20
melalui pendengaran, penglihatan atau alat indera lainnya, atau secara tidak
langsung seperti pada fenomena imajinasi, pengetahuan rasional yang abstrak, yang
sebagaian pengetahuan ini tidak ada hubungannya dengan emosi. Jika seseorang
memperdalam cara melihat dan mengamati sisi-sisi keindahan, kekuatan, dan
keistimewaan lainnya yang dimiliki sesuatu, berarti ia telah berpindah dari
pengetahuan yang indrawi menuju rasa kekaguman ( tadlawuk) dimana pada tahap
ini adalah tahap bergejolaknya perasaan, disini kita melihat bahwa tahap ini sesuai
dengan tahap kedua dari McWater yaitu emosional. Pada tahap selanjutnya, dengan
bertafakur aktiitas kognitif seseorang muali delibtkan, disinilah tafakur sangat
berperan dalam proses pengintegrasian ketiga komponen tadi yaitu fisik, dmosi dan
intelektual.

Kemudian jika hasil pengintegrasian seseorang ini ditransendensikan kepada


Allah maka kualitas seseorang tadi akan meningkat dari personal menuju
transpersonal. Badri (1989) mencontohkan seseorang yang sudah pada tahap
transpersonal ini "perasaan kagum manusia terhadap keindahan dan keagungan
penciptaan serta perasaan kecil dan hina di tengah malam, yang ia saksikan
merupakan fitrah yang sudah diberikan Allah kepada manusia untuk dapat melihat
semua yang ada di langit dan di bumi sehingga ia dapat menemukan sang pencipta,
merasakan khusuk terhada-Nya, dan dapat menyembah-Nya. Baik karena takut atau
karena cinta". Dari ungkapan tersebut dapat dita lihat bahwa seseorang yang
mengakui bahwa keindahan itu adalah ciptaan Allah maka berarti dia sudah
memasuki dunia transpersonal.

6. Psikologi Positif

Psikologi yang berkembang dewasa ini dapat disebut sebagai psikologi negatif,
karena berkutat pada sisi-negatif manusia. Psikologi, karena itu, paling banter hanya
menawarkan terapi atas masalah-masalah kejiwaan. Padahal, manusia tidak hanya
ingin terbebas dari problem, tetapi juga mendambakan kebahagiaan. Adakah
psikologi jenis lain yang menjawab harapan ini?

21
Martin Seligman, seorang psikolog pakar studi optimisme, memelopori revolusi
dalam bidang psikologi melalui gerakan Psikologi Positif. Berlawanan dengan
psikologi negatif, sains baru ini mengarahkan perhatiannya pada sisi-positif manusia,
mengembangkan potensi-potensi kekuatan dan kebajikan sehingga membuahkan
kebahagiaan yang autentik dan berkelanjutan.

Dalam buku revolusioner yang ditulis dengan gaya populer ini, Seligman
memperkenalkan prinsip-prinsip dasar Psikologi Positif, ciri-ciri kebahagiaan yang
autentik, dan faktor-faktor pendukungnya. Dengan metode-metode praktis yang
dirumuskannya, Anda dapat memanfatkan temuan-temuan terbaru dari sains
kebahagiaan untuk mengukur dan mengembangkan kebahagiaan dalam hidup Anda.

Psikologi positif adalah cabang baru psikologi yang bertujuan diringkas pada
tahun 2000 oleh Martin Seligman dan Mihaly Csikszentmihalyi "Kami percaya
bahwa psikologi positif akan muncul fungsi manusia yang mencapai pemahaman
ilmiah dan efektif untuk membangun berkembang dalam individu, keluarga, dan
masyarakat. Psikologi positif mencari" untuk mencari dan membina jenius dan bakat
", dan" untuk membuat kehidupan normal lebih memuaskan ", tidak hanya untuk
mengobati penyakit mental. Pendekatan ini telah menciptakan banyak menarik di
sekitar subjek, dan pada tahun 2006 studi di Universitas Harvard yang berjudul
"Psikologi Positif" menjadi kursus semester yang paling populer semester.

