Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sama seperti makhluk hidup lainnya, mikroorganisme dalam hidupnya
juga mengalami metabolisme karena metabolisme merupakan salah satu ciri
yang dilakukan oleh makhluk hidup. Metabolisme sebenarnya bukan istilah
asing, maksudnya sudah banyak masyarakat awam yang telah mendengar
tentang metabolisme. Meskipun mungkin sebagian dari mereka tidak
mengetahui betul definisi tentang metabolisme, yang jelas istilah ini menjadi
kata yang tidak asing bagi telinga mereka. Kehidupan makhluk hidup,
termasuk mikroorganisme tidak luput dari sebuah proses dalam kehidupannya.
Proses itulah yang secara sederhana boleh diartikan sebagai metabolisme.
Ada beberapa pengertian tentang metabolisme. Semua pengerian
sebenarnya mengarah pada satu tujuan, yakni proses. Bahwa metabolisme
adalah sebuah rangkaian reaksi bersifat kimia yang terjadi dalam tubuh
makhluk hidup. Reaksi ini terjadi sebagai modal/sumber makhluk hidup untuk
mempertahankan kehidupannya.
Metabolisme sangatlah berkaitan erat dengan kerja enzim sebagai
substansi yang ada dalam sel yang jumlahnya amat kecil dan mampu
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan proses-
proses seluler dan kehidupan. Semua aktivitas metabolisme prosesnya
dikatalisis oleh enzim. Jadi kehidupan tidak akan terjadi tanpa adanya enzim
dalam tubuh mahluk hidup.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi metabolism?
2. Apakah jenis dari mikroorganisme?
3. Bagaimana metabolism mikrobial?
4. Bagaimana proses transformasi biologi secara aerob?
5. Bagaimana mekanisme penguraian secara aerob?
6. Bagaimana reaksi dekomposisi secara aerob?
7. Bagimana transformasi biologi secara anaerob?
8. Bagimana mekanisme penguraian secara anaerob?
9. Bagimana reaksi dekomposi secara anaerob?
10. Bagaimana proses fermentasi itu?
11. Bagaiman produksi H2S itu?

