ANALISIS BAHAYA LIMBAH PLASTIK BAGI KESEHATAN DAN LINGKUNGAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Worldometers pada 28 april 2019 Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 269.1 juta jiwa. Dengan tingginya jumlah penduduk di Indonesia maka jumlah kebutuhan sandang, papan, dan pangan juga semakin meningkat. Salah satu bahan kimia yang banyak digunakan pada kebutuhan sandang, papan, dan pangan adalah plastik. Pada kebutuhan sandang plastic sering digunakan untuk bahan membuat jas hujan, sedangkan untuk kebutuhan papan jenis plastic yang sering digunakan adalah PVC dan untuk kebutuhan pangan plastic sering digunakan untuk pembungkus makanan dan minuman. Tanpa disadari kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari penggunaan plastic. Padahal, plastic memiliki dampak negatif yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Plastik merupakan zat yang bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia. Selain itu proses penguraian plastic secara alami berlangsung sangat lama dan jika limbah plastic tidak diolah dengan tepat maka akan menambah bahaya bagi lingkungan. Oleh karena itu diperlukan solusi yang tepat untuk menanggulangi ketergantungan masyarakat terhadap pemakaian plastic. B. Kandungan dan Bahaya Plastik bagi Kesehatan dan Lingkungan Penggunaan plastik dalam kehidupan modern ini terlihat sangat pesat sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan manusia pada plastik semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan plastik merupakan bahan pembungkus ataupun wadah yang praktis dan kelihatan bersih, mudah didapat, tahan lama, juga murah harganya. Tetapi dibalik itu, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahaya dari plastik, dan cara penggunaan yang benar. Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik membuat kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari produk yang dihasilkan, sebagai contoh plastik. Kebanyakan plastic seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut. Beberapa contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB), acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP). Penggunaan bahan pelembut ini dapat menimbulkan masalah kesehatan, sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB dapat menimbulkan kamatian pada jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik), olehkarenanya sekarang sudah dilarang pemakaiannya.. Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan- benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Contoh lain bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam makanan. DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormone kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusak sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati. Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada hewan sudah seharusnya membuat kita berhati-hati. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi maka sebaiknya jika harus menggunakan plastik maka pakailah plastik yang terbuat dari polietilena dan polypropylene atau bahan alami (daun pisang misalnya). Sedangkan plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu seringkali kita membakarnya untuk menghindari pencemaran terhadap tanah dan air di lingkungan kita tetapi pembakarannya dan akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh adalah penggunaan kantong plastik (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan lain-lain. Menurut seorang ahli kimia, zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai terdegradasi menjadi bentuk radikal, menyebabkan penyakit. Selain itu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola. Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Salah satunya dengan melakukan upaya kampanye untuk menghambat terjadinya pemanasan global. Sampah kantong plastik telah menjadi musuh serius bagi kelestarian lingkungan hidup. Sejumlah Negara mulai mengurangi penggunaan kantong plastik diantaranya Filipina, Australia, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Skotlandia, Prancis, Swedia, Finlandia, Denmark, Jerman, Swiss, dll. Bagaimana dengan Indonesia sendiri? Sebaiknya Pemerintah Indonesia sekarang ini mulai memikirkan tentang bagaimana cara pengurangan penggunaan plastik dan sanksinya.
C. Penanggulangan Limbah Plastik