Beberapa Psikolog Humanistik, seperti Abraham Maslow, Carl Rogers, dan


Erick Fromm mengembangnak teori dan praktek yang melibatkan kebahagiaan
manusia. Baru-baru ini teori yang dikembangkan oleh para psikolog humanistik ini
telah menemukan dukungan empiris dari studi oleh para psikolog positif, meskipun
penelitian ini telah banyak dikritik. Teori ini lebih berfokus pada kepuasan dengan
sumber filosofismenya keagamaan dan psikologi humanistic.

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan perilaku manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Dan selama ini yang kita ketahui, bidang psikologi
selalu menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan jiwa seseorang, misalnya

22
penyebab orang mengalami gangguan jiwa, mengapa orang bisa mengalami stress,
dan lain-lain. Yang selalu berhubungan dengan sisi negatif seseorang.

Tetapi selami ini kita mengenal yang nama nya psikologi positif, yaitu lebih
menekankan apa yang benar/baik pada seseorang, dibandingkan apa yang
salah/buruk. Sebelumnya, psikologi biasanya selalu menekankan apa yang salah
pada manusia, seperti soalan stress, depresi, kegelisahan dan lain lain.

Itulah sebabnya, ada aliran baru dalam dunia psikologi, dan menyebutnya
sebagai psikologi positif. Menurut Seligman, “Psikologi bukan hanya studi tentang
kelemahan dan kerusakan; psikologi juga adalah studi tentang kekuatan dan
kebajikan. Pengobatan bukan hanya memperbaiki yang rusak; pengobatan juga
berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada dalam diri kita.” Misi
Seligman ialah mengubah paradigma psikologi, dari psikologi patogenis yang hanya
berkutat pada kekurangan manusia ke psikologi positif, yang berfokus pada
kelebihan manusia.

Berfokus terhadap penanganan berbagai masalah bukanlah hal baru dalam dunia
psikologi. Sejak dulu, manusia selalu dipandang sebagai makhluk yang bermasalah.
Sejak awal mula munculnya aliran psikologi (mashab behaviorisme), manusia
dipandang sebagai suatu mekanik yang penuh dengan banyak masalah. Mashab ini
kemudian melihat masalah yang ada pada manusia, belum lagi dengan mashab
psikoanalisis yang melihat kenangan masa lalu sebagai penyebab penderitaan yang
ada saat ini. Apapun itu, psikologi yang berkembang selama bertahun-tahun lamanya
lebih memedulikan kekurangan ketimbang kelebihan yang ada pada manusia. Itulah
sebabnya psikologi yang berkutat pada masalah sering disebut sebagai psikologi
negatif.

Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti bahagia,


kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya. Sebelumnya, psikologi
lebih banyak membahas hal-hal patologis dan gangguan-gangguan jiwa juga emosi
negatif, seperti marah, benci, jijik, cemburu dan sebagainya. Dalam Richard S.
Lazarus, disebutkan bahwa emosi positif biasanya diabaikan atau tidak ditekankan,

23
hal ini tidak jelas kenapa demikian. Kemungkinan besar hal ini karena emosi negatif
jauh lebih tampak dan memiliki pengaruh yang kuat pada adaptasi dan rasa nyaman
yang subyektif dibanding melakukan emosi positif. Contohnya, pada saat kita marah,
maka ada rasa nyaman yang terlampiaskan, rasa superior, dan sebagainya. Ada suatu
penelitian mengatakan bahwa marah adalah emosi yang dipelajari, sehingga dia akan
cenderung untuk mengulangi hal yang dirasa nyaman.

Psikologi positif tidak bermaksud mengganti atau menghilangkan penderitaan,


kelemahan atau gangguan (jiwa), tapi lebih kepada menambah khasanah atau
memperkaya, serta untuk memahami secara ilmiah tentang pengalaman manusia.

Jadi intinya saat ini kita sudah mengenal yang nama nya psikologi positif, ada
baiknya kita merubah diri kita sedikit demi sedikit. Sebisa mungkin kita lebih
mengeluarkan emosi positif kita dibandingkan emosi negatif kita. Maka hasilnya pun
akan positif.