C. Tujuan
Adapaun tujuan dibuatnya makalah ini ialah untuk :
1. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi metabolism.
2. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang jenis mikroorganisme.
3. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang metabolisme microbial.
4. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang transformasi biologi
secara aerob.
5. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang mekanisme penguraian
secara aerob.
6. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang reaksi dekomposisi
secara aerob.
7. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang transformasi biologi
secara anaerob.
8. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang mekanisme penguraian
secara anaerob.
9. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang reaksi dekomposi secara
anaerob.
10. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang proses fermentasi.
11. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang produksi H2S.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam
organisme, termasuk yang terjadi di tingkat sel.
Tiga tujuan utama metabolisme yaitu:
1. Konversi makanan menjadi energi untuk menjalankan proses seluler.
2. Konversi makanan/bahan bakar menjadi bahan penyusun protein, lipid,
asam nukleat dan beberapa karbohidrat.
3. Pembuangan limbah nitrogen. Reaksi yang dikatalisis oleh enzim ini
memungkinkan organisme untuk tumbuh dan berkembang biak,
mempertahankan strukturnya, dan merespons lingkungannya.
Secara umum, metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi kimia
organik:
1. Katabolisme, yaitu reaksi yang mengurai molekul senyawa organik, seperti
pemecahan glukosa menjadi piruvat oleh respirasi seluler;
2. Anabolisme, yaitu reaksi yang merangkai (sintesis) senyawa organik
seperti protein, karbohidrat, lipid, dan asam nukelat dari molekul-molekul
tertentu.
Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme untuk
dapat bertahan hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu
senyawa yang disebut sebagai hormon, dan dipercepat (dikatalisis) oleh
enzim. Pada senyawa organik, penentu arah reaksi kimia disebut promoter
dan penentu percepatan reaksi kimia disebut katalis.
Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah
substrat yang bereaksi dengan dikatalisis enzim pada jenjang-jenjang reaksi
guna menghasilkan senyawa intermediat, yang merupakan substrat pada
jenjang reaksi berikutnya. Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada
suatu jenjang reaksi disebut metabolom. Semua ini dipelajari pada suatu
cabang ilmu biologi yang disebut metabolomika.
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat
kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme
seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler).
Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang
dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga
termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler.Ilmu yang
mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di
bidang ini disebut mikrobiolog.
Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota,
protista, dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak
membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya, meskipun banyak
yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang
dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang
dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan
mampu memperbanyak diri secara mitosis.
Mikroorganisme berbeda dengan sel makrooganisme. Sel
makroorganisme tidak bisa hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian
dari struktur multiselular yang membentuk jaringan, organ, dan sistem organ.
Sementara, sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan proses
kehidupan dengan mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan
bereproduksi secara independen tanpa bantuan sel lain.
B. Jenis - jenis Mikroorganisme
1. Fungi atau Jamur
Fungi atau Jamur merupakan nama ragnum dari sekelompok besar
makhluk hidup elikariotik heterotof yang mencerna makanannya diluar
tubuh kemudian menyerap molekul-molekul nutrisi kedalam sel-selnya.
Fungi mempunyai beragam bentuk. Umumnya orang mengenal sebagian
anggota fungi sebagai kapang, jamur, ragi atau khamar. Meskipun sering
kali yang dimaksud merupakan penampilan luar yang tampak, bukan dari
spesiesnya. Sulitnya mengenali fungi dipengaruhi sedikit banyaknya
karena pergiliran keturunan yang mempunyai penampilan yang sangat
berbeda. Fungi berkembang biak dengan cara seksual dan aseksual. Cara
berkembang biak seksual dengan: dua hifa dari jamur yang berbeda
melebur dan membentuk zigot kemudian zigot tumbuh menjadi tubuh
buah, dan perkembang biakan aseksual dengan cara membentuk spora,
bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur mempunyai kotas spora yang
disebut sporangium. Jamur yang membentuk spora contohnya Rhizopus.
Jamur yang membentuk tunas contohnya Saccharomyces. Hifa jamur
dapat terputus dan dari setiap fragmen dapat tumbuh menjadi tubuh buah.
Cabang ilmu yang mempelajari tentang fungi ialah mikologi. Berikut
macam-macam fungi: Zigospora, ascocarp, auricuaria, polotricha,
boletus-edulis, ganoderma, lentinus-edoses, penicillum, phycomyces,
pleurotus, rizhopus, dan saccharomyces.
2. Virus
Virus merupakan parasit yang berukuran mikroskopik yang dapat
menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, itu
karena virus hanya bisa bereproduksi dalam material yang hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
mempunyai perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri. Virus
biasanya mengandung sedikit asam nukleat yang diselebungi semacam
pelindung yang terdiri dari protein, lipid, glikoprotein atau kombinasi
ketiganya. Genom virus menyambung, baik protein yang digunakan untuk
membuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya. Kata virus biasanya tertuju pada partikel-partikel yang
menginfeksi sel-sel eukariota atau organisme multisel dan banyak jenis
organisme sel tunggal, dan istilah bakteriofag atau fage digunakan bagi
jenis virus yang menyerang jenis-jenis sel prokariota atau bakteri dan
organisme lain yang tidak berinti sel.
3. Bakteri
Bakteri berasal dari bahasa latin bacterium merupakan kelompok
besar organisme prokariota, selain archaea yang sangat kecil dan
mempunyai peran besar dibumi, struktur sel bakteri sangat sederhana
yakni tanpa inti sel atau nukleus, kerangka sel, dan organel-organel lain
seperti mitokondria dan kloroplas kita dapat menemukan bakteri hampir
disemua tempat, seperti di air, udara tanah, dalam simbiosis dengan
organisme lain maupun sebagai agen patogen atau parasit, bahkan bakteri
juga terdapat pada dalam tubuh manusia. secara umum, ukuran bakteri
0,5-5 Um. namun ada bakteri tertentu yang dapat mencapai diamteri
hingga 700 Um yakni Thiomagarita secara umum mereka mempunyai
dinding sel, seperti sel pada tumbuhan dan jamur akan tetapi bahan
pembentuknya berbeda atau peptidoglikan. Beberapa jenis bakteri mampu
bergerak atau motil dan pergerakannya ini karena memiliki flogel.
4. Protozoa
Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos yang artinya
pertama dan zoon yang artinya hewan.Jadi Protozoa adalah hewan
pertama. Protozoa ialah kelompok lain dari protista eukariotik. Terkadang
perbedaan antara algae dan protozoa kurang jelas. Mayoritas dari
protozoa hanya dapat dilihat dibawah mikroskop. Beberapa organisme
mempunyai sifat antara protozoa dan algae. Contohnya algae hijau
Euglenophyta, selnya mempunyai flogel dan merupakan sel tunggal yang
mempunyai klorofil akan tetapi dapat kehilangan klorofi dan kemampuan
untuk berfotosintesis. Semua spesies dari Euglenophyta yang dapat hidup
pada nutrien komplek tanpa ada cahaya, beberapa ilmuan
memasukkannya dala filum protozoa. Contohnya strain mutan algae dari
genus polytoma. Karena inilah yang merupakan contoh bagaimana
sulitnya membedakan dengan pasti, antara algae dan protozoa. Protozoa
dibedakan dari prokariot karena memiliki ukuran yang lebih besar dan
selnya eukriotik. Protozoa berbeda dari algae karena tidak mempunyai
klorofil, dibedakan dari jamur karena dapak bergerak aktif. Dan
dibedakan dari jamur lendir karena tidak mampu membentuk badan buah.
contoh protozoa adalah Clymbella, sargassum, alga, Algae, amoeba,
chlorella, euglena, paramecium, cilliata, meridin, dan valuox.
C. Metabolisme Mikroba
Metabolisme mikroba adalah cara mikroba memperoleh energi dan
nutrisi (misalnya karbon) yang dibutuhkannya untuk hidup dan bereproduksi.
Mikroba menggunakan berbagai jenis strategi metabolisme dan spesies
seringkali dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan karakteristik
metabolisme. Sifat-sifat metabolisme spesifik mikroba adalah faktor utama
dalam menentukan ceruk ekologi mikroba itu, dan sering memungkinkan
mikroba itu berguna dalam proses industri atau bertanggung jawab atas siklus
biogeokimia.
Beberapa mikroba heterotrofik (lebih tepatnya chemoorgano-
heterotrofik), menggunakan senyawa organik sebagai sumber karbon dan
energi. Mikroba heterotrofik hidup dari nutrisi yang mereka peroleh dari
inang yang hidup (sebagai komensal atau parasit ) atau ditemukan dalam
bahan organik mati dari semua jenis (saprofag). Metabolisme mikroba adalah
kontribusi utama untuk pembusukan tubuh semua organisme setelah
kematian. Banyak mikroorganisme eukariotik heterotrofik oleh predasi atau
parasitisme , sifat-sifatnya juga ditemukan pada beberapa bakteri seperti
Bdellovibrio (parasit intraseluler bakteri lain, menyebabkan kematian
korbannya) dan Myxobacteria seperti Myxococcus (predator bakteri lain yang
dibunuh dan diiris dengan cara bekerja sama) segerombolan banyak sel
tunggal Myxobacteria. Kebanyakan bakteri patogen dapat dilihat sebagai
parasit heterotrofik manusia atau spesies eukariotik lainnya yang mereka
pengaruhi. Mikroba heterotrofik sangat berlimpah di alam dan bertanggung
jawab atas pemecahan polimer organik besar seperti selulosa , kitin atau
lignin yang umumnya tidak dapat dicerna oleh hewan yang lebih besar.
Secara umum, pemecahan polimer besar menjadi karbon dioksida
( mineralisasi) membutuhkan beberapa organisme yang berbeda, dengan satu
memecah polimer menjadi monomer penyusunnya, satu dapat menggunakan
monomer dan mengeluarkan senyawa limbah yang lebih sederhana sebagai
produk sampingan, dan orang dapat menggunakan limbah yang dibuang. Ada
banyak variasi pada tema ini, karena berbagai organisme dapat mendegradasi
berbagai polimer dan mengeluarkan berbagai produk limbah. Beberapa
organisme bahkan dapat mendegradasi lebih banyak senyawa bandel seperti
senyawa minyak bumi atau pestisida, menjadikannya berguna dalam
bioremediasi .

