Anda di halaman 1dari 4

Seminar Nasional

Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III Tahun 2017


Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal
Purwokerto, 19 Desember 2017 ISBN: 978-602-6697-20-2

PELATIHAN PIJAT OKSITOSIN PADA KADER POSYANDU BALITA DALAM PENINGKATAN


SKILL MENGATASI PERMASALAHAN PRODUKSI AIR SUSU IBU (ASI)

OXYTOSIN MASSAGE TRAINING FOR POSYANDU VOLUNTEERS SKILL TO OVERCOME PROBLEMS IN


INCREASING MILK (ASI) PRODUCTION
IN THE WORK AREA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN

Happy Dwi Aprilina1, Umi Solikhah.2


1,2
Program Studi Ners, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Let Jend Soepardjo Roestam KM 7 PO BOX 229 Purwokerto 53181 Telp. (0281)6844252, 6844253 Fax
(0281) 637239
1
Email: happydwiaprilina@yahoo.com

ABSTRAK

Target pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih belum memenuhi target pemerintah yaitu 80%.
Kegagagalan tersebut salah satunya disebabkan oleh ketidakpahaman ibu menyusui tentang ASI Eksklusif dan
ketidakpahaman ibu tentang tata laksana produksi ASI yang tidak lancar. Cara peningkatan pengetahuan ibu
dengan seringnya pendidikan kesehatan dan ketrampilan yang harus diberikan oleh petugas kesehatan,
sedangkan rasion petugas kesehatan dengan ibu menyusui tidak seimbang sehingga perlu adanya relawan yang
membantu dalam program keberhasilan ASI eksklusif ini. Kader posyandu balita adalah seseorang yang dapat
membantu program tersebut, karena kader lebih banyak berkomunikasi dengan ibu hamil ataupun ibu menyusui.
Metodologi dengan memberikan pendidikan kesehatan ASI eksklusif dan pentingnya tindakan dalam
permasalahan produksi ASI pada ibu menyusui serta mengaplikasikan praktik, demonstrasi dan redemonstrasi
pijat oksitosin.
Luaran adalah terselenggaranya demonstrasi pijat oksitosin dalam mengatasi permasalahan produksi ASI,
meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu balita dan hasil ini dipublikasikan kedalam jurnal
nasional.
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif dan diakhiri dengan pelatihan pijat oksitosin 85%
kader posyandu balita paham tentang ASI Eksklusif dan 82% kader dapat melakukan praktek pijat oksitosin
yang dilakukan dengan saling memijat antara kader posyandu balita.

Kata Kunci: ASI Eksklusif, Kader Posyandu, Pijat Oksitosin

ABSTRACT

Target exclusive breastfeeding in Indonesia still not meet the Government's targets ie 80%. The failure only
caused by misunderstandings about exclusive breastfeeding and lack of knowledge about governance
production of exclusif breastfeeding. How to increase knowledge of mothers with frequent health education and
skills that should be provided by health workers, while the ratio of health workers to nursing mothers is not
balanced so the need for volunteers who can assist in the program's success of exclusive breastfeeding. Kader
Posyandu toddler is someone who can help the program, because the volunteers more to communicate with
pregnant women or nursing mothers.
Methodology with provide health education and the importance of problem action exclusive breastfeeding, milk
production as well as applying the practice, demonstrations and redemonstrasi oxytocin massage.
Outcome is the implementation of demonstration oxytocin massage overcoming milk production, increased
knowledge and skills of volunteers Posyandu commercial articles published in a journal of national singer.
The taxable income is given exclusive breastfeeding about health education and training concludes with
oxytocin massage, 85% of volunteers Posyandu toddler understand about exclusive breastfeeding and 82% of
volunteers can be doing oxytocin what do practice massage with each other Posyandu volunteers.
Keywords: Exclusive breastfeeding, Posyandu, oxytocin massage.