7. Psikologi Lintas Budaya (Cross Culture Psychology)

Kata budaya sangat umum dipergunakan dalam bahasa sehari-hari. Paling sering
budaya dikaitkan dengan pengertian ras, bangsa atau etnis. Kata budaya juga kadang
dikaitkan dengan seni, musik, tradisi-ritual, atau peninggalan-peninggalan masa lalu.
Sebagai sebuah entitas teoritis dan konseptual, budaya membantu memahami
bagaimana kita berperilaku tertentu dan menjelaskan perbedaan sekelompok orang.
Sebagai sebuah konsep abstrak, lebih dari sekedar label, budaya memiliki kehidupan
sendiri, ia terus berubah dan tumbuh, akibat dari pertemuan-pertemuan dengan
budaya lain, perubahan kondisi lingkungan, dan sosiodemografis. Budaya adalah
produk yang dipedomani oleh individu-individu yang tersatukan dalam sebuah
kelompok. Budaya menjadi pengikat dan diinternalisasi individu-individu yang
menjadi anggota suatu kelompok, baik disadari maupun tidak disadari. Pada awal
perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh perhatian terhadap budaya. Baru
sesudah tahun 50-an budaya memperoleh perhatian. Namun baru pada tahun 70-an
ke atas budaya benar-benar memperoleh perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa
budaya memainkan peranan penting dalam aspek psikologis manusia. Oleh karena

24
itu pengembangan ilmu psikologi yang mengabaikan faktor budaya dipertanyakan
kebermaknaannya. Triandis (2002) misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial
hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku
bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya.

Sebenarnya bagaimana hubungan antara psikologi dan budaya? Secara sederhana


Triandis (1994) membuat kerangka sederhana bagaimana hubungan antara budaya
dan perilaku sosial, Ekologi - budaya - sosialisasi - kepribadian – perilaku.
Sementara itu Berry, Segall, Dasen, & Poortinga (1999) mengembangkan sebuah
kerangka untuk memahami bagaimana sebuah perilaku dan keadaan psikologis
terbentuk dalam keadaan yang berbeda-beda antar budaya. Kondisi ekologi yang
terdiri dari lingkungan fisik, kondisi geografis, iklim, serta flora dan fauna, bersama-
sama dengan kondisi lingkungan sosial-politik dan adaptasi biologis dan adaptasi
kultural merupakan dasar bagi terbentuknya perilaku dan karakter psikologis. Ketiga
hal tersebut kemudian akan melahirkan pengaruh ekologi, genetika, transmisi
budaya dan pembelajaran budaya, yang bersama-sama akan melahirkan suatu
perilaku dan karakter psikologis tertentu.

Pada umumnya penelitian psikologi lintas budaya dilakukan lintas negara atau
lintas etnis. Artinya sebuah negara atau sebuah etnis diperlakukan sebagai satu
kelompok budaya. Dari sisi praktis, hal itu sangat berguna. Meskipun hal tersebut
juga menimbulkan persoalan, apakah sebuah negara bisa diperlakukan sebagai satu
kelompok budaya bila didalamnya ada ratusan etnik seperti halnya indonesia? Dalam
posisi seperti itu, penggunaan bahasa nasional yakni bahasa indonesia menjadi dasar
untuk menggolongkan seluruh orang indonesia ke dalam satu kelompok budaya.
Pada akhirnya tidak ada kategori kaku yang bisa digunakan untuk melakukan
pengelompokan budaya. Apakah batas-batas budaya itu ditandai dengan ras, etnis,
bahasa, atau wilayah geografis, semuanya bisa tumpang tindih satu sama lain atau
malah kurang relevan.

Sebuah definisi mengenai budaya dalam konteks psikologi lintas budaya


diperlukan guna pemahaman yang sama mengenai apa yang dimaksud budaya dalam
psikologi lintas budaya. Culture as the set of attitudes, values, belifs, and behaviors

25
shared by a group of people, but different for each individual, communicated from
one generation to the next (Matsumoto, 1996). Definisi Matsumoto dapat diterima
karena definisi ini memenuhi semua perdebatan sebelumnya; budaya sebagai
gagasan, baik yang muncul sebagai perilaku maupun ide seperti nilai dan keyakinan,
sekaligus sebagai material, budaya sebagai produk (masif) maupun sesuatu (things)
yang hidup (aktif dan menjadi panduan bagi individu anggota kelompok. Selain itu,
definisi tersebut menggambarkan bahwa budaya adalah suatu konstruk sosial
sekaligus konstruk individu.