Secara biokimia, metabolisme heterotrofik prokariotik jauh lebih


fleksibel dari pada organisme eukariotik, meskipun banyak prokariota berbagi
model metabolisme paling dasar dengan eukariota, misalnya menggunakan
glikolisis (juga disebut jalur EMP) untuk metabolisme gula dan siklus asam
sitrat untuk mendegradasi asetat, menghasilkan energi dalam bentuk ATP dan
mengurangi daya dalam bentuk NADH atau kuinol. Jalur-jalur dasar ini
dilestarikan dengan baik karena mereka juga terlibat dalam biosintesis dari
banyak blok bangunan yang dikonservasi yang diperlukan untuk
pertumbuhan sel (kadang-kadang dalam arah yang terbalik). Namun, banyak
bakteri dan archaea memanfaatkan jalur metabolisme alternatif selain
glikolisis dan siklus asam sitrat. Contoh yang dipelajari dengan baik adalah
metabolisme gula melalui jalur keto-deoksi-fosfoglukonat (juga disebut jalur
ED) di Pseudomonas . Selain itu, ada alternatif ketiga jalur gula-katabolik
yang digunakan oleh beberapa bakteri, jalur pentosa fosfat . Keragaman
metabolisme dan kemampuan prokariota untuk menggunakan berbagai
macam senyawa organik muncul dari sejarah evolusi yang jauh lebih dalam
dan keanekaragaman prokariota, dibandingkan dengan eukariota. Juga patut
dicatat bahwa mitokondria , organel intraseluler kecil yang terikat membran
yang merupakan tempat metabolisme energi eukariotik, muncul dari
endosimbiosis bakteri yang terkait dengan Rickettsia intraseluler yang
diwajibkan, dan juga pada Rhizobium atau Agrobacterium yang terkait
dengan tanaman. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa semua
eukariota mitrokondria berbagi sifat metabolik dengan Proteobacteria ini.
Kebanyakan mikroba bernafas (menggunakan rantai transpor elektron),
meskipun oksigen bukan satu-satunya akseptor elektron terminal yang dapat
digunakan.

D. Transformasi Biologi secara Aerob


1. Reaksi sederhana:

2. Konversi sebagian (tidak sempurna):

3. Konversi lengkap (sempurna):

E. Mekanisme Penguraian secara Aerob


Tahapan Respirasi Aerob

Pada proses respirasi aerob, semua senyawa organik, baik itu


karbohidrat, protein, maupun lemak dioksidasi menjadi bentuk
karbondioksida, air, dan energi sebagaimana rumus berikut : C6H12O6 + 6O2
---> 6H2O + 6CO2 + energi. Nah, hasil dari respirasi ini sebagian digunakan
untuk sumber tenaga (aktivitas) dan sebagian lainnya dibuang sebagai zat
sisa. Pada manusia, karbondioksida dan air dibuang melalui sistem
pernapasan, urine, dan keringat.

Adapun dalam proses mengubah senyawa organik menjadi energi


terdapat beberapa tahapan yang dilalui dalam metabolisme sel. Tahapan-
tahapan respirasi aerob tersebut yaitu glikolisis, siklus krebs, dan transfer
elektron. Ketiga tahapan tersebut akan kami jelaskan pengertian dan
prosesnya sebagaimana berikut:

1. Tahap Glikolisis

Tahapan pertama respirasi aerob dimulai dengan proses glikolisis.


Glikolisis adalah reaksi anaerobik (tidak butuh oksigen) yang terjadi pada
sitosol sel. Proses glikolisis adalah reaksi pemecahan glukosa menjadi 2
ATP dan 2 NADH yang nantinya akan digunakan dalam proses respirasi
aerobik di siklus krebs. Dalam prosesnya sendiri, glikoslisis diawali
dengan tahapan berikut:
 Dengan bantuan enzim heksokinase, terjadi penambahan gugus fosfat
dari ATP pada molekul glukosa sehingga terbentuklah glukosa 6-
fosfat.
 Dengan bantuan enzim fosfoglukoisomerase Glukosa 6-fosfat tersebut
kemudian diubah menjadi isomer fruktosa 6-fosfat.
 Dengan bantuan enzim Fosfofruktokinase gugus fosfat dari ATP
ditransfer ke glukosa 6-fosfat dan menghasilkan fruktosa 1,6 bisfosfat.
 Dengan bantuan enzim Aldolase, fruktosa 1,6 bisfosfat dipecah
menjadi 2 molekul gula yang berbeda yaitu, gliseraldehid-3-fosfat
(PGAL) dan dihidroksiaseton.
Pada tahap ini, PGAL akan terpisah menjadi substrat glikolisis
berikutnya, sementara dihidroksiaseton.
 Dengan bantuan enzim Triosafosfat dehidrogenase, elektron dan H+
pindah dari substrat gliseraldehid fosfat menuju NAD+ kemudian
terbentuklah 2 NADH dan 1,3-bifosfogliserat.
 Dengan bantuan enzim fosfogliserokinase, kelompok fosfat 1,3-
bifosfogliserat ditransfer ke ADP. Pada tahap ini, 1 molekul glukosa
menghasilkan 2 molekul ATP dan senyawa 3-fosfogliserat.
 Dengan bantuan enzim fosfogliseromutase, Gugus fosfat 3-
fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat.
 Dengan bantuan enzim enolase, 2-fosfogliserat kemudian melepaskan
molekul air (H2O) sehingga terbentuklah fosfoenol piruvat kinase
(PEP).
 Dengan bantuan enzim Piruvat kinase, fosfoenol piruvat kinase
mentransfer gugus fosfat dan menghasilkan asam piruvat dan 2 ATP
lagi yang digunakan untuk siklus glikolisis selanjutnya.