LATAR BELAKANG

Bayi perlu mendapatkan nutrisi yang paling baik sejak lahir. Nutrisi atau makanan yang ideal bagi bayi
adalah air susu ibu (ASI). Makanan atau minuman yang lain tidak dapat menggantikan ASI. Pentingnya ASI
bagi bayi menjadikan pemerintah membuat aturan tentang ASI dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia
Nomor 33 tahun 2012. Selain peraturan pemerintah Indonesia, program ASI ini juga direkomendasikan oleh
WHO dan UNICEF. Pemberian ASI saja diberikan pada bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan disebut dengan

292
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III Tahun 2017
Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal
Purwokerto, 19 Desember 2017 ISBN: 978-602-6697-20-2

ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif tersebut, bayi tidak mendapatkan makanan/minuman yang lainnya
termasuk air putih, susu formula maupun makanan lainnya, kecuali obat-obatan, vitamin ataupun mineral tetes.
Setelah 6 bulan, bayi baru dikenalkan makanan/minuman selain ASI tetapi bayi tetap diberikan ASI sampai
berusia 2 tahun atau lebih (Riskesdas, 2010, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
ASI Eksklusif banyak manfaatnya bagi ibu dan bayi. Bayi yang diberikan ASI Eksklusif akan terhindar
dari diare ataupun konstipasi karena hanya ASI yang dapat dicerna oleh lambung bayi, daya tahan tubuh bayi
meningkat, bayi akan cerdas karena semua nutrien untuk pembentukan otak berada dalam ASI. Keuntungan ASI
bagi ibu seperti meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mengurangi perdarahan setelah melahirkan,
mempercepat kembalinya rahim ibu, dan mempercepat pengembalian berat badan ibu sebelum hamil. Selain itu,
ASI Eksklusif dapat menjadi KB alami dengan syarat menyusui eksklusif dan belum menstruasi. Pemberian ASI
masih banyak keuntungannya yaitu mengurangi kejadian kanker pada ibu, lebih ekonomis (gratis), dan
praktis/tidak repot (Roesli U, 2005).
Menurut Tarmizi (2015) target pemberian ASI Eksklusif di Indonesia sebesar 80%. Beradasarkan dari
Pusat data dan Informasi Kemenkes 2015 menunjukkan cakupan ASI Eksklusif di Indonesia baru sebesar 54,3
%. Menurut Dinkes Banyumas (2014), cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2014 sebesar 57,20% dan terjadi
peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar 55,8%. Dari hasil studi pendahuluan di Wilayah
Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan, cakupan ASI Eksklusif sebesar 53,4%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif
diatas disimpulkan masih belum sesuai target di Indonesia.
Pemberian ASI Eksklusif sering mengalami kegagalan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI selama dua bulan yaitu ibu pekerja sebesar 52,6%, persalinan
tidak normal sebesar 32,9%, pendidikan rendah sebesar 28,3%, pengenalan awal bukan ASI (prelaktal) sebesar
42,1%, mindset/pikiran ibu untuk memberikan bayinya ASI dan susu formula atau makanan pendamping ASI
sebesar 52%, paritas ≥3 sebesar 32,2%, keadaan ibu sakit sebesar 32,9% dan frekuensi ANC kurang lengkap
sebesar 10,5% (Hikmawati, 2008). Penelitian Sholichah (2011), penyebab kegagalan menyusui eksklusif adalah
pengetahuan ibu, kondisi kesehatan ibu, dukungan suami, sosial budaya (adanya kepercayaan pemberian
prelakteal, anggapan yang salah tentang kolostrum, bayi menanggis dianggap masih lapar dan harus diberi
makanan tambahan), serta adanya promosi susu formula. Penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Setiawati (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian
ASI Eksklusif pada bayi 6-12 bulan.
Faktor psikologis dan emosional juga dapat mempengaruhi produksi air susu ibu. Menurut Kartono
(2007) bahwa aktifitas sekresi kelenjar-kelenjar susu itu senantiasa berubah-ubah oleh pengaruh psikis/kejiwaan
yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu dapat menghambat /meningkatkan pengeluaran oksitosin. Perasaan takut,
gelisah, marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks oksitosin, yang akhirnya
menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya, perasaan ibu yang berbahagia, senang, perasaan menyayangi bayi,
memeluk, mencium, dan mendengar bayinya yang menangis, perasaan bangga menyusui bayinya akan
meningkatkan pengeluaran ASI.
Cara meningkatkan produksi ASI (World Health Organization/Unicef, 2011) dan Roesli (2005) yaitu
dengan bayi menghisap payudara minimal 10 kali dalam 24 jam dan tidak mengenal waktu, ibu sebaiknya
menjaga bayinya tetap dekat (sering kontak skin to skin), ibu tetap menyusui pada malam hari, ibu dalam
keadaan rileks saat menyusui dan lebih banyak beristirahat, ibu cukup makan dan minum serta mencoba untuk
mengkonsumsi makan/minuman yang dapat dipercaya memperlancar ASI. Selain itu breast care, pijat oksitosin
dan teknik marmet merupakan tindakan yang dapat direkomendasikan dalam meningkatkan produksi ASI. Ibu
menyusui yang dipijat punggungnya akan merasakan nyaman sehingga perasaan ibu menjadi tenang dan
bahagia, hal tersebut yang menjadikan ASI dapat keluar dengan lancar.
Permasalahan pada ibu menyusui seperti produksi tidak lancar dapat diatasi dengan partisipasi petugas
kesehatan dan perpanjangan tangan dari petugas kesehatan yaitu kader posyandu balita. Menurut Kemenkes
(2012) pentingnya peran kader posyandu dalam peningkatan kesehatan di masyarakat memerlukan kader yang
mempunyai pengetahuan yang luas dan mempunyai ketrampilan yang dapat diaplikasikan ke masyarakat
sekitarnya. Kerjasama antara petugas kesehatan dan kader posyandu balita yang seimbang akan meningkatkan
keberhasilan ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, kader posyandu balita di wilayah kerja
Puskesmas Purwokerto Selatan belum pernah mendapatkan pelatihan pijat oksitosin pada ibu menyusui. Oleh
karena itu, pengusul tertarik untuk melakukan pengabdian masyarakat yang berjudul pelatihan pijat oksitosin
pada kader posyandu balita dalam “peningkatan skill mengatasi permasalahan produksi air susu ibu (ASI) di
wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Selatan.”