Psikologi lintas budaya adalah cabang psikologi yang (terutama) menaruh


perhatian pada pengujian berbagai kemungkinan batas-batas pengetahuan dengan
mempelajari orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda. Dalam arti sempit,
penelitian lintas budaya secara sederhana hanya berarti dilibatkannya partisipasian
dari latar belakang kultural yang berbeda dan pengujian terhadap kemungkinan-
kemungkinan adanya perbedaan antara para partisipan tersebut.

Dalam arti luas, psikologi lintas budaya terkait dengan pemahaman atas apakah
kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku bagi semua
orang di semua budaya) ataukah khas budaya (culture spscific, berlaku bagi orang-
orang tertentu di budaya-budaya tertentu) (Matsumoto, 2004).

Menurut Seggal, Dasen, dan Poortinga (1990) psikologi lintas budaya adalah
kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus
memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk, dan dipengaruhi oleh kekuatan-
kekuatan sosial dan budaya. Pengertian ini mengarahkan perhatian pada dua hal
pokok, yaitu keragaman perilaku manusia di dunia, dan kaitan antara perilaku
individu dengan konteks budaya, tempat perilaku terjadi. Terdapat beberapa definisi
lain (menekankan beberapa kompleksitas), antara lain:

a. Menurut Triandis, Malpass, dan Davidson (1972) psikologi lintas budaya


mencakup kajian suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau
lebih, dengan menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk

26
menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan
jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal.

b. Menurut Brislin, Lonner, dan Thorndike, 1973) menyatakan bahwa psikologi


lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya
yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah
perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan.

c. Triandis (1980) mengungkapkan bahwa psikologi lintas budaya berkutat dengan


kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu
terjadi dalam budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan

Setiap definisi dari masing-masing ahli di atas, menitikberatkan ciri tertentu,


seperti misalnya pertama, gagasan kunci yang ditonjolkan ialah cara mengenali
hubungan sebab-akibat antara budaya dan perilaku. Kedua, berpusat pada peluang
rampat (generalizabiliti) dari pengetahuan psikologi yang dianut. Ketiga lebih
menitikberatkan pengenalan berbagai jenis pengalaman budaya. Kempat,
mengedepankan persoalan perubahan budaya dan hubungannya dengan perilaku
individual. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa psikologi lintas budaya adalah psikologi yang memperhatikan
faktor-faktor budaya, dalam teori, metode dan aplikasinya.

D. Contoh Kasus, Analisis, Dan Pemecahan

1. Contoh Kasus

Pada zaman seperti saat ini, kata "pacaran" sudah tidak asing lagi kita dengar di
mana saja dan kapan saja. Bahkan pacaran sudah menjadi budaya diseluruh dunia termasuk
di indonesia. Baik hubungan antara dua orang lawan jenis yang berbeda ataupun yang
sesama jenis. Budaya pacaran saat ini pun juga sudah tidak lagi mengenal usia. Salah satu
contohnya dapat sangat terlihat pada seorang anak usia 4 tahun, sebut saja nama nya si "X".
Di umurnya yang masih sangat kecil itu dia sudah bisa berbicara tentang pacaran. Dia juga
sesekali bercerita kalau dia mempunyai pacar bernama si "N". Dan bahkan si X tidak

27
segan-segan ingin mencium pacarnya itu saat sedang main ke rumahnya selayaknya orang
dewasa. Setiap kali dia sedang bercanda atau marahpun bukan hanya sesekali saja si X
terdengar mengucapkan kata-kata kotor yang tidak sepantasnya di ucapkan oleh anak yang
berumur 4 tahun.