2. Tahap Siklus Krebs


Setelah melalui glikolisis, saat ini terdapat 3 material bahan yang
terbentuk, yaitu 2 molekul asam pirufat, 2 NADH, dan 2 ATP. Ketiga
material bahan tersebut digunakan dalam tahapan respirasi aerob
selanjutnya, yakni siklus krebs.
Untuk asam piruvat, mereka akan dikirim dari sitoplasma menuju
mitokondria. Asam piruvat pada mitokondria diubah menjadi asetil
koenzim A melalui reaksi dekarboksilasi oksidatif. Aseteil koenzim A
tersebut memasuki siklus asam sitrat pada mitokondria yang kemudian
setiap 1 molekul Aseteil koenzim A menghasilkan 4 NADH, 1 GTP (setara
2 ATP), 1 FADH, CO2, dan H2O. CO2 dan H2O dibuang melalui
mekanisme eksresi sementara zat lainnya memasuki tahapan respirasi
aerob selanjutnya, yakni tahap transfer elektron.
3. Tahap Transfer Elektron
Transfer elektron terjadi dalam ruang intermembran pada
mitokondria. Pada tahapan respirasi aerob inilah oksigen benar-benar
digunakan dalam menghasilkan ATP yang lebih banyak.
Dari glikolisis dan siklus krebs, saat ini terdapat 4 ATP yang
dihasilkan dari 1 molekul glukosa, yakni 2 dari glikolisis dan 2 dari GTP
pada siklus krebs. Selain ATP, terdapat pula 2 FADH dan 10 NADH yang
dihasilkan dari glikolisis sebanyak 2 NADH, reaksi dekarboksilasi
oksidatif (tahap transisi) sebanyak 2 NADH, dan akhir siklus krebs
sebanyak 6 NADH. Kesemua zat ini akan terlibat dalam tahap transfer
elektron yang menghasilkan sejumlah ATP yang lebih banyak lagi.
Reaksi pertama, NADH akan mentransfer sepasang elektron ke
molekul FP atau Flapoprotein. Flaporotein menjadi tereduksi, sementara
NADH mengalami oksidasi dan menjadi NAD+.
Elektron dari flapoprotein akan bergerak menuju 6 akseptor elektron,
yakni 6 akseptor protein dan 2 menjadi sitokrom A dan sitokrom A3.
Kedua sitokrom terakhir ini adalah oksigen.
Elektron berenergi tinggi dari NADH dan FADH2 memasuki sistem
reaksi. Dalam perjalanannya, energi elektron tersebut mengalami
penurunan energi yang digunakan untuk proses fosforilasi ADP menjadi
ATP sehingga satu molekul NADH setara dengan 3 ATP dan satu molekul
FADH2 setara dengan 2 ATP. Jadi setelah melalui proses dan tahapan
respirasi aerob yang panjang, dapat disimpulkan bahwa satu molekul
glukosa dapat menghasilkan total 34 molekul ATP.

F. Reaksi Dekomposisi secara Aerob


Dekomposisi aerob adalah dekomposisi yang terjadi dengan
menggunakan oksigen sehingga mikroorganisme yang hadir adalah
mikroorganisme aerob dan tidak menghasilkan metan dalam proses aerob ini.
Pada pengomposan secara aerobik, oksigen mutlak dibutuhkan.
Mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan membutuhkan
oksigen dan air untuk merombak bahan organik dan mengasimilasikan
sejumlah karbon, nitrogen, fosfor, belerang, dan unsur lainnya untuk sintesis
protoplasma sel tubuhnya.
Dalam sistem ini, kurang lebih 2/3 unsur karbon (C) menguap menjadi
CO2 dan sisanya 1/3 bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup.
Selama proses pengomposan aerobik tidak timbul bau busuk. Selama proses
pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul
panas akibat pelepasan energi (Sutanto, 2002).
Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2, H2O
(air), humus, dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik
dapat disajikan dengan reaksi sebagai berikut :
Mikroba aerob
Bahan organik ----------------> CO2 + H2O + Humus + Hara + Energi

G. Transformasi Biologi secara Anaerob

1. Proses Hidrolisa: pelarutan organik tak terlarut dan pemecahan organik


rantai panjang (kompleks) menjadi materi bermolekul lebih kecil atau
mjd senyawa mudah larut dan berantai lebih sederhana.
2. Proses Asidogenesa: fermentasi menjadi asam-asam organik terutama
asam volatil rantai pendek (asetat, propionat, dan butirat), hidrogen (H2),
karbondioksida (CO2), alkohol, CO2, H2 dan senyawa dengan berat
molekul lebih rendah lainnya.
3. Proses Asetogenesa: asam-asam lemak berantai pendek, butirat, dan
propionat dioksidasi menghasilkan asam asetat, CO2, dan H2
4. Proses Metanogenesa: Semua hasil dari tahap sebelumnya diubah
menjadi gas CH4 dan CO2. Pada tahap ini kondisi harus anaerobic strict.
H. Mekanisme Penguraian secara Anaerob
Kumpulan mikroorganisme, umumnya bakteri, terlibat dalam
transformasi senyawa komplek organik menjadi metan. Lebih jauh lagi,
terdapat interaksi sinergis antara bermacam-macam kelompok bakteri yang
berperan dalam penguraian limbah. Keseluruhan reaksi dapat digambarkan
sebagai berikut:
Senyawa Organik —> CH4 + CO2 + H2 + NH3 + H2S
Meskipun beberapa jamur (fungi) dan protozoa dapat ditemukan dalam
penguraian anaerobik, bakteri bakteri tetap merupakan mikroorganisme yang
paling dominan bekerja didalam proses penguraian anaerobik. Sejumlah besar
bakteri anaerobik dan fakultatif (seperti : Bacteroides, Bifidobacterium,
Clostridium, Lactobacillus, Streptococcus) terlibat dalam proses hidrolisis
dan fermentasi senyawa organik.
Ada 4 kelompok bakteri yang terlibat dalam transformasi material
komplek menjadi molekul yang sederhana seperti metan dan karbon dioksida.
Kelompok bakteri ini bekerja secara sinergis :
1. Kelompok 1 : Bakteri Hidrolitik
Kelompok bakteri anaerobik memecah molekul organik komplek
(protein, cellulose, lignin, lipids) menjadi molekul monomer yang terlarut
seperti asam amino, glukosa, asam lemak, dan gliserol. Molekul
monomer ini dapat langsung dimanfaatkan oleh kelompok bakteri
berikutnya. Hidrolisis molekul komplek dikatalisasi oleh enzim ekstra
seluler seperti sellulase, protease, dan lipase. Walaupun demikian proses
penguraian anaerobik sangat lambat dan menjadi terbatas dalam
penguraian limbah sellulolitik yang mengandung lignin.

