Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA

PEMBELAJARAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS)


(Fakta, Konsep, Prinsip, Prosedur)
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum Matematika
yang di ampu oleh:
Hartini, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

KELOMPOK 10
Antung Ira Hermawati 2016.11.0849
Isnawati 2016.11.0867

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PARIS BARANTAI
KOTABARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) tentang Fakta, Konsep,
Prinsip, dan Prosedur” ini tepat waktu. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu
Hartini, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Telaah Kurikulum
Matematika yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Serta kami berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Kotabaru, 27 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4
A. Pengertian Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) ........... 4
B. Fakta Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) ................... 5
C. Konsep Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) ................ 8
D. Prinsip Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) ................. 19
E. Prosedur Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) .............. 21
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 25
A. Kesimpulan ................................................................................. 25
B. Saran ........................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya zaman semakin pesat yang ditandai dengan
canggihnya teknologi menuntut setiap individu untuk terus meningkatkan
diri. Pendidikan sebagai pilar utama dalam menempuh masa depan, harus
menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Tantangan Global
yang terjadi menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul
dalam persaingan di pasar bebas. Dengan mempersiapkan masyarakat yang
memiliki keterampilan siap berperan di dalam masyarakat masa depan yang
semakin modern.
Pendidikan menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan
manusia. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat mendasar, karena
melalui pendidikan, pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang dapat
terbentuk yang nantinya akan berinteraksi dengan lingkungannya, baik skala
lokal maupun global. Melalui pendidikan, potensi peserta didik dapat
dikembangkan agar peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan
masalah kehidupan yang akan terjadi di kemudian hari.
Problem utama yang dihadapi dunia pendidikan saat ini masih
berkisar pada persoalan-persoalan mutu, efisiensi, dan relevansi. Mutu
pendidikan berkaitan dengan kualitas layanan pendidikan yang tercermin
pada proses pendidikan itu sendiri dan kualitas output pendidikan, yaitu
lulusan yang memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang siap
pakai dan memiliki daya saing. Efisiensi berkaitan dengan standar
pembiayaan dalam pengelolaan pendidikan. Sedangkan Relevansi berkaitan
dengan kesiapan output pendidikan disesuaikan dengan tuntutan pasar kerja
yang semakin kompleks dan kompetitif.
Tingginya tingkat lulusan sekolah tanpa bekal keterampilan yang
dibutuhkan untuk dapat bertahan hidup, menyebabkan banyaknya angka

1
pengangguran di Indonesia yang berpotensi menimbulkan kerawanan sosial,
lebih jauh lagi meningkatnya tingkat kriminalitas. Hal ini terjadi karena
banyak di antara lulusan yang tidak bisa terserap di lingkungan kerja karena
keterbatasan keterampilan yang dimiliki. Salah satu cara untuk mengatasi
melonjaknya jumlah pengangguran adalah dengan membuka peluang usaha
sendiri melalui program kecakapan hidup (life skill). Dengan pemberian
kecakapan hidup (life skill) diharapkan peserta didik memiliki
keterampilan/bekal hidup yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Mengacu pada hal tersebut para peserta didik perlu dibekali
kecakapan hidup sebagai bekal jika mereka tidak dapat peluang kerja.
Pemberian kecakapan hidup perlu dilakukan secara sinergi agar peserta didik
memahami dan menguasai lebih dalam kecakapan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu Fakta Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills)?
2. Apa itu Konsep Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills)?
3. Apa itu Prinsip Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills)?
4. Apa itu Prosedur Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills)?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui serta memahami tentang Fakta Pembelajaran Kecakapan
Hidup (Life Skills).
2. Mengetahui serta memahami tentang Konsep Pembelajaran Kecakapan
Hidup (Life Skills).
3. Mengetahui serta memahami tentang Prinsip Pembelajaran Kecakapan
Hidup (Life Skills).
4. Mengetahui serta memahami tentang Prosedur Pembelajaran Kecakapan
Hidup (Life Skills).

2
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini bermanfaat sebagai acuan pembelajaran agar kita dapat
memahami dan menambah pengetahuan kita, serta mampu menjelaskan dan
mendapatkan gambaran tentang Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills)
berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills)


