Gracela Salurante/102016055
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510
Abstrak
Masalah kekurangan yodium sesungguhnya telah mendunia dan bukan hanya
masalah gangguan gizi di Indonesia. Berdasarkan tafsiran WHO dan UNICEF, sekitar 1 juta
penduduk di negara yang berkembang beresiko mengalami kekurangan yodium. Salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang dapat menghambat peningkatan mutu sumber daya
manusia Indonesia adalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Yodium merupakan unsur pokok dalam pembentukan hormon tiroid. Jika terjadi
pembesaan kelenjar tiroid, maka disebut goiter. Adanya persediaan unsur ini yang cukup dan
terus – menerus merupakan suatu keharusan. Yodium dalam makanan berasal dari makanan
laut, susu, daging, telur, air minum, garam beryodium dan sebagainya. Faktor kandungan
yodium lahan setempat sangat penting, khususnya bagi daerah terpencil di mana
penduduknya hanya makan makanan yang berasal dari produksi setempat yang lahannya
rendah kandungan yodiumnya. Masalah GAKY adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan
karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang
lama dan mempunyai dampak negatif terhadap manusia sejak masih dalam kandungan,
setelah lahir sampai dewasa.
Abstract
The problem of iodine deficiency is actually worldwide and not just the problem of
nutritional disorders in Indonesia. Based on the interpretation of WHO and UNICEF, around
1 million people in developing countries are at risk of experiencing iodine deficiency. One of
the public health problems that can hamper the improvement of the quality of Indonesia's
human resources is Iodine Deficiency Disorders (IDD).
Iodine is a key element in the formation of thyroid hormones. If thyroid gland occurs,
it is called a goiter. An adequate and continuous supply of this element is a must. Iodine in
food comes from seafood, milk, meat, eggs, drinking water, iodized salt and so on. The local
iodine content factor is very important, especially for remote areas where the population only
eats food that comes from local production where the land is low in iodine content. IDD
problem is a set of symptoms caused by the body suffering from iodine deficiency
continuously for a long period of time and has a negative impact on humans since they are
still in the womb, after birth to adulthood.
Anamnesis
Pada pasien dengan pasien dengan GAKY dilakukan anamnesis seperti biasa yakni
diawali dengan menanyakan keluhan utama lalu ditanyakan di mana lokasi benjolan, sejak
kapan mengalami kejadian seperti ini, sudah berapa lama, keluhan sakitnya ringan, berat,
kualitas sakitnya seperti apa, apakah menganggu jalan napas, menganggu menelan, bila
ditekan benjolan bisa bergerak dan lunak, atau apakah keras dan tidak bisa digerakkan.
Apakah keluhan utama disertai dengan keluhan lainnya seperti banyak berkeringat,
mudah mengalami kelelahan, jantung berdebar, konsentrasi menurun, jika pada wanita
biasanya terdapat menstruasi yang lebih sering, tidak tahan terhadap suhu dingin, kenaikan
berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, sembelit, otot mudah keram, pada wanita
hamil sering mengalami keguguran. Pada riwayat penyakit dahulu dapat ditanyakan apakah
pasien pada waktu bayi lahir pernah dilakukan tes hipotiroid, lahir dengan prematur atau
tidak, pasien pernah ada riwayat tindakan bedah di leher. Pada wanita hamil ditanyakan
apakah ada riwayat bayi yang lahir beberapa saat kemudian meninggal ataupun riwayat
keguguran. Pada riwayat penyakit keluarga ditanyakan apakah ada salah satu anggota
keluarga yang bertubuh cebol, mengalami hipotiroid, lahir dengan retardasi mental, tuli, bisu
atau cacat bawaan lainnya, atau kah pernah mengalami keguguran saat hamil.
Pada riwayat obat-obatan, apakah sebelumnya pernah mendapat penyinaran dengan
Yodium, atau pernah mendapat obat-obatan yang mengandung hormon tiroid ataupun obat
anti tiroid (karbimazol,metimazol,propiltiourasil).
Pada riwayat ekonomi dan sosial, ditanyakan apakah pasien tinggal di daerah
pegunungan yang di mana terjadi pengikisan yodium di tanah oleh air, tanyakan apakah
pasien suka mengkonsumsi umbi-umbian, penggunaan garam tidak beryodium, pada dataran
rendah apakah terpapar pestisida misalnya adanya logam berat, menjadi blocking agent,
menghambat pemanfaatan yodium oleh kelenjar tiroid)
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi posisikan kepala pasien agak kebelakang, dan dengan menggunakan
pencahayaan tangensial yang ditujukan langsung ke arah dagu pasien, pasien diminta
menekuk kepala ke belakang sedikit, periksa daerah bawah kartilago krikoid untuk melihat
kelenjar tiroid, kemudian pasien diminta untuk menelan (misalnya dengan memberi air
minum). Kemudian perhatikan dengan seksama gerakan ke atas dari kelenjar tiroid saat
menelan tadi, serta perhatikan bentuk dan simetris atau tidaknya kelenjar tiroid tadi. Pada saat
menelan tadi, kartilago tiroid, kartilago krikoid dan kelenjar tiroid akan terlihat naik,
kemudaian kembali turun ke tempat asalnya.1
Palpasi, pasien diminta untuk menundukan kepalanya sedikit dengan tujuan untuk
merelaksasi otot sternomastoid. Jari kedua tangan pemeriksa diletakkan tepat di bawah
kartilago krikoid, pasien diminta untuk meneguk air dan menelannya seperti pada
pemeriksaan inspeksi, lalu pemeriksa merasakan ismus tiroid naik pada telapak jari-jari.