2. Analisa Kasus

Pasti sudah sering kali kita jumpai anak di bawah umur baik dari jenjang pendidikan
SMA, SMP, SD bahkan yang berada di bawah nya lagi sudah mengenal pacaran. Dan kalau
kita berbicara tentang pacaran sudah berarti erat hubungannya dengan perilaku
menyimpang. Beberapa dari mereka bahkan sudah mengenal apa itu pelukan, ciuman, dan
lain-lain. Semua itu dapat mereka peroleh dari lingkungan serta tontonan yang mereka
konsumsi sehari-hari. Mirisnya lagi sebagian orang tua mereka tidak menyadari,
memperhatikan bahkan ada yang tidak peduli dengan semua itu. Sebagian besar dari orang
tua tidak mementingkan sisi moral dan pengetahuan yang di serap dari anaknya melalui
lingkungan sekitar, maupun tayangan televisi, yang ada di pikiran si ibu hanya yang
penting anaknya tidak rewel, tidak mengganggu aktivitasnya, dan senang. Padahal sudah
sering kali kita jumpai tayangan televisi yang tidak sedikit membumbui jalan ceritanya
dengan masalah-masalah percintaan. Televisi juga seharusnya di jadikan media
pembelajaran serta informasi yang baik untuk tumbuh kembang anak. Belum lagi pada
zaman sekarang handphone sudah dapat di miliki oleh setiap orang termasuk anak-anak.
Sehingga mereka dapat dengan leluasa mengakses apa saja yang mereka inginkan.
Dampaknya sekarang banyak dari anak di bawah umur yang bahkan sudah terjerat kasus
kriminal seperti pelecehan seksual, agresifitas dan lain-lain

28
3. Pemecahan Masalah

a. Anak perlu mendapatkan pola asuh yang tepat dari orang tua

b. Anak perlu di beri perhatian, bimbingan serta pengertian secara lebih tentang apa yang

dia lihat dan dia dengar

c. Anak perlu di berikan pendidikan yang baik dari sejak usia dini sehingga anak dapat

membedakan atau memilih mana yang baik dan buruk untuk dirinya

d. Perlu adanya perhatian orang tua mengenai lingkungan di mana anak akan tumbuh

e. Perlu adanya pengawasan dari orang tua untuk akses ke media sosial ataupun acara

televisi yang ia tonton

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikologi bermula dari konsep sederhana yang kemudian terus dikembangkan dengan
pemikiran kritis oleh para ahli psikolog, hingga dikenal sampai sekarang ini. Psikologi
kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejiwaan dan
respon tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Berbagai macam pendapat ahli
bermunculan di jamannya, sebagai suatu proses penyempurnaan konsep psikologi itu sendiri,
hingga disepakati dan memiliki makna yang relevan.

Masa anak-anak seharusnya merupakan masa keemasan atau sering disebut masa
Golden Age, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif,
sosial dan emosional

B. Saran

Agar masa ini dapat dilalui dengan baik oleh setiap anak maka perlu diupayakan
pendidikan yang tepat bagi anak sejak usia dini. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa pada
masa ini seluruh aspek perkembangan kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosi dan kecerdasan spiritual mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Selain itu,
hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa anak membangun pengetahuannya sendiri, anak
belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anaknya, anak belajar melalui
bermain, minat anak dan rasa keingintahunya. Selama pertumbuhannya seharusnya anak di
bimbing dan di arahkan secara baik oleh orang tua.

30
DAFTAR PUSTAKA

Annisa Nur Hanifah, (2016), (http://annisanurhanifah05.blogspot.com/2016/11/kasus-informasi-


psikologi-analisis-dan.html?m=1), Diakses pada tanggal 27 Agustus 2018

Dosen Psikologi, (2013), (DosenPsikologi.com), Diakses pada tanggal 27 Agustus 2018

Floock, (2010), (http://floock.blogspot.com/2010/04/konsep-dan-sejarah-perilaku-


manusia.html?m=1), Diakses pada tanggal 27 Agustus 2018

Jebhy, (2013), (http://jebhy.blogspot.com/2008/11/psikologi-lintas-budaya.html) , Diakses pada


tanggal 27 Agustus 2018

31

Anda mungkin juga menyukai