Kecakapan hidup adalah "Kecakapan yang dimiliki seseorang untuk
mampu memecahkan permasalahan hidup secara wajar dan menjalani kehidupan
secara bermartabat tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari
serta menemukan solusi, sehingga akhirnya mampu mengatasinya".
Berdasarkan pengertian di atas, kecakapan hidup (life skills) merupakan
kecakapan untuk memecahkan masalah secara inovatif dengan menggunakan
fakta, konsep, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Pemecahan masalah
tersebut dapat berupa proses maupun produk yang bermanfaat untuk
mempertahankan, meningkatkan, atau memperbaharui hidup dan kehidupan
siswa. Kecakapan hidup tersebut diharapkan dapat dicapai melalui berbagai
pengalaman belajar siswa. Dari berbagai pengalaman mempelajari berbagai mata
pelajaran, diharapkan siswa memperoleh hasil sampingan yang positif berupa
upaya memanfaatkan pengetahuan, konsep, prinsip dan prosedur untuk
memecahkan masalah baru dalam bentuk kecakapan hidup. Di samping itu,
kecakapan hidup tersebut hendaknya diupayakan pencapaiannya dengan
mengintegrasikannya pada topik dan pengalaman belajar yang relevan.
Secara harfiah kata skills dapat diterjemahkan dengan keterampilan
namun dalam konteks ini maknanya menjadi terlalu sempit atau konsepnya
kurang luas dari makna yang sebenarnya. Oleh karena itu kata yang dipandang
lebih memadai untuk menerjemahkan kata skills dalam konteks ini adalah
kecakapan.
Menurut Brolin dalam bukunya Anwar yang berjudul Pendidikan
Kecakapan Hidup Konsep dan Aplikasi menjelaskan bahwa: “Life skills
constitute a continuum of knowledge and aptitude that are necessary for a person

4
to function effectively and to availed interruptions of employment experience”.
Kecakapan hidup merupakan sebuah rangkaian kesatuan tentang sebuah
pengetahuan dan itu merupakan kebutuhan seseorang untuk tujuan yang efektif
dalam memecahkan masalah dari sebuah pengalaman. Dengan demikian life
skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup.

B. Fakta Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills)


Sebagian masyarakat bahkan orang tua beranggapan bahwa memiliki
anak yang pandai sudah cukup. Disamping itu, seorang anak yang telah menjadi
sarjana atau lulusan sebuah perguruan tinggi dengan gelar akademis tertentu
mampu menjamin masa depan kehidupan anak yang lebih menjanjikan. Betulkah
demikian? Pemikiran seperti ini tentu dalam suatu waktu akan menemukan titik
relevansinya. Namun, pada situasi dan kondisi tertentu mungkin janji-janji yang
mencerahkan atas gelar akademis tersebut menjadi kurang relevan, bahkan
masyarakat luas tidak lagi dipercayainya, seiring dengan semakin banyaknya
pengangguran yang disebabkan karena faktor pendidikan. Oleh karena itu,
pengembangan kecakapan hidup sangat penting dalam menghadapi problematika
di era globalisasi ini. Karena menghadapi tantangan dan problematika di era
globalisasi ini tidak cukup hanya dengan kemampuan kognitif sajakan tetapi
pengembangan kecakapan juga perlu dikembangkan.
Pada dasarnya aspek live skill bukan sekedar pengetahuan teknik atau
keterampilan tetapi lebih berorientasi pada sikap mental melalui proses diri
dengan praktik dan pengalaman karena dorongan motivasi dari diri sendiri. Oleh
karena itu, guru sangat berperan penting dalam menanamkan sikap mental siswa
ini melalui pembelajaran.

5
Gagne dalam winkel menyatakan bahwa fase dalam kegiatan
pembelajaran adalah:
1. Fase Motivasi
Siswa sadar akan tujuan yang akan dicapai dan bersedia melibatkan
diri. Peran guru dalam hal ini adalah menimbulkan motivasi belajar siswa
dan menyadarakan siswa akan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
2. Fase Menaruh Perhatian
Siswa secara khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari,
sehingga konsentrasi terjamin.
3. Fase Pengolahan
Siswa memahami informasi dalam memori jangka pendek dan
mengolah informasi untuk diambil maknanya. Dalam hal ini siswa harus
menggali ingatan siasat-siasat yang pernah digunakannya mana yang cocok
untuk problem ini.
4. Fase Umpan Balik
Siswa mendapat konfirmasi tentang tepat tidaknya penyelesaian yang
ditemukannya, komunikasi ini dapat meningkatkan atau menurunkan
motivasi siswa untuk berusaha memeras otak lagi pada lain kesempatan.
Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan
ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan
karakteristik emosional dan spiritual dan prospek pengembangan diri yang
materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada.
Adapun dasar hukum yang yang membahas tentang pembelajaran
kecakapan hidup adalah:
1. Pendidikan kecakapan hidup dalam rumusan UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 3 tentang fungsi dan tujuan menyatakan:

6
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab".
Meskipun rumusan tersebut tidak secara jelas menyatakan kecakapan
hidup tetapi kalau fungsi dan tujuan tersebut direalisasikan oleh sistem
pendidikan nasional, tentu hasilnya adalah lulusan yang memiliki kecakapan
hidup.
Pasal 26 ayat 3 dari undang-undang tersebut yang secara jelas
menyatakan pendidikan kecakapan hidup justru merupakan rincian dari
pendidikan non formal yang selengkapnya berbunyi :
"Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik".
Selanjutnya, pengertian pendidikan kecakapan hidup dapat dijumpai
pada penjelasan pasal 26 ayat 3 sebagai berikut:
"Pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan yang
memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual
dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri".
2. Pendidikan Kecakapan Hidup dalam rumusan Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, memuat diktum pendidikan kecakapan hidup sebagai
berikut:

7
a. Pasal 6 ayat 3 menyatakan :
"Satuan pendidikan non formal dalam bentuk kursus dan lembaga
pelatihan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang memuat
pendidikan kecakapan hidup dan keterampilan".
b. Pasal 13 ayat 1 sampai dengan ayat 4 mengatur pendidikan kecakapan
hidup sebagai berikut :
1) Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang
sederajat, SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat,
SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan
pendidikan kecakapan hidup.
2) Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat 1
mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan
akademik dan kecakapan vokasional.
3) Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1
dan 2 dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan
kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan estetika,
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
4) Pendidikan kecakapan hidup dimaksud pada ayat 1, 2 dan 3 dapat
diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan non formal yang
sudah memperoleh akreditasi.

C. Konsep Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills)


Konsep kecakapan hidup (life skill) dirumuskan secara beragam, sesuai
dengan landasan filosofis penyusunnya. Salah satu konsep dikemukakan oleh
Nelson-Jones menyebutkan bahwa secara netral kecakapan hidup merupakan
urutan pilihan yang dibuat seseorang dalam bidang keterampilan yang spesifik.
Secara konseptual, kecakapan hidup adalah urutan pilihan yang memperkuat
kehidupan psikologis yang dibuat seseorang dalam bidang keterampilan yang

8
spesifik. Sumber lain memaknai kecakapan hidup sebagai pengetahuan yang luas
dan interaksi kecakapan yang diperkirakan merupakan kebutuhan esensial bagi
manusia dewasa untuk dapat hidup secara mandiri. Atau kecakapan hidup
merupakan pedoman pribadi untuk tubuh manusia yang membantu anak belajar
bagaimana menjaga kesehatan tubuh, tumbuh sebagai individu, bekerja dengan
baik, membuat keputusan logis, menjaga mereka sendiri ketika diperlukan dan
menggapai tujuan hidup.
1. Jenis-jenis Life Skills
Departemen pendidikan Nasional membagi pendidikan kecakapan
hidup menjadi empat jenis, yaitu:
a. Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan
mengenal diri (self-awareness) dan kecakapan berfikir rasional (thinking
skills)
b. Kecakapan sosial (social skills)
c. Kecakapan akademik (academic skills)
d. Kecakapan vocational (vocational skills)
Sesuai dengan penjelasan dari UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 26
ayat 3, pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberikan
kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan
vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri.
Untuk memudahkan pemahaman dari pembagian pendidikan
kecakapan hidup ini maka penulis membuat skema gambar yakni sebagai
berikut:

9
Maksud dari penjelasan tentang bagan di atas yaitu:
a. Kecakapan Hidup General (General Life Skill/GLS)
Kecakapan hidup general (general life skill/GLS) merupakan
kecakapan yang diperlukan semua orang, baik mereka yang bekerja,
belum bekerja, tidak bekerja maupun mereka yang masih menempuh
pendidikan. GLS dibagi menjadi: kecakapan mengenal diri (personal
skill), kecakapan berpikir rasional (thinking skill), kecakapan sosial
(social skill).
1) Kecakapan Mengenal Diri
Siti Irene Astuti D., menyatakan bahwa kecakapan
mengenal diri (self-awareness) atau kecakapan personal (personal
skill) mencakup:
a) Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
anggota masyarakat dan warga negara, serta
b) Menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam
meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi
diri sendiri dan lingkungannya.

10
Pada dasarnya, kecakapan kesadaran diri merupakan
penghayatan diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai
anggota masyarakat dan warga negara, sebagai bagian dari
lingkungan, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal
untuk meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi diri
sendiri maupun lingkungannya. Kesadaran diri menciptakan proses
internalisasi dari informasi yang diterima yang pada saatnya
menjadi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan diwujudkan
menjadi perilaku keseharian. Oleh karena itu, walaupun kesadaran
diri lebih merupakan sikap, namun diperlukan kecakapan untuk
menginternalisasi informasi menjadi nilai-nilai dan kemudian
mewujudkan menjadi perilaku keseharian.
2) Kecakapan Berpikir Rasional
Pada dasarnya, kecakapan berpikir merupakan kecakapan
menggunakan pikiran/rasio secara optimal.6 Kecakapan berpikir
mencakup:
a) Kecakapan menggali dan menemukan informasi (information
searching).
b) Kecakapan mengelola informasi dan mengambil keputusan
secara cerdas (information processing and decision making
skills).
c) Kecakapan memecahkan masalah secara arif dan kreatif
(creative problem solving skill).
Dengan pemberian kecakapan berpikir rasional, peserta
didik akan dilatih bertindak secara kreatif yang bukan hanya dalam
mencari informasi-informasi maupun ide baru yang berhubungan
dengan masalah yang sedang dihadapinya tetapi juga dapat menilai
informasi dan ide yang ditawarkan kepadanya baik atau buruk