2. Kelompok 2 : Bakteri Asidogenik Fermentatif


Bakteri asidogenik (pembentuk asam) seperti Clostridium merubah
gula, asam amino, dan asam lemak menjadi asam organik (seperti asam
asetat, propionik, formik, lactik, butirik, atau suksinik), alkohol dan keton
(seperti etanil, metanol, gliserol, aseton), asetat, CO2 dan H2. Asetat
adalah produk utama dalam fermentasi karbohidrat. Hasil dari fermentasi
ini bervariasi tergantung jenis bakteri dan kondisi kultur seperti
temperatur, pH, potensial redok.
3. Kelompok 3 : Bakteri Asetogenik
Bakteri asetogenik (bakteri yang memproduksi asetat dan H2)
seperti Syntrobacter wolinii dan Syntrophomonas merubah asam lemak
(seperti asam propionat, asam butirat) dan alkohol menjadi asetat,
hidrogen, dan karbon dioksida, yang digunakan oleh bakteri pembentuk
metan (metanogen).
Kelompok ini membutuhkan ikatan hidrogen rendah untuk
merubah asam lemak; dan oleh karenanya diperlukan monitoring
hidrogen yang ketat.
Dibawah kondisi tekanan H2 parsial yang relatif tinggi,
pembentukan asetat berkurang dan subtrat dirubah menjadi asam
propionat, asam butirat, dan etanol dari pada metan. Ada hubungan
simbiotik antara bakteri asetonik dan metanogen. Metanogen membantu
menghasilkan ikatan hidrogen rendah yang dibutuhkan oleh bakteri
asetogenik.

Etanol, asam propionat, dan asam butirat dirubah menjadi asam


asetat oleh bakteri asetogenik dengan reaksi seperti berikut :

CH3CH2OH + CO2 (Etanol) —> CH3COOH + 2H2 (Asam Asetat)

CH3CH2COOH + 2H2O (Asam Propionat) —> CH3COOH + CO2 +


3H2 (Asam asetat)

CH3CH2CH2COOH + 2H2O (Asam Butirat) —> 2CH3COOH + 2H2


(Asam Asetat)
Bakteri asetogenik tumbuh jauh lebih cepat dari pada bakteri
metanogenik. Kecepatan pertumbuhan bakteri asetogenik (m mak)
mendekati 1 per jam sedangkan bakteri metanogenik 0,04 per jam.

4. Kelompok 4 : Bakteri Metagonen


Penguraian senyawa organik oleh bakteri anaerobik dilingkungan
alam melepas 500 – 800 juta ton metan ke atmosfir tiap tahun dan ini
mewakili 0,5% bahan organik yang dihasilkan oleh proses fotosintesis.
Bakteri metanogen terjadi secara alami didalam sedimen yang dalam atau
dalam pencernaan herbivora.
Kelompok ini dapat berupa kelompok bakteri gram positip dan
gram negatif dengan variasi yang banyak dalam bentuk. Mikroorganime
metanogen tumbuh secara lambat dalam air limbah dan waktu tumbuh
berkisar 3 hari pada suhu 350C sampai dengan 50 hari pada suhu 100C.
Bakteri metanogen dibagi menjadi dua katagori, yaitu :

a. Bakteri metanogen hidrogenotropik (seperti : chemolitotrof yang


menggunakan hidrogen) merubah hidrogen dan karbon dioksida
menjadi metan.

CO2 + 4H2 —> CH4 + 2H2O (Metan)


Bakteri metanogen yang menggunakan hidrogen membantu
memelihara tekanan parsial yang sangat rendah yang dibutuhkan
untuk proses konversi asam volatil dan alkohol menjadi asetat.

b. Bakteri metanogen Asetotropik, atau biasa disebut sebagai bakteri


asetoklastik atau bakteri penghilang asetat, merubah asam asetat
menjadi metan dan CO2.

CH3COOH —> CH4 + CO2


Bakteri asetoklastik tumbuh jauh lebih lambat (waktu generasi =
beberapa hari) dari pada bakteri pembentuk asam (waktu generasi =
beberapa jam). Kelompok ini terdiri dari dua kelompok, yaitu :
Metanosarkina dan Metanotrik. Selama penguraian termofilik (58 0C)
dari limbah lignosellulosik, Metanosarkina adalah bakteri asetotropik
yang ditemukan dalam bioreaktor. Sesudah 4 minggu, Metanosarkina
(m mak = 0,3 tiap hari; Ks = 200 mg/l) digantikan oleh Metanotrik
(m mak = 0,1 tiap hari; Ks = 30 mg/l).
Kurang lebih sekitar 2/3 metan dihasilkan dari konversi asetat
oleh metanogen asetotropik. Sepertiga sisanya adalah hasil reduksi
karbon dioksida oleh hidrogen (Mackie dan Bryant, 1984). Diagram
neraca masa pada penguraian zat organik komplek menjadi gas
methan secara anaerobik.