Geser trakea ke arah kanan dengan jari-jari tangan kiri, lalu dengan jari-jari tangan
kanan pemeriksa meraba bagian lateral untuk menemukan lobus kanan kelenjar tiroid pada
celah/ruang antara trakea yang tergeser tadi dengan otot sternomastoid, dan temukan
lateralnya (lateral margin). Pemeriksaan melakukan hal yang sama untuk menemukan lobus
kiri, perhatikan ukuruan, bentuk dan konsistensi dari kelenjar tiroid dan temukan adanay
nodus atau nyeri.
Auskultasi, bila kelenjar tiroid membesar, dengan stetoskop yang diletakkan diatas
lokasi kelenjar tiroid dapat terdengar adanya bruit, yaitu bunyi sejenis yang terdengar pada
murmur jantung. Bruit dapat sinkron dengan sistolik atau diastolik atau terus-menerus
(continous) mungkin dapat terdengar pada penyakit hipertiroidisme. Bayi hipotiroid
kongenital dapat menunjukkan gejala letargi, ikterus, konstipasi, sering tersedak, kulit teraba
dingin, tangisan serak, kulit kering, perut buncit, hernia umbilikalis, hipotonia, fontanel
posterior melebar, lidah besar, edema, refleks lambat, dan goiter.
Gejala dan Tanda
Survei epidemiologis untuk gondok endemik biasanya didasarkan atas besarnya
kelenjar tiroid dengan metoda palpasi; grade 0 tidak terlihat atau teraba gondok; grade 1
gondok teraba tetapi tidak terlihat apabila dalam posisi normal (tiroid tak terlihat membesar).
Apabila ada nodul tetap masuk dalam grade ini, meskipun secara keseluruhan tidak
membesar; grade 2 pembengkakan di leher yang jelas terlihat dalam posisi normal, dalam
palpasi trioid memang membesar (membesar bila ukurannya lebih dari volum falangs
terminal terakhir ibu jari yang diperiksa).
Gondok endemik ditandai oleh pembesaran kelenjar gondok. Di daerah Gondok
Endemik terdapat sejumlah anggota masyarakat yang memperlihatkan pembesaran kelenjar
gondok pada berbagai tingkat. Kretin Myxoedema ditandai oleh kondisi oedema yang tidak
mencekung pada tekanan dengan jari seperti halnya oedema biasa.2
Kretin Neurologik menunjukkan gejala menonjol, tinggi badan dibawah orang normal
(cebol). Kondisi ini disertai berbagai tingkat keterlambatan perkembangan jiwa dan
kecerdesan, dari hambatan jiwa yang ringan sampai yang sangat berat yang disebut debilitas.
Ekspresi muka seorang Kretin memberikan kesan orang bodoh, dan pada pemeriksaan tingkat
kecerdasan (IQ) ternyata tertinggal. Mulut penderita ternganga dan memperlihatkan lidahnya
seperti yang terlalu besar untuk rongga mulutnya. 2
Terjadinya kretin endemik disebabkan oleh karena kekurangan yodium selama
kehamilan dan pada saat setelah kelahiran. 2 type kretin: type nervosa, type ini terjadi akibat
hypothyroid pada ibu selama kehamilan. Kerusakan pada susunan saraf pusat : retadasi
mental, gangguan pendengaran, kerusakan batang otak, retardasi neuromotorik, tidak ditemui
tanda-tanda goiter dan hipotiroid pada anak
Type Myxodematosa, terjadi akibat defisiensi yodium dan disertai hipotiroid fetus
selama dalam kandungan atau pada masa neonatus, dan ditemukan goiter pada anak. Tampak
tanda-tanda hipotiroid: gangguan pertumbuhan, myxodematosa, rambut kering dan kasar,
tonus otot lembek, penimbunan lemak di pangkal leher, perut buncit, dapat terjadi hernia
umbilicalis.
Epidemiologi
Sekitar 2,5 milyar (38%) penduduk pada tahun 2008 mengalami kekurangan
konsumsi yodium. Stratifikasi berdasarkan usia, sekitar 31,5% atau 264 juta jiwa anak usia
sekolah dan 30,6% atau 2 milyar populasi dewasa terbukti menderita kekurangan yodium.