11
sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapinya terutama masalah di kehidupan nyata. Dengan
kemampuan berpikir rasional diharapkan siswa selain terlatih
bertindak secara kreatif juga terlatih sensitif terhadap “fakta yang
penuh misteri”, termotivasi untuk bertanya tentang informasi yang
relevan, menciptakan ide baru, memandang problem dengan cara
baru, merencanakan penanggulangan yang sistematik terhadap
masalah, mengevaluasi gagasan dan memperoleh solusi dari
permasalahan.
3) Kecakapan Sosial
Kecakapan sosial (social skill) mencakup:
a) Kecakapan bekerja sama (collaboration skill)
Kecakapan bekerja sama sangat diperlukan, karena
sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari manusia
akan selalu bekerja sama dengan manusia lain. Kerja sama
bukan sekedar “kerja bersama”, tetapi kerja sama yang disertai
dengan saling pengertian, saling menghargai, dan saling
membantu.
b) Kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill)
Empati, sikap penuh pengertian dan komunikasi dua
arah perlu ditekankan, karena yang dimaksud berkomunikasi di
sini bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi juga isi
pesannya sampai dan disertai dengan kesan baik yang dapat
menumbuhkan hubungan harmonis.
Menurut Suparno, dalam belajar dengan orang lain
maupun masyarakat luas, seseorang perlu menguasai
kecakapan-kecakapan yang memungkinkan seseorang dapat
diterima oleh lingkungannya sekaligus dapat mengembangkan

12
dirinya secara optimal. Kecakapan-kecakapan yang harus
dipelajari yaitu:
a) Pernyataan ungkapan-ungkapan penghargaan, kekaguman
maupun ketidak setujuan
b) Pernyataan yang bersifat rutin, seperti mempersilahkan,
minta maaf, berterima kasih
c) Pembicaraan tidak resmi, termasuk mengobrol, melucu,
bergunjing (gossip), dan
d) Membangun relasi pertemanan.
Selanjutnya, Machasin yang dikutip Pardjono
memberikan beberapa contoh kecakapan sosial dan inter
personal yang harus dikembangkan melalui proses pendidikan
antara lain:
a) Kemampuan dan keberanian untuk menampilkan diri
secara yakin.
b) Keberanian dan kecakapan untuk mengingatkan warga lain
dengan cara yang tepat. Semangat memperbaiki keadaan
yang salah, ada dibalik kecakapan ini.
c) Kemampuan untuk menerima peringatan dari orang lain.
d) Interaksi secara positif, yakni memberi dan menerima atau
saling belajar. Pengalaman dan jati diri orang lain,
disamping sikap dan tindakannya menjadi pelajaran yang
berharga untuk meningkatkan kecakapan diri.
e) Komunikasi dan dialog, yakni kecakapan untuk
menyampaikan pendapat, perasaan, keinginan diri dan
sebagainya kepada orang, dan memahami serta menghargai
pernyataan orang lain.

13
f) Penyesuaian diri dalam lingkungan sosial, yakni kecakapan
untuk mengetahui batas kebebasan sehingga tidak
melanggar batas kebebasan orang lain.
b. Kecakapan Hidup Spesifik (Specific Life Skill/SLS)
Kecakapan hidup yang bersifat spesifik (specific life skill/SLS)
diperlukan seseorang untuk menghadapi problem bidang khusus
tertentu. Misalnya, untuk memecahkan masalah dagangan yang tidak
laku, tentu diperlukan kecakapan pemasaran.
Kecakapan hidup spesifik biasanya terkait dengan bidang
pekerjaan (occupational), atau bidang kejuruan (vocational) yang
ditekuni atau akan dimasuki. Kecakapan hidup seperti itu kadang-
kadang juga disebut dengan kompetensi teknis (technical competencies)
dan itu sangat bervariasi, tergantung kepada bidang kejuruan dan
pekerjaan yang akan ditekuni. Namun demikian masih ada kecakapan
yang bersifat umum, yaitu bersikap dan berlaku produktif (to be a
productive people). Artinya, apapun bidang kejuruan atau pekerjaan
yang dipelajari, bersikap dan berperilaku produktif harus dikembangkan.
Bidang pekerjaan biasanya dibedakan menjadi bidang pekerjaan
yang lebih menekankan pada keterampilan manual dan bidang pekerjaan
yang menekankan pada kecakapan berpikir. Terkait dengan itu,
pendidikan kecakapan hidup yang bersifat spesifik juga dapat dipilah
menjadi kecakapan akademik (academic skill) dan kecakapan
vokasional (vocational skill).
1) Kecakapan Akademik
Kecakapan akademik disebut juga dengan kecakapan
berpikir ilmiah. Kecakapan ini menurut tim BBE, merupakan
kecakapan dalam berpikir yang terkait dengan sifat akademik atau
keilmuan yang mencakup antara lain: kecakapan melakukan
identifikasi variabel, kecakapan menjelaskan hubungan antara