Penumpukan limbah plastik tentu tidak dapat dibiarkan. Penanggulangan limbah plastik dengan cara menguburnya ditanah tentu bukan merupakan solusi yang baik mengingat sifatnya yang sulit terurai di alam, apalagi dengan cara membakarnya dimana saat proses pembakaran dihasilkan senyawa kimia berbahaya bagi manusia. Terdapat beberapa cara penanggulangan limbah plastik selain mengubur ataupun membakarnya,antara lain meliputi mengurangi penggunaan kantong plastik dengan menggantinya dengan alat (kain) untuk membungkus barang atau dikenal dengan furoshiki ; pengolahan limbah plastik menggunakan metode fabrikasi; dan penggunaan plastik biodegradable yang lebih mudah terurai di alam. 1) Penggunaan Furoshiki untuk Mengurangi Limbah Kantong Plastik Istilah Furoshiki (Jepang) yang sebenarnya di Indonesia juga telah mengenal ini dengan sebutan “pundutan” (Banjar) atau “boenthelan” (Jawa). Furoshiki merupakan teknik membungkus dan membawa barang dengan menggunakan sehelai kain persegi. Ukuran boenthelan bervariasi tergantung pada ukuran barang yang akan dibungkus atau dibawa. Teknik membungkus bervariasi, sehingga semakin menambah nilai estetika boenthelan tersebut. Boenthelan ini dapat digunakan untuk membungkus atau membawa barang, seperti buku, kotak, botol, dan sebagainya. Selain itu, dengan menggunakan boenthelan sebagai gaya hidup modern kita pun turut serta melestarikan bumi tercinta. 2) Pengolahan Limbah Plastik Menggunakan Metode Fabrikasi Penanggulangan limbah plastik dengan cara melakukan daur ulang merupakan salah satu solusi yang baik, dimana limbah plastik yang diolah selain meminimalkan penumpukannya di alam juga produk yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis. Salah satu cara proses daur ulang limbah plastik yaitu dengan metode fabrikasi. Langkah- langkah pengolahan limbah plastik dilakukan dengan menggunakan metode fabrikasi di antaranya (1) pemotongan yang merupakan tahapan pembuatan sampah kemasan plastik menjadi potongan-potongan kecil. Proses ini bertujuan untuk menyamarkan label produk, gambar, serta tulisan yang terdapat pada kemasan plastik sehingga produk yang dihasilkan tidak terlihat sebagai produk daur ulang dari sampah kemasan plastik, (2) pemanasan dan pelunakan, dilakukan pada potongan- potongan sampah kemasan plastik hasil dari proses pemotongan menggunakan mesin kempa dan heat gun. Tahapan ini bertujuan merekatkan potongan-potongan sampah kemasan plastik menjadi bentuk lembaran sehingga memudahkan pengaplikasian material tersebut di proses-proses selanjutnya, (3) pembentukan dan pencetakan, dimana proses pembentukan dilakukan dengan cara melunakkan material sampah plastik menggunakan teknik heat transfer kemudian dicetak. Pencetakan material sampah kemasan plastik dilakukan seperti proses pembentukan keramik menggunakan cetakan master yang terbuat dari material tahan panas seperti gypsum, silicon rubber, kayu, batu, dan sebagainya, (4) pengerjaan menanggunakan mesin atau machining adalah proses pembentukan material daur ulang dilakukan menggunakan alat pertukangan baik yang sederhana maupun yang canggih untuk mencapai suatu kondisi material yang diinginkan, dan (5) penghalusan atau proses finishing merupakan proses terakhir yang dilakukan setelah melalui proses-proses sebelumnya. Pada proses finishing, dilakukan pelapisan clear spray agar material hasil daur ulang terlihat rapi dan mengilap. Secara umum semua proses dalam metode fabrikasi dilakukan menggunakan peralatan sederhana yang mudah diperoleh seperti gunting, alat pertukangan, heat gun, mesin kempa, dan sebagainya. Produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah plastik dengan menggunakan metode fabrikasi dapat diaplikasikan pada berbagai kerajinan kreatif yang mempunyai nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. 3) Penggunaan Plastik Biodegradable Penggunaan plastik biodegradable merupakan salah cara yang juga ampuh untuk menanggulangi limbah plastik, dimana sifat dari plastik biodegradable yang ramah lingkungan menjadikannya pilihan yang tepat sebagai solusi untuk ketergantungan kita terhadap penggunaan kantong plastik. Pentingnya tanggung jawab konsumen dan industri terhadap lingkungan harus terus ditingkatkan. Bagi sektor industri yang memproduksi bahan plastik biodegradable, ini adalah kunci keuntungan, sebab biopolimer dapat mengurangi emisi karbon dioksida selama proses pembuatan, dan mengurangi/menurunkan bahan organik setelah pembuangan. Meskipun plastik sintetis adalah pilihan yang lebih layak secara ekonomis dibandingkan dengan plastik biodegradable, akan tetapi peningkatan ketersediaan plastik biodegradable akan memungkinkan banyak konsumen untuk memilihnya atas dasar plastik biodegradable miliki bertanggung jawab terhadap lingkungan dan ramah lingkungan. Proses bahan biopolimer dalam pengembangannya paling menjanjikan, karena bahan tersebut menggunakan sumber daya terbarukan. Plastik biodegradable yang mengandung pati dan/atau serat selulosa tampaknya yang paling mungkin akan mengalami pertumbuhan yang positif dalam penggunaannya, namun infrastruktur yang diperlukan untuk memperluas pasar komersial masih diperlukan proses waktu yang panjang dan biaya yang mahal.
D. Cara Bersikap Sebagai Mahasiswa
1. Membuang sampah di tong sampah 2. Biasakan saling mengingatkan tentang kebersihan 3. Melakukan diet plastic dengan membawa totbag atau paperbag saat berbelanja 4. Biasakan menggunakan botol tumblr untuk air minum
E. Daftar Pustaka
Nasution, Reni Silvi. 2015. Berbagai Cara Penanggulangan Limbah Plastik. Banda Aceh ; Journal of Islamic Science and Technology Vol. 1 ejurnal.ppsdmmigas.esdm.go.id