PERMASALAHAN MITRA
1. Kurangnya partisipasi kader posyandu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan dalam
program mensukseskan ASI Eksklusif dikarenakan kurangnya pengetahuan skill dalam permasalahan
ibu menyusui

293
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III Tahun 2017
Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal
Purwokerto, 19 Desember 2017 ISBN: 978-602-6697-20-2

2. Kader posyandu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan tidak mengetahui cara
mengatasi permasalahan produksi ASI dan tindakan terkait peningkatan produksi ASI seperti pijat
oksitosin

TUJUAN
Tujuan dari program ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya pengetahuan kader posyandu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan
terkait ASI Eksklusif dengan terlihat dari hasil kuesioner pre-test dan post-test
2. Meningkatnya skill kader posyandu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan dengan
terlihat dari hasil observasi yang dipantau dari SOP pelaksanaan pijat oksitosin

METODE
Pelaksanaan program pengabdian masyarakat yang diberikan kepada kader posyandu balita yang
mempunyai tujuan meningkatkan peran kader posyandu balita untuk berpartisipasi dalam mensukseskan
pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Metode yang digunakan adalah memberikan pendidikan kesehatan ASI
eksklusif dan pentingnya tindakan dalam permasalahan produksi ASI pada ibu menyusui serta mengaplikasikan
praktik, demonstrasi dan redemonstrasi pijat oksitosin