14
variabel, merumuskan hipotesis, dan kemampuan merancang
penelitian dan melaksanakan penelitian.
Kecakapan akademik (academic skill/AS) yang seringkali
juga disebut kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir ilmiah
pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir
pada GLS (general life skills). Jika kecakapan berpikir pada GLS
masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah lebih mengarah
kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan. Hal itu
didasarkan pada pemikiran bahwa bidang pekerjaan yang ditangani
memang lebih memerlukan kecakapan berpikir ilmiah.
Kecakapan berpikir ilmiah atau kecakapan akademik
merupakan kecakapan berpikir yang sistematik dan komprehensif.
Kemampuan merancang suatu penelitian melibatkan berbagai
kecakapan berpikir, antara lain kecakapan berpikir rasional,
kecakapan berpikir analitis, berpikir kritis, dan kecakapan
pemecahan masalah yang dibangun secara sistematik dan
sistematis. Kecakapan ini juga bisa dikembangkan melalui
pembelajaran suatu bidang studi secara integratif seperti kecakapan-
kecakapan hidup lainnya.
Kemampuan akademik sebagai salah satu usaha membekali
peserta didik agar mampu merancang suatu penelitian melibatkan
berbagai kecakapan berpikir. Menurut Pardjono, yang termasuk
kecakapan berpikir antara lain: kecakapan berpikir rasional,
kecakapan berpikir analitis, berpikir kritis, dan kecakapan
pemecahan masalah yang dibangun secara sistematik.
Proses berpikir ini pada dasarnya mengenalkan peserta didik
pada tahapan-tahapan berpikir yang sistematis atau runtut
berdasarkan kepada bukti-bukti yang ada dalam menarik
kesimpulan. berpikir induktif merupakan usaha menemukan alasan-

15
alasan atau bukti-bukti dari sebuah kesimpulan yang telah diketahui
dan dapat dilakukan melalui pengamatan (observasi) dan percobaan
(eksperimen). Sedangkan berpikir deduktif merupakan suatu usaha
dalam menemukan sebuah kesimpulan berdasarkan alasan-alasan
yang diketahui. Tentu saja harus disadari bahwa tidak semua aspek
dalam kecakapan akademik dapat dan perlu dilaksanakan dalam
suatu pembelajaran. Mungkin saja hanya sampai identifikasi
variabel dan mempelajari hubungan antar variabel tersebut.
Mungkin juga sampai merumuskan hipotesis dan bahkan ada yang
dapat sampai mencoba melakukan penelitian, sesuai dengan tingkat
pendidikannya.
Pola seperti itu oleh para ahli disebut pola belajar dengan
cara meniru bagaimana ahli (ilmuwan) bekerja. Pola ini sangat
penting bagi siswa atau mahasiswa yang akan menekuni pekerjaan
yang mengandalkan kecakapan berpikir, karena pola pikir seperti
itulah yang nantinya digunakan dalam bekerja.
2) Kecakapan Vokasional
Kecakapan vokasional (vocational skill/VS) seringkali
disebut dengan “kecakapan kejuruan”. Artinya kecakapan yang
dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di
masyarakat. Kecakapan vokasional lebih cocok bagi siswa yang
akan menekuni pekerjaan yang lebih mengandalkan keterampilan
psikomotor dari pada kecakapan berpikir ilmiah.
Kecakapan vokasional mempunyai dua bagian, yaitu:
kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan
vokasional khusus (occupational skill) yang sudah terkait dengan
bidang pekerjaan tertentu. Kecakapan dasar vokasional mencakup
antara melakukan gerak dasar, menggunakan alat sederhana bagi
semua orang yang menekuni pekerjaan manual, dan kecakapan

16
membaca gambar sederhana. Di samping itu, kecakapan vokasional
dasar mencakup aspek sikap taat asas, presisi, akurasi dan tepat
waktu yang mengarah pada perilaku produktif. Kecakapan
vokasional khusus hanya diperlukan bagi mereka yang akan
menekuni pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Misalnya, mengajar siswa di sekolah khususnya mata pelajaran
agama. Namun demikian, sebenarnya terdapat satu prinsip dasar
dalam kecakapan vokasional, yaitu menghasilkan barang atau
menghasilkan jasa.
2. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
Secara umum tujuan pendidikan kecakapan hidup yaitu untuk
memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya yaitu untuk
mengembangkan potensi manusiawi (peserta didik) untuk menghadapi
peranannya di masa yang akan dating. Adapun tujuan pendidikan kecakapan
hidup secara khusus adalah:
a. Dapat mengaktualisasikan potensi dari peserta didik sehingga dapat
digunakan untuk memecahkan problema-problema yang sedang
dihadapi.
b. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis
luas (broad based education)
c. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah, dengan
memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat,
sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
Esensi dari pendidikan kecakapan hidup adalah untuk meningkatkan
relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik bersifat
persuasif maupun progresif lebih spesifiknya tujuan dari life skills dapat
dirumuskan sebagai berikut:

17
a. Memberdayakan aset kualitas batiniah, sikap dan perbuatan lahiriah
peserta didik melalui pengenalan (logos), penghayatan (etos) dan
pengalaman (patos) nilai-nilai kehidupan sehari-hari sehingga dapat
digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan.
b. Memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir yang
dimulai dari pengenalan diri eksplorasi karir, orientasi, karir dan
penyiapan karir.
c. Memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara
benar mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat
memampukan peserta didik untuk berfungsi menghadapi kehidupan
masa depan yang sarat kompetisi dan kolaborasi sekaligus.
d. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah melalui
pendekatan manajemen berbasis sekolah dengan mendorong
peningkatan kemandirian sekolah, partisipasi pengambil kebijakan dan
fleksibilitas pengelolaan sumber daya sekolah.
e. Memfasilitasi peserta didik di dalam memecahkan permasalahan
kehidupan sehari-hari, seperti keikatan mental dan fisik, kemiskinan,
kriminal, pengangguran, narkoba dan kemajuan iptek.
3. Fungsi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Fungsi pembelajaran pendidikan life skills yakni membantu
membimbing, melatih, mendorong, membentuk serta mengembangkan
fungsi pembelajaran itu dilakukan oleh dan menjadi tanggung jawab
pendidik, yaitu guru atau pelatih sehingga siswa dapat melakukan perubahan
pada dirinya yang sesuai dengan tujuan selanjutnya fungsi- fungsi dari
pendidikan kecakapan hidup yang masih bersifat umum yaitu:
a. Dapat berperan aktif di dalam mengembangkan kehidupan sebagai
pribadi.
b. Mengembangkan kehidupan untuk masyarakat
c. Dapat mengembangkan kehidupan untuk berbangsa dan bernegara

18
d. Bisa mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan yang
lebih tinggi.

D. Prinsip Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills)


Prinsip umum pendidikan life skills, khususnya yang berkaitan dengan
kebijakan pendidikan di Indonesia:
1. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku.
2. Tidak harus dengan mengubah kurikulum, tetapi yang diperlukan adalah
penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan dan diintegrasikan kepada
pengembangan kecakapan hidup.
3. Etika-sosio-religius harus dibiasakan dalam proses pendidikan.
4. Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to be dan
learning to live together.
5. Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup menerapkan prinsip manajemen
berbasis sekolah (MBS).
6. Potensi wilayah sekolah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan
pendidikan dengan prinsip pendidikan kontekstual.
7. Paradigma learning for life and school to work dapat dijadikan dasar
kegiatan sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dengan kebutuhan
nyata anak didik.
8. Penyelenggaraan pendidikan harus selalu diarahkan agar peserta didik
menuju hidup yang sehat dan berkualitas, mendapatkan pengetahuan dan
wawasan yang luas serta memiliki akses untuk mampu memenuhi hidupnya
secara layak.
Adapun untuk mengetahui model pembelajaran life skills dapat dilihat
melalui cara pembelajaran untuk mengembangkan kecakapan hidup antara lain:
1. Memberikan pertanyaan/tugas yang mendorong siswa untuk
berbuat/berpikir.
2. Memberikan pertanyaan/tugas yang mengandung soal pemecahan masalah

19
Pertanyaan/tugas tingkat tinggi dapat digunakan sebagai awalan
untuk berlatih memecahkan masalah. Pertanyaan/tugas tingkat tinggi yang
memenuhi kriteria sebagai masalah dijadikan titik tolak untuk mengikuti
langkah-langkah pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan salah satu kecakapan akademik yang
perlu dikembangkan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan siswa.
Pemecahan masalah ini sangat penting untuk membantu siswa memperoleh
kecakapan analitis, sintesis, ilmiah, dan teknologi yang diperlukan untuk
mencapai keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan tempat kerja.
3. Menerapkan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu upaya untuk
mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling
berinteraksi. Siswa yang saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada
temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar yang sangat efektif
yang bisa memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal daripada kalau
dia mendengarkan penjelasan guru.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan beberapa kecakapan hidup yang disebut sebagai kecakapan
berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama. Kecakapan ini memiliki
peranan penting dalam kehidupan nyata.
Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang
efektif kalau memperhatikan dua prinsip inti berikut:
1) Adanya saling ketergantungan yang positif. Semua anggota dalam
kelompok saling bergantung kepada anggota yang lain dalam mencapai
tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan tugas dari guru.
2) Adanya tanggung jawab pribadi (individual accountability). Di sini
setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja
sama. Karena itu penting bagi kita mempelajari beberapa bentuk