Mekanisme Penguraian secara Anaerob :


I. Reaksi Dekomposisi secara Anaerob
Limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob akan
dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau fakultatif
(BAN); dengan proses seperti pada reaksi (3) dan (4) :

COHNS + BAN è CO2 + H2S + NH3 + CH4 + produk lain + energi …(3)

COHNS + BAN + energy è C5H7O2 N (sel MO baru)….…..(4)

Kedua proses diatas mengungkapkan bahwa aktifitas mikroba yang


hidup di bagian badan air yang anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba
baru juga menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta
senyawa lainnya seperti amin, PH3 dan komponen fosfor. Asam sulfide
(H2S), amin dan komponen fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan bau
menyengat yang tidak sedap, misalnya H2S berbau busuk dan amin berbau
anyir. Selain itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi
anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu adalah beracun dan dapat
membahayakan organisme lain, termasuk ikan.
Selain menghasilkan senyawa yang tidak bersahabat bagi lingkungan
seperti tersebut diatas, hasil dekomposisi di semua bagian badan air
menghasilkan CO2 dan NH3 yang siap dipakai oleh organisme perairan
berklorofil (fitoplankton) untuk aktifitas fotosintesa; yang dapat digambarkan
sebagai reaksi (5) :

MATAHARI
NH3 +7.62 CO2 + 2.53 H2O è C7.62 H8.06 O 2.53 N + 7.62 O2 …..(5)

Produk akhir dari proses dekomposisi aerobik dapat digunakan


langsung oleh produser diperairan sedangkan, hasil dekomposisi anaerobik
bersifat racun. Produk akhir kedua proses tersebut terhadap bahan organik
berupa karbon organik, nitrogen, sulfur dan hidrogen disajikan pada tabel.
Tabel 2. Hasil proses dekomposisi bahan organik secara aerobik dan
anaerobik
J. Proses Fermentasi
 Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba
untuk menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu
lingkungan yang dikendalikan. Fermentasi merupakan bentuk penerapan atau
aplikasi tertua dari bidang bioteknologi. Pada mulanya istilah fermentasi
digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan glukosa menjadi alkohol
yang berlangsung secara anaerob.
Respirasi anaerob merupakan reaksi pemecahan karbohidrat untuk
mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Perlu Anda ketahui sel
jamur dan bakteri dapat melakukan respirasi anorganik. Demikian juga
apabila kita melakukan konstraksi otot terlalu kuat misalnya berlari-lari, maka
sel-sel jaringan otot kita juga melakukan respirasi anaerob. Pada keadaan
oksigen yang tidak mencukupi untuk respirasi maka terjadi penimbunan asam
laktat di dalam sel dan akan menimbulkan kelelahan. Proses penguraian pada
respirasi anaerob disebut fermentasi.
Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan:
• Mikroba sebagai inokulum
• Tempat (wadah) untuk menjamin proses fermentasi berlangsung dengan
optimal.
• Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi bagi
mikroba.
 Pembagian Fermentasi

(a) Fermentasi alkohol

Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa


menjadi etanol (etil alkohol) dan karbon dioksida. Organisme yang berperan
yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan tape, roti atau
minuman keras. Reaksi Kimia:
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
(b) Fermentasi asam laktat

Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi pada sel hewan
atau manusia, ketika kebutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bekerja terlalu
berat. Di dalam sel otot asam laktat dapat menyebabkan gejala kram dan
kelelahan. Laktat yang terakumulasi sebagai produk limbah dapat
menyebabkan otot letih dan nyeri, namun secara perlahan diangkut oleh darah
ke hati untuk diubah kembali menjadi piruvat. Glukosa dipecah manjadi 2
molekul asam piruvat melalui glikolisis , membentuk 2 ATP dan 2 NADH.
Reaksi kimia:
C6H12O6 → 2CH3CH(OH)COOH + 2ATP
Secara umum, fermentasi asam laktat perlu melalui dua tahapan, antara lain:
 Proses fermentasi homolactic
Pada proses ini terjadi perubahan glukosa menjadi piruvat. Lalu
terbentuklah 2 molekul asam laktat. Proses ini menggunakan enzim laktat
dehidrogenase.
 Proses fermentasi heterofermentatif
Proses ini menggunakan piruvat sebagai penghasil asalam laktat, etanol
dan karbon dioksida sebagai hasil.
(c) Fermentasi asam cuka
Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob.
fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (acetobacter aceti) dengan
substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang
dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob.
CH12O6 à 2C2H5OH à 2CH3COOH +H2O+116 kkal
 Tahapan Proses Fermentasi
1. Formulasi medium yang dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme,
baik pada pengkayaan ataupun proses produksi
2. Sterilisasi medium, fermentor, dan perlengkapannya
3. Produksi kultur murni atau campuran yang cukup untuk menginokulasi
pada tahap produksi
4. Optimasi produksi pada tahap fermentasi produk dengan kondisi optimum
5. Ekstraksi dan purifikasi
6. Pembuangan limbah medium yang dihasilkan pada saat produksi
 Mekanisme Fermentasi
Secara sederhana, pada proses fermentasi terjadi mekanisme reaksi
yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Skema Fermentasi
Inokulum disini adalah berupa mikroba atau mikroorganisme. Beberapa jenis
mikroorganisme yang sering dilibatkan dalam fermentasi adalah :
a. Bakteri, misalnya : Bacillus sp, Lactobacillus sp, Streptococcus sp,
Eschericia sp
b. Jamur, misalnya : Aspergilus sp, Penicilium sp
c. Khamir (yeast) : Saccharomyces sp.
Substrat, disebut juga medium untuk terjadinya fermentasi. Substrat
merupakan tempat pertumbuhan mikroorganisme/inokulum. Substrat yang
biasa digunakan adalah berbahan dasar karbon, oleh karena itu banyak
substrat berasal dari tumbuh-tumbuhan dan sedikit yang dari hewan.
Dibawah ini merupakan contoh dari substrat, yaitu :
 Gula, bahan makanan yang mengandung gula ini relatif mudah
diperoleh untuk proses ini
 Pati, jagung, padi, gandum
 Selulosa
 Limbah industri Molase (tetes tebu), mengandung 50 % gula sebagai
substrat untuk memproduksi antibiotik, asam organik, damen, dan
ampas tahu, bahkan urine ternak.
 Faktor yang Mempengaruhi Proses Fermentasi
Fermentasi bahan pangan merupakan hasil kegiatan beberapa
mikroorganisme. Agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik, tentunya
beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan dari mikroorganisme perlu pula
diperhatikan. Sehingga apabila kita berbicara mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi proses fermentasi, tentunya tidak lepas dari kegiatan
mikroorganisme itu sendiri. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi
proses fermentasi meliputi suhu, oksigen, substrat dan air.
• Suhu
Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting yang
mempengaruhi dan menentukan macam organisme yang dominan selama
fermentasi. Beberapa hal sehubungan dengan suhu untuk setiap
mikroorganisme dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Suhu minimum, di bawah suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak
terjadi lagi.
2. Suhu optimum, sebagai suhu yang memungkinkan pertumbuhan
mikroorganisme paling cepat.
3. Suhu maksimum, di atas suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak
mungkin terjadi lagi.
• Oksigen
Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik
mungkin untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba
tertentu. Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya
untuk pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.
• Substrat
Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai
makanan yang akan menjadi sumber energi, dan menyediakan unsur-unsur
kimia dasar untuk pertumbuhan sel. Substrat (makanan) yang dibutuhkan
oleh mikroba untuk kelangsungan hidupnya berhubungan erat dengan
komposisi kimianya. Kebutuhan mikroorganisme akan substrat juga
berbeda-beda.
Ada yang memerlukan substrat lengkap dan ada pula yang tumbuh
subur dengan substrat yang sangat sederhana. Hal itu karena beberapa
mikroorganisme ada yang memiliki sistem enzim ( katalis biologis ) yang
dapat mencerna senyawa-senyawa yang tidak dapat dilakukan oleh mikro
organisme lain. Komposisi kimia hasil pertanian yang terpenting adalah
ptotein, karbohidrat dan lemak. Pada pH 7,0 protein mudah sekali
digunakan oleh bakteri sebagai substrat. Karbohidrat seperti pektin, pati dan
lainnya merupakan substrat yang baik bagi kapang dan beberapa khamir.
• Air
Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air dalam
substrat yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan
dalam istilah water activity atau aktivitas air = aw, yaitu perbandingan
antara tekanan uap dari larutan (P) dengan tekanan uap air murni (Po) pada
suhu yang sama.
 Contoh Produk Hasil Fermentasi
(a) Roti