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kegiatan dalam program ini dihadiri oleh 27 kader posyandu balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Purwokerto Selatan dan Kelurahan Karangpucung. Pelaksaaan evaluasi kegiatan screening preeklamsia yang
dilakukan oleh kader posyandu balita dihadiri oleh 27 kader posyandu balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Purwokerto Selatan dan Kelurahan Karangpucung. Pelaksanaan kegiatan pelatihan pijat oksitosin mendapatkan
hasil yang positif dan dapat meningkatkan skill kader posyandu balita. Kegiatan tersebut dapat meningkatkan
kesadaran, pemahaman, pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan (skill) kader posyandu balita sehingga kader
dapat mengatasi permasalahan produksi ASI pada ibu menyusui dengan cara melakukan pijat oksitosin.
Kegiatan pemberdayaan kader posyandu balita ini yang pertama dilakukan adalah melakukan pendidikan
kesehatan bagi kader posyandu balita tentang ASI Eksklusif dan mendemontrasikan pijat oksitosin dalam
mengatasi permasalahan produksi ASI. Pelaksanaan kegiatan ini berjalan lancar dan antusias sehingga
terlaksana sesuai dengan perencanaan. Pada saat pelaksanaan, pelaksana memberikan apresiasi kepada ibu kader
posyandu yang aktif dalam proses pelaksanaan.
Kegiatan berikutnya adalah evaluasi pada kader posyandu balita untuk melakukan pijat oksitosin sesuai
dengan SOP yang telah dibuat. Pada kegiatan ini, pelaksana mengevaluasi dengan cara kader posyandu
melakukan pijat oksitosin ke teman kader lainnya. Pada saat evaluasi, kader posyandu balita yang datang
berjumlah 27 kader posyandu balita. Setelah kader mampu dalam pijat oksitosin, diharapkan kader mampu
mengatasi permasalahan produksi ASI pada ibu menyusui.
Pada saat dilakukan apersepsi pada kader posyandu balita, kader tidak ada yang mengetahui tentang pijat
oksitosin. Kader hanya mengetahui untuk mengatasi permasalahan dalam produksi ASI dengan cara
membersihkan saat mandi dan memijat payudara dengan pangkal pergelangan tangan supaya bendungan ASI
menjadi lunak dan ASI keluar dengan lancar. Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif dan
diakhiri dengan pelatihan pijat oksitosin 85% kader posyandu balita paham tentang ASI Eksklusif dan 82%
kader dapat melakukan praktek pijat oksitosin yang dilakukan dengan saling memijat antara kader posyandu
balita.

294
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III Tahun 2017
Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal
Purwokerto, 19 Desember 2017 ISBN: 978-602-6697-20-2

Gambar 1. Pelatihan Pijat Oksitosin pada Kader Posyandu Balita

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Program pengabdian masyarakat yang berjudul ” pelatihan pijat oksitosin pada kader posyandu
balita dalam peningkatan skill mengatasi permasalahan produksi air susu ibu (ASI) di wilayah kerja
Puskesmas Purwokerto Selatan” ini dapat mengkontribusikan berupa:
1. Terselenggaranya demonstrasi pijat oksitosin dalam mengatasi permasalahan produksi ASI
2. Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu balita
3. Hasil ini dipublikasikan kedalam jurnal nasional

Saran
1. Program pijat oksitosin ini dapat diterapkan oleh kader posyandu balita dalam mengatasi
permasalahan produksi ASI sehingga dapat meningkatkan keberhasilan ASI Eksklusif.
2. Perlu adanya pendidikan kesehatan dan pelatihan secara rutin untuk meningkatkan skill kader
posyandu balita sehingga kader dapat berperan sebagai salah satu seseorang dalam keberhasilan ASI
Eksklusif

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2010). Jakarta: Bhakti
Husada.
Dinas Kesehatan Banyumas (2012) Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2012. Banyumas: Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas
Hikmawati, I. (2008) Faktor-faktor risiko kegagalan pemberian ASI selama dua bulan. Tesis, Universitas
Diponegoro.
Kemenkes. (2012). Ayo ke posyandu setiap bulan, posyandu menjaga ibu dan anak tetap sehat. Jakarta: Bakti
Husada
Riskesdas (2010) Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2010). Jakarta: Bhakti Husada.
Roesli, U. (2005) Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Setiawati, T. (2011) Hubungan faktor-faktor ibu dengan pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 6-12
bulan.Jurnal Kesehatan Kartika,, 1.5 (3), 10-17.
Sholichah, F. (2011) Studi kualitatif penyebab pemberian ASI Non Eksklusif pada ibu rumah tangga di Desa
Ngemplak Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
Suryaningsih C. (2013). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang pengetahuan ibu post partum tentang ASI
Eksklusif. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Noursing) Volume 8 no 2.
Tafti et al. (2011). A survey on effect of health education on health volunteer performance and knowledge in
prevention of cutaneous leishmaniasis in Yazd. Journal of Pakistan Association of Dermatologists
2011; 21: 27-32.
World Health Organization/Unicef (2011) Pelatihan konseling menyusui modul 40 jam WHO/UNICEF.
WHO/UNICEF.

295

Anda mungkin juga menyukai