20
pembelajaran kooperatif dan penerapan yang sebenarnya supaya
kesalahpahaman tentang belajar kelompok/kooperatif dalam
pembelajaran dapat dihindari.
Proses Pembelajaran dan Pelaksanaan Pendidikan yang Berorientasi pada
Life Skills diberikan secara tematis mengenai masalah-masalah kehidupan nyata
sehari-hari. Tema-tema yang ditetapkan harus betul-betul bermakna bagi siswa,
baik untuk saat ini maupun untuk kehidupan di kelak kemudian hari. Pendekatan
yang digunakan adalah pemecahan masalah secara kasus yang dapat dikaitkan
dengan beberapa mata pelajaran lain untuk memperkuat penguasaan life skills
tertentu. Dengan pendekatan pemecahan masalah kehidupan sehari-hari para
siswa menjadi semakin terlatih untuk menghadapi kehidupan yang nyata. Tema
yang disajikan dapat berupa bahan diskusi untuk masing-masing kelas, untuk
tingkat kelas yang sama dan untuk seluruh siswa. Cakupan untuk setiap mata
pelajaran juga perlu ditata-ulang dan diatur kembali alokasi waktu dan jamnya
dalam setiap minggu. Di dalam alokasi jam pelajaran yang sudah diajarkan
selama ini, untuk jam-jam pelajaran tertentu perlu disepakati pengurangannya
untuk direalokasikan sebagai kontribusi kepada kegiatan life skills education
menjadi kumpulan jam pelajaran untuk membahas tema tertentu bersama-sama
dengan semua mata pelajaran terkait. Metodologi pembelajaran dapat dirancang
dalam bentuk kegiatan yang memadukan proses belajar di kelas dan praktik di
lapangan dan dilakukan secara partisipatif dengan metode-metode ceramah (30
%) sisanya adalah simulasi, praktik, diskusi kelompok dan game.

E. Prosedur Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills)


Untuk menganalisis kecakapan hidup yang akan dikembangkan langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1. Identifikasi jenis life skill.
2. Rumuskan kompetensi yang hendak dicapai.
3. Pilih strategi pembelajaran yang tepat.

21
Sebelum guru merancang pengalaman belajar untuk pembelajaran topic
tertentu, maka terlebih dahulu perlu memastikan kecakapan hidup apa yang akan
dikembangkan dalam pokok bahasan tersebut sesuai dengan kebutuhan peserta
didik. Aspek-aspek kecakapan hidup yang akan dikembangkan merupakan
bagian dari kompetensi dasar (KD) yang harus diupayakan tercapai bersamaan
dengan\an pencapaian kecakapan akademik yang bersumber dari substansi pokok
bahasannya. Dengan demikian ketika menyusun silabus atau rencana
pembelajaran, guru yang bersangkutan secara sengaja memasukan sebagai KD,
merancangnya menjadi kegiatan pembelajaran dan mengukur hasilnya. Jadi
aspek-aspek tersebut akan berpengaruh terhadap model atau metode
pembelajaran yang akan digunakan.
Jika aspek komunikasi lisan ingin dikembangkan, maka selama kegiatan
pembelajaran siswa harus terlibat dalam komunikasi lisan, misalnya: diskusi atau
presentasi.
Adapun pola pelaksanaannya dapat dilakukan melalui:
1. Pengembangan Budaya Sekolah
Pendidikan berlangsung bukan hanya di dalam kelas. Pendidikan
juga terjadi di luar kelas, di lingkungan sekolah, di lingkungan keluarga, di
lingkungan masyarakat, dan di lingkungan-lingkungan lain pendidikan juga
dapat berlangsung. Terkait dengan PBKH tidak dapat dibebankan kepada
guru semata, tetapi ditunjang oleh lingkungan yang kondusif. Lingkungan itu
di antaranya ialah lingkungan sekolah.
Budaya sekolah berpengaruh sangat besar terhadap proses
pendidikan di sekolah, bahkan beberapa ahli menyebutkan budaya sekolah
itulah yang membentuk hasil pendidikan. Oleh karena itu budaya sekolah
perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup.
Ada tiga aspek pendidikan yang dapat dikembangkan melalui budaya
sekolah yang kondusif. Ketiga aspek itu adalah pengembangan disiplin diri
dan rasa tanggung jawab, pengembangan motivasi belajar, dan

22
pengembangan rasa kebersamaan. Oleh karena itu, ketiga aspek itu
hendaknya menjadi budaya warga sekolah yang dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Manajemen Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional telah meluncurkan rintisan
manajemen berbasis sekolah. Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah
salah satu model manajemen yang memberikan kewenangan kepada sekolah
untuk mengurus dirinya dalam rangka peningkatan mutu.
Ada lima prinsip dasar manajemen berbasis sekolah antara lain
kemandirian, transparansi, kerja sama, akuntabilitas, dan sustainbilitas.
Kelima prinsip dasar itu sangat terkait dengan prinsip-prinsip kecakapan
hidup yang akan dikembangkan di dalam pendidikan berorientasi kecakapan
hidup. Oleh karena itu jika lima prinsip tersebut dapat dikembangkan
menjadi budaya kerja sekolah, maka akan menopang tumbuhnya kecakapan
hidup para siswa.
Mengingat pendidikan kecakapan hidup merupakan reorientasi
pendidikan yang bersifat mendasar, maka pada aspek manajemen sekolah
juga perlu diperhatikan penyamaan pemahaman antar seluruh warga sekolah,
sehingga perwujudan pendidikan kecakapan hidup menjadi salah satu bagian
visi sekolah. Diperlukan juga upaya peningkatan kemampuan guru atau
lainnya agar mampu mewujudkan pendidikan kecakapan hidup dalam
kehidupan keseharian sekolah.
5. Hubungan Sinergis dengan Masyarakat
Penanggung jawab pertama terhadap pendidikan anak adalah orang
tua. Sekolah hanya membantu orang tua dalam pelaksanaan pendidikan.
Anak-anak, ternyata jauh lebih berhadapan dengan orang tua dan masyarakat
dalam kesehariannya dibandingkan dengan sekolah. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaan PBKH keterlibatan orang tua dan masyarakat tidak dapat
dihindari.