Pengertian roti adalah proses tepung terigu yang difermentasikan


dengan ragi roti (Saccharomyces cerevisiae), air dan atau tanpa
penambahan makanan lain yang dipanggang kedalam adonan, Kemudian
ditambahkan gula, garam, susu atau susu bubuk, lemak, pengemulsi dan
bahan-bahan pelezatseperti cokelat, keju, kismis dan lain-lain.
Manfaat roti diperkaya dengan berbagai macam zat gizi, beta
karoten, thiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin, serta
sejumlahmineral berupa zat besi, iodium, kalsium dan sebagainya. Roti
juga diperkaya dengan asam amino tertentu untuk meningkatkan mutu
protein bagi tubuh.

(b) Tape

Tape singkong adalah tape yang dibuat dari singkong yang


difermentasi. Makanan ini populer di Jawa dan dikenal di seluruh tempat,
mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Di Jawa Barat, tapai singkong
dikenal sebagai peuyeum (bahasa Sunda).
Pembuatan tapai melibatkan umbi singkong sebagai substrat dan ragi
tapai (Saccharomyces cerevisiae) yang dibalurkan pada umbi yang telah
dikupas kulitnya. Ada dua teknik pembuatan yang menghasilkan tapai
biasa, yang basah dan lunak, dan tapai kering, yang lebih legit dan dapat
digantung tanpa mengalami kerusakan
Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia, terutama orang sunda. Tape ini dibuat dengan cara
difermentasikan selama 2-3 hari, dengan bantuan bakteri saccharomyces
cerivisiae. Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera.

(c) Alkohol

Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa


menjadi etanol (etil alkohol) dan karbondioksida. Organisme yang
berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan tape, roti
atau minuman keras. Reaksi Kimia:

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP

Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi


untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol
lainnya. Etanol untuk kegunaan konsumsi manusia (seperti minuman
beralkohol) dan kegunaan bahan bakar diproduksi dengan cara fermentasi.
Spesies ragi tertentu (misalnya Saccharomyces cerevisiae) mencerna gula
dan menghasilkan etanol dan karbon dioksida:

C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + 2 CO2.


Proses membiakkan ragi untuk mendapatkan alkohol disebut sebagai
fermentasi. Konsentrasi etanol yang tinggi akan beracun bagi ragi. Pada
jenis ragi yang paling toleran terhadap etanol, ragi tersebut hanya dapat
bertahan pada lingkungan 15% etanol berdasarkan volume.
Tape adalah produk fermentasi yang berbentuk pasta atau kompak
tergantung dari jenis bahan bakunya. Tape dibuat dengan menggunakan
starter yang berisi campuran mikroba. Produk ini mempunyai cita rasa dan
aroma yang khas, yaitu gabungan antara rasa manis, sedikit asam, dan cita
rasa alkohol. Di dalam fermentasi alkhohol (fermentasi yang menghasilkan
alkohol) yeast menguraikan senyawa dalam singkong untuk memperoleh
energi. Kelemahan fermentasi dibandingkan respirasi biasa adalah energi
yang dihasilkan lebih sedikit. Selain itu akan menghasilkan zat yang
membahayakan bagi yeast itu sendiri yaitu menghasilkan hasil
sampingan(selain energi) berupa etanol. Jika konsentrasi etanol dalam tape
telah mencapai 13% maka yeast akan mati. Jadi alkhohol (etanol)
merupakan hasil sampingan pada proses fermentasi alkohol.
(d) Yogurth

Yoghurt atau dalam bahasa Turki disebut jogurt atau yogurut, yang
berarti susu asam. Pengertian Yoghurt adalah susu pasteurisasi yang
difermentasikan dengan bakteri tertentu (bakteri probiotik streptococcus
dan bakteri probiotik lactobaccillus) sehingga menghasilkan rasa asam dan
aroma yang khas. Seiring dengan banyaknya penelitian tentang manfaat
yoghurt bagi kesehatan, maka berkembanglah resep-resep pembuatan
yoghurt dan aplikasinya dalam makanan atau pun minuman. Bagi sebagian
orang yang menyukai rasa asam, yoghurt dapat diminum langsung tanpa
ditambah apa pun sudah terasa lezat. Namun, bagi orang yang tidak
menyukai rasa asam, yoghurt dapat dibuat variasinya sehingga terasa lebih
nikmat. Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi
bakteri.
Yoghurt dapat dibuat dari susu apa saja, termasuk susu kacang
kedelai. Tetapi produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi
gula susu (laktosa) menghasilkan asam laktat, yang berperan dalam protein
susu untuk menghasilkan tekstur seperti gel dan bau yang unik pada
yoghurt. Yoghurt sering dijual apa adanya, bagaimanapun juga rasa buah,
vanilla atau coklat juga populer.Yoghurt dibuat dengan memasukkan
bakteri spesifik ke dalam susu di bawah temperatur yang dikontrol dan
kondisi lingkungan, terutama dalam produksi industri. Bakteri merombak
gula susu alami dan melepaskan asam laktat sebagai produk sisa.
Keasaman meningkat menyebabkan protein susu untuk membuatnya
padat. Keasaman meningkat (pH=4-5) juga menghindari proliferasi bakteri
patogen yang potensial.