Wilayah dengan angka kekurangan yodium tertinggi di dunia ternyata adalah Asia Tenggara
(504 juta jiwa) dan Eropa (460 juta jiwa). GAKY merupakan salah satu dari empat masalah
gizi utama di Indonesia. Secara umum penduduk yang tinggal di daerah endemis GAKY
mengalami penurunan Intellegence Quotient (IQ) 13,5 poin lebih besar daripada penduduk
yang tinggal di wilayah non-endemis.2,5
Total Goiter Rate (TGR) adalah angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan
semua stadium pembesaran kelenjar gondok, baik yang teraba (palpable) maupun yang
terlihat (visible). TGR digunakan untuk menentukan tingkat endemisitas GAKY. Adapun
kriteria daerah endemik yakni, berat TGR > 30%, sedang TGR 20%-29,9%, ringan 5%-
19,9%.3 Di Indonesia, menurut survei WHO 2001, prevalensi TGR Nasional mencapai 9,8
%. Evaluasi GAKY yang dilakukan oleh Dinkes Provinsi Jawa Tengah yang berkerjasama
dengan Balai Litbang GAKY Borobudur Magelang pada tahun 2004 menunjukkan angka
prevalensi Jawa Tengah adalah 9,68 %, mengalami kenaikan. Daerah Parakan masih
merupakan daerah endemisitas GAKY, menurut Dinkes Kab Temanggung, dilihat dari pada
tahun 2010 dengan persentase TGR sebesar 18,06% dan tahun 2012 meningkat dengan
persentase TGR sebesar 20,30 %.5
Patofisiologi
Secara fisiologis, kelenjar tiroid mendapat perintah untuk menghasilkan hormon tiroid
melalui TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang diproduksi oleh hipofisis anterior.
Hipofisis anterior sendiri mendapat perintah untuk menghasilkan TSH melalui perantara TRH
(Thyrotropin Releasing Hormone) yang dihasilkan oleh hipotalamus. Hormontiroid (T3 dan
T4) yang sudah disekresikan oleh kelenjar tiroid kemudian akan berperan sebagai umpan
balik negatif terhadap hipofisis anterior dan hipotalamus. Hal ini bertujuan untuk menjaga
kestabilan kadar hormon di dalam tubuh agar jumlahnya tidak berlebihan.1
Asupan yodium dari makanan diserap di usus dalam bentuk yodida. Dari sirkulasi, yodida
kemudian diserap ke tiroid melalui energy-dependent simporter natrium-yodida. Di sel folikel
tiroid, 4 atom iodin bergabung membentuk molekul tiroksin (T4) dan 3 atom iodin bergabung
membentuk molekul triiodotironin (T3). Kedua hormon inilah yang diperlukan untuk proses
pertumbuhan dan perkembangan berbagai sel tubuh dan mengatur laju metabolik, suhu tubuh
dan energi.3,4
Perjalanan penyakit ini termasuk lambat, karena dalam tubuh terdapat suatu sistem
cadangan iodium yang dapat digunakan selama 2-3 bulan baru iodium itu akan habis. Pada
awalnya, ketika intake yodium kurang untuk membentuk hormon tiroid, kadar T4 dalam
serum menurun dan terjadi mekanisme kompensasi oleh tubuh untuk mempertahankan
produksi hormon tiroid yang adekuat. Rendahnya kadar T4 di sirkulasi memicu hipofisis
untuk mensekresi TSH lebih banyak lagi yang kemudian menyebabkan pertumbuhan dan
meningkatnya aktivitas metabolik dari sel folikel tiroid. TSH menstimulasi tiap sel untuk
meningkatkan uptake iodin dan pembentukan serta sekresi hormon tiroid. Peningkatan kadar
TSH dan menurunnya kadar iodin di dalam tiroid menyebabkan produksi T3 lebih banyak
dibandingkan T4. T3 jauh lebih aktif secara biologis dibandingkan T4 dan memerlukan atom
iodin yang lebih sedikit untuk biosintesisnya. Meningkatnya produksi T3 menyebabkan kadar
hormon tiroid tetap normal meski terjadi defisiensi T4 akibat kekurangan yodium.3-5
Rendahnya kadar tiroksin dalam darah yang lama karena konsumsi makanan dengan
kadar yodium yang rendah akan mengakibatkan kelenjar tiroid bekerja keras untuk
mengkompensasi kebutuhan tiroksin dalam tubuh. Hal tersebut kemudian akan menyebabkan
terjadinya hipertrofi dan hiperplasia kelenjar tiroid sehingga kelenjar tiroid membesar.5
Kesimpulan
Untuk mengatasi masalah kretin endemik akibat gangguan kekurangan yodium,
diperlukan upaya berbagai pihak tidak hanya dokter tetapi semua berperan seperti pemangku
kebijakan di wilayah setempat. Penangangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium GAKY,
harus dilakukan sedini mungkin sehingga tidak terdapat daerah gondok endemik yang akan
mempunyai efek samping seperti kretin endemik. Selain itu diperlukan upaya pencegahan
yang akan tercapai jika masyarakat menyadari betul akan pentingnya kebutuhan yodium.
Daftar Pustaka