23
Hubungan sinergis artinya saling bekerja sama dan saling
mendukung. Orang tua atau masyarakat dan sekolah perlu bersama-sama
menentukan arah pendidikan bagi anak-anak. Kemudian memikirkan usaha-
usaha untuk mencapai arah tersebut.
Keterlibatan orang tua dalam manajemen berbasis sekolah adalah
sebagai orang yang berkepentingan memiliki kesempatan ikut menentukan
kebijakan pendidikan di sekolah. Misalnya, orang tua ikut menentukan
rencana pengembangan sekolah, aplikasi kurikulum, pembiayaan dan
sebagainya.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan life skill atau kecakapan hidup merupakan pendidikan yang
memberikan seperangkat keterampilan/kecakapan kepada peserta didik yang
bermanfaat bagi kehidupannya agar mampu mandiri di tengahg-tengah
masyarakat. Pendidikan kecakapan hidup memberikan banyak manfaat dan
berdampak perbaikan ekonomi bagi masyarakat, yaitu dapat memberikan
manfaat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani dengan indikator-
indikator adanya: peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku
destruktif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah sosial, pengembangan
masyarakat yang secara harmonis mampu memadukan nilai-nilai religi, teori,
solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).
Pemberian pendidikan kecakapan hidup kepada peserta didik benar-benar
merefleksikan nilai-nilai kehidupan nyata. Jadi pendidikan kecakapan hidup
merupakan upaya untuk memenuhi tuntutan kehidupan nyata, yang ada saat ini.
Peserta didik umumnya hidup dalam lingkungan sosial yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kebersamaan, maka mereka harus memiliki kemampuan untuk
memimpin dan dipimpin dan memiliki keterampilan (kecakapan hidup) yang
didukung oleh semangat dan kemampuan kewirausahaan. Putus sekolah
(dropout) atau tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tidak
menjadi masalah yang krusial, karena mereka telah memiliki bekal keterampilan
untuk mampu bertahan dalam kehidupan yang semakin sulit ini.
Pendidikan kecakapan hidup bisa dilaksanakan melalui berbagai cara. Hal
ini disesuaikan dengan konteks sekolah dan peserta didik. Pendidikan kecakapan
hidup disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Pelaksanaannya dapat

25
diintegrasikan melalui pembelajaran setiap mata pelajaran, berdiri sendiri sebagai
mata pelajaran muatan lokal, atau melalui pengembangan diri.

B. Saran
Penulis menyadari tentang penyusunan makalah, tentu masih banyak
kesalahan dan kekurangannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis
banyak berharap para pembaca kiranya memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi penyempurnaan makalah ini dan penulisan
makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan
khususnya juga para pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA

Achmad. ________. Makalah Achmad. [online]. (http://makalah


achmad.blogspot.com/, diakses tanggal 25 September 2018).
Alfaroqi, Pahmi. 2012. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup. [online]. (https://life
skilledu.wordpress.com/category/konsep-pendidikan-kecakapan-hidup/,
diakses tanggal 25 September 2018).
Al-Burhany, Sri. 2010. Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam. [online]. (http://sri
challemm.blogspot.com/2010/12/pengembangan-kecakapan-hidup-dalam.
html, diakses tanggal 23 September 2018).
Sopari, Deni. _______. Pendidikan Kecakapan Hidup Konsep dan Implementasi
dalam Proses Pembelajaran. [DOC]. (https://www.academia.edu/
30546500/PENDIDIKAN_KECAKAPAN_HIDUP_KONSEP_DAN_IMP
LEMENTASI_DALAM_PROSES_PEMBELAJARAN, diakses tanggal 24
September 2018).
Syawaldi, Arga. 2016. Makalah Life Skills. [online].
(http://argasyawaldi4creg.blogspot.com/2016/07/makalah-life-
skills_15.html, diakses tanggal 24 September 2018).
_________. ________. Bab II Pembahasan. [PDF].
(http://digilib.unila.ac.id/31055/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEM
BAHASAN.pdf, diakses tanggal 26 September 2018).

27

Anda mungkin juga menyukai