(e) Keju

Keju adalah produk susu yang paling banyak dikonsumsi. Secara


umum pembuatan keju diawali dari pasteurisasi susu, kemudian pemberian
penggumpal, biasanya berupa enzim yang berasal dari rennet atau mikroba
yang dapat mengasamkan susu. Setelah beberapa jam akan terpisah
menjadi gumpalan besar dan bagian yang cair. Gumpalan ini kemudian
dipotong-potong, dipanaskan, dan dipress agar cairan yang terkandung di
dalamnya banyak yang keluar.
Gumpalan dibentuk dan dicelupkan (atau direndam) air garam atau
ditaburi garam, untuk membunuh bakteri yang merugikan, dan diberi
jamur. Dan terakhir calon keju ini dimasakkan pada kondisi tertentu.
Kondisi serta lamanya pemasakkan tergantung dari jenis keju yang dibuat.
Proses penggumpalan susu pada awalnya menggunakan rennet sapi,
bovine (dari keluarga sapi), serta babi. Namun karena pertimbangan
kehalalan produk serta segi ekonomisnya, sehingga mulai dikembangkan
pengganti rennet dengan memanfaatkan peranan dari mikroba yang dapat
mengasamkan susu. Mikroorganisme ini antara lain bakteri, yeast, dan
mold.
Ada dua belas strain bakteri penggumpal susu, yang termasuk dalam
delapan spesies yaitu, Brevibacterium linens, Microbacterium folioforum,
Arthrobacter arilaitensis, Staphylococcus cohnii, Staphylococcus equorum,
Brachybacteriumsp., Proteus vulgaris dan Psychrobacter sp.. Spesies yeast
yang umumnya digunakan dalam pembuatan keju yaitu Yarrowia
lipolytica, Geotrichum candidum, dan Kluyveromyces lactis. Pada literatur
lain, menjelaskan bakteri yang berperan dalam proses penggumpalan susu
dari gram positif antara lain bakteriStaphylococcus, Micrococcus, dan
Coryneform.

Sedangkan dari golongan gram negatif antara lain Pseudomonas,


Xanthomonas, Enterobacter, Hafnia, dan Proteus. Namun penggunaan
Proteusjarang digunakan karena umumnya menimbulkan kontaminan.
Penggunaan kominitas mikroba ini akan berpengaruh terhadap
karakteristik baik bentuk, tekstur, rasa dan aroma keju yang dihasilkan.
Terutama pada keju limburger, numster dan tilsiter yang menggunakan
mikroba berbeda-beda.
K. Produksi H2S
Pengujian ini menggunakan medium TSIA (Triple Sugar Iron Agar),uji
ini digunakan untuk membedakan antara anggota kelompok Enterobacteriaceae
dan membedakan kelompok Enterobacteriaceae dengan kelompok lainnya.
Pada uji ini digunakan bakteri Bacillus subtillis dan S. epidermis dengan
menggunakan medium TSIA yang mengandung tiga macam gula yaitu glukosa,
laktosa, dan sukrosa. Kemudian diinkubasi selama 7x24 jam pada suhu 37 0C.
H2S diproduksi oleh beberapa jenis mikroorganisme melalui pemecahan asam
amino yang mengandung unsure belerang (S) seperti lisin dan metionin. H2S
dapat juga diproduksi melalui reduksi senyawa-senyawa belerang anorganik,
misalnya : tiosulfat, sulfitatausulfat.
Adanya H2S dapat diamati dengan menambahkan garam-garam logam
berat kedalam medium. Dikatakan positif apabila H2S bereaksi dengan
senyawa-senyawa ini ditandai dengan terbentuknya logam sulfit yang berwarna
hitam. Dan dikatakan negative apabila tidak terbentuk logam sulfit yang
berwarna hitam karena bakteri yang berada dalam medium tersebut tidak dapat
menghidrolisis logam-logam berat yang terkandung dalam medium.
Pada percobaan ini, reaksi yang dapat timbul adalah :
a) Kuning pada butt (dasar) dan merah pada slant (permukaan miring),
menunjukkan adanya fermentasi glukosa.
b) Kuning pada butt dan slant, menunjukkan adanya fermentasi laktosa dan
/atau sukrosa.
c) Pembentukan gas, yang ditandai dengan pembentukan ruang udara
dibawah medium sehingga medium terangkat keatas.
d) Pembentukan gas (H2S), terlihat dari pembentukan warna hitam pada
medium.
e) Merah pada butt dan slant, menunjukkan tidak adanya fermentasi gula dan
pembentukan gas atau pembentukan H2S.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mikroorganisme mengalami proses kimia dalam tubuhnya yang meliputi
proses anabolisme dan katabolisme. Anabolisme misalnya pada fotosintesis,
dan katabolisme contohnya respirasi. Selain itu, ada pula mikroorganisme yang
bergantung kepada reaksi oksidasi dan reduksi akan zat anorganik atau organik
sebagai sumber energi mereka, disebut mikroorganisme kemotrof.

B. Saran
Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, misalnya masih ada kata-
kata yang salah dalam pengetikan, tidak mencantumkan kutipan atau catatan
kaki. Hal itu disebabkan karena keterbatasan waktu penulis dalam membuat
makalah ini. Oleh sebab itu penulis berharap agar pembaca dapat
memakluminya.

Anda mungkin juga menyukai